Implementasi Metode Simple Additive Weighting SAW

ISBN 978-602-72071-1-0  Kepastian centainty : koefisien dalam fungsi tujuan c j dan fungsi kendala a j dapat diketahui dengan pasti dan tidak berubah  Proporsionalitas propoertionality dalam fungsi tujuan dan fungsi kendala : semua keofisien dalam formulasi, c j dan a j1 , merupakan koefisien yang bersifat variabel terhadap besarnya variabel keputusan  Additivitas additivity : total aktivitas sama dengan jumlah setiap aktivitas individual  Divisibilitas divisibility : solusi permasalahan linear programming nilai x j tidak harus dalam bilangan bulat.  Nonnegative nonnegativity : variabel keputusan tidak boleh bernilai negatif HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif penelitian Penelitian ini dilakukan kepada seluruh pengusaha konveksi yang tergabung di GAPEKSI gabungan pengusaha konveksi di daerah cipayung depok dan memiliki anggota sebanyak 42 pengusaha. Menggunakan rumus sovin maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 pengusaha. Dari 32 pengusaha dapat digambarkan secara sederhana posisi para pengusaha berdasarkan penggunaan tenaga kerja dan biaya yang digunakan untuk transportasi. Berikut akan ditampilkan deskripsi hasil penelitian yang telah ditabulasikan kedalam beberapa kategori 1.Lama usaha Kegiatan usaha konveksi di daerah cipayung telah dimulai sejah tahun 1980. Kegiatan usaha ini telah mengalami kondisi berhasil dan gagal. Terlihat pada gambar 5.1 hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari 46 sampel penelitian telah menjalankan usaha lebih dari 5 tahun. Pengusaha yang menjalankan usahanya sekitar 2 sampai 5 tahun sebanyak 32 atau dan 22 sisanyaadalah pengusaha yang baru saja memulai usahanya dalam 2 tahun terakhir. Gambar 5.1. Persentase Lama Usaha

2. Modal

Seorang wirausaha memerlukan modal untuk memulai usaha mereka. Modal yang digunakan dapat berasal dari modal sendiri dan atau modal pinjaman. Pengusaha yang tergabung dalam GAPEKSI di kelurahan cipayung dan terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini sebesar 50 pengusaha melakukan usaha dengan modal sendiri. Sebanyak 37 dari sampel penelitian memiliki modal pinjaman dengan lama pengembalian kurang dari 2 tahun dan sisanya sebanyak 13 pengusaha di kelurahan cipayung bermodalkan pinjaman dengan jangka waktu lebih dari 2 tahun. Gambar 5.2. Persentase Sifat Modal Usaha 3. Jenis Produk Produk dari seorang wirausaha dapat berupa jasa atau barang. Produk yang dihasilkan mencerminkan usaha yang dilakuan oleh pengusaha tersebut. Pengusaha konveksi di kelurahan cipayung memiliki beragam jenis produk yang dijual. Terlihat pada gambar 5.3 bahwa 69 dari pengusaha menjual produk kurang dari 5 jenis. 25 persen pengusaha menjual sebanyak 5 sampai dengan 10 jenis produk dan hanya 6 sisanya yang menjual produk diatas 10 jenis. Gambar 5.3. Persentase Jenis Produk yang dijual 4.Tenaga kerja Kegiatan usaha memerlukan tenaga kerja untuk menjalankan usahanya. Pengusaha konveksi dikelurahan di cipayung mengunakan tenaga kerja mulai dari 2 tenaga kerja hingga 8 tenaga kerja dan biaya yang dikeluarkan pertenaga kerja bervariasi, mulai dari Rp. 30.000 per hari hingga Rp. 180.000 perhari terlihat pada tabel 5.1 22 31 47 Lama usaha 2 th 2 th - 5 th 5 th sendiri 50 pinjaman 2 th 37 pinjaman 2th 13 MODAL 69 25 6 Jenis Produk 5 Jenis 5 - 10 jenis 10 jenis ISBN 978-602-72071-1-0 Tabel 5.1 Biaya Tenaga kerja No Nama Jumlah T.Kerja Jumlah hari kerja gajihari 1 S1 4 22 80,000 2 S2 6 22 70,000 3 S3 4 22 70,000 4 S4 4 22 50,000 5 S5 6 22 60,000 6 S6 3 22 30,000 7 S7 8 22 70,000 8 S8 8 20 70,000 9 S9 3 20 30,000 10 S10 4 22 70,000 11 S11 2 22 100,000 12 S12 2 22 100,000 13 S13 4 20 180,000 14 S14 3 22 60,000 15 S15 4 22 80,000 16 S16 4 25 90,000 17 S17 4 22 80,000 18 S18 6 22 70,000 19 S19 4 22 70,000 20 S20 4 22 50,000 21 S21 6 22 60,000 22 S22 4 22 30,000 