38 8 Penguasaan Konsep Botani Tingkat Tinggi

ISBN 978-602-72071-1-0 No Nama Sekolah Skor Angk et Predika t wan 10 SMA Kartik a 67 63 Baik Jumla h 79 8

690, 38

Rata- rata

79, 8

69 Baik PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa laboratorium biologi di SMA Negeri dan SMA Swasta se eks kotatif Jember masih belum ada yang memenuhi standard minimal laboratorium biologi secara utuh. Hasil prediksi tertinggi telah dicapai oleh SMA Negeri 2 Jember dengan persentase 92,37 dan termasuk dalam kategori sangat baik, namun belum ada yang bisa mencapai 100 untuk dapat dikatakan pengelolaan di sekolah tersebut sesuai dengan pedoman standard minimal laboratorium biologi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Minimal Sarana dan Prasarana Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah SDMI, Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah SMPMTs, dan Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah SMAMA. Hal ini tentu bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya anggaran dana yang terbatas sehingga sulit untuk mengembangkan laboratorium secara mandiri, seperti yang terjadi di SMA Pahlawan sekolah yang berada dalam satu kawasan dengan sekolah lain sehingga harus berbagi laboratorium dan ditinjau secara langsung ternyata letak laboratorium cukup jauh untuk dijangkau dengan siswa, sehingga jarang sekali diadakan kegiatan praktikum. Penggunaan ruang laboratorium biologi untuk dijadikan kelas juga menjadi kendala bagi pengelola laboratorium. Walaupun pada beberapa sekolah seperti SMAN 4 Jember dan SMAN 5 Jember penggunaan laboratorium sebagai kelas hanya sementara karena sekolah sedang mengadakan pembangunan kelas baru dan renovasi terhadap kelas yang sudah ada, namun akhirnya hal ini yang menjadi hambatan bagi pengelola untuk mengadakan praktikum di dalam laboratorium biologi dan dengan terpaksa melakukan kegiatan praktikum di dalam kelas dengan membawa beberapa peralatan sebagai sampel sehingga praktikum tidak berjalan maksimal. Pada SMA Kartika ruang laboratorium yang hanya satu dan sangat jarang dipakai menyebabkan keberadaan laboratorium beralih fungsi menjadi tempat penyimpanan alat musik dan peralatan olahraga. Sehingga ruang laboratorium menjadi terlihat sangat sempit dan tidak terawat. Fakta lain yang didapat yakni meja dan kursi yang digunakan untuk praktikum bukanlah meja dan kursi yang telah distandarkan, meja dan kursi yang digunakan adalah meja dan kursi yang berada di ruang kelas. Sedangkan meja dan kursi yang ideal menurut peraturan pemetinta adalah meja dan kursi yang memiliki tinggi, panjang dan lebar yang telah ditentukan berbeda dengan meja dan kursi untuk mengikuti kegiatan belajar pembelajaran. SMA BPPT Darus Sholah yang baru memiliki ruang laboratorium sendiri. Awalnya ruang laboratorium dan praktikum biologi selalu menggunakan ruang yang berada di SMP Darus Sholah yang terletak di seberang jalan. Namun saat ini SMA Darus Sholah memiliki ruang laboratorium sendiri. Saat mendatangi SMA Darus Sholah keadaan laboratorium memang masih belum tertata rapi karena masih melakukan penataan ulang. Sehingga fungsi dari laboratorium ini belum berjalan dengan baik dikarenakan keadaan. a Perencanaan Peralatan Laboratorium Perencanaan alat dan bahan laboratorium biologi dikategorikan kurang karena 40 laboratorium perencanan alat dan bahan dilakukan oleh petugas khusus laboratorium, 40 oleh guru bidang studi dan 20 oleh kepala sekolah sedangkan waktu pembuatan perencanaan alat dan bahan laboratorium biologi mendapatkan hasil 60 sehingga dikategorikan cukup dengan pembuatan perencanaan setiap 6 bulan sekali per semester. 2 dan 3 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember Perencanaan setiap 6 bulan sekali ini dilakukan oleh SMA 1, SMA 2, SMA 3, SMA 4, SMA 5, SMA BPPT Darus Sholah. Perencanaan dilakukan setiap semester sesuai dengan pergantian semester dan dana yang didapat dari pemerintah setiap semesternya digunakan untuk pengembangan laboratorium. bPengadaan Peralatan Laboratorium Pengadaan peralatan laboratorium biologi dilakukan setiap tahun ajaran baru seperti hasil yang di dapat saat melakukan wawancara bahwa pada 5 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta yang dijadikan sampel menyatakan pengadaan alat-alat laboratorium c Inventarisasi Peralatan Laboratorium Inventarisasi peralatan laboratorium menurut hasil wawancara dilakukan setiap tahun namun setelah penulis ingin melihat hasil inventarisasi setiap tahunnya hanya SMA 2 dan SMA 5 yang dapat menunjukkan data inventarisasi laboratorium setiap tahunnya. Pada beberapa SMA lainnya ada yang berasalan laboratoriumnya tidak menyediakan laboran sehingga tidak sempat untuk melakukan inventarisasi alat. d Pemeliharaan Peralatan Laboratorium Pemeliharaan peralatan dilakukan dengan rentang waktu yang berbeda pada 10 SMA yang dijadikan sampel penelitian, dari hasil angket di dapati 60 dilakukan jika hanya ada kerusakan, 10 dilaksanakan setiap 3 bulan dan 30 dilaksanakan setiap satu bulan. Dari hasil di lapangan di dapati pemeliharaan ISBN 978-602-72071-1-0 alat nampaknya kurang diperhatikan sehinga terdapat beberapa alat yang kelihatannya jarang sekali dipakai dan belum pernah dilakukan pembersihan. Seperti mikroskop cahaya yang dimiliki oleh SMA Kartika, semenjak pembelian belum pernah dilakukan pembersihan sehingga mikroskop sulit sekali fokus. Prosentase hasil skor angket yang dilakukan pada 5 SMA Negeri dan 5 SMA Swasta mendapatkan hasil bahwa SMA Negeri memiliki pengelolaan laboratorium yang lebih baik dibandingkan dengan SMA Swasta. Hal ini dikarenakan pengelolaan laboratorium biologi pada tiap SMA berbeda karena tidak semua SMA memiliki dana khusus untuk pengembangan laboratorium biologi sehingga dapat mengembangkan laboratorium biologi yang sesuai dengan standard yang telah diberikan pemerintah. Tetapi hasil skor angket pengelolaan laboratorium biologi SMA dari seluruh sampel secara umum diperoleh skor rata-rata 79,8 dan dihitung menggunakan prosentase diperoleh 69,03 . Berdasarkan tabel 2 predikat pengelolaan laboratorium biologi SMA nilai 69,03 menunjukkan predikat baik, hal ini menunjukkan bahwa SMA Negeri dan SMA Swasta se eks Kotatif Jember dapat dikatakan mampu mengelola laboratorium dengan baik. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan laboratorium biologi SMA Negeri dan SMA Swasta di eks kotatif Jember sangat beragam antara 63,80 sampai dengan 92,37. Prosentase yang di dapat jika didasarkan pada predikat pengelolaan laboratorium biologi masih tergolong baik. Namun dilihat dari hasil observasi dan dokumentasi yang di dapat pengelolaan laboratorium masih dikatakan belum ideal sebab masih banyak laboratorium yang belum berfungsi sebagaimana mestinya. Terbukti dengan kesalahan fungsi laboratorium yang digunakan sebagai gudang alat, alat yang tersimpan rapi di dalam rak dan belum pernah digunakan, serta meja dan kursi yang belum sesuai dengan ketentuan dari pemerintah Menjalankan tugasnya sebagai pengelola laboratorium biologi, pengelola mendapati beberapa hambatan yang ditemui untuk mengembangkan laboratorium biologi yang sudah ada, diantaranya keterbatasan dana, keterbatasan tenaga laboratorium, dan keterbatasan ruang. DAFTAR PUSTAKA Prihandono. 