Karakteristik Tingkat ranah Kognitif

ISBN 978-602-72071-1-0 Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas II pada pokok bahasan larutan asam dan basa di SMU Negeri 3 Makassar dar hasil penelitian ini tinggi. Untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang dialami oleh siswa maka dapat dilihat pada tabel 8 distribusi skor tiap indicator. Pada indikator I yaitu kesulitan belajar dalam menuliskan rumus-rumus molekul asam dan basa, walaupun dikategorikan rendah, Pada indikator 2 yaitu kesulitan belajar dalam memahami konsep larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan rendah.. Pada indikator 3 yaitu kesulitan belajar dalam menyetarakan persamaan reaksi larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan rendah,. Pada indikator 4 yaitu kesulitan belajar dalam menerapkan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan sedang, Pada indikator 5 yaitu kesulitan belajar dalam menyelesaikan perhitungan larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan tinggi, Berdasarkan hasil penelitian, kesulitan belajar dalam indikator ini, terlihat dari siswa yang menggunakan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa sehingga penyelesaian perhitungannya salah. Ada juga yang menggunakan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa benar, tetapi penyelesaiannya hanya sampai setengah penyelesaian soal perhitungan saja. Hal ini dimungkinkan oleh kurangnya tingkat penguasaan matematika siswa sehingga untuk menyelesaikan perhitungan tidak terselesaikan. 2. Kesulitan belajar berdasarkan tingkatan ranah kognitif Kesulitan belajar berdasarkan tingkatan ranah kognitif didasarkan dari kesulitan belajar dalam penelitian ini. Untuk tingkatan ranah kognitif C 1 ingatan sama dengan kesulitan belajar pada indicator 1, yaitu kesulitan belajar dalam menuliskan rumus-rumus molekul asam dan basa 31,33 yang berada pada kategori rendah. Tingkatan ranah kognitif C 2 pemahaman sama dengan kesulitan belajar pada indikator 2, yaitu kesulitan belajar dalam memahami konsep larutan asam dan basa 35,71 yang berada pada kategori rendah. Tingkatan ranah kognitif aplikasi C 3 sama dengan kesulitan belajar dalam menyetarakan persamaan reaksi, penerapan rumus-rumus perhitungan dan penyelesaian perhitunngan larutan asam dan basa, dengan rata-rata persentase 48,76 yang berada pada kategori sedang. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa kesulitan belajar siswa kelas II SMU Negeri 3Makassar pada pokok bahasan larutan asam dan basa menurut penelitian ini tergolong tinggi. Bila diidentifikasi berdasarkan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Indikator 1, yaitu kesulitan belajar dalam menuliskan rumus-rumus molekul aam dan basa berada pada kategori rendah. b. Indikator 2, yaitu kesulitan belajar dalam memahami konsep larutan asam dan basa berada pada kategori rendah. c. Indikator 3, yaitu kesulitan belajar dalam menyetarakan persamaan reaski larutan asam dan basa berada pada kategori rendah. d. Indikator 4, yaitu kesulitan belajar dalam menerapkan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa berada pada kategori kesulitan tinggi. e. Indikator 5, yaitu kesulitan belajar dalam menyelesaikan perhitungan larutan asam dan basa berada pada kategori kesulitan tinggi. Bila diidentifikasi berdasarkan tingkatan ranah kognitif, maka kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah sebagai berikut: a. Tingkatan ranah kognitif C 1 ingatan berada pada kategori rendah. b. Tingkatan ranah kognitif C 2 pemahaman berada pada kategori rendah. c. Tingkatan ranah kognitif C 3 aplikasi berada pada kategori sedang. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa terletak pada diri pribadi siswa tersebut dan factor guru yang mengajarkan mata pelajaran. Oleh karena itu diperlukan hubungan yang baik antara siswa dengan guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan menghasilkan suatu restasi skademik yang memuaskan. Saran Saran yang dapat dikemukakan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepada guru yang mengajarkan pokok bahasan larutan asam dan basa hendaknya memperbanyak latihan-latihan penyelesaian soal perhitungan dan bimbingan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tersebut tidak dapat terselesaikan. 2. Diharapkan ada penelitian yang lain untuk meneliti kembali dengan mengembangkan metode pengajaran yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan larutan asam dan basa. DAFTAR PUSTAKA Anas,P. 1998. Hubungan Penguasaan Matematika dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas SMU Negeri Watampone kab. Bone , Skripsi. Ujung pandang: PMIPA IKIP Ujunga Pandang. Arikunto , Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. _______. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim M. 1990. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Saleh. Kasman. 1992. Korelasi Antara Nilai Ebtanas ISBN 978-602-72071-1-0 Murni Bidang Kimia Dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Ujung Pandang . Ujung Pandang: FPMIPA IKIP Ujung Pandang. ISBN 978-602-72071-1-0 PENGGUNAAN ANIMASI LABORATORIUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TITRASI ASAM-BASA Jefta Hendryarto 1 Eka Tina Nur Ula Tuqa 2 Meyta Rosemala Dewi 3 1,2,3 Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Aam, Universitas Negeri Surabaya Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, E-mail: jefta_hendryyahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan animasi laboratorium virtual dalam pembelajaran materi titrasi asam-basa di kelas XI. Penelitian dilakukan dengan metode one-group pretest- posttest dengan sampel sebanyak 7 siswa kelas akselerasi SMAN 1 Probolinggo tahun pelajaran 20132014. Penelitian dikembangkan dengan prosedur meliputi pemilihan model pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, perencanaan waktu dan tempat, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pengumpulan data lapangan, dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal pretest dan posttest, lembar respon siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa animasi laboratorium virtual meningkatkan ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal sebanyak 86. Data hasil belajar yang digunakan berupa soal pemahaman kosep berbentuk pilihan ganda. Data ini didukung oleh data respon siswa yang menunjukkan bahwa animasi laborartorium virtual secara positif dapat menunjang pembelajaran dengan aspek kebermaknaan 71, usabilitas 100, efektivitas 81, dan kemenarikan 71 yang sangat baik. Kata kunci : Animasi, laboratorium virtual, hasil belajar, titrasi asam-basa ABSTRACT The aim of research is to find out the effect on learning acid-base titration using virtual laboratorium animation in grade XI. The method used is onegroup pretest-posttest design on 7 students as sample from acceleration class in SMAN 1 Probolinggo at 20132014 programme