23 S23 8 22 70,000 24 S24 8 20 70,000 25 S25 3 20 30,000 26 S26 4 22 70,000 27 S27 2 22 100,000 28 S28 2 22 100,000 29 S29 4 20 180,000 30 S30 3 22 60,000 31 S31 4 22 80,000 32 S32 4 25 90,000 5. Transportasi Penyediaan bahan baku dalam usaha memerlukan kegiatan transportasi untuk menjalankan usahanya. Pengusaha konveksi dikelurahan cipayung melakukan pengiriman bahan baku sebanyak 2 kali pengiriman hingga 8 pengiriman dalam sebulandengan biaya yang dikeluarkan perpengirimanbervariasi, mulai dari Rp. 100.000 per pengiriman hingga Rp. 1.500.000 perpengiriman terlihat pada tabel5.2 Tabel 5.2 Biaya Transportasi No Nama biaya transportasi Jumlah pengiriman 1 S1 100,000 3 2 S2 200,000 4 3 S3 400,000 6 4 S4 600,000 3 5 S5 500,000 6 6 S6 300,000 3 7 S7 1,000,000 3 8 S8 1,000,000 6 9 S9 1,000,000 3 10 S10 1,000,000 8 11 S11 600,000 2 12 S12 150,000 4 13 S13 300,000 4 14 S14 500,000 3 15 S15 400,000 2 16 S16 500,000 7 17 S17 100,000 3 18 S18 200,000 2 19 S19 400,000 3 20 S20 400,000 4 21 S21 400,000 6 22 S22 300,000 3 23 S23 1,000,000 3 24 S24 300,000 8 25 S25 700,000 7 26 S26 1,500,000 4 27 S27 200,000 8 28 S28 400,000 4 29 S29 300,000 4 30 S30 500,000 4 31 S31 400,000 2 32 S32 500,000 3 Hasil penelitian Penelitian ini menggunakan metode linear programming guna menjawab permasalahan penelitian dimana terdiri dari variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan adalah kedua jenis biaya produksi yang menjadi focus utama dalam penelitian. Fungsi tujuan adalah fungsi untuk memperoleh keuntungan maksimal yang terdiri dari harga maksimal yang bisa dikeluarkan untuk biaya tenaga kerja dan biaya transportasi. Fungsi kendala terdiri dari satu jenis yaitu harga jual dari produk. Berikut merupakan penjabaran serta persamaan dari masing-masing variabel dan fungsi dari linear programming . a. Variabel Keputusan X 1 = Biaya Tenaga kerja ISBN 978-602-72071-1-0 X 2 = Biaya Transportasi b. Fungsi tujuan memaksimalkan laba TC = 1,07X 1 + 1,03X 2 c. Fungsi kendala yang menghambat produksi Total cost :8846X 1 + 2724X 2 ≤ 12.330 Total biaya maksimal yang bisa dikeluarkan pengusaha tidak melebihi harga jual dari produk yang dihasilkan. Berikut harga produk dari tiap pengusaha : Tabel 5.3. Batas Biaya Tiap Pengusaha Sampel Max.cost S1 20,833 S2 15,417 S3 16,667 S4 17,500 S5 16,667 S6 16,667 S7 10,833 S8 20,000 S9 8,333 S10 20,833 S11 10,833 S12 12,500 S13 14,167 S14 15,000 S15 12,500 S16 16,667 S17 20,833 S18 15,417 S19 16,667 S20 14,167 S21 16,667 S22 20,000 S23 10,833 S24 15,000 S25 11,667 S26 10,000 S27 20,000 S28 20,000 S29 18,333 S30 20,417 S31 12,500 S32 20,833 Pembahasan Fungsi tujuan yang digunakan dalam model analisis ini adalah keuntungan per unit produk Rp yang diperoleh dengan rumus harga jual produk dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan. Tabel 5.4 secara ringkas menunjukan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk setiap produk yang dihasilkan. Tabel 5.4. Biaya yang dikeluarkan No Nama Biaya Tenaga kerja Biaya Transportasi Total Biaya 1 S1 15.644 667 16.311 2 S2 9.625 833 10.458 3 S3 7.700 3.000 10.700 4 S4 11.000 4.500 15.500 5 S5 11.314 4.286 15.600 6 S6 7.920 3.600 11.520 7 S7 6.160 1.500 7.660 8 S8 11.200 6.000 17.200 9 S9 1.800 3.000 4.800 10 S10 4.968 6.452 11.419 11 S11 7.333 2.000 9.333 12 S12 7.333 1.000 8.333 13 S13 12.000 1.000 13.000 14 S14 8.800 3.333 12.133 15 S15 8.800 1.000 9.800 16 S16 10.588 4.118 14.706 17 S17 14.080 600 14.680 18 S18 9.625 417 10.042 19 S19 7.700 1.500 9.200 20 S20 9.565 3.478 13.043 21 S21 12.000 3.636 15.636 22 S22 8.800 3.000 11.800 23 S23 6.160 1.500 7.660 24 S24 11.200 2.400 13.600 25 S25 3.000 8.167 11.167 26 S26 2.484 2.419 4.903 27 S27 7.333 2.667 10.000 28 S28 7.333 2.667 10.000 29 S29 12.000 1.000 13.000 30 S30 8.800 4.444 13.244 31 S31 8.800 1.000 9.800 32 S32 12.000 2.000 14.000 Program yang digunakan untuk mengetahui