2005. Studi Pengelolaan Laboratorium di SMU Negeri Jember . Jurnal Pancaran Pendidikan. 46 13:712 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah DasarMadrasah Ibtidaiyah SDMI, Sekolah Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah SMPMTS, dan Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah SMAMA. http:www.kemdiknas.go.idmedia96040permen_24_2 007.pdf Serial Online, 16 oktober 2013 Sugiono. 2013. Metode Penelitian. Diakses tanggal 21 November 2013 dari http:www.gobookee.org Prihandono. 2000. Studi Pengelolaan Laboratorium di SMU Negeri Jember . Jurnal Pancaran Pendidikan. 46 13:706 Muhammad, Syaiful. 2012. Desain Laboratorium IPA Biologi. Diakses tanggal 21 Maret 2013 dari http:layartekno.blogspot.com201209beberapa- contoh-sketsa-dan-gambar.html. ISBN 978-602-72071-1-0 PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK MELATIHKAN KEMAPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Rochmawati 1 Ainis Shofa Marwah 2 Indrajayanti Ratnaningsih 3 1,2,3 Mahasiswa pasacasarjana program studi sains Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Perangkat pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Menurut Jones 1998:1, perencanaan pelajaran adalah fitur kunci dari pembelajaran yang efektif di dalamnya terdapat aktivitas reflektif. Dalam dunia pendidikan, kecerdasan menduduki peran yang penting. Akan tetapi, seringkali kecerdasan dipahami secara parsial oleh sebagian para pendidik, orang tua, bahkan masyarakat secara luas. Sejarah membuktikan, sederet penemu besar dan ilmuwan hebat, sebagian dari mereka merupakan sosok yang pernah dianggap tidak pandai dan bahkan dikeluarkan dari sekolah. Jadi semua siswa pada hakikatnya cerdas, tidak ada siswa yang tidak pandai, yang ada adalah siswa dengan kemampuan rendah. Dan siswa dengan kemampuan rendah dapat belajar dengan baik jika mereaka mereka menemukan guru yang tepat dan metode belajar yang sesuai. Ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, kecerdasan ini disebut kecerdasan majemuk. Setidaknya siswa menggunkan dua hingga tiga jenis kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan belajar. Perangkat pembelajaran yang berbasis kecerdasan akan meudahkan bagi siswa yang memiki berbagai jenis kecerdasan yang berbeda yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di satu kelas tanpa memisahkan siswa berdasar jenis gaya belajarnya. Dengan memaksimalkan kecerdasan yang dimiliki siswa maka pemikiran kreatif siswa dapat pula dilatihkan dan nantinya dapat dijadikan bekal hidup siswa dalam bermasyarakat. Kata kunci : Perangkat pembelajaran, Multiple intelligences, Berpikir kreatif Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Artikel ini ditulis sebagai hasil interpretasi atas sebuah teori yang disampiakn oleh Gardner dalam bukunya yang berjudul Multiple intelligences. Dalam teori yang disampaikan oleh Gardner tersebut, dia menyatakan bahwa setiap anak adalah cerdas. Sejalan dengan hhal tersebut, penulis juga merasa ada kaitan antara kecerdasan siswa dengan gaya mnegajar guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Yohanes Surya, seorang ahli fisika, ilmuwan dan pemerhati dan motivator pendidikan yang meyatakan bahwa, tidak ada anak yang tidak cerdas. Jika kita menemukan anak yang kurang pandai, artinya dia belum menemukan guru dan metode belajar yang tepat untuk dirinya. Dalam dunia pendidikan, kecerdasan menduduki peran yang penting. Akan tetapi, seringkali kecerdasan dipahami secara parsial oleh sebagian para pendidik, orang tua, bahkan masyarakat secara luas. Berdasarkan hasil wawancara yang pernah dilakukan kepada orang tua siswa, dapat diketahui bahwa sebagian besar menganggap bahwa siswa pintar adalah siswa yang memiliki IQ yang tinggi dan memperoleh nilai tertinggi di kelas. Sedangkan siswa yang berprestasi dalam menari, olah raga, atau bermain musik dianggap kurang pintar jika mereka tidak mendapat nilai yang tinggi untuk mata pelajaran yang diikutinya di kelas. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pintar diartikan berbeda dengan cerdas. Pintar artinya pandai, cerdik atau mahir. Cerdas merupakan keadaan sempurna akal budi untuk berpikir dan mengerti, serta memiliki ketajaman pikiran. Kecerdasaan artinya perihal cerdas; kesempurnaan perkembangan akal budi, seperti kepandaian dan ketajaman pikiran. Jadi, cerdas memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari pintar atau pandai, karena untuk menjadi cerdas dibutuhkan kepandaian dan ketajaman pikiran terlebih dahulu. Sejarah membuktikan, sederet penemu besar dan ilmuwan hebat, sebagian dari mereka merupakan sosok yang pernah dianggap tidak pandai dan bahkan dikeluarkan dari sekolah Said, 2015:6, misalnya saja Thomas Alva Edison dan Albert Einstein. Padahal, sepanjang manusia memiliki otak maka dapat dikatakan manusia itu pandai Said, 2015:03. Jadi, pada dasaranya tidak ada siswa yang tidak pandai, yang ada adalah siswa dengan kemampuan rendah. Siswa dengan kemampuan rendah akan dapat menyerap informasi dengan baik jika mereka belajar dengan guru yang tepat dan strategi pengajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan dan gaya belajarnya Said, 2015:16. Pernyataan Said tersebut diatas, didukung oleh Jasmine 1999:33, yang menyatakan bahwa pada dasarnya kecerdasan selalu dimiliki oleh manusia sejak manusia itu dilahirkan. Menurut Gardner dalam Yaumi, 2012 ada 8 jenis kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu: 1 linguistik, 2 matematis, 3 visual, 4 musik, 5 kinestetik, 6 interpersonal, 7 intrapersonal, dan 8 naturalistik. Kecerdasan-kecerdasan ini kemudian lebih dikenal dengan multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Setidaknya setiap siswa memiliki dua hingga tiga jenis kecerdasan yang bisa digunakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran Fleetham dalam Said dan Budimanjaya 215, Menurut Hudojo 1988:100 tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Dalam hal belajar, masing-maing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar. Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Gardner 1999, setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Musfiroh 2008:38 dalam bukunya menjelaskan bahwa esensi teori multiple intelligences menurut Gardner adalah mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka, menghargai keunikan setiap individu dan berbagai variasi cara belajar mereka. Chatib 2009:100 memaparkan bahwa dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya. Sayangnya, sistem pendidikan di Indonesia tidak memungkinkan untuk memisahkan siswa berdasarkan gaya belajar mereka. Hal ini akan menjadi salah satu hambatan pembelajaran Chatib,2000:112. Padahal, belajar sesuai dengan gaya belajar merupakan cara yang paling mudah untuk sebuah informasi masuk ke dalam otak Said dan Budimanjaya, 2015:5. Salah satu faktor yang menjadikan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional adalah proses kegiatan belajar mengajar. Jika siswa mengalami hambatan dalam menerima informasi saat kegiatan belajar megajar di dalam kelas, maka akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan dalam Undang- Undang Dasar 1945. Selain itu, dalam pembelajaran dengan menggunakan kurikulum yang dijadikan acuan dalam pendidikan di Indonesia saat ini, yaitu kurikulum 2013. Adapun tujuan