year. The procedures are choosing learning model, choosing learning matter, planning times allocation, conducting learning activity, collecting data, evaluating and taking decision. Instrumenst used are learning result test multiple choices, students respond sheet, and observational sheet. The result shows that using virtual lab has great impact on increasing classical and individual mastery learning 86. Data test used are multiple choice to test concept mastery learning that has bee n validated. This result is supported using student’s respond at four aspects; meaningful learning 71, usability 100, effectivity 71, and design 81. All four aspects show positive support on learning matter acid-base titration. Observational result also support aspect usability of using virtual lab along learning activity. Keywords: Animation, virtual lab, learning result, acid-base titration ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Perkembangan Information and Communication Technology ICT dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat. Komputer tidak hanya digunakan sebagai alat bantu pembelajaran, namun sebagai sumber penting pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Zamfir dalam Osman, 2012: 75 yang menyatakan perlunya implementasi teknologi baru dalam proses belajar mengajar. Bahkan Dakir secara tegas menyatakan bahwa saat ini peranan guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak, terutama media elektronik, misalnya: komputer internet, satelit komunikasi, rekaman video dan sebagainya Dakir, 2004:81. Computer Technology Research CTR menyatakan bahwa seseorang mampu mengingat 20 dari apa yang dilihat dan 30 dari apa yang didengar. Tetapi seseorang mengingat 50 dari apa yang dilihat dan didengar dan 80 dari apa yang dilihat, didengar, dan diaplikasikan yang dapat dicapai salah satunya melaui media animasi. Media animasi dapat menjadi sarana visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi sederhana, konkret, dan mudah dipahami. Penggunaan animasi Komputer dapat diaplikasikan dalam materi IPA seperti kimia untuk menunjang pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran berupa animasi, maka siswa akan mendapat pemahaman lebih pada konsep absrak sekaligus mendapat sarana berlatih konsep matematis. Tak hanya itu, animasi Komputer juga dapat menciptakan ketertarikan dan meningkatkan motivasi siswa, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Penghadiran gambar-gambar yang bergerak animasi dalam pendeskripsian konsep kimia, disamping akan mengkonkritkan materi kimia yang bersifat abstrak, juga dapat menambah daya penguatan reinforcement serta dapat menambah minat dan perhatian siswa sepanjang proses belajar mengajar Sadiman, 2006:19. Namun berdasarkan studi literatur ditemukan beberapa ketimpangan antara fakta dan harapan, bahwa masih ditemui pelajaran kimia masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit bagi peserta didik. Hal ini disebabkan oleh sejumlah besar materi ilmu kimia masih bersifat abstrak, harus diajarkan dalam waktu yang relatif terbatas. Salah satu materi yang masih dianggap sulit adalah titrasi asam-basa. Pada materi ini siswa kesulitan menentukan titik akhir titrasi, menentukan titran dan analit, dan menghitung konsentrasi sampel. Melalui animasi laboratorium virtual, siswa dapat mencoba sendiri praktikum titrasi asam-basa disertai gambaran visual ion-ion yang terlibat dalam titrasi serta perhitungannya. Kesalahan praktikum seperti penentuan titiak akhir titrasi, prosedur pelaksanaan titrasi, keadaan sampel yang adakalanya sulit didapat akan diatasi dengan animasi laboratorium virtual sehingga diharapkan pemahaman siswa mengenai titrasi asam-basa akan lebih baik dan siswa lebih termotivasi belajar kimia. Hal ini menguatkan dasar penelitian yang digunakan untuk merumuskan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan animasi laboratorium virtual terhadap hasil belajar siswa pada materi titrasi asam-basa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode one group pre-post test design yang berada di SMAN 1 Probolinggo dan dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Hasil eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan animasi laboratorium virtual dibandingkan. Langkah yang dilakukan adalah siswa diberikan pretest selama 10 menit, kemudian diberikan perlakuan yang berupa pembelajaran dengan menggunakan media animasi selama + 30 menit, setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan posttest selama 10 menit. Selanjutnya diberikan angket respon siswa terhadap media yang dikembangkan selama ± 5 menit. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IA ASMAN 1 Probolinggo Semester I tahun ajaran 20132014 dengan jumlah siswa dalam satu kelas yaitu 7 siswa kelas akselerasi. Prosedur penelitian disajikan dalam alur pada gambar 1. Gambar 1. Prosedur penelitian Prosedur penelitian dideskripsikan sebagai berikut: 1. Memilih model pembelajaran Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan media animasi. 2. Memilih materi pembelajaran Materi pembelajaran yang dipilih adalah materi titrasi asam-basa karena karakteristiknya yang membutuhkan visualisasi, bersifat abstrak, dan banyak diperlukan penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari 3. Merencanakan waktu dan tempat Peneliti mengalokasikan pembagian waktu dan merencanakan penggunaan media untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan media animasi di kelas XI 1A dalam waktu 2x25 menit. 5. Mengumpulkan data lapangan Pemilihan model pembelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Evaluasi dan pengambilan keputusan Perencanaan waktu dan tempat Pemilihan materi pembelajaran Pengumpulan data lapangan ISBN 978-602-72071-1-0 Melakukan tes akhir untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa setelah pembelajaran titrasi asam-basa. 6. Evaluasi dan pengambilan keputusan a. Menganalisis data tes pengetahuan b. Menarik kesimpulan Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif yang terangkum pada tabel 1. Tabel 1. Pengolahan Data Jenis Data Bentuk Instrumen Teknik Analisis Data Tes hasil belajar Lembar tes hasil belajar Deskriptif kuantitatif Respon siswa Lembar checklist respon siswa Deskriptif kuantitatif Kondisi fisik suasana pembelajaran Lembar observasi Deskriptif kualitatif Analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis data tes hasil belajar Analisis dilakukan dengan rumus: 2. Analisis respon siswa Respon siswa yang dianalisis meliputi empat aspek; 1 aspek kebermaknaan, yaitu sejauh mana media yang digunakan memberikan pengaruh terhadap kemampuan siswa menyerap materi, 2 aspek usabilitas, yaitu kemudahan dalam mengoperasikan komputer, 3 aspek efektivitas, yaitu kemudahan memahami materi dalam media, dan 3 aspek motivasi yaitu sejauh mana siswa tertarik terhadap media yang digunakan. Setiap aspek dihitung persentase positif dan negatif siswa yang memilih “iya” dan “tidak”. 