kombinasi biaya dalam mendapatkan keuntungan maksimal adalah Microsoft Excel 12.0. berikut merupakan hasil analisa menggunakan Excel 12.0. Tabel 5.5. Hasil analisa Linear programming Cell Name Original Value Final Value ISBN 978-602-72071-1-0 E5 Contribution Total 0 12330.95453 Adjustabel Cells Cell Name Original Value Final Value C4 Decision Var B.Tk 0 1.075736488 D4 Decision Var B.trans 0 1.033402923 Hasil yang diperoleh dari analisa adalah pengusaha perlu membatasi biaya tenaga kerja sebesar 1,07 dari biaya yang telah digunakan selama ini dan membatasi biaya transportasi sebesar 1.03 dari yang telah digunakan. Berikut total biaya maksimal yang bisa dikeluarkan oleh pihak pengusaha secara individu untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Tabel 5.6. Biaya Maksimal Tiap Pengusaha Sampel Biaya maksimal S1 17.518,24 S2 11.215,13 S3 11.383,38 S4 16.483,41 S5 16.600,06 S6 12.240,08 S7 81.76,64 S8 18.248,67 S9 50.36,53 S10 12.011,1 S11 9.955,54 S12 8.922,13 S13 13.942,24 S14 12.911,16 S15 10.499,88 S16 15.645,34 S17 15.766,41 S18 10.784,55 S19 9.833,27 S20 13.883,83 S21 16.666,67 S22 12.566,69 S23 8.176,64 S24 14.528.42 S25 11.666.67 S26 5172.,59 S27 10.644,48 S28 10.644,48 S29 13.942,24 S30 14.059,38 S31 10.499,88 S32 14.975,64 Setelah diketahui jumlah biaya maksimal yang dapat dikeluarkan oleh pengusaha ketika terjadi perubahan biaya maka dapat pula diukur keuntungan actual setiap produk yang diperoleh pengusaha konveksi. Tabel 5.7 akan menunjukkan keuntungan per unit produk masing-masing pengusaha Tabel 5.7. Tabel laba per unit produk Sampel Biaya maksimal harga jual Laba Presentase S1 17,518 20,833 3,315 15.9 S2 11,215 15,417 4,202 27.3 S3 11,383 16,667 5,283 31.7 S4 16,483 17,500 1,017 5.8 S5 16,600 16,667 67 0.4 S6 12,240 16,667 4,427 26.6 S7 8,177 10,833 2,657 24.5 S8 18,249 20,000 1,751 8.8 S9 5,037 8,333 3,297 39.6 S10 12,011 20,833 8,822 42.3 S11 9,956 10,833 878 8.1 S12 8,922 12,500 3,578 28.6 S13 13,942 14,167 224 1.6 S14 12,911 15,000 2,089 13.9 S15 10,500 12,500 2,000 16.0 S16 15,645 16,667 1,021 6.1 S17 15,766 20,833 5,067 24.3 S18 10,785 15,417 4,632 30.0 S19 9,833 16,667 6,833 41.0 S20 13,884 14,167 283 2.0 S21 16,667 16,667 0.0 S22 12,567 20,000 7,433 37.2 S23 8,177 10,833 2,657 24.5 S24 14,528 15,000 472 3.1 S25 11,667 11,667 0.0 S26 5,172 10,000 4,828 48.3 S27 10,644 20,000 9,356 46.8 S28 10,644 20,000 9,356 46.8 S29 13,942 18,333 4,391 24.0 S30 14,059 20,417 6,357 31.1 S31 10,500 12,500 2,000 16.0 S32 14,976 20,833 5,858 28.1 ISBN 978-602-72071-1-0 Gambar 5.4 dapat menggambarkan persentase laba yang dihasilkan. Laba akan dibagi menjadi 3 tingkatan untuk mengetahui kondisi keuntungan yang diperoleh pengusaha. Terlihat bahwa 31 pengusaha menerima laba kurag dari 10 dari harga jual produk mereka. Sebanyak 38 pengusaha menghasilkan laba 10 - 29 dari harga jual produk mereka dan sisanya yaitu 31 pengusaha yang berhasil mendapatkan laba diatas 30 dari harga jual produk mereka. Gambar 5.4. Persentase laba per produk Hasil analisis laba per unit produk telah dijelaskan pada tabel 5.7 nampak bahwa terdapat 2 pengusaha S21 dan S25 yang tidak memiliki keuntungan 0. Hal ini ditunjukkan dengan samanya total biaya yang dikeluarkan dengan harga produk yang dijual. Kondisi pengusaha S21 terlihat mengeluarkan biaya tenaga kerja yang cukup besar jika dibandingkan pengusaha yang lain. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengusaha S21 lebih besar 150 dari rata-rata biaya tenaga kerja pengusaha lain. Pengusaha S25 memiliki kendala dalam hal biaya transportasi, dengan seringnya melakukan pembelian barang dan jumlah biaya transportasi yang besar, maka secara langsung akan membuat biaya yang dibebankan untuk tiap produk akan bertambah, terlihat dari biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pengusaha S25 adalah 300 dari rata-rata biaya transportasi pengusaha lain. Sementara itu, hasil analisis LP untuk kolom batas bawah dan batas atas merupakan analisis sensitivitas terhadap parameter RHS tertera padaTabel 5.8Analisis ini mengandung arti bahwa seberapa besar nilai RHS diperbolehkan untuk diubah sehingga nilai keuntungan optimal tetap. Perubahan nilai RHS diperbolehkan selama dalam interval batas bawah lower limit dan batas atas upper limit. Misalnya untuk biaya tenaga kerja memiliki lower limit yaitu 0 dengan upper limit yaitu 1,075. tabel 5.8. Jika perubahan nilai RHS yang dilakukan oleh pengusaha tidak sesuai dengan rentang yang telah tertera pada tabel 5.8, maka akan mengalami perubahan pada laba akhir. Dengan melalukan pengeluaran biaya tenaga kerja dan biaya transportasi seperti pada tabel 5.8 maka pengusaha akan mendapat laba sesuai dengan analisis LP. Artinya keuntungan yang didapatkan dari jumlah biaya tenaga kerja dan biaya transportasi akan lebih nilainya bila dibandingkan dengan keuntungan selama ini. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 5, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan yaitu, 1. Persamaan linear dari fungsi tujuan dan persamaan linear dari fungsi kendala adalah sebagai berikut : a. Variabel Keputusan X 1 = Biaya Tenaga kerja X 2 = Biaya Transportasi b. Fungsi tujuan memaksimalkan laba TC = 1,07X 1 + 1,03X 2 c. Fungsi kendala yang menghambat produksi Total cost : 8846X 1 + 2724X 2 ≤ 12.330 2. Pengusaha perlu membatasi biaya tenaga kerja sebesar 1,07 dari biaya yang telah digunakan selama ini dan membatasi biaya transportasi sebesar 1.03 dari yang telah digunakan agar keuntungan dapat dimaksimalkan. 3. Penelitian ini menghasilkan analisis RHS right hand side . Analisis ini mengandung arti bahwa seberapa besar nilai RHS diperbolehkan untuk diubah sehingga nilai keuntungan optimal tetap. Perubahan nilai RHS diperbolehkan selama dalam interval batas bawah lower limit dan batas atas upper limit. Pengusaha konveksi di cipayung memiliki RHS untuk biaya tenaga kerja lower limit sebesar 0 dengan upper limitsebesar 1,075. Dan untuk biaya transportasi lower limit sebesar 0 dengan upper limitsebesar 1,033 . Jika perubahan nilai RHS yang dilakukan oleh pengusaha tidak sesuai dengan rentang yang telah tertera pada tabel 5.8, maka akan mengalami perubahan pada laba akhir. 31 38 31 LABA 10 10 - 29 30 Cell Adjustabel Name Value Lower Limit Target Result Upper Limit Target Result C4 Decision Var B.Tk 1.075736488 2814.989562 1.075736488 12330.95453 D4 Decision Var B.trans 1.033402923 9515.964973 1.033402923 12330.95453 Tabel 5.8. Lower Limit dan Upper Limit ISBN 978-602-72071-1-0 Saran Berdasarkan penelitian dan analisa yang dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada para pengusaha konveksi untuk : 1. Pengusaha perlu lebih meningkatkan efisien dalam memanagemen tenaga kerja guna mengurangi biaya tenaga kerja yang dikeluarkan. 2. Pengusaha perlu mempertimbangkan tentang proses pembelian bahan baku, jika dalam pengiriman bahan baku dapat dilakukan sekaligus terhadap beberapa bahan baku, maka hal ini dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan. DAFTAR PUSTAKA Christian, S. dan Candra. 2013. Analisis Penerapan Linear Programming Untuk Mengoptimalkan Jumlah Produksi Dalam Memperoleh Keuntungan Maksimal CV. Cipta Unggul Pratama . The Winners Vol.14 no.1. Jakarta : Binus Unversity Fildes, R. NIkolopoulos, k,S,F,C. A,A.S. 2008. Forecasting and Operational Research : A review. The Journal of the Operational Research Society , 599 Frederick S. Hillier and Gerald JL. 2002. Introduction to Research Operation . Jurong Singapore : McGraw- Hill Book Company. Frederick S. Hillier and Gerald JL.2002. Introduction to Research Operation . Jurong Singapore: McGraw- Hill Book Company. Gujarati, D.2000. Basic Econometric, International Student Edition . New York: McGraw Hill International Book Company. Hamid, Edy S.2010. Pengembangan UMKM Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif International Institute for Sustainable Development. 