dirancangnya kurikulum 2013 adalah menciptakan insan yang beriman, produktif, kreatif, dan inovatif serta mampu memberikan kontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajar siswa mengakibatkan informasi yang masuk menjadi terhambat. Tentu saja hal ini juga menjadi salah satu hambatan terwujudnya tujuan kurikulum 2013. Sebagaimana diketahui, data yang diperoleh dari CIA Word Factbook 2004, Indonesia menduduki urutan ke empat untuk jumlah penduduk terbesar di dunia, yaitu sebesar 241.452.952 jiwa. Jika jumlah warga yang besar tersebut tidak bisa diarahkan potensinya dengan baik, maka jumlah tersebut akan menjadi beban pembangunan bangsa. Oleh karenanya kemampuan berpikir kreatif sudah sepatutnya menjadi salah satu tujuan utama ISBN 978-602-72071-1-0 bangsa, dan melalui pendidikanlah tujuan tersebut bisa tercapai. Pada proses pembelajaran, siswa harus dilatiihkan kecakapan berpikir Aryana dalam Rosidi, 2013. Keterampilan berikir diperlukan oleh setiap orang untuk berhasil dalam kehidupannya. Menurut implikasi dari teori Piaget meyatakan bahwa pembelajaran dipusatkan pada proses berpikir atau proses mental, bukan sekedar pada hasilnya Slavin, 2011. Salah satunya adalah proses berikir kreatif, yang merupakan aktivitas mental untuk mengembangkan atau menemukan ide-ide asli, estetis, konstruktifis yang berhubungan langsung dengan pandangan konsep dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional Krulik and Rudnick dalam Rosidi, 2013. Pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam rangkaian pengembangan sumber daya manusia yang bermutu Hamalik, 1994:10. Sejalan dengan pendapat tersebut pengembangan kurikulum menjadi bukti besarnya keinginan pemerintah untuk menjadikan setiap warganya dapat menjadi modal pembangunan. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif juga dituangkan secara eksplisit di dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 67 tahun 2013, tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum, bahwa kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat penting karena termasuk dalam kemapuan menyelesaikan masalah, kemapuan seperti ini disebut sebagai berpikir kreatif Selwanus, 2010:52. Roger 1962 dalam Munandar 2009:18 menekankan bahwa sumber dari kreatifitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkann potensi dan dorongan untuk berkembang dan menjadi matang. Hal tersebut dapat berjalan dengan dengan baik jika siswa mengoptimalkan kecerdasan dalam diri mereka. Dengan kecerdasan yang unik yang dimiliki tiap siswa, maka akan memudahkan dalam proses masuknya informasi. Hal ini tentu saja bisa berjalan dengan baik jika didalam pembelajaran di dalam kelas menggunakan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kecerdasan yang dimiliki siswa yang. PEMBAHASAN  Perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran. Menurut Jones 1998:1, perencanaan pelajaran adalah fitur kunci dari pembelajaran yang efektif di dalamnya terdapat aktivitas reflektif. Refleksi ini berfokus pada isu-isumendasar untuk semua pembelajaran yang meliputi tujuan, penyampaian, proses pembelajaran dan mekanisme evaluasi. Dalam KBBI 2007:17, perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang belajar. a Silabus Berdasarkan Permendikbud no. 65 tahun 2013 tentang standar proses kemendikbud, 2013:5 silabus merupakan acuanpenyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: Identitas mata pelajaran, kompetensi inti,tema, materi pokok, pembelajaran, tema, alokasi waktu, media, sumber belajar dan penilaian. b Buku Ajar Siswa Menurut Majid 2011:173 bahan ajar adalah segala bentuk bahan guna membantu guru dalam pembelajaran. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat memelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Menurut Sudjana 2009:67 bahan ajar meruapakan materi pelajaran yang diberikan kepadasiswa pada saat pembelajaran. Melalui bahan ajar diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bahan ajar yang diberikankepada siswa harus sesuai dengan kurikulum yang digunakannya. c Lembar Penilaian Berdasarkan Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahaninformasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhirsemester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujiannasional, dan ujian sekolahmadrasah. Penyusunan penilaian hasil belajar siswa didasarkan pada prinsip-prinsip: 1 objektif, 2 terpadu, 3 ekonomis, 4 transparan, 5 akuntabel, 6 edukatif. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteriaPAK. PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkanpada kriteria ketuntasan minimal KKM. KKM merupakan kriteriaketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikandengan memertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akandicapai, daya dukung, dan karakteristik siswa. d Lembar Kegiatan Siswa LKS Menurut Trianto 2007, LKSmerupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Menurut Madjid 2005, LKSmerupakan lembar kegiatan yang biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.  Pengertian multiple intelligences Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kecerdasan merupakan kesempurnaan perkembangan akal budi seperti kepandaian dan ketajaman pikiran. ISBN 978-602-72071-1-0 Kecerdasan majemuk artinya meiliki lebih dari satu kecerdasan. Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences ini diperkenalkan oleh Prof. Howard Gardner, yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvard Graduate School of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan Jasmine, 2014:14 Konsep multiple intelligences menurut Gardner 1983 dalam bukunya Frame or Mind : The Theory of Multiple Intelligences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu. Dari berbagai jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan tiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap siswa cerdas. Kecerdasan tersebut adalah kecerdasan linguistik, logis matematis, spasial, musikal, kinestetik, interpersonal, intrapersonal dan naturalis. Gardner juga mengatakan bahwasanya kemungkinan akan ada lagi jenis kecerdasan yang lainnya diluar yang telah disebutkan diatas. Dengan demikian daftar kecerdasan majemuk dapat disusun ulang dan ditambahkan. Tidak menjadi soal apakah akan ada kecerdasan yang lebih banyak atau tidak, kedelapan kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner dapat kita jadikan langkah besar menuju titik dimana tiap individu dihargai berdasar kemampuannya masing-masing Jasmine, 2012: 12.  Jenis-jenis kecerdasan majemuk 1. Kecerdasan Linguistik Word Smart Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan Baum dalam Yaumi, 2012. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Siswa dengan kecerdasan linguistik mereka cenderung suka mengajukan banyak pertanyaan, suka bicara, memiliki banyak kosakata, suka membaca dan menulis, memahami fungsi bahasa, dapat berbicara tentang keterampilan bahasa Yaumi, 2012:15. 2. Kecerdasan Logika Matematika Logic Smart Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Siswa dengan kecerdasan ini, ia mampu memikirkan dan menyusun solusi jalan keluar dengan urutan yang logis masuk akal. Ia suka angka, urutan, logika,dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif Kezar, 2001. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar Said, 2015:112. 3. Kecerdasan Kinestetik Body Smart Kecerdasan kinestetik atau fisik adalah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara trampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran, dan perasaan Yaumi, 2012:17. Kecerdasan ini juga meliputi kemampuan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Ciri gaya belajar kinestetik adalah gemar menyentuh sesuatu yang dujumpainya, menggunakan obyek nyata sebagai alat bantu belajar, banyak gerakan fisik dan koordinasi tubuh yang baik, saat membaca menunjuk kata-katanya dengan jari tangan, unggul dalam olahraga dan keterampilan tangan dan menggunakan gerakan tubuh saat mengungkapkan sesuatu Said, 2015:227. 4. Kecerdasan Visual Spasial Picture Smart Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental Jasmine, 2012:21. Visual artinya gambar. Spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna,garis,bentuk,ruang,ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian visual seperti film, gambar, video dan peragaan yang mennggunakan slide Jasmine, 2012:21. 5. Kecerdasan Intrapersonal Self Smart Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut Yaumi, 2012:20. Siswa dengan kecerdasan ini mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memiliki kecerdasan ini sangat menghargai nilai aturan –aturan, etika sopan santun, dan moral. Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan dunia batin. 6. Kecerdasan Interpersonal People Smart Siswa dengan kecerdasan interpersonal memahami proses belajar mengajar dengan interaksi bersama dengan orang lain secara efektif Chatib dan Said, 2012:94. Siswa dengan kecerdasan interpersonal peka pada ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain, dan umumnya dapat memimpin kelompok. 7. Kecerdasan Musikal Music Smart Musik mampu memengaruhi otak dengan cara yang luar biasa. Siswa yang melakukan apersepsi sebelum belajar, otaknya akan terkkondiisi pada frekuensi 9-13 hertz, artinya otak siswa dalam kondisi alpha, yaitu suatu kondisi rileks, santai dan memikirkan jalan keluar terhadap suatu masalah dan siap mempelajari suatu materi Said, 2015: 214. ISBN 978-602-72071-1-0 Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi, dan timbre dari musik yang didengar Jasmine, 2016:3. 8. Kecerdasan Naturalis Nature Smart Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan, dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan, dan bagian lain dari alam semesta. Menurut Armstrong dalam Said 2015, jika sebuah kelas dimana gaya belajar dan kecenderungan kecerdasan siswa dominan naturalis, maka disarankan dua hal: pertama, proses pembelajaran perlu dilakukan di luar kelas yang diatur secara alami. Kedua, dunia alam perlu dibawa lebih banyak ke dalam kelas dan area lainnya di dalam gedung sekolah, sehingga siswa yang cenderung naturalis dapat memiliki akses yang lebih besar.  Strategi Pengajaran Multiple Intelligences Strategi pengajaran berbasis kemampuan majemuk dapat dilakukan oleh guru dipaparkan dalam tabel dibawah ini: ISBN 978-602-72071-1-0 Tabel 1: kemampuan yang dimiliki siswa terkait dengan kecerdasan majemuk yang dimilikinya serta jenis-jenis strategi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru. ISBN 978-602-72071-1-0 Jenis kecerdasan Kemampuan dominan Strategi pengajaran Linguistik pengucapan, abjad, fonik suara, membaca, menulis, mendengar, berbicara, berdiskusi, memberikan laporan lisan, memainkan permainan kata bermain peran, memperdengarkkan lagu, mengisi buku harian, berdialog, ceramah, diskusi, tanya jawab, wawancara, presentasi, pelaporan oral, reporter, bercerita, dongeng, debat, membaca nyaring, puisi, tebak kata, aksara bermakna, pantun, menulis imajinatif, menulis informasi, menulis cerpen, menulis novel, menulis cerita dari komik, menulis laporan, menulis personal, kosakata, teka-teki silang, pidato, acak kata, menyusun skenario, matematis bilangan dan angka, berbagai macam pola, berhitung, komputasi, pengukuran, geometri, statistik, kemungkinan, pemecahan masalah, logika, strategi, membuat grafik bermain puzzel atau ular tangga, bermain dengan bentuk-bentuk geometri, pengamatan, discovery, problem solving, identifikasi, klasifikasi, separasi, kuantifikasi, komparasi, prosedural teks, pendataan, tebak angka, tebak simbol, sudoku, eksperimen, action research, studi kasus, analogi, tebak logis Visual hal-hal ynag berkaitan dengan film,video, gambar, lukisan, peta, diagram, puzel jigsaw, berimajinasi dan berperan melukis, menggambar, mewarnai, memberikan kesempatan untuk mencoret-coret, membuat prakarya, mind map, menulis diudara, urutan gambar, tebak gambar, menggambar imajinatif, tebak sketsa wajah, menggambar makna simbol, membaca peta, movie learning, menebak peta, membaca gambar Musikal mendengarkan musik, menciptakan musik secara vokal, memproduksi melodi, menyelidiki dan merespon bunyi, gerakan ritmik, menciptakan ritme bermain alat musik baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri, meminta siswa untuk menciptakan irama, diskografi mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik tertentu, meminta siswa untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja maupun dengan melodinya, menirukan berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, parodi, konser, games tebak bunyi, bernyanyi kinestetik keterampilan otot, kegiatan fisik, membuat benda, peragaan, tarian, olah raga, berkeliling, bahasa tubuh, koordinasi mata dan tangan bermain peran, bermain drama, berolahraga, menirukan gerakan orang, lompatan benar salah, gerakan kreatif, games ular tangga, simulasi, demomenstrasi, lari kanan kiri benar salah, injak angka interpersonal bekerjasama dalam kelompok belajar koopoeratif, penyelesaian konflik, mencapai kesepakatan, tanggung jawab badan atau organisasi siswa dan sekolah, kehidupan berteman dan sosial, empati kerja kelompok, sosio drama, jigsaw, cerdas cermat berantai, menulis surat atau pesan untuk sahabat, melatih siswa menghargai perbedaan pendapat, menumbuhkan sikap ramah dan peduli sesama, melatih anak mengucapkan terima kasih, minta tolong, atau minta maaf, melatih kesabaran menunggu giliran intrapersonal refleksi, analisis diri, percaya diri, mandiri, harga diri, pengelolaan waktu, merencanakan masa depan bercakap-cakap tentang cita-cita, mengisi buku harian atau jurnal sederhana, bermain menghadap cermin dan menggambarkan atau menceritakan apa yang dilihatnya, mengajak siswa berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku, membuat jadwal kegiatan sehari-hari Natural kepekaan membedakan spesies, mampu meneliti gejala alam dan berinteraksi dengan lingkungan tebak suara hewan, identifikasi tumbuhan,karyawisata, menceritakan apa yang dilihat ketika memandang keluar jendela, Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan mengamatinya, Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya, Membuat herbarium sederhana atau membuat kebun atau taman sebagai proyek bersama ISBN 978-602-72071-1-0  Pengertian dan jenis gaya belajar Menurut DePorter dan Hernacki dalam Haryanto 2002, gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi perceptual modality. 1. Gaya belajar visual Visual Learners Gaya Belajar Visual menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya Haryanto:2002. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat suatu informasi secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Ciri-ciri gaya belajar visual : a Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar b Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi c Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak d Tidak suka bicara didepan kelompok dan tidak suka pula mendengarkan orang lain. e Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi. f Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan g Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan h Dapat duduk tenang ditengah situasi yang ribut dan ramai tanpa terganggu 2. Gaya belajar auditori Auditory Learners Gaya belajar Auditori mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu : a Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas b Pendengar ulung, anak mudah menguasai materi iklan, lagu di televisi maupun radio c Cenderung banyak bicara d Tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya e Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis f Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain g Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas 3. Gaya belajar kinestetik Kinesthetic Learners Gaya belajar Kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu : a Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar b Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak c Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar d Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar e Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing f Menyukai praktek atau percobaan g Menyukai permainan dan aktivitas fisik  Keterampilan Berpikir kreatif 1. Definisi Keterampilan Berpikir Kreatif Berpikir kreatif merupakan kebutuhan setiap manusia. Tanpa disadari manusia telah menggunakan ketrampilan berpikir kreatifnya ketika tengah menghadapi permasalahan. Semakin komplek permsalahan yang dihadapi, maka semakin komplek pula tingkat kreativitas yang seseorang butuhkan guna menghadapi permasalahan. Susanto 2012:110 berpendapat, bahwa berpikir kreatif adalah menjadi sensitif terhadap permasalahan, kekurangan, dan celah di dalam pengetahuan, membawa informasi yang ada dari memori atau sumber eksternal, mendefinisikan kesulitan, mencari solusi, menduga, menciptakan alternatif dan mengujinya, menyempurnakan, dan akhirnya mengomunikasikan hasil-hasilnya. Sehingga dapat dikatan bahwa berpikir kreatif membawa seseorang untuk melalui serangkaian proses untuk pemecahan masalah yang dihadapinya. Keterampilan berpikir kreatif akan mempengaruhi kemampuan kreatif seseorang seperti halnya diungkapkan oleh Sudarma 2013:6, Jika ISBN 978-602-72071-1-0 keterampilan berpikir kreatif seseorang tinggi maka kemampuan kreatifnya juga tinggi. Itu artinya kepribadian kreatif seseorangsangat dipengaruhi oleh ketrampilan berpikir kreatif seseorang. Sedangkan Susanto 2012:105 mengemukakan, bahwa kemampuan kreatif kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, orisinalitas dalam berpikir, kemampuan mengelaborasi gagasan, mengembangkan dan memperkaya gagasan, serta memerinci suatu gagasan merupakan hasil belajar yang diperoleh dalam kemampuan berpikir kreatif. Seseorang yang mampu mengembangkan kemampuan kreatif akan mempengaruhi kepribadiannya menjadi kreatif pula. Orang yang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang begitu tinggi, dalam hal ini keingin tahuan akan suatu hal membuat seseorang akan berpikir lebih kritis dalam menganalisis sebuah informasi, mencoba sesuatu yang baru, dan menyukai sesuatu yang bersifat menantang. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Porter 2011:292 bahwa, seseorang yang kreatif mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, suka bermain-main, dan intuitif.. Berdasarkan beberapa teori yang diuraikan di atas, maka disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan ide-ide atau cara baru yang belum pernah digunakan sebelumnya, dimana ide-ide baru tersebut didapatkan berdasarkan informasi yang diterima. berpikir kreatif dapat dikatakan tahapan berpikir tingkat tinggi yang akan menumbuhan kreativitas yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang sedang dan atau akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berpikir kreatif, seseorang dituntut untuk dapat memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan. 2. Landasan Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Berdasarkan isi dari undang-undang tersebut, aspek yang diharapkan dapat dicapai seorang siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam hal ini keterampilan berpikir kreatif termasuk dalam salah satu aspek kognitif. Berpikir kreatif menjadi sebuah tujuan yang inigin dicapai mengingat pentingnya sebuah inovasi untuk pembangunan bangsa. Berpikir kreatif juga sangat diperlukan dalam menyelesaikan sebuah permasalah, baik itu permasalahan yang sedang dihadapai ataupun permasalahan yang akan dihadapi. menurut Porter 2011:294, karakter seseorang yang memiliki keterampilan berpikir kreatif adalah mampu membuat lompatan yang memungkinkan seseorang melihat apa yang belum mereka alami sebelumnya. Dengan kata lain, seseorang yang kreatif mampu merancang sebuah ide baru yang mungkin belum pernah dilakukan sebelumnya, dimana keaslian ide baru itu baru muncul dari hasil pemikirannya. Keterampilan berpikir kreatif mendorong seseorang untuk memiliki kemampuan kreatif, dan kemampuan kreatif akan memunculkan kepribadian kreatif dalam diri seseorang. Kreatiftas tidak muncul begitu saja, dibutuhkan suatu pemikiran kritis. hal ini seperti diungkapkan oleh Lau 2011:216 bahwa peran penting pemikiran kritis dalam meningkatkan kreativitas pertama seseorang harus menggunakan pemikiran kritis untuk menganalisa masalah dan mengidentifikasi keterbatasan solusi yang ada., pemikiran kritis membantu seseorang untuk menentukan apakah solusi yang diberikan baik. Proses kreatif aktual melibatkan trial dan error. Pemikiran keras akan solusi-solusi untuk memecahkan sebuah permasalahan akan membuat seseorang mempunyai kepribadian yang kreatif pula. Seperti pernyataan Sudarma 2013:6 bahwa seseorang yang memiliki kepribadian yang kreatif adalah individu yang mampu mengaktifkan potensi kreativitasnya. Sehingga keterampilan berpikir kreatif yang merupakan faktor yang mempengaruhi kepribadian kreatif mutlak untuk dikembangkan. Karena melalui keterampilan berpikir kreatif, seseorang mampu membuat ide-ide yang inovatif, temuan-temuan baru dan membuat suatu hal yang tidak bisa digunakan sebelumnya kemudian bisa digunakan sesuai dengen kebutuhan saat itu atau juga memecahkan sebuah permasalahan yang rumit. 