Penguasaan Serta Metode Simple Additive Weighting SAW

ISBN 978-602-72071-1-0 Neukrug, Ed. 2003. The World of the Counselor. Second edition. An Introduction to the Counseling Profession. USA: BooksCole. Schon, D.A. 1983. The Reflective Practitioner: How Professionals Think in Action . New York: BasicBooks. Sternberg, R.J. and Lubart, T.I. 1995. Defying The Crowd: Cultivating Creativity in A culture of Conformity. New York: The Free Press. Sternberg, R.J. 2003. Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized . America: Cambridge University Press. Sternberg, R.J. 2009. Academic Intelligence Is Not Enaough Wics: An Expanded Model for Effective Practice In School and Later in Life . A Paper Commissioned for the Conference on Liberal Education and Effective Practice. Clark University. Tsai, K.C. 2012. Play, Imagination, and Creativity: A Brief Literature Review. Journal of Education and Learning . Vol: 1 2. Page: 15-20. Tsai, K.C. 2013. A review of The Inquiry of Creativity in Older Adults in Journals. British Journal of Education . Vol: 1 2. Page: 20-28. Tsai, K.C. 2014. A review of the Effectiveness of Creative Training on Adult Learners. Journal of Social Science Studies . Vol: 1 1. Page: 17- 30. Vani M. 2012. Effectiveness of Synectics Model of Teaching in Enhancing Language Creativity of Learners. Indian Streams Research Journal. Vol: 2 10. Page: 1-8. Vidal, R.V.V. 2010. Creative Problem Solving: An Applied University Course. Pesquisa Operacional . Vol: 30 2. Page: 405-426. Villalba, E. 2008. On Creativity: Towards an Understanding of Creativity and its Measurements. Europa: European Communities Joint Research Centre. Walker, D.E. 2009. Promoting Metaphorical Thinking Through Synectics: Developing Deep Thinking Utilizing Abstractions . Advanced Active Learning. Bloomsburg University of Pennsylvania. Wiriaatmadja, R. 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Yousefi, A. 2014. The Effect of Synectics Teaching Model in Foresting Creativity. Management and Administrative Sciences Review . Vol: 3 7. Page: 1225-1231. ISBN 978-602-72071-1-0 PROBLEM SOLVING SOAL CERITA OPERASI BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR Nafi Isbadrianingtyas Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Malang Email: nafi_girl2009ymail.com ABSTRAK Artikel ini mendeskripsikan strategi problem solving soal cerita operasi bilangan pembelajaran tematik siswa Kelas III Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan dan menemukan makna strategi problem solving soal cerita operasi bilangan sehingga dapat mengintegrasikan dalam pembelajaran tematik. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi fenomenologi. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai peran pengamat partisipan. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, aktivitas dan dokumen. Data kata-kata diambil dari hasil wawancara, data aktivitas diambil dari tindakan observasi, dan data dokumen diambil dari kegiatan pembelajaran. Sumber data diambil dari subjek penelitian yaitu guru dan 27 siswa Kelas IIIC SD Brawijaya Smart School Kota Malang. Hasil analisis data dalam penelitian ini yaitu: pertama, problem solving soal cerita operasi bilangan dapat mengintegrasikan dalam pembelajaran tematik. Kedua, problem solving dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran tematik. Ketiga, problem solving dapat memberikan pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa kelas III Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini disarankan bagi guru sebagai bahan rujukan terhadap pemecahan masalah materi operasi bilangan dalam pembelajaran tematik. Kata Kunci: problem solving, operasi bilangan, tematik. ABSTRACT This article describes the strategy of problem solving story problems a number operations of thematic learning Elementary School third grade students. The research objective is to describe and discover the meaning of problem solving strategies story about number operations so that it can integrate into thematic learning. The study used a qualitative approach with a phenomenological study design. In this study, researchers as the role of participant observer. The data in this study in the form of words, activities and documents. Data words are taken from interviews, the activity data is taken from the act of observation, data and documents taken from the learning activities. Sources of data taken from research subjects that teachers and 27 students of class IIIC Brawijaya Smart School Malang Elementary School. Results of the data analysis in this study are: first, problem solving story problems in a number operations can integrate thematic learning. Second, problem solving can enable students in thematic learning. Third, problem solving can provide meaningful and engaging learning for elementary school third grade students. Results of this study suggested for teachers as reference material to problem solving material number operations in thematic learning. Keywords: problem solving, number operations, thematic. PENDAHULUAN Artikel ini mendeskripsikan strategi problem solving soal cerita operasi bilangan sehingga dapat mengintegrasikan dalam pembelajaran tematik. Pentingnya menulis artikel ini berdasarkan atas pembelajaran tematik yang baru diterapkan di kelas III Sekolah Dasar sebagai perubahan Kurikulum 2013. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memadukan tema-tema tertentu Bukatko dan Daehler, 2012:7. Mengintegrasikan mata pelajaran khususnya bidang matematika dibutuhkan keahlian dari seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pengintegrasian mata pelajaran dalam pembelajaran tematik harus bersifat luwes agar mata pelajaran tidak begitu terliht terpisah. Mata pelajaran Matematika dalam pembelajaran tematik sangat penting karena siswa Sekolah Dasar perlu dikenalkan agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan “Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi” Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 sehari-hari. Hal ini tampak dalam pembelajaran tematik di kelas III Sekolah Dasar dengan sub tema “Lingkungan Sosialku” yang memuat materi operasi bilangan. Operasi bilangan mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dan sifatnya merupakan dasar aritmatika Musser, dkk., 2011: 89. Mengintegrasikan operasi bilangan tersebut agar tidak terlihat kaku dan terlihat luwes dalam pembelajaran tematik dibutuhkan sebuah strategi. Strategi adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang menjadi sebuah desain dalam berbagai materi untuk mencapai tujuan pembelajaran Kauchak Eggen, 2012: 6. Banyak jenis strategi yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam satu pembelajaran terkadang membutuhkan lebih dari satu strategi agar mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran tidak hanya prosedur kegiatan, namun di dalamnya merupakan paket pembelajaran Strategi untuk mencapai tujuan agar siswa dapat menerapkan operasi bilangan dalam pembelajaran tematik ketika menyelesaikan soal cerita yaitu strategi problem solving. Problem solving adalah sebuah seni dalam strategi karena merupakan ilmu. Oleh karena itu, dengan pengalaman akan mengembangkan ketika menggunakan salah satu strategi dengan mengenali petunjuk. selanjutnya, akan menemukan bahwa beberapa masalah mungkin diselesaikan dalam beberapa cara yang berbeda Musser, dkk., 2011: 5. Jadi, suatu persoalan apapun jika menggunakan strategi ini maka akan dapat menemukan cara yang berbeda-beda. Untuk mengatasi masalah, kita harus berhenti sejenak, merenung, dan mungkin mengambil beberapa langkah yang tidak pernah diambil sebelum melakukan solusi. Kebutuhan ini merupakan semacam langkah kreatif pada bagian pemecah masalah. Ketika mengajarkan siswa kelas rendah, pertanyaan yang sering muncul Bagaimana guru membagi 96 pensil sama rata kepada 16 siswa? hal ini mungkin menimbulkan masalah, tapi bagi guru yang menunjukkan latihan tidak seperti demikian. Melakukan latihan adalah bantuan yang sangat berharga dalam belajar matematika. Latihan membantu untuk mempelajari konsep, sifat, prosedur, dan sebagainya, yang kemudian dapat melakukan problem solving . Fokus dari artikel ini yaitu memunculkan pertanyaan sebagai berikut. Tabel 1. Fokus Penelitian Pertanyaan Fokus yang diangkat 1. Bagaimana problem solving soal cerita operasi bilangan dapat mengintegrasikan dalam pembelajaran tematik? Langkah problem solving soal cerita operasi bilangan dalam pembelajaran. 2. Bagaimana problem solving dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran tematik? Keaktivan siswa dalam pembelajaran tematik menggunakan problem solving . 3. Bagaimana problem solving dapat Pemaknaan dan kemenarikan problem Pertanyaan Fokus yang diangkat memberikan pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa kelas III Sekolah Dasar? solving bagi siswa kelas III Sekolah Dasar. Ketika memecahkan masalah harus menunjukkan cara untuk membantu orang lain mengembangkan kemampuan memecahkan masalah mereka. Seorang ahli matematika terkenal, George Polya, mencurahkan banyak pengajaran untuk membantu siswa menjadi pemecah masalah yang lebih baik. Kontribusi besar yaitu apa yang telah menjadi dikenal sebagai empat langkah Polya untuk memecahkan masalah Musser, dkk., 2011: 6. Langkah pertama menjadi seorang pemecah masalah yang baik. Langkah yang pertama yaitu memahami masalah. Maksudnya yaitu mengerti masalah dan melihat apa yang dikehendaki. Langkah yang kedua yaitu perencanaan pemecahan masalah. Secara khusus, Perencanaan Pemecahan Masalah langkah yang sangat penting. Langkah ini dapat membantu memutuskan bagaimana untuk melanjutkan memecahkan masalah. Namun, memilih strategi yang tepat juga penting. Seperti kita bekerja dengan siswa yang pemecah masalah yang sukses, kami meminta mereka untuk berbagi petunjuk yang mereka amati pada laporan masalah yang membantu mereka memilih strategi yang tepat. Petunjuk tercantum setelah setiap strategi sesuai. Langkah yang ketiga yaitu melaksanakan perencanaan pemecahan masalah. Langkah yang terakhir yaitu melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah yang telah digunakan. Dengan demikian, petunjuk ini dapat membantu memutuskan ketika memilih strategi yang tepat atau kombinasi strategi. Problem solving dalam materi operasi bilangan dalam soal cerita sangat diperlukan. Ketika memecahkan masalah dalam soal cerita, banyak siswa yang mengalami kesulitan ketika tidak ada strategi yang digunakan. Soal cerita adalah soal matematika yang diungkapkan atau dinyatakan dengan kalimat dalam bentuk cerita yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari Winarni Harmini, 2009: 93. Jadi, soal cerita sering ditemukan dalam pelajaran matematika khususnya dalam pembelajaran tematik siswa Sekolah Dasar. Pendekatan soal cerita terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan model dan pendekatan terjemahan soal cerita. Pendekatan model, siswa membaca atau mendengarkan soal cerita, kemudian siswa mencocokkan situasi yang dihadapi dengan model yang sudah ada. Bagi siswa yang memiliki kemampuan membaca lemah dapat dengan mudah memahami permasalahan setelah melihat model yang dihadapinya. Selanjutnya guru bisa menyajikan secara lisan atau menggunakan audio-tape. Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan terjemahan soal cerita. Pendekatan ini melibatkan siswa melakukan kegiatan membaca kata demi kata dan ungkapan dari soal cerita yang sedang dihadapinya untuk menerjemahkan ungkapan kalimat ke dalam pemahaman matematika atau maksud dari soal cerita tersebut. ISBN 978-602-72071-1-0 Langkah-langkah yang dapat dijadikan pedoman menyelesaikan soal cerita yaitu: 1 menemukan apa yang ditanyakan soal cerita tersebut, 2 mencari inormasi yang esensial, 3 memilih pengerjaan yang sesuai, 4 menulis kalimat matematikanya, 5 menyelesaikan kalimat matematikanya, 6 menyatakan dalam bentuk jawaban dari soal cerita. Tujuan dari artikel ini yaitu: 1 mendeskripsikan problem solving soal cerita operasi bilangan dapat mengintegrasikan dalam pembelajaran, 2 mendeskripsikan problem solving dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran tematik, 3 mendeskripsikan problem solving dapat memberikan pembelajaran yang bermakna dan menarik bagi siswa kelas III Sekolah Dasar. PEMBAHASAN  Langkah Problem Solving Soal Cerita Operasi Bilangan Dalam Pembelajaran. Menurut Polya dalam Musser, dkk., 2011: 6. langkah pertama menjadi seorang pemecah masalah yang baik. Langkah yang pertama yaitu memahami masalah. Maksudnya yaitu mengerti masalah dan melihat apa yang dikehendaki. Cara memahami suatu masalah sebagai berikut: 1 masalahharus dibaca berulang-ulang agar dapat dipahami kata demi kata, kalimat demi kalimat, 2 mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah, 3 mengidentifkasi apa yang ditanyakan, 4 mengabaikan hal-hal yang tidak relevan, 5 tidak menambah hal yang tidak ada. Langkah yang kedua yaitu perencanaan pemecahan masalah. Secara khusus, Perencanaan Pemecahan Masalah langkah yang sangat penting. Langkah ini dapat membantu memutuskan bagaimana untuk melanjutkan memecahkan masalah. Namun, memilih strategi yang tepat juga penting. Wheeler dalam Winarni 2009: 95 menyatakan bahwa strategi pemecahan masalah antara lain: 1 membuat tabel, 2 membuat gambar, 3 menduga, mengetes, memperbaiki, 4 mencari pola, 5 menyatakan kembali permasalahan, 6 menggunakan penalaran, 7 menggunakan variabel, 8 menggunakan persamaan, 9 mencoba menyederhanakan permasalahan, 10 menghilangkan situasi yang tidak mungkin, 11 bekerja mundur, 12 menyusun model, 13 menggunakan algoritma, 14 menggunakan penalaran tidak langsung, 15 menggunakan sifat-sifat bilangan, 16 membagi masalah menjadi bagian-bagian, 17 memvaliditasi semua kemungkinan, 18 menggunakan rumus, 19 menyelesaikan masalah yang ekuivalaen, 20 menggunakan simetri, 21 menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan inormasi baru. Langkah yang ketiga yaitu melaksanakan perencanaan pemecahan masalah. Langkah yang terakhir yaitu melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah yang telah digunakan. Maksudnya yaitu sebelum menjawab permasalahan, mereview kembali apaah penyelesaian masalah sudah selesai. Dengan demikian, petunjuk ini dapat membantu memutuskan ketika memilih strategi yang tepat atau kombinasi strategi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dilakukan guru ketika mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa, yaitu terdapat empat langkah 1 pemahaman terhadap masalah, 2 perencanaan pemecahan masalah, 3 melaksanakan perencanaan masalah, 4 melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah. Keempat tersebut dapat membantu siswa agar mampu memecahkan masalah dan menyajikan aktivitas untuk memechkan masalah.  Keaktivan Siswa dalam Pembelajaran Tematik Menggunakan Problem Solving. SD Brawijaya Smart School kota Malang telah mengimplementasikan Kuriulum 2013 dengan pembelajaran tematik. Peneliti melakukan observasi di kelas IIIC pada tanggal 3 November 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa diberikan soal cerita yang berkaitan dengan sub tema “Lingkungan Sosialku” yang memuat materi operasi bilangan. Pada saat pembelajaran siswa memecahkan soal cerita yang telah diberikan. Soal cerita berkaitan dengan lingkungan sosial yaitu menceritakan jual beli di sebuah pasar tradisional. Soal cerita tersebut memuat seperti perilaku yang ada di dalam pasar seperti membeli buah-buahan menggunakan uang sebagai alat pembayaran. Siswa diberikan kesempatan melakukan pemecahan yang berbeda-beda sesuai dengan kreasi masing-masing. Namun di dalam pemecahan tersebut, Ibu guru sudah merencanakan strategi atau langkah-langkah ketika memandu siswa dalam memecahkan soal cerita yang harus diselesaikan. Dari observasi tersebut tampak sekali bahwa siswa aktif ketika menyelesaikan masalah. Langkah Ibu guru memandu menyelesaikan soal cerita tersebut yaitu menceritakan soal cerita yang diberikan mengenai lingkungan sosial yaitu kegiatan jual beli di pasar. Selanjutnya Ibu guru mencoba mengajak siswa mengartikan dalam kalimat matematika yaitu dengan menulis di papan tulis. Selanjutnya siswa menyelesaikan soal cerita tersebut seusuai dengan caranya masing- masing. Langkah terakhir yaitu guru memberikan penguatan atas jawaban siswa. Dari analisis tersebut, hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Polya bahwa problem solving dapat dilakukan dengan empat langkah seperti yang telah dikemukakan di atas, diantaranya: 1 pemahaman terhadap masalah, 2 perencanaan pemecahan masalah, 3 melaksanakan perencanaan masalah, 4 melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah. Keempat tersebut dapat membantu siswa agar mampu memecahkan masalah dan menyajikan aktivitas untuk memechkan masalah. Hal ini diperkuat juga oleh Kovalik 1994:53 bahwa strategi dalam pembelajaran tematik terdiri atas semua siswa tidak belajar dengan cara yang sama dengan membangkitkan seluruh sistem syaraf, merangsang, memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu, mampu menjawab banyak pertanyaan, memberikan umpan balik secara langsung. Siswa kelas III Sekolah Dasar tampak begitu aktif dalam melakukan pembelajaran di kelas. Hal ini ISBN 978-602-72071-1-0 dapat dilihat ketika mereka bersungguh-sungguh dalam melakukan pemecahan masalah dan mereka saling bertanya jika mereka mempunyai kesulitan. Guru melakukan keliling dengan mendekati setiap siswa agar tidak ada yang merasa tertinggal ketika memecahkan soal cerita yang telah diberikan. Saat ini, di Sekolah Dasar menggunakan Kurikulum 2013 yang bercirikan konstruktivis. Pendekatan konstruktivis berada di pusat William James dan filosofi John Dewey pendidikan. Pendekatan konstruktivis adalah pendekatan pembelajaran berpusat yang menekankan pentingnya individu aktif membangun pengetahuan dan pemahaman dengan bimbingan dari guru. Dalam pandangan konstruktivis, guru seharusnya tidak mencoba hanya menuangkan informasi ke dalam pikiran siswa. Sebaliknya, anak-anak harus didorong untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir kritis dengan pemantauan dan bimbingan yang berarti dari guru Bonney Sternberg dalam Santrock, 2011:6. Ciri khas dari konstruktivis adalah ide bahwa siswa aktif membangun pengetahuan mereka dari pengalaman pribadi mereka dengan orang lain dan lingkungan Simpson, dalam Moreno, 2010:298.  Pemaknaan dan Kemenarikan Problem Solving bagi Siswa Kelas III Sekolah Dasar. Kegiatan menggunakan strategi problem solving bagi siswa kelas III Sekolah Dasar dapat memberikan makna yang begitu besar. Siswa kelas IIIC rata-rata berusia 8-9 tahun. Menurut Piaget, pada tahap ini mereka mencapai tahap operasional konkret. Mereka membutuhkan sesuatu nyata. Maka dari itu dibutuhkan pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini sudah dilakukan oleh SD Brawijaya Smart School khususnya siswa kelas IIIC. Mereka diajarkan sesuai dengan lingkungannya seperti kegiatan jual beli di pasar. Pemecahan soal cerita tersebut membuat siswa tertarik ketika mengerjakan soal sehingga mereka merasakan joyfull learning yang merupakan ciri dari pembelajaran tematik. James 2005: 198 menyatakan bahwa ketika pembelajaran matematika, yang harus diajarkan guru yaitu meteri tentang operasi bilangan dua hingga tiga angka karena mereka mencapai usia antara 8-9 tahun. Hal ini telah dilakukan dalam pembelajaran di kelas IIIC. Problem Solving mempunyai ketertarikan tersendiri bagi siswa bersama guru ketika pmbelajaran. Ketertarikan itu tampak dari siswa kelas IIIC merasa tidak tertekan ketika melakukan pemecahan masalah karena mereka memang dengan cara mereka sendiri. Soal ceritanya menyenangkan sesuai dengan lingkungan siswa dan mereka dengan senag hati mengomunikasikan kepada teman-temannya bahwa cara mereka berhasil. Kreativitas dari seorang guru sangat diperlukan. Alexander dalam karya Florence 2012:177 bahwa guru mampu mendorong siswa untuk memberikan tugas pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat dalam kegiatan dan pemikiran yang kreatif dan imajinatif. Kesempatan imajinatif itu datang baik dari siswa maupun guru. Guru yang kreatif akan menjadikan siswa yang kreatif pula. Hal ini sudah dibuktikan oleh SD Brawijaya Smart School kota Malang. PENUTUP Simpulan Pendidikan Dasar merupaka pendidikan yang paling penting dalam perjalanan setiap individu khususnya Sekolah Dasar. Di Seolah Dasar saat ini diberlakukan Kurikulum 2013 dengan pembelajaran tematik yang memadukan beberapa mata pelajaran. Matematika merupakan suatu terpenting yang harus dipadukan karena Matematika merupakan wadah yang bermanfaat dalam ehidupan sehari-hari. Hal ini sangat penting ditanamkan sejak usia Sekolah Dasar. Materi operasi bilangan merupakan hal yang tidak bisa dihindari dari matematika. Banyak strategi yang dilakukan ketika menyelesaikan operasi bilangan. Penanaman konsep operasi bilangan dalam pembelajaran tematik di Kelas III Sekolah Dasar dilbatkan dalam soal cerita setelah siswa mempelajari lingkungan sosial dalam kehidupan sehari-hari siswa. Ketika siswa memecahkan soal cerita tersebut, strategi yang digunakan yaitu problem solving. Hal ini bertujuan agar pengintegrasian matematika dalam pembelajaran tematik tampak luwes dan tidak terkesan kaku. Saran Artikel ini dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran tematik dengan mengintegrasikan matematika khususnya materi operasi bilangan kelas III Sekolah Dasar. Selain itu juga sebagai acuan dalam penelian slanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Beetlestone, F. 2012. Creative Learning. Bandung: Nusa Media. James, A. 2005. Second Grade Success. USA: Jossey- Bass. Kauchack Eggen. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks. Kovalik, S. 1994. Integrated Themaic Instruction: The Model. Kent: Washington. Morrison, George. 2007. Early Childhood Education Today. Pearson: New Jersey. Musser Garry L, Burger William F, Peterson Blake E. 2011. Mathematics For Elementary Teachers: A Contemporary Approach Ninth Edition . USA: John Wiley Sons, Inc. Peraturan Kementrian dan Kebudayaan. 