3. Observasi dukungan terhadap data respon siswa Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik suasana pembelajaran. Data hasil observasi digunakan untuk mendukung aspek efektifitas dan usabilitas dari media komputer yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Soal yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa pretest dan posttest berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 8 butir soal yang telah divalidasi terlebih dahulu. Tes hasil belajar siswa dilakukan oleh 7 orang siswa kelas akselerasi SMAN 1 Probolinggo. Data tes hasil belajarsiswa disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Tes Hasil Belajar Siswa Siswa ke: Nilai Pre-test Nilai Post-test 1 Nilai Ketuntasan Nilai Ketuntasan Siswa ke: Nilai Pre-test Nilai Post-test 2 37.5 Belum Tuntas 100 Tuntas 3 37.5 Belum Tuntas 100 Tuntas 4 50 Belum Tuntas 62.5 Belum Tuntas 5 50 Belum Tuntas 76 Tuntas 6 37.5 Belum Tuntas 76 Tuntas 7 37.5 Belum Tuntas 87.5 Tuntas Dari hasil tes setelah penerapan media animasi, dapat dianalisis ketuntasan klasikalnya dengan menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: Berdasarkan perhitungan prosentase diperoleh prosestase ketuntasan kelas adalah sebesar 86. Berdasarkan Tabel tersebut media animasi memberikan respon yang baik terhadap hasil belajar siswa dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa. Siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika telah mencapai nilai ≥ 75. Pada pretest dari 7 siswa seluruhnya belum mencapai ketuntasan belajar. Namun setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan media animasi maka ketuntasan klasikal meningkat. Hanya 1 siswa dari total siswa saja yang belum mencapai ketuntasan. Hal ini menunjukkan bahwa media animasi berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa sehingga terjadi peningkatan prestasi yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 86. Hal ini menunjukkan bahwa media animasi memberikan pengaruh positif dalam kegiatanpembelajaran. Tes hasil belajar siswa ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sandford dalam Freitas, 2006 bahwa dengan media animasi 63 siswa memiliki keterampilan berfikir lebih tinggi dan 62 siswa belajar suatu pengetahuan khusus. Pengetahuan khusus yang dipelajari siswa terutama prosedur melaksanakan titrasi, menentukan titik akhir titrasi, pemilihan indikator dan sampel bahan yang adakalanya sulit diadakan di lab. Selain data tes hasil belajar, juga dianalisis data respon siswa yang didukung dengan hasil observasi. Respon siswa yang telah diolah disajikan pada gambar 2. ISBN 978-602-72071-1-0 gambar 2. Grafik hasil analisis respon siswa terhadap media animasi Data respon siswa menunjukkan bahwa animasi laboratorium virtual yang digunakan dalam pembelajaran titrasi asam-basa mendapatkan respon positif terhadap aspek kebermaknaan, usabilitas, efektivitas, dan motivasi. Respon positif ini didukung dengan hasil observasi kondisi fisik suasana pembelajaran bahwa siswa tidak mengalami kesulitan mengoperasikan laboratorium virtual dan nampak antusias belajar dalam laboratorium virtual. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan media animasi laboratorium virtual pada materi titrasi asam-basa, siswa kelas XI IA ASMA Negeri 1 Probolinggo dapat mencapai ketuntasan hasil belajar siswa yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanyapeningkatan hasil belajar siswa kelas XI IA ASMA Negeri 1 Probolinggo pada materi titrasi asam-basa telah tuntas secara klasikal yaitu 86, karena telah mencapai lebih dari 75. Hasil belajar siswa yang meningkat didukung oleh respon siswa yang positif terhadap aspek kebermaknaan 71, efektivitas 82, usabilitas 100 , dan kemenarikan media 71. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti ada beberapa saran yang ingin disampaikan, yaitu: a. Guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat memudahkan siswa menguasai dan memahami konsep materi yang diajarkan. b. Model pembelajaran dapat dimodifikasi dengan permainan atau sejenisnya untuk menarik minat dan motivasi siswa. c. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti dengan materi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA  Arikunto. S. 1998. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.  Arsyad. A. 2004. Media Pembelajaran. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.  Brigss. L. 1970. Principles of Instructional DeSignifikann . Holt. Rinehart. and Watson. New York  Dale. E. 1969. Audio Visual Methods In Teaching. The Dryden Press. New York.  Depdiknas.. 2003. Kurikulum Mata Pelajaran Kimia . Depdiknas. Jakarta.  Hamalik. O. 1994. Media Pendidikan. Penerbit Citra Aditya Bakti. Bandung.  Kemp. J.E dan Dauton. D.K. 1985. Planning dan Producing Instructional Media Fifth Edition . Harper Row. New York.  Mulyasa, E. 2003. dalam Sudrajat. A.2009. Lets Talk About Education . 8 Agustus 2013. Sumber: http:akhmadsudrajat.wordpress.com  Nur, M., Wikandari,P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa danPendekatan Konstruktifis Dalam Pengajaran . Surabaya: Pusat Studi Matematika Dan IPA Sekolah Universitas Negeri Surabaya.  Osman, Kamisah Bakar, Nurul Aini.2012. Educational Komputer Games for Malaysian Classrooms: Issues and Challenges. Journal of Asian Social Science . Vol. 8, No.11  Sadiman. A. S.. Rahardjo. R.. Haryono. A.. dan Rahardjito. 2006. Media Pendidikan :Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya . Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.   ISBN 978-602-72071-1-0 PENGARUH STRATEGI DIGITAL LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA EDMODO TERHADAP PARTISIPASI AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA Suryanto Hadi Widodo 1 Faridatur Rofi’ah 2 1, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya Email : surpakar4gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh strategi digital learning menggunakan media edmodo terhadap partisipasi aktif dan hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia. Penelitian ini merupakan quasy experiment dengan rancangan non-equivalent control group. Penelitian ini dilakukan pada satu kelas control dan satu kelas eksperimen yang masing-masing terdiri dari 40 orang kelas X SMK Farmasi Sekesal Surabaya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tes hasil belajar siswa dan lembar angket partisipasi siswa. Data dianalisis dengan cara uji normalitas, homogenitas, dan uji hipotesis dengan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, bersifat homogen, dan media edmodo berpengaruh positif terhadap partisipasi aktif dan hasil belajar siswa dengan nilai t hitung berturut-turut sebesar 7,985 dan 8,134. Kata Kunci: edmodo , partisipasi aktif, hasil belajar ABSTRACT This research is to explain the effect of digital learning strategy using