3. Metode Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Keterampilan berpikir kreatif pada seseorang dapat dikembangkan melalui beberapa metode yang dapat digunakan atau menjadi rujukan guru dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Diantaranya yaitu: a. Kreatif melalui berpikir analogi Menurut Sudarma 2013:53, analogi adalah proses kognitif dengan cara mentransfer informasi atau makna dari suatu subjek tertentu analog atau sumber ke topik tertentu target. Sedangkan menurut Lau 2011:225 bahwa berpikir analogi adalah berpikir dengan cara membandingkan suatu masalah yang lebih rumit dengan maslah yang lebih sederhana, dengan cirri permasalahan yang hampir serupa dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi yang dianalogikannya. Sehingga dalam pola pikir analogi ini, seseorang melakukan aktivitas kognitif dengan memaknai suatu objek tertentu dan menghubungkannya dengan objek lain untuk mencaeri suatu pemecahan yang mungkin bisa diterapkan kepada objek lain. Dengan kata lain, Berpikir analogi adalah menyederhanakan sebuah objek yang rumit menjadi objek lebih mudah untuk dipecahkan. b. Kreatif melalui berpikir lateral Darmawan dalam Sudarma, 2013:89, mengatakan berpikir lateral adalah cara berpikir yang berusaha mencari solusi melalui metode yang tidak ISBN 978-602-72071-1-0 umum, atau sebuah cara yang biasanya akan diabaikan oleh pemikiran logis. Dapat dikatakan bahwa berpikir lateral adalah sebuah cara berpikir solutif dengan menggunakan sesuatu yang belum pernah terpikirkan sebelumnya dan terkesan aneh untuk digunakan. Pola lateral membawa pada perubahan dalam sikap dan ancaman, dan sudut pandang kita dalam memahami realitas. Ditambahkan oleh de Bono dalam Sudarma, 2013:100, bahwa dengan melatih pola pikir lateral akan membuat seseorang menjadi lebih kreatif. c. Kreatif melalui berpikir mengembang Sudarma 2013:103 mendefinisikan berpikir mengembang sebagai kemampuan seseorang dalam meluaskan pemahaman, pengertian atau analisis. Itu artinya berpikir mengambang secara tidak langsung akan membuat seseorang untuk mencari sebuah informasi yang mendukung informasi sebelumnya. Dan menggunakan beberpaa sudut pandang sebagai pembanding pandangan yang satu dengan pandangan lainnya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lau 2011:226 bahwa sudut pandang sangat berpengaruh terhadap solusi yang akan diberikan, itu sebabnya penting untuk memikirkan sebuah solusi dari banyak sudut pandang. Semakin banyak sudut pandang, maka semakin kreatif seseorang akan menemukan solusi untuk memecahkan sebuah permasalahan. Ada 3 ciri dari orang yang mampu berpikir mengembang menurut Damayanti dalam Sudarma, 2013:103, yaitu: 1 memiliki kelancaran dalam menemukan suatu gagasan dan gagasan-gagasan yang lainnya; 2 memiliki kelenturan feksibilitas untuk menggunakan lebih dari satu pendekatan; dan 3 memiliki keorisinilan atau keaslian dari pemikirannya gagasan, cara, atau produk. Hal ini sesuai dengen pengertian dari berpikir kreatif itu sendiri, yaitu tentang pengembangan atau penemuan ide-ide baru berdasarkan informasi yang didapat sebelumnya. 4. Kreatif dengan berpikir kombinasi Sudarma 2013:126 juga menambahkan, pendekatan kombinatif adalah upaya memanfaatkan berbagai hal yang sudah ada untuk mendapatkan hal-hal yang baru. Terkumpulnya variasi bahan dasar tersebut, bergantung pada kemampuan kita dalam mengumpulkannya sendiri. Sehingga siswa dengan cara berpikir demikian akan memikirkan hal lain yang baru di luar hal-hal yang sudah sangat sering ditemui atau dijumpai.. 5. Kreatif menggunakan pola dialektika Dialog merupakan interaksi dua arah, antara dua orang atau dua kelompok, khususnya dalam memahami, dan memecahkan masalah Sudarma, 2013:129. Dialektika dalam kegiatan pembelajaran bisa berupa diskusi, tanya jawab, bertukar gagasan, dan juga berdebat. Sudarma 2013:130 juga menyatakan bahwa dialektika merupakan alat atau metode untuk menemukan ide baru, atau ide yang lebih baik, dengan mempertimbangkan ide-ide yang sudah ada. Ide-ide yang sudah ada tersebut tidak diartikan sebagai sebuah ide yang bertentangan, melainkan sebuah ide yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pendapat dari Sudarma tersebut, menempatkan komunikasi sebagai alat pendorong siswa untuk kreatif dalam menyampaikan ide ataupun menanggapi ide, dan bersama-sama menganalisa ide tersebut secara bersama-sama. Selain menggunakan metode-metode yang telah diuraikan di atas, beberapa ahli mengemukakan bahwa proses berpikir kreatif dapat dirangkum ke dalam beberapa tahapan. Seperti yang diungkapkan oleh Lau 2011:217 bahwa siklus berpikir kreatif terdiri dari 1 persiapan; 2 eksplorasi; 3 inkubasi; dan verivikasi. Adapun keempat tahapan tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut : a Persiapan Pada tahapan ini adalah mengumpulkan informasi terkait permasalahan yang akan dipecahkan, pencarian bisa dilakukan melalui beberapa sumber. Sumber-sumber itu bisa berupa buku ataupun data yang mendukung mengenai permasalaha. b Eksplorasi Pada tahapan ini adalah proses dimana informasi yang di dapat dianalisis dan diolah, serta memulai merencanakan skema pemecahan masalah melalui berbagai sudut pandang. Dalam hal ini adalah mengarah kepada pembuatan solusi yang kreatif untuk memecahkan masalah. c Inkubasi Inkubasi adalah tahap dimana seseorang diberikan waktu untuk berpikir sejenak apabila mengalami kondisi yang sulit untuk dipecahkan, inkubasi bisa berupa istirahat atau merelaksasi pikiran. d Verifikasi Pada tahap ini adalah melakukan percobaan terhadapap perancenaan yang sudah dibuat sebelumnya, melakukan ujicoba seberapa besar keefektifan solusi yang dibuat. Pada tahap ini juga merupakan tahap untuk melakukan evaluasi terhadap solusi yang diberikan. Sedangkan Susanto 2012:115 mengemukakan bahwa proses berpikir kreatif dirangkum dalam 5 tahap, yakni: 1 stimulus, 2 ekslorasi, 3 perencanaan, 4 aktivitas, dan 5 review. Adapun kelima tahap tersebut dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1 Stimulus Untuk dapat berpikir kreatif perlu adanya stimulus dari pikiran yang lain. Stimulus awal didorong oleh suatu kesadaran bahwa sebuah masalah harus diselesaikan. Sering kali keadaan ini dipicu oleh suatu tantangan pada berpikir siswa. 2 Eksplorasi Siswa dibantu untuk memerhatikan alternatif- alternatif pilihan sebelum membuat suatu keputusan. 3 Perencanaan Membuka berbagai rencana atau stategi untuk pemecahan masalah. Dari beragam rencana yang dibuat, dapat diambil beberapa rencana yang paling tepat untuk solusi. 4 Aktivitas Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyadari berpikir kreatif mereka dalam bentuk tindakan. Dengan kata lain setelah perencanaannya ISBN 978-602-72071-1-0 matang kemudian dilakukan aktivitas atau melaksanakan berbagai rencana yang lebih ditetapkan. 5 Review Siswa perlu mengadakan evaluasi dan meninjau kembali pekerjaannya. Siswa dapat dilatih menggunakan judgement dan imajinasi mereka untuk mengevaluasi. Masalah merupakan stimulus rangsangan yang tepat dalam rangka membuat seseorang melatih ketrampilan berpikir kreatif. Sedangkan kegiatan eksplorasi ditujukan untuk memperkaya alternative yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan, informasi yang digunakan harus berkaitan dengan permasalahan yang tengah diberikan. Pada kegiatan perencanaan, ketrampilan berpikir kreatif dilatih dengan cara pembuatan strategi yang memungkinkan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan, strategi yang diguanakn harus mengacu pada konsep alternative yang diguanakn dalam memecahkan masalah. Pada tahap aktifitas adalah perlakukan untuk mencoba perencanaan yang telah dibuat. Kemudian tahapan review digunakan untuk mengevaluasi mengenai hasil yang telah didapat dari aktifitas itu sendiri. 