2014. Sisdiknas Kurikulum 2013 Sekolah Dasar. Santrock, John W. 2011. Educational Psychology Fifth Edition . New York: University of Texas at Dallas. Winarni Harmini, 2009. Matematika untuk PGSD. Universitas Negeri Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan. ISBN 978-602-72071-1-0 MAKNA KETERLIBATAN ORANG TUA DALAM KETERAMPILAN SOSIAL SISWA SEKOLAH DASAR Rina Diahwati Program Studi Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Malang Email: rinadiahwati02gmail.com ABSTRAK Keterlibatan orang tua memiliki makna tersendiri bagi pengembangan keterampilan sosial siswa sekolah dasar. Walaupun pengaruh teman sebaya pada usia siswa sekolah dasar cukup besar, orang tua tetap memiliki peranan yang penting dalam kehidupan siswa. Orang tua yang terlibat dalam kehidupan siswa akan memberikan kontribusi yang positif bagi keterampilan sosial siswa. Keterlibatan orang tua dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Orang tua dapat terlibat secara langsung berkaitan dengan kemampuan akademik siswa di sekolah dengan cara mengontak guru kelas, terlibat dalam penyedia ekonomi dengan memberikan kebutuhan siswa untuk menunjang pendidikan, keterlibatan tindakan dengan berinteraksi secara langsung dengan siswa, dan lain sebagainya. Setiap siswa penting untuk memiliki relasi yang positif baik dengan teman sebaya, guru, orang dewasa, maupun orang tua. Siswa yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi akan dengan mudah diterima secara sosial oleh orang lain. Kata kunci: Keterlibatan Orang Tua, Keterampilan Sosial, dan Sekolah Dasar ABSTRACT Parents involvement has significance for the development of social skills elementary school’s students. Although the influence of peers at the age of primary school students is large, parents still have an important role in the lives of students. Parents are involved in the lives of students will contribute positively to the social skills. Parental involvement can be manifested in various forms. Parents can be involved directly related to academic ability of students in the school by contacting the classroom teacher, providers involved in the economy by providing student needs to support education, engagement action by interacting directly with students, etc. Each student is important to have a good positive relationships with peers, teachers, adults, and parents. Students who have high social skills will be easily accepted socially by others. Keywords: Parents Involvement, Social Skills, and Elementary Schools ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Sekolah dasar merupakan suatu jenjang pendidikan awal bagi siswa. Anak-anak dapat memperoleh pendidikan dasar pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Pendidikan dasar mengupayakan agar siswa mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Di sekolah dasar, siswa memiliki hubungan interaksi yang kompleks. Siswa tidak hanya berinteraksi dengan teman sebaya, melainkan juga dengan guru dan orang dewasa lainnya seperti ibu penjual makanan di kantin, bapak penjaga sekolah, dan lain sebagainya. Interaksi yang positif dari siswa di sekolah dasar dapat memberikan manfaat penerimaan dirinya secara sosial. Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain merupakan implementasi dari keterampilan sosial. Keterampilan sosial merupakan prilaku individu dengan individu lainnya yang dapat diamati selama interaksi sosial.. Combs dan Slaby dalam Merrell dan Gimpel, 2014 menyatakan keterampilan sosial yaitu “the ability to interact with other in a given social context in specific ways that are societally acceptable or valued and at the same time personally beneficial, mutually beneficial, or beneficial primarily to others ”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara yang dapat diterima dan dihargai secara umum. Teman sebaya memiliki peranan dalam pengembangan keterampilan sosial siswa di sekolah dasar. Siswa di sekolah dasar merupakan siswa yang berada pada masa Keterampilan sosial yang positif penting untuk dimiliki oleh siswa agar siswa memiliki relasi yang baik dengan teman sebaya, guru, orang dewasa, dan orang tua. Santrock 2013 yang menyatakan siswa penting untuk memiliki relasi yang positif dengan kawan sebaya di masa kanak-kanak pertengahan dan akhir. Seperti terlibat dalam interaksi yang positif dengan kawan sebaya, menyelesaikan konflik, serta memiliki persahabatan. Selain relasi positif dengan teman sebaya, kehadiran orang tua juga penting bagi siswa. Santrock 2012 menyatakan “Meskipun orang tua meluangkan lebih sedikit waktu dengan anak-anak di masa kanak- kanak pertengahan dan akhir daripada diawal, orang tua tetap sangat penting dalam kehidupan anak- anak mereka.” Selain itu Parke Buriel dalam Santrock, 2012 menyatakan orang tua berperan penting bagi siswa sebagai manajer pada kesempatan-kesempatan yang dimiliki anak seperti mengawasi perilaku anak dan juga sebagai inisiator sosial serta pengarah bagi mereka . Keterlibatan orang tua menjadi penting dalam pembentukan keterampilan sosial siswa di sekolah dasar. Keterlibatan orang tua secara sederhana dapat diwujudkan dengan memantau apa yang dilakukan oleh anak. Bentuk dari keterlibatan masing-masing orang tua tentu berbeda bergantung pada kebijakan masing-masing orang tua siswa. PEMBAHASAN  Keterlibatan Orang tua Keterlibatan orang tua merupakan suatu bentuk partisipasi orang tua terhadap anak baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam program pendidikan. Orang tua yang terlibat dalam kehidupan anak dapat diwujudkan dengan kehadiran orang tua bagi anak dan perlindungan orang tua terhadap anak sehingga mampu memberikan kenyamanan dan pendidikan bagi anak. keterlibatan orang tua tidak semata-mata hanya dari ibu, melainkan ayah juga ikut andil dalam keterlibatan terhadap anak. Keterlibatan orang tua menjadi salah satu pengaruh yang cukup besar bagi pendidikan siswa. Schunk 2012 menyatakan salah satu pengaruh keluarga yaitu keterlibatan orang tua. Orang tua yang terlibat terhadap pendidikan anak akan memberikan konstribusi yang baik bagi anak. Keterlibatan orang tua tidak hanya memiliki pengaruh bagi anak. Keterlibatan orang tua juga memiliki kontribusi bagi guru, sekolah, maupun orang tua itu sendiri. England, dkk. dalam Schunk, 2012 menyatakan pengaruh positif keterlibatan orang tua dapat dirasakan oleh anak, guru, dan sekolah itu sendiri. Keterlibatan orang tua memiliki dampak yang positif bagi siswa dan orang tua yang bersangkutan. Dengan adanya keterlibatan yang positif dari orang tua memungkinkan mereka mampu memahami lebih jelas bagaimana prestasi anak mereka, bagaimana cara anak mampu mengembangkan keterampilannya, bagaimana proses anak belajar sesuatu, bahkan orang tua bisa masuk kedalam imajinasi anak dalam melihat dunianya. Parker dalam Nutbrown dkk., 2013 menyatakan sebagai berikut. The parents learned from observing their children and developed an appreciation of their children’s high levels of involvement, discussing their children’s achievements at home with confidence, clarity and joy. ... The children have been the primary beneficiaries of this collaboration between parents and practitioners. We all had valuable knowledge and understanding to share. This was a group which enjoyed mutual respect, shared understandings, political awareness and a commitment to extending learning opportunities for young children. ISBN 978-602-72071-1-0 Bentuk keterlibatan masing-masing orang tua berbeda-beda bergantung pada kebijakan mereka. Schunk 2012 mengungkapkan bentuk keterlibatan orang tua antara lain mengontak sekolah mengenai anak mereka, memenuhi fungsi sekolah, mengomunikasikan nilai pendidikan yang kuat kepada anak, menyampaikan nilai usaha, mengharapkan anak untuk berkinerja baik di sekolah, dan memantau atau membantu pekerjaan rumah maupun proyek anak. Schunk dkk. 2012 menyatakan cara orang tua melibatkan diri dalam pendidikan anak yaitu dengan melibatkan diri dalam pekerjaan rumah dan proyek, mengunjungi sekolah, bertemu dengan guru-guru dari anak, ikut serta dalam berbagai aktivitas dan acara di sekolah, menjadi sukarelawan di sekolah mendapatkan sumber daya untuk acara sekolah, membantu anak-anak mereka dalam pemilihan bidang studi, mengikuti perkembangan kemajuan akademis anak, dan memberitahukan nilai pendidikan yang mereka miliki kepada anak mereka. Seorang ayah tidak terlepas dari tanggung jawabnya untuk turut memberikan pendidikan terbaik bagi anak. kehadiran seorang ayah tentu memiliki peranan penting bagi anak. Schunk dkk. 2012 menyatakan jenis keterlibatan ayah sebagai berikut. Tabel 1.1: Jenis Keterlibatan Ayah Jenis Karakteristik Penyedia ekonomi Menyediakan sumber daya ekonomi Kehadiran Menghabiskan waktu bersama dengan anak-anak; memberikan dukungan tertentu Tanggung jawab Memenuhi kebutuhan anak- anak; menyediakan sumber daya ekonomi; membantu merencanakan dan mengorganisasikan kehidupan anak-anak Keterlibatan tindakan Memiliki kontak langsung dan berinteraksi dengan anak-anak pada saat mereka dibesarkan, bermain, dan luang. Aksesibilitas Hadir dan menyediakan diri bagi anak Sumber: Diadopsi dari Schunk dkk. 2012 Keterlibatan orang tua baik dari ayah maupun ibu menjadi peranan yang penting bagi anak. Seorang ayah memiliki keterlibatan tersendiri bagi anak walaupun jarang sekali tampak berada di sekolah. Keterlibatan ayah maupun ibu dapat memberikan suatu rasa aman bagi anak.  Keterampilan Sosial Keterampilan sosial adalah kemampuan berinteraksi yang menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Combs dan Slaby dalam Merrell dan Gimpel, 2014 menyatakan keterampilan sosial adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan yang lain dalam konteks sosial tertentu dengan cara-cara tertentu yang dapat diterima atau dihargai secara sosial, saling menguntungkan dan bermanfaat terutama untuk orang lain. Selain itu Takahashi dkk. 2015 mendefinisikan keterampilan sosial sebagai penerimaan secara sosial dan perilaku-perilaku yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain untuk menghindari respon sosial yang tidak dapat diterima. Keterampilan sosial merupakan kemampuan berinteraksi dan berperilaku yang dapat diterima oleh orang lain sehingga dapat dihargai secara sosial. Seseorang penting untuk memiliki keterampilan sosial agar dapat membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setiap orang tidak dapat hidup sendiri. Setiap orang pasti membutuhkan orang lain baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Seseorang disebut sebagai makhluk sosial karena tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan orang lain. Dengan demikian keterampilan sosial dapat membantu seseorang membangun hubungan yang diinginkan dengan orang lain tanpa menganggu hak orang lain. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial tinggi akan mudah diterima oleh kelompok sosial. Hair dkk.dalam Bremer dan Smith, 2004 menyatakan sebagai berikut adolescents who have strong social skills, particularly in the areas of conflct resolution, emotional intimacy, and the use of pro-social behaviors, are more likely to be accepted by peers, develop friendships, maintain stronger relationships with parents and peers, be viewed as effective problem solvers, cultivate greater interest in school, and perform better academically. Seseorang dengan keterampilan sosial tinggi memungkinkan dirinya untuk dapat diterima oleh kelompok sosial. Seseorang yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi merupakan seseorang yang mampu mengembangkan persahabatan, dapat memelihara hubungan baik dengan orang tua dan teman sebaya, mampu memecahkan masalah dengan baik, memiliki minat yang tinggi di sekolah, dan mempunyai kemampuan akademik yang baik. Seseorang dengan keterampilan sosial yang kurang baik menyebabkan dirinya tidak dapat diterima secara sosial dengan baik. Seseorang dengan keterampilan sosial yang kurang baik cenderung memiliki hubungan yang tidak menyenangkan dengan orang lain dan mendapatkan umpan balik yang negatif. Beberapa karakteristik seorang siswa yang memiliki keterampilan sosial yang kurang baik diungkapkan oleh Geldard dan Geldard 2012 yaitu 1 Sering tidak dapat mengadaptasikan tingkah lakunya; 2 Cenderung memilih tingkah laku yang kurang bisa diterima oleh orang lain; 3 Kurang mampu memperkirakan konsekuensi dari tingkah lakunya; 4 cenderung kurang mampu memahami isyarat sosial; 5 cenderung kurang mampu melakukan keterampilan sosial yang diperlukan ISBN 978-602-72071-1-0 untuk situasi tertentu; dan 6 cenderung tidak bisa mengendalikan tingkah laku impulsif atau agresifnya. Keterampilan sosial siswa dapat diamati dengan memperhatikan beberapa dimensi. Berikut gambaran dimensi keterampilan sosial menurut Bremer dan Smith 2004. Tabel 1.2: Dimensi Keterampilan Sosial Bremer Smith 1 2 3 4 5 Keterampilan Sosial Umum Tepat waktu X X Menggunakan nada suara yang tepat X Mendorong semua orang untuk berpartisipasi X Belajar dan menggunakan nama orang X Memperhatikan orang yang sedang berbicara X Kontak mata dengan orang lain saat berbicara X Memeriksa pemahaman sendiri dan mengajukan pertanyaan dengan tepat X X Menggambarkan perasaan sendiri dengan tepat X X X Menjaga komentar X X X Mendukung ide dan komentar orang lain X X Mendukung orang lain secara verbal dan nonverbal X Meminta bantuan X X Berpartisipasi secara tepat dalam pembicaraan X Memulai dan menanggapi humor X Keterampilan Sosial yang dibutuhkan untuk Bekerja Bersama Berpindah kelompok kerja tanpa mengganggu X Bertahan dengan kelompok sendiri X X Menjaga tangan dan kaki sendiri X X Menghormati keterbatasan waktu X X Mengatur norma-norma kelompok X Bertahan pada topik X X Menawarkan untuk menjeaskan atau mengklarifikasi X X Mengkritik ide, bukan orang X X Melibatkan semua orang X Keterampilan Sosial yang Dibutuhkan di Dunia Kerja Memberi dan merespon perintah X X Memberikan sapaan atau ucapan pada pelanggan X Merespon kritikan X X Keterangan: 1 = Keterampilan relasional 2 = Keterampilana manajemen diri 3 = Keterampilan akademik 4 = Keterampilan kepatuhan 5 = Keterampilan penegasan Sumber: diadaptasi dari Bremer Smith 2004 Selain itu Spence dan Shepherd 1983 juga mengungkapkan beberapa dimensi keterampilan sosial yang dapat diamati sebagai berikut. Tabel 1.3: Dimensi Keterampilan Sosial menurut Spence dan Shepherd 1983 Perilaku Nonverbal Catatan 1. Ekspresi wajah 2. Kontak mata 3. Postur tubuh 4. Gerakan tubuh 5. Jarak sosial 6. Nada suara 7. Kenyaringan saat berbicara 8. Kecepatan saat bicara 9. Spontanitas berbicara 10. Keragu-raguan dalam berbicara 11. Penampilan umum Perilaku Verbal 12. Melakukan percakapan yang santai 13. Menunjukkan minat pada apa yang orang lain katakan 14. Mengekspresikan perasaan dengan tepat 15. Tidak setuju dengan orang lain dengan tidak marah 16. Menjaga dari gejala mengganggu 17. Meminta bantuan ketika membutuhkan 18. Menerima pujian 19. Bekerja sama dengan yang lain 20. Menanggapi kritik 21. Permasalahan lain sebutkan .................................. .................................. Berikan komentar pada hal berikut: 22. Dukungan sosial di masyarakat 23. Persahabatan 24. Tingkat kecemasan sosial 25. Merespon aktivitas sosial 26. Tertarik dengan aktivitas sosial. Kategori: 1 Kesulitan yang serius di daerah ini, mengganggu orang lain; 2 Umumnya kesulitan di daerah ini, menganggu interaksi sosial; ISBN 978-602-72071-1-0 3 Kesulitan dalam beberapa situasi atau dengan beberapa orang; 4 Umumnya sesuai, tidak mengganggu interaksi sosial; 5 sangat tepat. N.O = Tidak diamati Sumber: Diadaptasi dari Spence dan Shepherd 1983 Keterampilan sosial siswa dapat diamati dengan cara observasi, penilaian diri, serta pemberian quisioner kepada pihak yang memahami siswa. Spence dan Shepherd 1983 menyatakan “the main assessment tools used in the project involved a staff, a self report questionnare, and direct behavioural observation during role-play .” Staff questionnaire merupakan kuesioner yang dapat diberikan kepada guru kelas, GPK, shadow, maupun staff lain yang memahami dan memiliki hubungan interaksi dengan siswa untuk menilai keterampilan sosial siswa. Self report questionnare atau penilaian diri dilakukan kepada siswa untuk menilai dirinya sendiri. Direct behavioural observation yaitu pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa.  Makna Keterlibatan Orang Tua dalam Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar Siswa sekolah dasar merupakan seorang anak yang menempuh pendidikan pada jenjang dasar. Pada umumnya siswa sekolah dasar merupakan siswa dengan rentang usia antara 6 atau 7 tahun hingga 12 atau 13 tahun. Sekolah dasar merupakan tempat pendidikan pertama sebelum siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah pertama. Siswa sekolah dasar merupakan siswa dengan tahap perkembangan akhir masa kanak-kanak. Hurlock tanpa tahun menyatakan masa kanak-kanak akhir dimulai pada usia 6 tahun hingga seorang anak matang secara seksual atau kurang lebih 12 tahun. Keterlibatan orang tua memiliki makna tersendiri dalam keterampilan sosial siswa di sekolah dasar. Orang tua yang terlibat dalam kehidupan anak dapat memberikan hal yang positif dalam pengembangan keterampilan sosial siswa di sekolah dasar. Hurlock tanpa tahun menyatakan metode pelatihan anak yang digunakan oleh orang tua akan memengaruhi tingkat penerimaan anak secara sosial. Keterlibatan orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak tentu dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial anak. Hurlock tanpa tahun menyatakan keterampilan sosial dapat memengaruhi status penerimaan anak secara sosial. Status penerimaan anak secara sosial yang dinyatakan Hurlock berkaitan dengan kategori kepopuleran siswa di sekolah yang diungkapkan Ormrod. Ormrod 2009 menyatakan kategori siswa berdasarkan popularitas di sekolah yaitu siswa yang populer, siswa yang ditolak, dan siswa yang diabaikan. Siswa yang populer merupakan siswa yang disukai oleh teman-temannya, dianggap baik, dan terpercaya. Siswa yang populer pada umumnya memiliki keterampilan sosial yang baik. Siswa yang ditolak siswa yang tidak disukai oleh banyak temannya sebagai partner sosial. Siswa yang ditolak pada umumnya memiliki keterampilan sosial yang kurang baik. Siswa yang diabaikan neglected student merupakan siswa yang kurang mendapatkan perhatian dari teman-temannya. Siswa yang diabaikan cenderung pendiam dan tertutup. Gazelle dan Ladd dalam Ormrod, 2009 menyatakan siswa yang terabaikan cenderung suka menyendiri, pemalu atau tidak mengetahui cara untuk memulai interaksi, dan merasa puas dengan satu atau dua teman saja. PENUTUP Simpulan Keterlibatan orang tua dapat memberikan konstribusi yang besar dalam keterampilan sosial siswa di sekolah dasar. Seorang anak yang didukung secara positif dapat memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain baik dengan teman sebaya, guru, maupun orang dewasa lainnya. Seorang anak dengan keterampilan sosial yang baik dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Keterlibatan orang tua dapat diwujudkan dengan mengontak sekolah mengenai anak mereka, memenuhi fungsi sekolah, mengomunikasikan nilai pendidikan yang kuat kepada anak, menyampaikan nilai usaha, mengharapkan anak untuk berkinerja baik di sekolah, dan memantau atau membantu pekerjaan rumah maupun proyek anak. Dengan demikian anak akan merasa bahwa dirinya dihargai oleh orang tua. Hal tersebut memungkinkan siswa memiliki keterampilan sosial yang lebih baik dengan diberikannya dukungan dari orang tua. Keterlibatan orang tua dalam kehidupan anak tidak hanya memiliki pengaruh yang positif bagi anak, melainkan dapat memberikan konstribusi yang positif bagi orang tua sendiri. Orang tua dapat belajar banyak hal dengan ikut terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua menjadi memahami secara mendalam mengenai perkembangan anak mereka, orang tua pada akhirnya mengetahui dan belajar bagaimana berinteraksi dan mendidik anaknya, orang tua menjadi memiliki hubungan yang semakin dekat dengan anak, dan lain sebagainya. Saran Keterampilan sosial yang ada pada siswa tidak serta merta muncul tanpa adanya suatu dukungan- dukungan tertentu yang memengaruhinya. Orang tua merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Keterlibatan orang tua dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari anak dapat memberikan makna tersendiri bagi perkembangan keterampilan sosial anak. Penting bagi orang tua untuk terlibat secara positif dalam kehidupan anak. DAFTAR RUJUKAN Bremer, C.D. dan Smith, J. 2004. Teaching Social Skills. National Center on Secondary Education and Transition , 3 1, Online, http:www.ncset.org, diakses 2 Januari 2016. Geldard, K dan Geldard, D. 2008. Konseling Anak-Anak. Terjemahan Widijanto, G dan Yuwono, L. 2012. Jakarta: Indeks. ISBN 978-602-72071-1-0 Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Terjemahan Istiwidayanti. Tanpa tahun. Jakarta: Erlangga. Merrell, K. dan Gimpel, G. A. 2014. Social Skills of Children and Adolescents . New York: Psychology Press. Nuthbrown, C., Clough, P., dan Atherton, F. 2013. Inclusion in the Early Years . UK: SAGE. Ormrod, J. E. 2008. Psikologi Pendidikan Jilid 1. Terjemahan Wahyu Indianti. 2009. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan. Terjemahan Wibowo. 2013. Jakarta: Kencana. Santrock. 2011. Life Span Development - Perkembangan Masa Hidup . Terjemahan Benedictine Widyasinta. 2012. Jakarta: Erlangga. Schunk, D. H., Pintrich, P. R., dan Meece, J. L. 2008. Motivasi dalam Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Aplikasi . Terjemahan Ellys Tjo. 2012. Jakarta: Indeks. Schunk, D. H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective . Terjemahan Hamdiah dan Fajar. 2012. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Spence, Sue dan Shepherd, Geoff. 1983. Developments in Social Skills Training . London: Academic Press Inc. Takahashi, Y., Okada, K., Hoshino, T., dan Anme. 2015. Developmental Trajectories of Social Skills during Early Childhooh ang Links to Parenting Practices in a Japanese Sample. Science Research , 10 8, Online, dalam Plos One EBSCOhost http:web.b.ebscohost.comehostpdfviewerpd fviewer?sid=7bdfec6e-c8c3-4947-bae0- 1e2ceb8a9a7140sessionmgr114vid=1hid= 130, diakses 6 Januari 2016. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional . Kementerian Agama Republik Indonesia, Online, http:kemenag.go.idfiledokumenUU2003.pdf , diakses 2 Januari 2016. ISBN 978-602-72071-1-0 PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MEDIA PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA Efi Nilasari Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang E-mail: Cahayalintang90yahoo.co.id ABSTRAK Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengungkap peran nilai – nilai budaya yang terkandung dalam pembelajaran bahasa jawa dalam menghadapi perkembangan arus globalisasi dan modernisasi. Pembelajaran bahasa jawa merupakan medium pembentukan karakter generasi muda khususnya siswa di sekolah. Bahasa jawa akan menjadi sarana menumbuhkan nilai – nilai budi pekerti, kesantunan sikap, yang diwujudkan pada perubahan perilaku siswa menjadi baik sesuai harapan serta sesuai dengan tujuan pendidikan bangsa indonesia membentuk watak serta peradaban bangsa yang berbudaya. Hakikatnya pendidikan melalui bahasa jawa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari siswa untuk memperbaiki sikap dan perilaku yang sesuai. Harapannya pendidikan karakter dapat membentuk karakter siswa yang unggul dan mulia yang mencerminkan karakter berbudaya jawa. Kata Kunci : Pembelajaran, Bahasa, Jawa, Karakter. ABSTRACT This paper aims to reveal the role of values - cultural values contained in the Java language learning in the face of globalization and modernization . Learning the Java language is the medium of character formation young generation, especially students in the school . Java language would be a means to grow the value - the value of manners , politeness attitude , manifested in changes in the behavior of students to be good as expected and in accordance with the Indonesian national education goals form the character and civilization of a civilized nation . Essentially education through the Java language can be applied in everyday life - the student to improve attitudes and behavior accordingly. The hope of character education can shape students superior character and noble that reflects the character of Javanese culture . Keywords : Learning , Language , Java , Character PENDAHULUAN Di era globalisasi di segala aspek kehidupan sekarang ini, kehidupan bahasa jawa di kalangan generasi muda sangat memprihatinkan. Penggunaan bahasa jawa semakin berkurang, bahasa jawa telah mengalami kemunduran secara fungsional, tampak terlihat jelas tergeser dengan budaya global serta minimnya penggunaan bahasa jawa dalam kehidupan sehari – hari maupun menyempitnya pemahaman kata bahasa jawa. Bahasa merupakan salah satu bentuk manifestasi pola pikir masyarakat pada umumnya. Dalam konteks pembelajaran bahasa jawa merupakan salah satu media pembentukan karakter bagi generasi muda pada khususnya siswa di sekolah. Pembelajaran Bahasa Jawa akan menjadi media dalam menumbuhkan karakter siswa yang berbudi luhur, dan dapat membentuk moral yang baik. Bahasa jawa merupakan bahasa unik karena bahasa jawa mengandung nilai – nilai kesopanan, penghormatan, keramahan pada masyarakat jawa pada umumnya. Namun karena banyaknya budaya globalisasi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa indonesia menyebabkan nilai – nilai kesantunan, ketaatan kepada orang tua, adat istiadat serta norma menjadi bergeser ke arah budaya konsumtif, individualis, egois, hedonistik serta permissive. Pembelajaran bahasa jawa muncul sebagai sarana membentuk karakter siswa yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu pendidikan yang diharapkan memiliki karakter positif yang kuat dan tidak hanya berorientasi pada aspek koginitif saja, melainkan secara terintegrasi yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Saat ini penggunaan bahasa Jawa menjadi kurang popular di kalangan siswa sekolah. Kurangnya buku penunjang, media untuk pembelajaran, serta kerumitan Bahasa jawa sendiri menyebabkan Bahasa Jawa menjadi kurang disukai oleh kalangan muda. Di dalam Bahasa jawa memiliki tingkatan yang rumit, terkandung sejarah tatanan masyarakat Jawa pada zama dahulu, yang terdiri dari berbagai macam kasta dan golongan masyarakat. Errington,1998,p.11. Kerumitan yang terdapat di bahasa Jawa inilah yang membuat siswa minat terhadap bahasa “Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi” Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 jawa berkurang dan beranggapan bahasa jawa sebagai bahasa yang kuno, sehingga merasa malu untuk menggunakannya. Dengan keberadaan Bahasa Jawa ini generasi muda penerus bangsa diharapkan mempunyai sifat jujur, bermoral dan berkualitas, mempunyai hati nurani dan welas asih serta arif bijaksana. Untuk itu pembelajaran bahasa jawa hadir dan sekaligus berupaya secara matang dan baik membentuk karakter pribadi siswa. Pendidikan karakter dalam sistem pendidikan nasional telah termuat dalam KTSP maupun pada Kurikulum 2013 dan telah terintegrasi dengan berbagai mata pelajaran.Sekolah madrasah umumnya sudah menerapkan pendidikan karakter. Tidak luput dari muatan materi bahasa jawa yang wajib dilestarikan dan dikenalkan lebih dekat kepada siswa sebagai perwujudan penghargaan bangsa serta pendidikan kearifan budaya lokal PEMBAHASAN a. Pembelajaran Bahasa Jawa Pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral. Relasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran ini sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran juga sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral. Relasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran ini sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan Asmani, 2012: 17. Pembelajaran bahasa jawa menurut Kurikulum 2004 Bahasa Jawa diberikan di sekolah dengan beberapa pertimbangan yakni : a bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa, 2 bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian orang dewasa, 3 bahasa Jawa, termasuk di dalamnya sastra dan budaya Jawa mendukung kekayaan khasanah budaya bangsa. Pembelajaran bahasa dan sastra Jawa sebagai muatan lokal banyak dirasakan sulit dalam kurikulum sekolah. Sebagian besar merasa bahwa pelajaran bahasa dan sastra Jawa jauh lebih sulit dibandingkan mata pelajaran lain, seperti Matematika, IPS dan IPA yang biasanya dianggap sulit. Keadaan ini cukup memprihatinkan, sebab pada masa yang datang dikhawatirkan minat siswa untuk mempelajari bahasa jawa semakin rendah. Akibatnya cepat atau lambat tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan transformasi adat kesantunan serta nilai budaya jawa semakin terhambat. Selain itu dipertegas lagi dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, dalam Rohmadi, dkk: 2011: 9: Mata pelajaran bahasa Jawa merupakan bagian dari mata pelajaran muatan lokal. Mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Dalam Kurikulum Muatan Lokal Pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dalam Rohmadi, dkk: 2011: 11, dijelaskan bahwa:Standar kompetensi mata pelajaran bahasa, sastra, dan budaya Jawa terdiri atas kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa. Kompetensi berbahasa dan bersastra diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Keterampilan komunikasi di sini diperkaya oleh fungsi utama sastra dan budaya Jawa berupa penanaman budi pekerti, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian sosial, penumbuhan apresiasi sastra dan budaya Jawa, serta sebagai sarana pengungkapan gagasan, imajinasi, dan ekspresi kreatif, baik lisan maupun tulis. Keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Jawa didukung oleh kemampuan memahami dan menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh basa. Menurut Kurikulum 2013 Bahasa Jawa juga termasuk salah satu Muatan lokal di tingkat SDMISDLB, SMPMTs dan SMAMASMK, dan di provinsi Jawa Tengan menjadi muatan lokal yang wajib bagi semua jenjang pendidikan. Pembelajaran bahasa jawa pada khususnya unggah ungguh basa masih dianggap sulit. Program pembelajaran bahasa jawa meliputi lingkup penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami mengapresiasi sastra dan kemampuan menggunakan bahasa jawa. Bahasa jawa yang mempunyai tiga ragam bahasa yaitu ngoko, madya dan krama . Pembelajaran bahasa jawa untuk masyarakat penutur Jawa yang dikaitkan dengan teori lingustika, maka bahasa jawa tersebut masuk ke dalam pembelajaran pertama. Bahasa pertama adalah bahasa yang dipelajari sekarang ini masih taraf belajar berbicara. Bahasa pertama disebut juga bahasa ibu yang merupakan bahasa kurang dikuasai atau diperoleh anak Dardjowidjojo, 2005. Pembelajaran bahasa jawa melalui unggah – ungguh basa. Unggah – ungguh basa yaitu adat kesopanan, tata krama, tatasusila yang menggunakan bahasa jawa. Bahasa Jawa dua tingkatan yaitu : Kromo, bahasa halus dan ngoko, bahasa biasa. Bahasa kromo dipakai untuk menghormat orang tua atau orang yang perlu dihormati, sedangkan ngoko biasanya dipakai antar teman. Semua kata yang dipakai dalam dua tingkat bahasa tersebut berbeda, contoh : Bahasa Indonesia : Saya mau tidur Kromo : Kulo bade sare Ngoko : Aku arep turu Dalam percakapan sehari – hari, orang tua kepada anak memakai ngoko, sedang anaknya menggunakan kromo . Di dalam pergaulan bahasa campuran yang memakai kata – kata dari kromo dan ngoko lebih mudah dipelajari dalam praktek akan tetapi sulit dipelajari secara teori. Selain itu menurut Purwaningsih 2008 Bahasa jawa yang menyenangkan dan membangkitkan minat perlu dilakukan secara berkelanjutan supaya bahasa jawa dapat menjadi muatan materi yang tidak hanya di sukai melalui teori namun bisa di terapkan dalam kehidupan sehari – hari. ISBN 978-602-72071-1-0

b. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Pusat Kurikulum dan Perbukuan merupakan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik – buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter merupakan pemahaman akan nilai – nilai agama, budaya, dan sosial yang mampu memebntuk akhlak manusia menjadi lebih bermoral dan berbudi pekerti luhur sehingga mampu menilai dan meneladani sikap yang baik dalam kehidupan mereka sehari – hari. Menurut Patimah 2011 Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai – nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentinya nilai –nilai, dan penginternalisasian nilai- nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari – hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Sejalan dengan Narwanti 2011:15 pendidikan karakter merupakan segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakater peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku dan cara guru menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan berbagai gal terkait lainnya. Karakter merupakan akhlak, watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang digunakan sebagai landasan untuk cara panddang, berpikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan yang dimaksdu terdiri dari sejumlah moral, nilai dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Pendidikan karakter merupakan upaya – upaya yang dirancang dan dilaksanakaan secara sistematis untuk membantu siswa memahami nilai – nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,perasaan perkataan dan perbuatan berdasarkan norma – norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Pendidikan karakter seharusnya memabawa siswa ke pengenaalan nilai secara koginitf, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Hal ini diperkuat dengan paparan Lickona 1991:51 tentang pendidikan karakter yang disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action. Kata character dalam bahasa Inggris, berasal dari kaya charakter dalam bahasa Yunani. Awal mulanya, kata ini dipakai untuk menyebut tanda yang timbul di permukaan uang koin. Selanjutnya kata ini menjadi lebih umum yang berarti tanda khusus yang membedakan antara seseorang dengan orang lain. Lebih lanjut, karakter didefinisikan sebagai kumpulan dari suatu kualitas yang membedakan satu individu dari yang lain. Dengan kata lain, karakter adalah tanda yang membedakan antara diri kita dengan orang lain Aynur, 2011. Sekolah dengan implementasi pendidikan karakter yang tinggi, cenderung memiliki nilai akademik yang lebih tinggi dari tahun sebelum adanya implementasi pendidikan karakter.