2013. Reformasi Subsidi Bahan Bakar Fosil dan Usaha Kecil Menengah UKM:Dampak dan Alternatif tanggapan . Mulyono, S. 2004. Riset Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Nasendi, BD dan Anwar Effendi. 2004. Program Linier dan Variasinya . Jakarta : PT.Gramedia Nasikh.2009.Model Optimalisasi Faktor Produksi Usaha Industry Kecil Mebel Kayu Jati di Pasuruan, Jawa Timur . UM: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 11. No.1. Maret 2009: 85-93 Sitinjak, T.J.R 2006 Riset Operasi : Untuk Pengambilan Keputusan Manajerial dengan aplikasi Excel . Yogyakarta : Graha Ilmudarwin Staphleton, Drew M. H, Joe, B. 2007. Marketing Strategy Optimization : Using Linear Programming to Establish an Optimal Marketing Mixture . Marketing Journal. ISBN 978-602-72071-1-0 POTENSI DAYA SAING PERGURUAN TINGGI DALAM PERSPEKTIF GOOD CORPORATE GOVERNANCE STUDI PADA PERGURUAN TINGGI DI JAWA TIMUR YANG TERAKREDITASI A Hanif Mauludin 1 Darti Djuharni 2 1 Program Studi Manajemen, STIE Malangkucecwara. 2 Program Studi Akuntansi, STIE Malangkucecwara. E-mail: hanifmauludingmail.com ABSTRAK Tidak dapat dipungkiri persaingan antar perguruan tinggi saat ini semakin ketat dan kuat, sehingga penyelenggaraan perguruan tinggi dituntut menjadi korporasi yang baik Good Corporate Governance = GCG. Praktik tata kelola perusahaan yang baik GCG berpotensi menciptakan daya saing dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui profil tata kelola perguruan tinggi yang terakreditasi A di Jawa Timur ditinjau dari aspek budaya akademik, struktur organisasi, kemampuan manajerial, dan optimalisasi penguasaan teknologi informasi, sehingga dapat ditemukan model tata kelola perguruan tinggi yang berdaya saing menuju akreditasi A. Penelitian ini dilakukan di Perguruan Tinggi di Jawa Timur yang memperoleh peringkat akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi BAN-PT Tahun 2014, yaitu Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Analisis dilakukan menggunakan analisis kualitatif model interaktif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap pimpinan dan staf struktural Perguruan Tinggi terpilih, yang merupakan informan kunci. Hasil penelitian ini adalah 1 aspek budaya akademik, struktur organisasi, kemampuan manajerial, dan optimalisasi penguasaan teknologi informasi merupakan aspek fundamental PT yang mendukung dicapainya Akreditasi Institusi Peringkat A. 2 model tata kelola perguruan tinggi yang berdaya saing menuju akreditasi A. Kata Kunci: good corporate governance GCG, daya saing, budaya akademik, struktur organisasi, kemampuan manajerial, optimalisasi penguasaan teknologi informasi. ABSTRACT It is inevitable that the intensity of competition among universities is getting tougher and stronger, so that the organization of higher education required to become good corporation. The practice of good corporate governance GCG has potential to create sustainable competitiveness for all organizations including universities. This study aims to determine the governance profile college accredited by ranking well in East Java. Some aspects that were examined include aspects of academic culture, organizational structure, managerial capability, and utilization of information technology. Analysis was performed using a qualitative analysis interactive model by conducting depth interviews with directors and officers of college, which is a key informant. Research conducted at five universities with accreditation ratings are good in East Java Indonesia include University of Airlangga, University of Brawijaya, State University of Malang, Islamic State University of Malang and Institute of Technology ITS. The results showed that the superior accredited colleges tend to