4. Karakteristik Berpikir Kreatif Untuk menilai berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking TTCT”. Empat komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah originality orisinalitas, menyusun sesuatu yang baru, fluency kelancaran, menurunkan banyak ide, flexibility fleksibilitas, mengubah perspektif dengan mudah, dan elaboration elaborasi, mengembangkan ide lain secara terperinci. Keempat karakteristik berpikir kreatif tersebut didefinisikan sebagai berikut Torrance dalam Filsaime, 2008: 21-23: a Originality Orisinalitas Mengacu pada keunikan dari respon apapun yang diberikan. Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa, unik dan jarang terjadi. Ciri-ciri originality diantaranya adalah: 1 Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik 2 Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri 3 Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. b Elaboration Elaborasi Kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail yang bisa dibuat untuk menstimulus sederhana untuk membuatnya lebih kompleks. Tambahan tersebut bisa dalam bentuk dekorasi, warna, bayangan atau desain. Ciri elaboration diantaranya adalah: 1 Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk 2 Menambah atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. c Fluency Kelancaran Kemampuan untuk menciptakan banyak ide. Semakin banyak ide, maka besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide yang signifikan. Ciri-ciri fluency diantaranya adalah: 1 Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian masalah, banyak pertanyaan dengan benar. 2 Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3 Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. d Flexibility Fleksibilitas Merupakan kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Karakteristik ini menggambarkan kemampuan seseorang individu untuk merubah perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan untuk itu, atau kecenderungan untuk memandang sebuah masalah secara instan dari berbagai perspektif, ciri-ciri flexibility diantaranya adalah: 1 Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda 2 Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda 3 Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. PENUTUP Simpulan Perangkat pembelajaran adalah hal yang sangat penting dalam proses belajar megajar di kelas. Tiap guru diharapkan mengebangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Hhal ini berkaitan dengan proses masuknya informasi ke dalam otak siswa, jika penyusunan perangkat pembelajaran tidak sesuai dengan gaya belajar dan kecerdasan yang dimiliki siswa, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menerima informasi.jika perangkat pembelajaran yang disusun sesuai dengan keccerdasan tiap siswa maka tidak akan diumpai lagi siswa yang tidak pintar. Jika semua siswa mengetahui potensi dirinya yang luar biasa, maka akan mudah bagi siswa untuk menerima informasi. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebagaimana di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya perangkat pembelajaran yang berbasis kecerdasan akan memudahkan bagi siswa yang memiki berbagai jenis kecerdasan yang berbeda yang dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar di satu kelas tanpa memisahkan siswa berdasar jenis gaya belajarnya. Dengan memaksimalkan kecerdasan yang dimiliki siswa maka pemikiran kreatif siswa dapat pula dilatihkan dan nantinya dapat dijadikan bekal hidup siswa dalam bermasyarakat. ISBN 978-602-72071-1-0 DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Thomas. 2000. Setiap Anak Cerdas. Terjemahan oleh Rina Buntaran. 2002. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : DEPDIKNAS. Campbell, Linda. et all. 2006. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Depok: Intuisi Press. Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligence di Indonesia. Bandung: Kaifa. Chatib, Munif. 2010. Sekolahnya Manusia. Bandung: Mizan Media Utama. _____, _____. 2011. Gurunya Manusia. Bandung: Mizan Media Utama. Fleetham, Mike. 2006. Multiple Intelligence in Practice:Enhancing Self-Esteem and Learning in the Classroom. Great Britain: MPG Books Ltd, Bodmin, Cornwall Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligences: The Theory in Practice. New York: BasicBooks Haryanto. 2002. Gaya belajar siswa. Jakarta :Gramedia Kezar. 2001. Theory of Multiple Intelligence: Implication for Higher Education, Vol 26, no 2, Winter Munif Chatib dan Alamsyah Said. 2012. Sekolah Anak- anak Juara Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan Berkeadilan. Bandung: Kaifa Musrifoh, Tadzkirotun. 2008. Cara Cerdas Belajar Sambil Bermain. Bandung: PT. Grasindo Salim, Peter. 1987. The Contemporary English Indonesian Dictionary. Jakarta : Modern English Press. Salim, Bairus. 2008. Pembelajaran Berbasis Multiple intelligences Telaah dari Sudut Pandang Pendidikan Islam. Surabaya : Program Pascasarjana, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, Konsentrasi Pendidikan Islam. Slavin, Robert. 1994. A Practical Guide to Cooperatif Learning. Boston : Allyn and Bacon Sugiharti, Piping. 2005. Penerapan Teori Multiple intelligences dalam Pembelejaran Fisika. Jurnal Pendidikan Penabur-No.05Th.IVDesember 2005. Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. ISBN 978-602-72071-1-0 PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA MELALUI KOLABORASI PRAKTIKUM DAN MIND- MAPPING DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Yuni Rohmawati Guru Biologi SMA Negeri 1 Sidayu Gresik E-mail: yunirohmasmansigmail.com ABSTRAK Konsep Biologi di kelas X yang sulit dipelajari seperti kingdom Animalia menjadi salah satu faktor utama yang menghambat siswa dalam mengusai materi pembelajaran sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan hasil belajar dan kreativitas siswa melalui kolaborasi praktikum dan metode mind maping pada materi kingdom Animalia. Penelitian ini menggunakan PTK dengan dua siklus, diterapkan pada siswa SMAN 1Sidayu kelas X-MIA 3 tahun pelajaran 2014-2015. Hasil analisis data diambil dari test formatif dan observasi selama pembuatan dan presentasi mind maping, hasilnya menunjukkan 1. Hasil belajar siswa di siklus 1 kurang meningkat tetapi kemudian mengalami peningkatan yang signifikan di siklus kedua, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan presentase ketuntasan belajar secara klasikal yang naik dari 69,44 menjadi 91,66 di siklus kedua. 2. Kreativitas siswa di dalam membuat laporan bentuk mind maping disiklus kedua juga mengalami peningkatan. 