c. Pembentukan Karakter melalui Pembelajaran

Bahasa Jawa Bahasa jawa sampai saat ini memiliki penutur terbanyak di antara bahasa daerah yang ada di Indonesia. Hal tersebut didasarkan pada catatan Pusat Bahasa dalam Moeliono, 1981. Secara substansial nilai – nilai lokal, seperti yang dikemukakan Sayuti 2003:3 budaya etnik lokal mengandung tata nilai, norma, keyakinan, kebiasaan, konsepsi, dan simbol – simbol yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa. Melalui pembelajaran yang pada umumnya di ajarkan di sekolah siswa secara bertahap memasuki proses penyiapan diri untuk hidup serta berlangsungnya proses adaptasi nilai – nilai dalam diri siswa. Membentuk karakter merupakan bagian dari proses yang berlangsung seumur hidup. Siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap siswa bisa berkembang secara optimal. Ada tiga pihak yang mempunyai peranan penting pembentukan karakter anak yakni, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui bahasa jawa ini sebagai sarana membentuk pribadi yang santun dengan unggah ungguh yang ada dalam adat jawa, mengerti cara pitutur yang baik. Bagi masyarakat Jawa ada empan papan artinya masyarakat jawa akan berhasil dalam hidupnya jika bisa, menempatkan diri dalam hal unggah-ungguhing basa, kasar alusing rasa dan jugar genturing tapa. Kultur budaya jawa dalam pembelajaran bahasa jawa memberikan makna secara tersirat yang mengandung etika, norma yang perlu di terapkan dalam kehidupan sehari – hari siswa. PENUTUP Simpulan Pembelajaran bahasa jawa merupakan sebuah bentuk media yang memiliki potensi nilai – nilai lokal yang di dalamnya mengemban fungsi sebagai alat komunikasi, kebudayaan, dan perorangan. Fungsi komunikasi terkait dengan upaya agar siswa dapat menggunakan bahasa jawa secara baik dan benar untuk kepentingan alat perhubungan dalam kelurga maupun masyarakat. Fungsi kebudayaan terkait dengan pemerolehan nilai – nilai budaya untuk keperluan pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Fungsi perorangan terkait fungsi instrumental, khayalan dan informasi. Pembelajaran bahasa jawa sebagai sarana pembentukan karakter dimaksudkan untuk mengangkat nilai dan membentuk sikap, perilaku yang berbudi luhur, tata krama, adi luhung, andhap asor, kemanusiaan, nilai hormat, tahu berterima kasih, kasih sayang yang baik serta membentuk manusia yang beradab. Saran Pada jalur pendidikan, pelestarian bahasa jawa dapat dilakukan begitu pula pembentujan karakter siswa dapat direalisasikan melalui penerapan kurikulum yang memuat materi bahasa jawa bagi siswa di tingkat dasar dengan jenjang berikutnya. Pada jalur nonpenddikan, perlu dilakukan pada semua kehidupan. ISBN 978-602-72071-1-0 DAFTAR PUSTAKA Asmani Jamal Ma‟mur. 2012. 7 Tips Aplikasi PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan . Yogyakarta: Diva Press. Bening dkk.2003. The Relationship of Character Education Implementation and Academik Achievment in Elemtary Schools.Journal of Research in Character. Volume 1 Nomor 1. Pala, Aynur.2011. The Need Character Educaton”.International Journal of Social Sciences and Humanity Studies.Vol.3.No.2.2011. Dardjowidjojo. 2005. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia . Jakarta : Yayasan Obor. Errington, J.Joseph.1998. On the ideology of Indonesian Languange Development : The State of a Languange of state . Pragmatic 2:3,pp.417-426. Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia Pusat Kurikulum dan Perbukuann.2011 Sayuti, Siminto A. 2003. Muatan Lokal dalam Penyelenggaraan Pendidikan .Bukitinggi:Makalah Kongres Kebudayaan Kurikulum Bahasa Jawa. 2004. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Moeliono, Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa . Jakarta: Jambatan. Patimah. 2011. Pendidikan Karakter Secara Terpadu Dalam Pembelajaran.Publish :18-10-2011. Diakses 1 januari 2015 Purwaningsih, Cristina.2008. Strategi Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP . Jurnal Humaniora.Vil.8.Agustus 2008. Lickona, Thomas.1991. Educatiing for Character: Hor our Schools Can Teach Respect and Responsibility . New York : Bantam. ISBN: 978-602-72071-1-0 KONSEP E-LEARNING SEBAGAI METODE PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI Alexander Chandra Wijaya Program Pasca Sarjana, Fakultas Pendidikan Sains, Universitas Negeri Surabaya Email : alexander.chandra77yahoo.com ABSTRAK Dewasa ini dunia pendidikan merupakan faktor yang menentukan dan bisa menjadi tolok ukur untuk kemajuan dan pencapaian prestasi suatu bangsa. Seiring dengan perkembangan itu pula teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan juga berdampak pada dunia pendidikan. Berbagai teknik dan metode pengajaran dalam pendidikan sekarang banyak bermunculan seiring dengan semakin mudahnya akses Information Communication Technology ICT. Apalagi dengan kehadiran jaringan internet, dimana berbagai informasi akan sangat mudah didapatkan oleh semua orang. Inovasi pendidikan mulai tak terbendung lagi. Perkembangan Information Communication Technology ICT mempermudah guru dan dosen dalam merealisasikan amanat PP No. 19 Tahun 2005. Bentuk realisasi penggunaan Information Communication Technology diantaranya adalah diterapkannya e-learning dalam dunia pendidikan.Kata Kunci: e-learning, globalisasi PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya, peserta didik dilibatkan kedalam pengalaman yang difasilitasi oleh guru sehingga pelajaran dapat mengalir dalam pengalaman yang melibatkan emosi, pikiran, dan terjalin dalam kegiatan yang menyenangkan dan menantang dan mendorong prakarsa peserta didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik memperoleh inspirasi dari pengalaman yang menantang dan termotivasi untuk bebas berprakarsa, kreatif, dan mandiri. Karena pengalaman itu sendiri merupakan sebuah proses pembelajaran yang merupakan aktifitas mengingat, menyimpan, dan memproduksi informasi gagasan-gagasan yang memperkaya kemampuan dan karakter peserta didik Utomo, 2010. Proses pembelajaran merupakan hal terpenting untuk membantu peserta didik dalam mensukseskan materi yang didapatkannya. Akan tetapi kesuksesan peserta didik untuk mempelajari suatu materi sangat berpengaruh oleh metode yang digunakan oleh gurudosen dalam proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada diIndonesia senantiasa terus berkembang, pada setiap factor yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Telebih-lebih dengan adanya perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan untuk melakukan aktifitas belajar mengajar yang lebih efektif. Sebagaimana yang dicantumkan didalam peraturan pemerinta Republik Indonesia No. 192005, pasal 19 yang berbunyi “proses pembelajaran dalam satuan pendidikan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologi pe serta didik”. Dewasa ini dunia pendidikan merupakan factor yang menentukan dan bisa menjadi tolok ukur untuk kemajuan dan pencapaian prestasi suatu bangsa. Seiring dengan perkembangan itu pula teknologi informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan juga berdampak pada dunia pendidikan. Berbagai teknik dan metode pengajaran dalam pendidikan sekarang banyak bermunculan seiring dengan semakin mudahnya akses Information Communication Technology ICT. Apalagi dengan kehadiran jaringan internet, dimana berbagai informasi akan sangat mudah didapatkan oleh semua orang. Inovasi pendidikan mulai tak terbendung lagi. Perkembangan Information Communication Technology ICT mempermudah guru dan dosen dalam merealisasikan amanat PP No. 19 Tahun 2005. Bentuk realisasi penggunaan Information Communication Technology diantaranya adalah diterapkannya e-learning dalam dunia pendidikan. Pengembangan pendidikan menuju e-learning merupakan suatu alternative dalam meningkatkan standar mutu pendidikan, karena e-learning merupakan suatu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dengan jangkauan luas dan berlandaskan tiga kriteria yaitu: 1 e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi, dan membagi materi ajar atau informasi. 2 pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan ISBN: 978-602-72071-1-0 menggunakan teknologi internet yang standar. 3 memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma pembelajaran tradisional Rosenberg, 2001. Seiring dengan perkembangan IT yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis IT menjadi tidak terelakan. Konsep yang dikenal dengan sebutan e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transfer ilmu pendidikan kelas ke metode digital elektronik, baik secara isi maupun sistemnya. E-learning adalah system pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung pengembangan kegiatan belajar mengajar dengan media internet, atau media jaringan komputer lainnya. Metode pembelajaran e-learning adalah salah satu revolusi pembelajaran berbasis teknologi internet. Penerapan e-learning dalam pembelajaran tersebut adalah para peserta didik dapat mendownload atau mengunduh dan mengupload tugas sebagai pengganti pertemuan tatap muka. PEMBAHASAN Pengertian dan manfaat E-learning Electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik dinegara-negara maju maupun berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e- learning , namun pada prinsipnya e-learning pada prinsipnya adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang relative baru di Indonesia. Jadi dalam pelaksanaan e-learning menggunakan jasa audio, video, atau perangkat computer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan kata lain e- learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satellite, atau computer. Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain, pesatnya fasilitas teknologi informasi, dan perkembangan penggunaan internet disunia saat ini berkembang dengan pesat. Penggunaan internet menjadi suatu kebutuhan dalam mendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari. Apalagi dengan tersediannya fasilitas jaringan internet infrastructure dan koneksi internet internet connections. Serta tersediannya piranti lunak pembelajaran management course tools. Juga orang yang terampil mengoperasikan atau menggunakan internet semakin meningkat jumlahnya Soekartawi, 2002. Pembelajaran elektronik atau e-learning telah dimulai pada tahun 1970 Waller and Wilson, 2001. Berbagai istilah digunakan untuk mengemukakan pendapatgagasan tentang pembelajaran elektronik, antara lain adalah: on-line learning, internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning. Ada tiga hal yang penting sebagai persyaratan kegiatan belajar elektronik e-learning, yaitu: a kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan “jaringan” dalam uraian ini dibatasi pada penggunaan internet. Jaringan dapat mencakup LAN atau WAN, b tersedianya layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM, atau bahan cetak, dan c tersedia dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan. Disamping ketiga persyaratan tersebut diatas masih dapat ditambahkan persyaratan lainnya: a lembaga yang menyelenggarakanmengelola kegiatan e-learning, b sikap positif dari peserta didik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi computer dan internet, c rancangan system pembelajaran yang dapat dipelajaridiketahui oleh setiap peserta belajar, d system evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta didik, dan e mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggaranya. Dengan demikian secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran elektronik e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan Internet, LAN, WAN sebagai metode penyampaian interaksi, dan fasilitasi serta didukung oleh bentuk layanan belajar lainnya Brown, 2002. Manfaat pembelajaran elektronik menurut Bates 1995 dan Wulf 1996 terdiri atas empat hal yaitu : a Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru enhance interactivity b Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja time and place flexibility. c Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas potential to reach a global audience. d Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran easy updating of content as well as archivable capabilities . Dengan demikian diharapkan penerapan e- learning diperguruan tinggi dapat memberi manfaat antara lain: a Adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya dan dosen. b Tersedianya sumber-sumber pembelajaran yang tidak terbatas. c E-learning yang dikembangkan secara benar dan efektif dalam meningkatkan kualitas lulusan dan kulitas perguruan tinggi. d Terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi, dan menerima serta tidak terbatas dalam satu lokasi. e Meningkatkan kualitas dosen karena dimungkinkan menggali informasi secara lebih luas dan tidak terbatas. Internet sebagai media pendidikan Internet adalah jaringan computer. Tetapi jaringan computer belum tentu internet. Jaringan sekelompok computer yang sifatnya terbatas disebut jaringan lokal Local Area Network. Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan computer, termasuk idalamnya jaringan local, yang terhubung melalui saluran satelit, telepon, kabel dan jangkauannya seluruh dunia Kamaraga, 2002. Jaringan ini merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang mengatur dan memilikinya. ISBN: 978-602-72071-1-0 Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup, Mailing list Milis, File Transfer Protocol FTP, atau World Wide Web WWW. Diantara banyak fasilitas tersebut menurut Onno W. Purbo 1997, “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Newsgroup, Mailing list Milis, File Transfer Protocol FTP, atau World Wide Web WWW”. Mailing list mulai diperkenalkan setelah e-mail pada tahun 1972 http:www.livinginternet.com. Ini merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk membuat kelompok diskusi atau penyebaran informasi. Cara kerja mailing list adalah pemilik e-mail dapat bergabung dalam sebuah kelompok diskusi, atau bertukar informasi yang tidak dapat diintervensi oleh orang luar kelompoknya. Komunikasi melalui fasilitas ini sama seperti e-mail bersifat tidak langsung. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, gudangnya sumber informasi, dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya dengan fasilitas yang dimilikinya. Menurut Onno W. Purbo 1998 ada tiga hal dampak positif internet dalam bidang pendidikan yaitu : a Peserta didik dapat dengn mudah mengambil mata kuliah dimana pun diseluruh dunia tanpa batas institusi atau batas Negara. b Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli dibidang yang diminatinya. c Kuliahbelajar dapat dengan mudah diambil berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitassekolah tempat siswa belajar. Di samping itu kini hadir perpustakaan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan secara fleksibel. Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada narasumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan online, sumber literature, akses hasil-hasil penelitian, dan akses materi kuliah. Ada beberapa alasan, bahwa teknologi informasi dapat diterapkan dalam media pendidikan diantaranya : a Pertama, banyak sekolah sekarang dilengkapi dengan fasilitas computer sehingga dimungkinkan untuk mengembangkan paket belajar personal-interaktif yang materi ajarnya dikemas dalam suatu software. Peserta dapat belajar dengan cara menjalankan program computer atau perangkat lunak tersebut dikomputer secara mandiri dan dilokasi masing- masing. Melalui paket program belajar ini peserta didik dapat melakukan simulasi atau juga umpan balik tentang kemajuan belajarnya. b Kedua, Negara Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang tersebar dalam wilayah yang sangat luas, serta dihuni oleh 200juta penduduk dengan distribusi tidak homogen. Kondisi ini memamg disadari memiliki kendala ketika akan diterapkan system pendidikan yang konvensional tatap muka. Maka teknologi informasi yang mungkin diterapkan untuk kondisi tersebut adalah melalui jaringan internet. Peserta didik dapat mengakses system kapan saja dan sesering mungkin time independence, tidak terbatas pada jam belajar dan tidak bergantung pada tempat place independence c Ketiga, untuk kesamaan mutu dalam memperoleh materi, dikembangkan paket belajar terdistribusi yaiu materi belajar itempatkandisimpan disebuah server yang tersambung internet shingga dapat diambil oleh peserta ajar dengan baik memakai web browser ataupun File Transport Protocol aplikasi pengiriman file. Metode pembelajaran Pada dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian delivery system dari e-learning dapat digolongkan menjadi dia yaitu, komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui system dua arah. Dalam e-learning, system dua arah diklasifikasikan menjadi dua, antara lain : 1 Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat guru memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan. 2 Dilaksanakan dengan cara tiak langsung, misalnya pesan dari guru yang direkam dahulu sebelum digunakan. Karakteristik e-learning ini antara lain adalah : 1 Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesame siswa atau guru dan sesame guru berkomunikasi dengan relative mudah tanpa hal- hal yang bersifat protokoler. 2 Memanfaatkan keunngulan computer digital media dan computer network 3 Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri self learning materials disimpan dikomputer sehingga dapat diakses oleh guru kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan memerlukan. 4 Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hasil yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat melalui computer. Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan mempengaruhi tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar didominasi oleh peran seorang guru, karena itu disebut dengan the era of teacher. Kini proses belajar mengajar banyak didominasi oleh peran guru dan buku the era of book and teacher dan pada masa mendatang proses belajar mengajar akan didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi the era of book, teacher, and technology . Dalam era global seperti sekarang ini, kita harus berhubungan dengan teknologi, khususnya teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak merasa “kaku” terhadap teknologi. Banyak hasil penelitian ISBN: 978-602-72071-1-0 menunjukan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pula lah memperoleh kesempatan untuk maju. Informasi sudah merupakan “komoditi” sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Perkembangan pengguna internet didunia ini berkembang sangat cepat kerana beberapa hal, antara lain : a Menggunakan internet adalah suatu kebutuhan untuk mendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari. b Tersedianya fasilitas jaringan internet internet infrastructure dan koneksi internet connections internet . c Semakin tersedianya piranti lunak pembelajaran management course tools d Keterampilan jumlah orang yang mengoperasikan atau menggunakan internet. e Kebijakan yang mendukung pelaksanaan program yang menggunakan internet tersebut Soekartawi, 2002. Pemanfaatan internet di Indonesia pada tahap “baru mulai”. Sebenarnya pemanfaatan internet untuk e- learning di Indonesia bisa ditingkatkan jika fasilitas yang mendukung memadai, baik fasilitas yang berupa infrastruktur maupun fasilitas yang bersifat kebijakan. Hal ini bukan saja didukung oleh data seperti yang disajikan diatas, namun juga semakin banyaknya warung-warung internet internet kios yang muncul dipelosok Indonesia. Pengguna internet bukan saja dai kalangan pelajar dan mahasiswa, namun juga dari kalangan masyarakat lain. Hal ini bisa dipakai sebagai indikasi bahwa internet memang diperlukan untuk membantu kelancaran pekerjaan atau tugas-tugas pengguna internet. Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar computer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo 2002 mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning , yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. System yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan system e- learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta didik dapat diefisiensikan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan system e-learningnya. PENUTUP Simpulan Era globalisasi memberi tuntutan yang sangat besar bagi segala aspek, baik dari segi miter, ekonomi, dan pendidikan. Di era yang serba praktis ini, semakin berkembangnya teknologi membuat sebagian umat manusia diharuskan untuk mengikuti perkembangannya, tidak terkecuali di bidang pendidikan sekalipun. Teknologi memberikan sebuah solusi dan warna baru untuk berkembangnnya metode-metode yang telah ada dan semakin bervariatif. Dengan terkoneksi melalui internet, sekali akses maka akan terbukalah berbagai macam pengetahuan yang sebelumnya tidak mungkin menjadi bisa dijangkau. Besar manfaat e-learning bagi Pendidikan di Indonesia, mengingat di era globalisasi yang semakin maju dan berkembang, para guru dan peserta didik turut mempunyai peranan yang sangat fungsional dalam mengembangkan e-learning, mengingat kemudahan dalam mengakses pengetahuan yang tersedia secara umum. Baik gurudosen turut berperan secara aktif dalam mengembangkan metode pendidikan yang ada di Indonesia, dengan harapan semakin berkembangnya metode-metode yang telah ada akan memberikan dampak yang sangat signifikan baik bagi para pengajar itu sendiri maupun peserta didik . DAFTAR PUSTAKA Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo. 2002. E-learning berbasis PHP dan MySql, Elex Media Komputindo, Jakarta Bates, A. W. 1995. Technology, open Learning and Distance Education. London: Routledge Brown, M. D. 2002, september 16. Education World : Technology in the Class Room: Virtual High School, part 1, the voice of experience . Retrieved from www.education- world.coma_techtech052.shtml. Kamaraga, H. 2002. Belajar Sejarah Melalui E- learning. Jakarta: PT.Intimedia. Onno W. Purbo.1999.E-Commerce, Paradigma baru di Era Informatic Economy. Info Komputer. Vol SeptemberII. Jakarta. Elex Media Komputindo Soekartawi. 2002, Desember 19. E-learning:Konsep dan Aplikasinya. bahan ceramahmakalah yang disampaikan pada seminar yang diselenggarakan Balitbang . Utomo, D. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Nuansa. Wulf, K. 1996. Training Via Internet: Where are we? Training and development 50 No.5. 