have a strong academic culture, effective organizational structure, managerial capacity and utilization of information technology. Keywords: good corporate governance GCG, competitiveness, academic culture, organizational structure, managerial capability, information technology. “Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi” Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Tidak dapat dipungkiri persaingan antar perguruan tinggi saat ini semakin ketat dan kuat. Dalam setiap pameran perguruan tinggi yang digelar, jumlah peserta dengan beragam program studi dari berbagai perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri PTN maupun perguruan tinggi swasta PTS saling berlomba mengenalkan program studi yang bersangkutan dengan menawarkan berbagai fasilitas terbaiknya. Upaya mencitrakan diri sebagai perguruan tinggi dengan kualitas unggul selalu dilakukan dengan menyampaikan product knovledge kepada calon mahasiswa maupun orang tua. Product knowledge ersebut merupakan deskripsi atas parameter pencapaian Tridarma Perguruan Tinggi, meliputi input, proses dan output. Bagi masyarakat awam, untuk mengetahui detail dari product knovledge tersebut bukan hal mudah. Guna melindungi calon mahasiswa dari salah memilih perguruan tinggi, pihak SMA melalui Guru Bimbingan Konseling BK aktif melakukan sosialisasi atau semacam pembekalan kepada anak didiknya untuk mengetahui profil perguruan tinggi berpredikat unggul. Salah satu parameter perguruan tinggi dapat dikatakan unggulan ketika perguruan tinggi tersebut mempunyai peringkat Akreditasi A. Peringkat akreditasi perguruan tinggi dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi BAN-PT melalui proses evaluasi secara berkala selama 4 tahunan ditujukan untuk memastikan bahwa tata kelola perguruan tinggi tersebut telah memenuhi tuntutan Tridharma Perguruan Tinggi sebagaimana disyaratkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu keberhasilan suatu perguruan tinggi memperoleh peringkat akreditasi A akan meningkatkan visibilitas masyarakat terhadap citra perguruan tinggi unggulan. Secara komprehensif, capaian peringkat akreditasi perguruan tinggi tercermin dari komitmen program studi terhadap kapasitas institusional institutional capacity dan komitmen terhadap efektivitas program pendidikan educational effectiveness, yang dikemas dalam tujuh standar akreditasi Akreditasi Program Studi Sarjana, 2008. Kemampuan perguruan tinggi dalam memenuhi standar akreditasi tersebut memerlukan dukungan aspek fundamental, seperti budaya akademik, struktur organisasi, kemampuan manajerial, dan optimalisasi penguasaan teknologi informasi. Dalam teori keunggulan bersaing berbasis sumber daya resource base viev disebutkan bahwa beberapa jenis sumber daya yang dimiliki dan dikendalikan oleh organisasi memiliki potensi dan jaminan untuk menghasilkan keunggulan kompetitif yang akhirnya menyebabkan kinerja organisasi yang unggul. Sumberdaya tersebut termasuk budaya, struktur organisasi, kemampuan manajerial dan optimalisasi penguasaan teknologi informasi Ainuddin, Beamish, Hulland, Rouse, 2007; J. B. Barney, 1991; J. Barney, 2007; Fahy, 2000; 2007. Budaya akademik yang baik akan menjadi salah satu faktor pembeda antara satu perguruan tinggi dengan perguruan tinggi lainnya Hidayat, 2014. Budaya akademik seperti adaptif terhadap dinamika lingkungan, kebiasaan bekerja secara tim, administrasi dokumentasi yang tertib, kebutuhan berprestasi tinggi dan budaya belajar berkel anjutan merupakan modal dasar dalam meningkatkan prestasi individu yang selanjutnya akan terakumulasi menjadi prestasi organisasi. Ketika indikator budaya akademik tersebut kuat , maka komitmen terhadap improvement juga akan semakin kuat. Hal ini bisa menjadi modal dasar terhadap kemampuan perguruan tinggi untuk memenuhi standar penilaian borang akreditasi yang semakin baik. Sebagai