3. Antusiasrespon siswa dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode ini sangat tinggi yaitu 86 . Kata Kunci: Hasil Belajar, Kreativitas, Praktikum, Mind maping ABSTRACT The difficult concepts of Biology in class X like the animal kingdom become one of the main factors impeding students’ mastery of the learning material resulting in their low achievements. The purpose of this research is to describe the students’ learning achievement and creativity through laboratory work collaboration and mind- mapping method on the material. This research employing a classroom action research with two-cycles is implemented to the students of SMAN 1 Sidayu Gresik class X MIA-3 in Academic year 2014-2015. The result of analysis of data taken from the formative test and observation during making and presenting their mind-mapping shows that 1 the students’ learning achievement on the material about animal kingdom in the first cycle is less increasing, but it is significantly enhancing in the second cycle; this can be seen from the increase of percentage of the students’ learning achievement in the classroom from 69.44 in the first cycle to 91.66 in the second cycle; 2 the students’ creativity in making reports in the form of mind-making is also enhancing in the second cycle despite its being less enhancing in the first cycle; 3 the students’ enthusiasm in learning activities using the method is very high, about 85. Keywords: achievement, creativity, laboratory-work, mind mapping Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Pelajaran biologi di kelas sepuluh setiap satu minggu hanya tersedia tiga jam pelajaran, sementara itu materi yang harus dipelajari siswa sangat banyak. Tidak bisa dipungkiri, beban yang dihadapi oleh siswa termasuk yang paling berat. Dengan jumlah mata pelajaran yang demikian banyak ditambah lagi dengan jumlah bahan yang harus dipelajari untuk setiap mata pelajaran telah menjadi salah satu faktor utama yang menghambat siswa dalam memahami materi pelajaran, akibatnya hasil belajar setiap siswa tidak bisa maksimal. Selama ini pembelajaran tidak dapat berjalan dengan optimal karena guru hanya berusaha untuk mengajarkan seluruh bahan yang telah ditentukan dalam selang waktu yang sangat terbatas. Sementara itu, siswa juga akan dipaksa untuk menerima sedemikian banyak bahan tanpa memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari dan mendalami materi pelajarannya. Salah satu konsep Biologi yang sulit dipahami siswa kelas X semester genap di SMAN 1 Sidayu berdasarkan pengalaman guru adalah konsep untuk kompetensi dasar kingdom animalia yang mempelajari invertebrate terdiri dari 8 filum yaitu filum Porifera, filum Cnidaria, filum Platyhelmintes, filum Nemathelmintes, filum Annelida, filum Molusca, filum Arthropoda dan filum Echinodermata. Sedangkan vertebrata yang dipelajari adalah Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves dan Mamalia. Berdasarkan wawancara dan pengamatan peneliti menemukan fakta bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk mempelajari materi kingdom animalia dikarenakan materi atau konsep yang harus dipelajari sangat banyak antara lain tentang ciri-ciri, struktur tubuh, reproduksi, klasifikasi serta peranan dari setiap filum. Dan banyak nama-nama ilmiah serta istilah-istilah yang harus dipelajari siswa. Berdasarkan fakta di lapangan diketahui bahwa setiap hasil tes formatif ulangan harian kingdom animalia menunjukkan bahwa hanya 65 siswa yang tuntas, sisanya 35 siswa belum tuntas yaitu belum mencapai nilai KKM 75 atau 3 dengan predikat B. Rendahnya kemampuan memahami dan menguasai materi kingdom animalia, selain disebabkan ketidaktepatan metodologi juga berakar pada paradigma konvensional yang sering menggunakan metode pengajaran klasikal dan ceramah. Pembelajaran biologi selama ini hanya menekankan ranah kognitif dan belum mendorong siswa berpikir kritis dengan memaksimalkan potensi pikiran siswa dengan menggunakan otak kiri dan otak kanan secara simultan. Materi kingdom animalia berhubungan dengan lingkungan sekitar, oleh sebab itu dalam pembelajaran biologi juga dapat dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa yaitu hewan-hewan yang banyak ditemukan disekitar tempat tinggal siswa. Lingkungan sekitar dapat dijadikan sumber belajar yang merangsang siswa untuk berfikir kritis untuk mengidentifikasi hewan yang ditemukan. Salah satu pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sekitar siswa atau dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL. Nurhadi 2004: 13 menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membentuk hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Bentuk tindakan dalam penelitian ini adalah mengubah paradigma pembelajaran yang digunakan guru dari siswa pasif dan berpusat pada guru hanya teoretik ke siswa aktif dan berpusat pada siswa menekankan praktik, yaitu melalui pembelajaran kontekstual CTL yang mengkolaborasikan praktikum dengan metode mind mapping . Prima 2015 menyatakan bahwa metode praktikum merupakan suatu cara penyajian siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari dan sebagai salah satu mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta melakukan hasil suatu percobaan kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasikan guru. Sedangkan mind maping menurut Herdian 2009 menyatakan bahwa Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa. Berdasarkan pengalaman peneliti dan wawancara dengan siswa bahwa metode mind mapping belum pernah diterapkan oleh guru-guru pengajar. Perubahan strategi pembelajaran sebagai tindakan dalam penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, penguasaan dan kreativitas siswa dalam mempelajari materi kingdom animalia. Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. 1. Apakah kolaborasi praktikum dan metode mind maping dengan penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kingdom animalia ? 2. Apakah kolaborasi praktikum dan metode mind maping penerapan pembelajaran contextual teaching and learning dengan metode mind ISBN 978-602-72071-1-0 mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa pada materi kingdom animalia ? 3. Bagaimanakah respon siswa terhadap kolaborasi praktikum dan metode mind maping dengan penerapan pembelajaran contextual teaching and learning pada materi kingdom animalia ? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh kolaborasi praktikum dan metode mind maping dengan penerapan strategi pembelajaran contextual teaching and learning terhadap peningkatan hasil belajar dan kreativitas siswa pada materi kingdom animalia METODE PENELITIAN A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian ini bertempat di SMAN Negeri 1 Sidayu dengan alamat Jl. Pahlawan no.6 Sidayu tahun pelajaran 2014-2015. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dirancang pada bulan Januari 2015 dan waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan Februari - April semester genap tahun ajaran 2014-2015. 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa Kelas X-MIA 3 SMA Negeri 1 Sidayu tahun pelajaran 2014-2015 pada kompetensi dasar Kingdom animalia. Jumlah siswa di kelas adalah 36 orang yang terdiri dari 16 siswa laki- laki dan 20 Perempuan. Di pilih kelas X-MIA 3 karena pada kelas ini banyaknya siswa yang terlibat organisasi siswa intra sekolah OSIS sehingga mereka harus pandai membagi waktu belajar dengan organisasi dan kadang kala mereka harus meninggalkan kelas untuk kegiatan di luar kelas. Kelas X-MIA 3 termasuk kelas yang murid- muridnya tergolong ramai dan banyak bicara serta aktif. B. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research dengan pendekatan kualitatif. Di sini guru sebagai pelaksana tindakan sekaligus sebagai pengamat tindakan penelitian. Penelitian ini berlangsung dua siklus. Setiap siklus meliputi planning rencana, action tindakan, observation pengamatan, dan reflection refleksi. Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tindakan ini diterapkan kepada siswa X- MIA 3 SMAN 1 Sidayu Tahun pelajaran 2014-2015 semester genap.

C. Instrumen Penelitian