20 september 2006. . ISBN: 978-602-72071-1-0 IMPLEMENTASI PORTABLE MINI GENERATOR TENAGA ANGIN SEBAGAI MEDIA SIMULASI PADA MATERI ELEKTRONIKA DASAR Sunardiyanto 1 Fendi Achmad 2 Asmala Izza Agustin 3 1,2,3 Pendidikan Teknik Informatika, Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Program Pascasarjana UNESA Email: sarjanasunardiyantogmail.com ABSTRAK Indonesia sebagai negara dengan 23 wilayahnya merupakan lautan, menobatkan bangsa indonesia sebagai poros maritim didunia. Untuk menghadapi tantangan tersebut, keseimbangan teknologi dan sumber daya alam lautan menjadi tanggung jawab seluruh warga negara indonesia, khususnya bidang pendidikan yang memiliki peran untuk menciptakan dan membina sumber daya manusia SDM. Sekolah Menengah Kejuruan SMK mengambil peran penting meciptakan siswa-siswa terampil dan kompeten dalam bidangnya. Pada penelitian implementasi Portable Mini Generator Tenaga Angin sebagai media simulasi pada materi elekronika dasar sebagai prototype pembelajaran elektronika dasar tentang kelistrikan sehingga siswa SMK mampu Mengetahui cara mencarimemperoleh sumber energi listrik alternatif dengan pembuatan portable mini generator tenaga angin. Kata Kunci : Implementasi, Portable Mini Generator, Simulasi, Elekronika Dasar, SMK PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dewasa ini telah memasuki babak baru, dimana setiap lini kehidupan bersanding bahkan bergantung pada teknologi yang artinya teknologi memberikan peran dan dampak yang begitu signifikan bagi aktivitas manusia beberapa diantaranya dalam kehiduan sosial kemasyarakatan, ekonomi dan dunia pendidikan. Menjadi tugas bidang pendidikan baik formal maupun normal untuk mengembangkan sumber daya manusia SDM sehingga mampu mengimbangi pesatnya laju pertumbuhan teknologi yang semakin canggih dan inoatif. Pendidikan formal yang dipersiapkan untuk mengimbangi pertumbuhan teknologi tersebut salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Karena tanggung jawab SMK menciptakan siswa yang memiliki kemampuan skill dan kompeten dibidangnya. Kawasan Negara Indonesia merupakan daerah dengan laut yang sangat luas sehingga disebut sebagai negara maritim dengan 23 wilayah indonesia merupakan wilayah lautan[1], selayaknya pendidikan indonesia juga mulai memikirkan pemanfaatan zona kelautan indonesia untuk bisa dikembangkan dengan berbagai cara sesuai dengan bidang keahlian dan potensi dari SMK tersebut. Sejalan dengan yang pernah disampaikan oleh bapak presiden Joko Widodo untuk menjadikan indonesia sebagai poros maritim dunia. Untuk mewujudkan cita- cita bangsa indonesia harus didukung adanya SDM dan teknologi yang memadai. Indonesia sebagai salah satu negara maritim, banyak penduduknya yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Perlu adanya perhatian khusus terhadap kinerja para nelayan. Peran teknologi akan sangat membantu dan meningkatkan kinerja nelayan dalam berlayar. Keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan SMK memberikan harapan untuk terus mengembangkan teknologi sehingga dapat berjalan berdampingan dengan potensi alam yang dimiliki negara indonesia terutama dalam bidang kelautan. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 K-13 memberikan kesempatan kepada siswa SMK untuk terus mengembangkan kemampuan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan kehidupan sehari-sehari. Siswa SMK harus mampu memikirkan kebutuhan energi akan sangat penting bagi para nelayan ketika berlayar tentu sumber energi listrik menjadi suatu kebutuhan yang utama. Hal buruk akan terjadi pada nelayan jika mereka harus mengalami kekurangan energi listrik. Dengan simulasi Portable Mini Generator Tenaga Angin pada materi elektronika dasar ini dapat memberikan pemahaman kepada siswa SMK untuk memanfaatkan tenaga alam angin laut sebagai pembangkit tenaga listrik sendiri, sehingga dapat “Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi” Surabaya, 23 Januari 2016 Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 “Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi” Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 menghemat penggunaan listrik sekaligus membantu disaat krisis energi dan juga mampu menghemat pemakaian bahan bakar solar untuk mengaktifkan dieselgenset. Dimana kita ketahui sumber energi listrik sangat penting untuk menghidupkan peralatan-peralatan listrik selama berlayar. Dengan media simulasi mampu memberikan pemahaman lebih baik terhadap siswa karena siswa mampu belajar sesuai dengan kenyataan dilapangan, terbukti dalam beberapa tahun terakhir media simulasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Penerapan Pembelajaran Fisika dengan Media Simulasi PhET pada Pokok Bahasan Gaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIA SMPN 6 Yogyakarta[2]. S. Prihatiningtyas, T. Prastowo, B. Jatmiko dalam penelitiannya Imlementasi Simulasi Phet dan Kit Sederhana untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa pada Pokok Bahasan Alat Optik[3]. Peningkatan Mutu Pembelajaran Mata Pelajaran Elektronika Dasar Di Smkn 2 Salatiga Dengan Memanfaatkan Multimedia Komputer dilakukan Dwi Purwanti dan Yunianto[4]. Dalam implementasi simulasi Portable Mini Generator Tenaga Angin pada materi elektronika dasar digunakan desain untuk memberikan gambaran materi elektronika dasar tentang kelistrikan yang diperolah dari tenaga angin dilautan. Dengan alat Portable Mini Generator Tenaga Angin siswa mampu mengetahui energi listrik yang dihasilkan dan mampu digunakan sebagai energi alternatif sumber energi listrik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk membangun alat atau media simulasi berupa Portable Mini Generator Tenaga Angin pada Materi Elektronika Dasar sebagai prototype pembelajaran elektronika dasar tentang kelistrikan sehingga siswa SMK mampu Mengetahui prinsip kerja dan pengaplikasian portable mini generator tenaga angin pada saat berlayar. Mengetahui besar nilai energi listrik yang dihasilkan dari portable mini generator tenaga angin. Mengetahui manfaat dan efektifitas portable mini generator tenaga angin sebagai alternatif sumber energi listrik. STUDI PUSTAKA 1. Generator Generator adalah sumber tegangan listrik yang diperoleh melalui perubahan energi mekanik menjadi energi listrik. Generator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik, yaitu dengan memutar suatu kumparan dalam medan magnet sehingga timbul ggl induksi. Generator mempunyai dua komponen utama, yaitu bagian yang diam stator dan bagian yang bergerak rotor. Rotor berhubungan dengan poros generator yang berputar di pusat stator. Poros generator biasanya diputar menggunakan usaha luar yang dapat berasal dari turbin, baik turbin air atau turbin uap dan selanjutnya berproses menghasilkan arus listrik[5]. Hal ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air, yang menciptakan aliran air tapi tidak menciptakan air di dalamnya. Sumber enegi mekanik bisa berupa resiprokat maupun turbin mesin uap, air yang jatuh melalui sebuah turbin maupun kincir air, mesin pembakarandalam, turbinangin, engkol tangan, energi surya atau matahari, udara yang dimanfaatkan, atau apa pun sumber energi mekanik yang lain. Gambar 1. Kerja Generator 2. Joule Thief Joule Thief adalah sebuah rangkaian yang memanfaatkan sumber energi sekecil apapun untuk menyalakan lampu ataupun alat elektronik lainnya. Sistem kerja dari Joule Thief ini memanfaatkan sistem kerja dari induktor. Induktor atau reaktor adalah sebuah komponen elektronika pasif kebanyakan berbentuk torus yang dapat menyimpan energi pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintasinya. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnet ditentukan oleh induktansinya, dalam satuan Henry. Biasanya sebuah induktor adalah sebuah kawat penghantar yang dibentuk menjadi kumparan, lilitan membantu membuat medan magnet yang kuat di dalam kumparan dikarenakan hukum induksi Faraday. Induktor adalah salah satu komponen elektronik dasar yang digunakan dalam rangkaian yang arus dan tegangannya berubah-ubah dikarenakan kemampuan induktor untuk memproses arus bolak-balik[6]. Gambar.2 Skema Dasar Joule Thief Kawat tembaga yang di lilitkan ini adalah kawat tembaga yang memiliki isolator atau email wajib. Jika kawat yang dililit tidak memiliki isolator apalah artinya lilitan tersebut, karena akan dianggap listrik sebagai jalan lurus, dengan kawat email isolator yang di lilit maka arus listrik akan menempuh jalur panjang mengikuti penampang kabel, nah setiap konduktor media peghantar ketika dialiri arus listrik maka disekitar penampang kabel tersebut akan menghasilkan medan magnet, ketika kawat lilit maka kuat medan magnet akan meningkat. Pada rangkaian joule thief untuk memaksimalkan energi input yang masuk pada coiltoroida, digunakan driver transistor dan filter kapasitor. ISBN 978-602-72071-1-0 3. Induktor dan Toroida Induktor toroid adalah induktor yang dibuat pada inti atau core berbentuk lingkaran seperti donat. Jika biasanya induktor berbentuk silinder memanjang, maka toroid berbentuk lingkaran. Biasanya selalu menggunakan inti besi core yang juga berbentuk lingkaran seperti kue donat[7]. Salah satu keuntungan induktor berbentuk toroid, dapat induktor dengan induktansi yang lebih besar dan dimensi yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan induktor berbentuk silinder. Juga karena toroid umumnya menggunakan inti core yang melingkar, maka medan induksinya tertutup dan relatif tidak menginduksi komponen lain yang berdekatan di dalam satu pcb. Aplikasi Induktor Toroid Induktor toroid dapat ditemui pada perangkat radio atau power supply switching. Induktor toroid pada rangkaian power supply berfungsi sebgai filter. Pada saat ini induktor toroid juga dapat ditemui dalam bentuk transformer, terutama transformer pada power amplifer daya besar. Kelebihan Induktor Toroid Medan magnet yang tetutup, sehingga medan magnet yang dihasilkan oleh induktor toroid tidak akan menginterferensi perangkat elektronik yang lain. Bentuk fisik yang lebih kecil untuk nilai induktensi yang sama dengan induktor jenis lain. Bentuk fisik yang kecil ini memberikan keuntungan efisiensi tempat perakitan induktor. Medan magnet yang lebih kuat, sehingga induktor toroid dapat menghemat jumlah lilitan dalam pembuatan induktor dengan bentuk toroid. 4. Kincir Bagian ini merupakan komponen utama untuk mendapatkan semaksimal mungkin hembusan angin. Bagian ini merupakan bagian paling sulit dibangun. Eksperimen terus menerus dengan sabar sehingga didapatkan kesesuaian antara kekuatan hembusan angin, ukuran baling-baling dan kemampuan generator[8]. Gambar 3. Kincir pembangkit listrik 1. Tiang Digunakan sebagai penompang generator dan alat lainnya bagian ini sangat penting supaya bias berdiri sekaligus untuk mendapatkan angin yang maksimal. 2. Ekor Digunakan untuk menentukan arah angin datang dari mana, sehingga kincir angin akan otomatis berubah arahmenghadap ke arah mana angin datang. Kincir angin disini sebagai sumber utama energi yang dijadikan sebagai generator dan dipadukan dengan rangkaian joule thief. Dalam hal ini kincir angin digunakan sebagai pengganti battrai, tegangan yang kecil yang dihasilkan generator kincir angin akan disesuaikan dan dioptimalkan dengan joule thief agar mampu menghasilkan energi yang cukup. Prinsip dari joule thief, memanfaatkan sumber energi sekecil apapun. METODE PENELITIAN Perancangan berfungsi untuk mendesain rancang bangun sistem yang akan dibuat, memilah fungsi dan kegunaan alat, serta komponen-komponen yang digunakan agar tidak terjadi kesulitan dalam pembuatan sistem yang akan dibangun. Setelah dilakukan perancangan dilanjutkan dengan proses Pembuatan dan perakitan alat, waktu perakitan dilakukan mulai tgl 15-17 November 2015 bertempat di bengkel teknik elektronika audio video SMK KAL-1 Surabaya. Cara kerja Portable Mini Generator Tenaga Angin yang pertama adalah memanfatkan sumber energi dari alam yaitu tenaga angin, yang nantinya akan menggerakkan baling-baling atau kincir angin pada generator. Memanfaatkan perubahan energi mekanik gerak dan elektromagnetik pada generator, akan dihasilkan energi listrik. Sekecil apapun energi listrik yang dihasilkan oleh generator akan dimaksimalkan dengan rangkaiana joule thief, yang nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk mensuplai perangkat-perangkat elektronik. Secara umum dapat digambar dengan diagram blok perancangan sistem sebagai berikut: Gambar 4. Diagram Blok Perancangan Sistem Untuk membuat Portable Mini Generator Tenaga Angin dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut: Alat: 1. Bor listrik 1 unit 2. Multimeter 1 unit 3. Toollset 1 unit 4. Solder+timah 1 unit 5. Gergaji 1 unit Bahan: 1. Tiang penyangga ± 1 meter 2. Motor dc + baling-baling 2 unit 3. Toroida 4. Kapasitor electrolyt 330uF20V 5. Transistor BD 139 6. LED 7. Kabel secukupnya