misal, tidak mungkin karya ilmiah perguruan tinggi akan bernilai tinggi ketika didalam perguruan tinggi budaya untuk belajar berkelanjutan sangat rendah. Perguruan Tinggi dengan struktur organisasi yang bercorak organic desentralisasi dirasa lebih cocok dalam organisasi perguruan tinggi yang merupakan kumpulan kaum intelek. Berbeda dengan struktur sentralisasi, desentralisasi lebih menawarkan otonomi bagi entitas organisasi untuk mengambil langkah langkah strategis sesuai kebutuhannya dengan tetap mengacu pada kerangka visi misi institusi. Kemampuan manajerial yang menunjukkan kecermatan, kemampuan analisis dan perhatian terhadap upaya meningkatkan kapasitas proses belajar mengajar juga dapat menjadi faktor penting dalam upaya pencapaian peringkat akreditasi A. Kemampuan manajemen pengelola perguruan tinggi dalam mengantisipasi dan menetapkan ketersediaan sumberdaya akan sangat terkait dengan output yang dihasilkan. Sistem informasi terintegrasi yang dikembangkan di perguruan tinggi mencakup pengelolaan atas faktor input, proses, dan ouput informasi, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan pengetahuan secara efektif untuk mendukung penjaminan mutu atas penyelenggaraan akademik program studi sarjana. Menyadari tantangan tersebut, penyelenggaraan perguruan tinggi dituntut menjadi korporasi yang baik Good Corporate Governance = GCG. Praktik tata kelola perusahaan yang baik GCG berpotensi menciptakan daya saing dan berkelanjutan, namun inovasi dan kreatifitas tidak boleh diabaikan Pambudi, 2008. Good Corporate Governance penting juga untuk diimplementasikan pada perguruan tinggi, agar menjadi perguruan tinggi yang berdaya saing dan memiliki predikat unggulan ditinjau dari peringkat akreditasi tertinggi, yaitu A. Tidaklah berlebihan apabila dimunculkan istilah Good University Governance untuk menunjukkan baiknya tata kelola perguruan tinggi, melalui pemanfaatan sumberdaya baik intangible maupun tangible serta kapabilitas organisasi untuk membangun dayasaing, sehingga relevan dengan tujuan mencapai akreditasi A. Urgensi penelitian ini, bahwa belum banyak perguruan tinggi yang berhasil meraih akreditasi A, memberi inspirasi penelitian fundamental ini untuk mengkaji secara mendalam kaitan antara aspek budaya akademik, struktur organisasi, kemampuan manajerial, optimalisasi penguasaan teknologi informasi sebagai faktor pendukung dalam memenuhi ISBN 978-602-72071-1-0 poin poin borang akreditasi. Kontribusi penelitian ini, antara lain 1. Hasil penelitian berupa model tatakelola perguruan tinggi sebagai guidance bimbingan bagi perguruan tinggi dalam mencapai akreditasi A. 2 Secara teori diharapkan berkontribusi terhadap pengembangan teori Good Corporate Governanance untuk perguruan tinggi atau dapat disebut sebagai Good University Governance. 3 Sebagai masukan kepada pemerintah, dalam hal ini Dirjen Pendidikan Tinggi Dikti dan Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Kopertis dalam melakukan arahan atau pembinaan bagi perguruan tinggi menuju akreditasi institusi. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Allen et al 2002 menyatakan bahwa kultur perguruan tinggi masa kini lebih ke arah sistem kolega dan berbasis riset, sedangkan penggunaan teknologi informasi lebih ditekankan pada kekuatan hubungan atas penggunaan teknologi informasi oleh para dosen, pimpinan, serta staf di perguruan tinggi dan keberadaan infrastruktur yang memadai. Mulili 2011 meneliti perguruan tinggi negeri di Kenya agar memiliki tata kelola yang baik, karena hasil penelitiannya menunjukkan terlalu banyaknya anggota dewan pengurus dalam perguruan tinggi tersebut, menjadikan tidak efektif dalam pengelolaannya. Selain itu diperlukan tim manajemen yang memadai. Silva Armstrong 2012 menemukan bahwa perguruan tinggi di Australia sebagai korporasi yang independen, menerapkan indikator tata kelola perusahaan yang baik National Governance Protocols sebagai pengukur korporasinya Universities Protocols. Konsep Daya Saing Daya saing mengacu kepada kemampuan suatu organisasi atau korporasi dalam melakukan efisiensi dan efektivitas atas sasaran penentuan arah dan hasil yang ingin dicapai. Sehubungan dengan daya saing dalam perguruan tinggi, bahwa kemampuan suatu perguruan tinggi berkontribusi dalam peningkatan daya saing bangsa hanya dapat dilakukan oleh organisasi yang sehat. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang memperhatikan tren perubahan mendasar, yang meliputi quality assurance, autonomy, enterpreneurialism; dan leadership. Quality assurance seperti halnya akreditasi adalah merupakan kegiatan yang terinstitusi dalam bentuk prosedur standar organisasi yang melibatkan pihak luar. Autonomy adalah kebebasan menajemen untuk mengelola institusi selama tidak bertentangan dengan undang-undang. Enterpreneurialism adalah kemampuan institusi dalam pengelola dan mencari dana melalui projek-projek penelitian dan pengabdian masyarakat bekerja sama dengan dunia usaha; dan Leadership adalah kepemimpinan yang cakap dan bertanggung jawab. Bachtiar, 2013 Konsep Good Corporate Governance Sehubungan dengan corporate governance, terdapat dua teori yang terkait, yaitu stewardship theory dan agency theory Tricker, 1984. Stewardship theory di bangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia, yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Sedangkan agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agent bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model Swastika, 2013; Swastika, Salim, Sudarma, Djumahir, 2013 Corporate governance terkonsentrasi pada struktur dan proses pengambilan keputusan, akuntabilitas, kontrol dan perilaku dari pimpinan puncak organisasi Amstrong Francis, 2004. Governance dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau struktur aturan dan hubungan, pengawasan dan pengendalian orang- orang yang menjalankan wewenang, akuntabilitas, pelayanan, kepemimpinan, arah dan kontrol yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan efisien penggunaan sumber daya dalam menyeimbangkan pencapaian tujuan korporasi, masyarakat dan individu Armstrong, 2009. Menurut Weir dan McKnight Weir, Laing, Mc.Knight, 2002, tata kelola perusahaan institusional terdiri atas mekanisme tata kelola eksternal dan mekanisme tata kelola internal. Mekanisme tata kelola eksternal adalah pengaruh atas adanya kebijakan pemerintah yang diberikan kepada perguruan tinggi atau universitas. Dalam literatur corporate governance, komposisi posisi struktural dan proses dari karakteristik dewan komisaris merupakan struktur tata kelola internal perusahaan Bhagat Black, 2002; Khanchel, 2007 Konsep Good Corporate Governance GCG yang akan dikembangkan menjadi Good University Governance mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh De Silva dan Armstrong 2012, bahwa dengan menggunakan Institutional Theory, mekanisme corporate governance terbagi dalam eksternal dan internal. Variabel mekanisme corporate governance eksternal adalah pengaruh pihak otoritas yang diukur menggunakan kepatuhan universitas menggunakan parameter National Governance Protocols yang meliputi hal hal sebagai berikut. 1 universitas harus menempatkan penekanan lebih besar pada pelatihan dan pengembangan. 2 universitas harus memiliki akses keuangan yang lebih baik sebagai antisipasi gejolah krisis eksternal yang susah diprediksi. 3 universitas perlu menyesuaikan pengaturan tata kelola mereka untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka. 4 universitas harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance, termasuk transparansi dan akuntabilitas, dan masalah budaya organsasi membutuhkan lebih banyak perhatian. Sedangkan variabel mekanisme corporate governance internal adalah dewan direksi, dewan