edmodo to the st udent’s participation dan learning achievement in chemical bonding matter. This research is quasy experiment with non-equivalent control group design. This research is apllied on a control class and an experiment one which each contain of 40 students in SMK Farmasi Sekesal Surabaya grade X. The researh instruments are learning achievement test and participation questionnaire sheet.The data are analyzed with normality test, homogenity test, and t- test. The results of this research indicate that the data have normal distribution, homogeny, and edmodo media has positive effect to the student’s active pasticipation and learning achievement with t-count are as many as 7,985 and 8,134. Keywords: edmodo, active participation, learning achievement ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar pendidikan berbasis teknologi informasi menjadi tidak terelakkan lagi. Disamping itu, dalam proses pembelajaran ilmu Kimia mencakup pembelajaran produk seperti fakta, konsep, prinsip, teori dan juga pembelajaran proses untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran proses dapat dilakukan baik di laboratorium maupun di luar laboratorium, sedangkan pembelajaran produk, peserta didik diharapkan menguasai hukum, teori dan aplikasinya. Konsep-konsep yang diajarkan dengan informasi langsung akan cenderung dihafalkan dan bukan dipahami, tetapi hal tersebut akan menjadi berbeda jika metode ceramah diikuti dengan verifikasi, dan contoh-contoh sehingga menjadi bermakna. Menurut Johnson 1998, kemampuan awal turut berperan dalam hasil belajar baru. Kemampuan awal merupakan pengetahuan, kemampuan yang relevan yang harus dipunyai sebelum proses pembelajaran dimulai. Kemampuan awal menunjukkan sejauh mana pemahaman awal peserta didik terhadap materi baru sehingga guru dapat menentukan keluasan dan kedalaman materi yang akan disampaikan. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan awal yang tidak sama karena banyak faktor yang menyebabkan kemampuan awal peserta didik tidak sama meskipun materi yang diterima sama. Bodner 1986 mengungkapkan bahwa pembelajaran akan bermakna bila peserta didik dapat menentukan hubungan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Metode pembelajaran melalui tatap muka antara guru dan siswa adalah metode yang sering dilakukan. Keterbatasan pembelajaran tatap muka adalah tidak cukup waktu untuk membahas semua materi pelajaran. Hal tersebut bisa disebabkan karena adanya libur nasional, kegiatan-kegiatan dari sekolah sehingga pembelajaran dihilangkan. Sehingga materi pembelajaran yang seharusnya diberikan menjadi tidak terlaksana. Jika guru hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka menjadi kurang efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pelajaran. Siswa sering bosan dengan pembelajaran tatap muka sehingga dibutuhkan variasi-variasi dalam pembelajaran. Pada saat ini beberapa situs jejaring sosial banyak beredar di dunia maya. Namun penggunaan dan manfaatnya beraneka ragam. Kebanyakan siswa memanfaatkan jejaring sosial hanya sekedar untuk berbincang dengan teman-temanya. Salah satu jejaring sosial yang khusus dimanfaatkan untuk pembelajaran adalah Edmodo. Edmodo merupakan jejaring sosial yang dikembangkan khusus untuk siswa dan guru dalam suatu ruangan kelas virtual. Edmodo adalah sebuah website pembejaran yang gratis dan aman yang dirancang oleh Jeff O’Hara dan Nick Borg pada tahun 2008 untuk guru, pelajar, orang tua , sekolah dan daerah. Pada jejaring sosial Edmodo siswa dapat berdiskusi dengan guru, mencari informasi dari referensi yang diberikan guru, mengerjakan latihan soal dan kuis, orang tua dapat juga memantau kegiatan anaknya. Edmodo dapat digunakan dimana saja dan kapan saja yang penting terhubung dengan jaringan internet. Adanya kelebihan edmodo tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat mengatasi keterbatasan waktu tatap muka di kelas antara guru dan siswa. Pembelajaran ikatan kimia yang membutuhkan waktu cukup banyak untuk menyampaikan materi di dalamnya. Berdasarkan Permendikbud 2014, materi ikatan kimia memiliki beberapa kompetensi dasar, yaitu 1 membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel atom, ion, molekul materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi; 2 menganalisis kepolaran senyawa; 3 mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel atom, ion, molekul materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi; serta 4 merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan kepolaran senyawa.. berdasarkan uraian capaian tersebut, untuk memahami ikatan kimia, peserta didik harus memahami struktur atom, komponen-komponen penyususn atom, sifat-sifat unsur pada periodik unsur. Banyaknya konsep dan kuantitas materi yang harus disampaikan dan dipahami siswa dengan baik pada materi ikatan kimia membuat waktu tatap muka yang disediakan di sekolah kurang. Dengan adanya keterbatasan tersebut, maka penggunaan strategi digital learning menggunakan mesia edmodo akan sangat membantu. Menurut Witherspoon 2011, guru dan siswa akan dapat terhubung dan bkerjasama secara virtual menggunakan edmodo baik di dalam maupun di luar kelas. Guru dapat mengirimkan kuis dan tugas, memberikan umpan balik, menerima tugas yang diselesaikan oleh siswa, memberikan penilaian, melalukan jajak pendapat, menyimpan dan membagi materi belajar dalam bentuk file maupun tautan link, maupun mengirimkan pesan atau peringatan kepada seluruh peserta grup belajar. Sistem belajar secara virtual ini dapat diakses di mana saja dan kapan saja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan strategi digitl learning menggunakan Edmodo diharapkan dapat mendorong peserta siswa melakukan analisis dan evaluasi terhadap fakta-fakta ikatan kimia yang ada disekitar peserta didik sehingga partisipasi aktif siswa dan pemahaman konsep siswa meningkat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan eksperimen semu quasy experiment dengan rancangan non-equivalent control group . Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut Arikunto, 2010: E : O 1 x O 2 C : O 3 O 4 ISBN 978-602-72071-1-0 Keterangan : E : kelas eksperimen C : kelas kontrol X : perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan dengan media edmodo O 1 dan O 3 : pretest O 2 dan O 4 : posttest Sasaran penelitian ini adalah satu kelas control dan satu kelas eksperimen yang masing-masing terdiri dari 40 siswa kelas X SMK Farmasi Sekesal Surabaya. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silabus dan RPP yang telah divalidasi. Hasil peningkatan pemahaman konsep diukur dengan instrumen tes pada materi ikatan kimia. Instrumen tes untuk mengukur pemahaman konsep terdiri dari 15 butir soal dengan ranah C1-C3. Sedangkan hasil peningkatan partisipasi aktif siswa diukur dengan instrumen angket yang terdiri dari 15 butir pertanyaan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 21.0 for Windows. Selain itu, dilakukan uji prasyarat yaitu ujinormalitas dan homogenitas. Uji normalitas menggunakan prosedur One Sample Kolmogorov-Smirnov melalui software PASW statistics 18, dengan kriteia apabila nilai P value α = 0,05 maka Ho diterima, yang berarti data dinyatakan berasal dari populasi terdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan ragam kedua data yaitu data kelas eksperimen dan data kelas control menggunakan bantuan program SPSS. 16,0 for Windows, yaitu Homogenity Of Variance Test. Dari tampilan tabel Levene’s test of quality of error variances maka dapat diketahui harga F empiric dan F value dengan kriteria : a. Apabila F hitung F table maka Ho diterima, yang berarti harga varian pada masing-masing kelompok adalah homogen Winarsunu, 2006 b. Apabila F value α = 0,05 maka Ho diterima, yang berarti data berasal dari populasi yang memiliki varian yang homogen Uyanto, 2006. Uji hipotesis dilakukan dengan uji T, untuk menyelidiki apakah ada pengaruh pembelajaran menggunakan Edmodo terhadap hasil belajar siswa dan partispasi aktif siswa. Dengan α = 0,05, nilai t tabel sebesar 2,024. Jika nilai t hitung 2,024, maka Ho diterima dan H 1 ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh penggunaan Edmodo terhadap hasil belajar dan partisipasi aktif siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang didapatkan dari penelitian ini adalah nilai hasil belajar dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Belajar dan Partisipasi Aktif Siswa Kelas Hasil Belajar Partisipasi Kontrol 79,1 67,2 Eksperimen 81,78 71,8 Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol, menunjukkan bahwa penggunaan edmodo pada materi ikatan kimia membantu peserta didik dalam memahami materi ikatan kimia lebih baik sehingga peserta didik memiliki hasil belajar yang lebih baik. Hal ini diperkuat hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmati dan Utomo yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi dan prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan media Edmodo berbasis kelas online dan peserta didik yang tidak menggunakan media Edmodo berbasis kelas online. Hasil perhitungan uji normalitas dengan α = 0,05 disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Nilai Signifikansi Kontrol Eksperimen pre test 0.090 0.054 post test 0.085 0.086 Berdasarkan table tersebut, nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal. Uji homogenitas didapatkan nilai signifikansi F hitung sebesar 0,693, yang menunjukkan data bersifat homogen. Uji hipotesis dengan uji t didapatkan hasil yang disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji t Variabel Nilai t Hasil belajar 8,134 Partisipasi aktif 7,985 Nilai t hitung lebih besar dari 2,024, yang menunjukkan pembelajaran menggunakan edmodo memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil belajar maupun partisipasi aktif siswa di dalam kelas. Pada penelitian ini meningkatnya hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran menggunakan edmod, dikarenakan siswa mempunyai daya tarik tersendiri terhadap edmodo. Komunikasi peserta didik dengan guru bisa dilakukan di luar jam pelajaran. Guru dapat memberikan materi pelajaran, latihan soal, pemberian tugas dan soal evaluasi di luar jam pelajaran. Penggunaan waktu di luar jam pelajaran membuat siswa lebih termotivasi dalam berpikir karena dapat dilakukan dimana saja dalam keadaan rileks. Hal tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan Council pada tahun 2007 yang mengungkapkan bahwa 69 pelajar diseluruh dunia mengatakan bahwa mereka belajar lebih efektif kalau bersosialisasi secara informal, dan pelajar yang mempunyai jaringan sosial yang kuat mempunyai performansi yang baik secara akademik. Selain itu, jejaring sosial online adalah alat komunikasi yang baik untuk membangun pengetahuan berdasarkan relasi sosial, percakapan, kerjasama dan berbagi pekerjaan C. G. Arroyo,2011. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi digital learning menggunakan edmodo berpengaruh positif ISBN 978-602-72071-1-0 terhadap pastisipasi aktif dan hasil belajar siswa, dengan t hitung masing-masing sebesar 7,985 dan 8,134. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan, saran yang dapat disampaikan adalah perlu diteliti lebih lanjut keefektifan Edmodo dalam berbagai hal, misalnya kefektifan dalam meningkatkan motivasi dalam belajar, efektifitas dalam belajar kelompok antara kelas yang diajar dengan menggunakan Edmodo dan kelas nyata. DAFTAR PUSTAKA Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo. 2002. E-Learning berbasis PHP dan MySQL . Jakarta: Elex Media Komputindo. Ariyawan Agung Nugroho. 2011. Pemanfaatan E- Learning Sebagai Salah Satu Bentuk Penerapan TIK Dalam Proses Pembelajaran. Artikel. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arroyo, C. G., Innovative ways towards the boost of collaborative language learning. http:On-Line social Networks.com Bodner, G. M., Hunter, W., Lamba, R. S. 1998. What Happens When Discovery Labs are Integrated into the Curriculum at a Large Research University?. The Chemical Educator, Online, Vol. 3 , No. 3, http:chemed.chem.purdue.educhemedbodnerg rouppdf45_Lamba.pdf, diakses 10 Juli 2013. Dalton, A., 2009, Teaching and learning through social networks , http:www.teachingenglish.org.ukprint5411 Deni Darmawan. 2012, Inovasi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,. Johnson, M. A., Lawson, A. E. 1998. What Are the Relative Effects of Reasoning Ability and Prior Knowledge on Biology Achievement in Expository and Inquiry Classes?. Journal of Research in Science Teaching , Online, http:www.ode.state.or.usteachlearnsubjectssc iencecurriculumedresourcesexploringtab4jand lpaperjournalofrst.pdf, diakses 10 Juli 2015. Lipsett, A., 2008, A third of teachers struggle with technology . http:guardian.co.ukeducation2008jan2008sc hools.uk. Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara,. Siahaan, S. 2004. E-learning Pembelajaran Elektronik Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran , http:www.depdiknas.go.idJurnal42 sudirman.htm 3 November 2014 Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar , Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi, edisi revisi . Bandung: Alfabeta. Sujianto, A. E. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 . Jakarta: Prestasi Pustaka. Sujianto, A. E. 2010. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0 . Jakarta: Prestasi Pustaka. Reddy, V.Venugopal and Manjulika ,S. 2002. From Face-to-Face to Virtual Tutoring: Exploring the Potentials of E-Learning Support. Indira Gandhi National Open University , http:press.edmodo.com Witherspoon, A. 2011. Edmodo A learning Management System . http:www.plugintotechnology.com201101ed modo a-learning-management-system.html. ISBN 978-602-72071-1-0 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA BERPIKIR MORE MODEL, OBSERVE, REFLECT, EXPLAIN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT Wahyu Suhari 1 Suyatno 2 1 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Unesa 2 Dosen Universitas Negeri Surabaya E-mail: harrysuwahyugmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE Model, Observe, Reflect, Explain yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model 4-D dengan rancangan penelitian one group pretest-postest design. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang siswa kelas X IPA 1 SMAN Bontang Tahun Pelajaran 20152016. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi, observasi, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 validitas RPP, Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa, dan Tes Hasil Belajar berkategori valid; 2 tingkat keterbacaan Buku Siswa dan Lembar Kerja Siswa berkategori baik; 3 keterlaksanaan RPP berkategori baik; 4 aktivitas siswa dalam pembelajaran berpusat pada siswa; 5 mayoritas respon siswa positif terhadap pembelajaran; 6 seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yang dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran.  Kata Kunci: perangkat pembelajaran, kerangka berpikir MORE, hasil belajar. ABSTRACT The purpose of this research to describe the feasibility of teaching materials based on MORE thinking frame to improve student learning achievement on the topic of electrolyte and nonelectrolytes solution. The development of teaching materials used four D Models with research design was one group pretest-postest design. Sample used in this research were 15 students of grade XI IPA 1 SMAN 3 Bontang academic year of 20152016. The technique of data collection in this research were validation, observation, test, and questionnaire. The results showed that: 1 the validity of the lesson plans, student book, worksheet, and learning achievemnt test were valid; 2 the readability level of student book and worksheet were good category; 3 learning performance were good category; 4 the students activities refers to student-centered learning; 5 majority of students gave positive response to learning process; 6 all of the students achieved learning completeness criteria on aspect of knowledge, attitudes, and skills. Based on these results could be concluded that the teaching materials based on MORE thinking frame was feasible to use in learning process. Keywords: teaching materials, MORE thinking frame, learning achievement PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kehidupan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan yang berkaitan dengan Kurikulum di sekolah sudah selayaknya dilakukan guna memberikan pembaharuan ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang lebih baik. Penerapan Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran kontruktivistik di mana: 1 siswa sebagai subjek belajar; 2 siswa diminta untuk selalu bernalar dalam belajar dengan tuntutan berpikir tingkat tinggi higher order thinking; dan 3 pembelajaran yang dikembangkan oleh guru adalah pembelajaran yang bermakna Kemendikbud, 2013. Untuk memenuhi tuntutan di atas, ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru, dimulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran. Upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu, pemilihan model, strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang cocok dengan kemampuan berpikir siswa dan materi yang diajarkan sangat berguna dalam menciptakan iklim pembelajaran yang bermakna Amri, 2013. Larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu bahasan dalam ilmu kimia yang di dalamnya terdapat konsep-konsep abstrak yang sulit untuk dipahami oleh siswa, terutama mengenai teori ion Svante Arrhenius tentang pergerakan ion-ion dari penguraian larutan elektrolit sehingga dapat menghantarkan arus listrik. Disamping konsep lainnya, seperti konsep elektrolit senyawa ion dan senyawa kovalen dan perbedaan elektrolit lemah dan elektrolit kuat Tresnawati dan Dwiyanti, 2013. Hal ini menyebabkan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan tersebut. Kesulitan siswa dalam memahami konsep, dikarenakan guru tidak mengaitkan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit pada ketiga level representasi makroskopik, mikroskopik, dan simbolik dalam proses pembelajaran. Sebagian besar guru hanya menekankan pembelajaran konsep pada level makroskopik, sedangkan pada level mikroskopik tidak dikembangkan dengan baik, akibatnya siswa hanya secara parsial memahami konsep yang diajarkan Robinson, 2003. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE Model, Observe, Reflect, Explain merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Culsum, dkk. 2013, pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok diajarkan pada pokok bahasan yang di dalamnya menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan eksperimen. Selain itu, pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit banyak melibatkan perilaku partikel atom, ion, molekul dan proses-proses kimia dalam penjabarannya. Selain sesuai dengan karakteristik materi ajar, pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE cocok diterapkan dalam kurikulum 2013. Hal ini dikarenakan pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE memiliki karakteristik pembelajaran yang diharapkan dalam kurikulum 2013, yaitu: 1 pembelajaran berpusat pada siswa student centered; 2 adanya pendekatan saintifik dalam pembelajarannya; dan 3 siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi dalam belajar. PEMBAHASAN Perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yang telah disusun oleh peneliti divalidasi oleh para ahli validator. Perangkat yang telah divalidasi kemudian direvisi dan hasilnya diimplementasikan dalam uji coba terbatas terhadap 15 siswa kelas X IPA 1 SMAN 3. Hasil Validasi Berdasarkan model pengembangan 4-D, rancangan perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP, Buku Siswa, LKS, dan Tes Hasil Belajar yang telah disusun, divalidasi oleh para ahli yang berkompeten untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah disusun. Hasil validasi RPP, Buku Siswa, LKS, dan Tes Hasil Belajar disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Skor Kategori RPP 3,8 Valid Buku Siswa 3,75 Valid LKS 3,81 Valid Tes Hasil Belajar 3,75 Valid Tabel di atas menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE. Keterlaksanaan RPP Penyusunan dan Keterlaksanaan RPP merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan maupun keberhasilan guru dalam menerapkan tahap- tahap pembelajaran. Keterlaksanaan RPP diukur dengan menggunakan lembar pengamatan yang diisi oleh dua orang pengamat selama pembelajaran berlangsung. Hasil Penilaian disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Keterlaksanaan RPP Aspek yang dinilai Skor Kategori Pendahuluan 3,69 Baik Inti 3,4 Baik Aspek yang dinilai Skor Kategori Penutup 3,58 Baik Pengelolaan Kelas 3,29 Baik Tabel di atas menunjukkan bahwa guru berhasil melaksanakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE dengan baik. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar kimia terutama di bawah naungan teori Piaget, Vgostsky, dan Bruner yang mewakili konstruktivisme. Diagram aktivitas siswa dalam pembelajaran MORE disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1. Aktivitas siswa Gambar 1. Aktivitas Siswa Berdasarkan diagram di atas, pembelajaran MORE melibatkan siswa secara aktif student centered dalam pembelajaran MORE . Respon Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran sangat mempengaruhi proses hasil belajar siswa. Apabila siswa tidak memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran, maka tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik mempelajari suatu konsep. Sebaliknya, apabila siswa merespon dengan baik suatu pembelajaran, maka diharapkan hasilnya akan menjadi lebih baik. Sehingga efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan melihat respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Gambar 2. Respon Siswa Berdasarkan Gambar 2, dapat dinyatakan bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap perangkat maupun kegiatan pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE. Hasil Belajar Penilaian hasil belajar siswa mengacu pada Permendikbud No. 104 Tahun 2014, yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses pengumpulan informasibukti tentang capaian pembelajaran siswa dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis selama dan setelah proses pembelajaran. Adapun nilai hasil belajar untuk aspek pengetahuan disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Nilai Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Sesuai Permendikbud No.104, nilai ketuntasan hasil belajar minimal untuk aspek pengetahuan ditetapkan sebesar 2,67. Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mencapai nilai tuntas pada saat pretest, karena semua siswa memperoleh nilai tes kurang dari 2,67. Akan tetapi pada saat postest semua siswa memperoleh nilai tes lebih dari 2,67 yang berarti semua siswa telah mencapai nilai tuntas untuk hasil belajar aspek pengetahuan. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, dikarenakan tahapan-tahapan yang ditawarkan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan taraf perkembangan kognitif siswa yaitu tahap operasional formal, suatu tahap dimana siswa sudah dapat berpikir secara abstraksimbolik dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan eksperimen. Menurut Piaget, pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan dengan menyesuaikan kemampuan dan karakteristik siswa akan menjadi lebih bermakna Slavin, 2008. Pembelajaran yang bermakna bagi siswa berdampak positif terhadap kemajuan belajar. Sejalan dengan teori Piaget, Vygotsky menyatakan bahwa suatu pembelajaran dapat terlaksana dengan baik apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih berada pada jangkauan kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada pada daerah perkembangan terdekatnya zone of proximal develepment . Dalam pembelajaran guru semestinya menyajikan permasalahan-permasalahan untuk diselesaikan oleh siswa yang berada di antara kemampuan aktual dan kemampuan potensial siswa Yohanes, 2010. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE merupakan salah satu alternatif model yang cocok diterapkan dalam rangka menciptkan pembelajaran yang baik. Menurut Pienta, et al. 2009, Pembelajaran MORE terdiri dari empat tahap yaitu tahap model, observe, reflect, dan explain. Tahap model merupakan suata tahapan dalam pembelajaran MORE dimana siswa dituntut untuk membuat model awal mengenai sistem kimia yang diselidiki. Dalam merumuskan model awal, siswa didorong untuk menggunakan deskripsi di tingkat makroskopik apa yang diamati dengan mata telanjang dan mikroskopik dalam kata-kata atau gambar. Tahap model sejalan dengan teori dua kode karena melibatkan representasi makroskipik dan mikroskopik dalam pendeskripsiannya. Menurut teori dua kode, siswa menggunakan secara bersamaan kode-kode visual dan kode-kode verbal untuk merepresentasikan sebuah informasi Sternberg, 2008. Adanya bimbingan dan arahan teman yang lebih kompeten dalam satu kelompok pada tahap model sesuai dengan teori Vygotsky yang menyatakan bahwa adanya bimbingan dari teman sebaya yang lebih kompeten scaffolding dapat membantu siswa untuk mencapai daerah perkembangan terdekatnya. Tahap selanjutnya dalam pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yaitu tahap observe, suatu tahap dimana siswa membuktikan kebenaran model awal yang dibuat dengan melakukan eksperimen. Kegiatan eksperimen yang dilakukan pada tahap observe merupakan salah satu bentuk pengumpulan informasi melalui representasi makroskopik. Selain itu, pada tahap observe siswa saling bekerjasama antara anggota dalam satu kelompok dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa tahap observe sesuai dengan teori Bruner, Piaget, Vygotsky, dan dua kode. Tahap reflect merupakan tahap dimana siswa dituntut untuk melakukan refleksi terhadap model awal yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa didorong untuk memperbaiki model awal berdasarkan bukti eksprimen serta membandingkannya dengan model akhir yang dibuat. Tahap reflect sejalan dengan teori dua kode, Piaget, dan Vygotsky. Tahap selanjutnya dalam pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE adalah tahap explain. Pada tahap ini, siswa diminta untuk menjelaskan model akhir pemahamannya tentang sistem kimia yang diselidiki dengan bahasa yang komunikatif Pienta, et al., 2009. Penyajian model akhir pemahaman siswa mengenai konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit di depan kelas memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Hal ini sejalan dengan teori Vygotsky, yang menyatakan bahwa adanya interaksi dapat membantu siswa memahami sebuah konsep. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE efektif diterapkan dalam pembelajaran kimia karena sesuai dengan tuntutan pembelajaran konstruktivistik yang diajukan dalam kurikulum 2013. Keefektifan pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE terhadap pembelajaran kimia didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Culsum, dkk. 2013, Rickey, et al. 2009, Tien, et al. 2007, dan Blair, et al. 2012 yang menemukan bahwa melalui pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE siswa dapat memaksimalkan perilaku belajarnya di dalam pembelajaran kimia dikarenakan siswa dituntut untuk dapat menghubungkan pengamatan di tingkat makroskopik dan molekuler serta merevisi ide-ide mengenai konsep kimia berdasarkan bukti eksperimen. Sementara itu, ketuntasan hasil belajar untuk aspek sikap berdasarkan Permendikbud No.104 Tahun 2014 ditentukan dengan nilai modus sebesar 3,00 dengan predikat Baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua siswa telah mencapai ketuntasan hasil belajar untuk aspek sikap karena memperoleh nilai akhir sikap di rentang 3,00 – 4,00. Penilaian untuk aspek keterampilan dilakukan dengan pengamatan seperti halnya penilaian aspek sikap. Penilaian keterampilan dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa pada saat melakukan tahap observe pada pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE. Nilai akhir untuk aspek keterampilan berdasarkan Permendikbud No.104 Tahun 2014 ditentukan dengan capaian optimal. Nilai ketuntasan untuk aspek keterampilan ditentukan dengan capaian optimum sebesar 2,67. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa untuk aspek keterampilan berada dalam capaian optimum 2,67. Hal ini berarti semua siswa mencapai ketuntasan hasil belajar untuk aspek keterampilan. PENUTUP Simpulan Perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yang dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran. Saran 1. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE dalam mengajarkan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit memerlukan pengaturan waktu yang efektif dan efisien agar dapat terlaksana sesuai dengan sintaks model pembelajaran tersebut. 2. Penggunaan model pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi kimia yang dipelajari agar tujuan pembelajaran yang direncankan dalam pembelajaran dapat tercapai. 3. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE melibatkan kegiatan eksperimen di dalam tahapan pembelajarannya, untuk itu diperlukan alat dan bahan percobaan yang memadai sehingga pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE berlangsung efektif. DAFTAR PUSTAKA Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 . Jakarta : Prestasi Pustakaraya. Culsum, U., Farida, I. Helsy, I. 2013. “Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE model, Observe, Reflect dan Explain ”. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013 . Tanggal 3-4 Juli 2013. Bandung. Kemendikbud. 2013. Permen No.65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Kemendikbud. 2014. Permen No. 104 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.Tresnawati, R. Dwiyanti, G. 2013. “Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia SMA Pada Topik Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. 1 1, 37-43. Pienta, J.N., Cooper, M.M., Greenbowe, J.T. 2009. Chemist Guide to Effective Teaching. New Jersey : Pearson Education Inc. Robinson, W.R. 2003. Chemistry Problem Solving: Symbol, Macro, Micro, and Process Aspects. Journal of Chemical Education . 80 9, 978. Slavin, E.R. 2006. Educational Psychology Theory and Practice. Eighth Edition. Boston : Pearson. Sternberg, J.R. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Yohanes, S.R. 2010. “Teori Vygotsky dan Implikasinya dalam Pembelajaran Matematika”. Jurnal Ilmiah Widya Warta. 2, 127-135. ISBN 978-602-72071-1-0 PENGARUH KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN BENTUK MOLEKUL MENGGUNAKAN MEDIA BUATAN DAN MOLYMOD Faderina Komisia Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unwira Kupang, NTT E-mail: federinakomisiagmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk 1 Mengetahui hubungan antara kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. 2 Mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. 3 Mengetahui besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 tiga Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Katolik Widya Mandira Kupang tahun ajaran 20152016 yang berjumlah 20 dua puluh orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar dan lembar angket kreativitas mahasiswa. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian One-Shot Case Study. Teknik analisis data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 dengan melakukan uji regresi linear sederhana pada taraf signifikansi 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar dalam pembelajaran bentuk molekul dengan menggunakan media buatan dan molymod memiliki hubungan yang kuat dengan nilai R= 0,652. 2 Ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod dengan nilai t hitung t tabel 3,652 2,101. 3 Besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod sebesar 42,6. Kata Kunci: Hasil Belajar Mahasiswa, Kreativitas Mahasiswa, Media Buatan, dan Media Molymod. ABSTRACT The purpose of this research was to 1 Know the relationship between the creativity of the student results in learning the form of the molecule using artificial media and molymod . 2 Determine whether there is influence between the creativity of the student results in learning the form of the molecule using artificial media and molymod . 3 Knowing the influence of creativity to the learning outcomes of students in learning the form of the molecule using artificial media and molymod . The sample in this study is the semester students three 3 of hemical Education Program Widya Mandira Catholic University Kupang academic year 20152016 , amounting to 20 twenty people . Data collection instruments used in this study is the achievement test sheet and questionnaire sheet student creativity. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian One-Shot Case Study. Data analysis techniques were analyzed using SPSS 16 by performing a simple linear regression test at a significance level of 5 . The results showed that 1 The relationship between the creativity of students with learning outcomes in learning molecular form by using artificial media and molymod have a strong relationship with the value of R = 0.652 . 2 There is an effect on the results of students creativity in teaching molecular form using artificial media and molymod with tcount t table 3.652 2.101 . 3 The amount of influence on the results of students creativity in teaching molecular form using artificial media and molymod of 42.6 . Keywords : Results of Student Learning , Student Creativity , Media Made and Media Molymod ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering dikatakan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari, sehingga untuk memberikan pemahaman konsep maka harus diberikan suatu cara pembelajaran yang tepat terhadap peserta didik. Peserta didik kurang tertarik untuk mempelajari kimia khusunya pada materi bentuk molekul, karena dalam mempelajarinya lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, maka tidaklah heran jika pembelajaran kimia banyak diberikan dalam bentuk hafalan. Cara pengajaran yang monoton akan membuat peserta didik pasif dalam belajar, mereka akan menganggap bahwa belajar hanya rutinitas sehari-hari. Karakteristik materi bentuk molekul ialah bersifat abstrak serta gabungan antara pemahaman konsep dan aplikasi. Ketika mempelajari bentuk molekul seperti tetrahedral, trigonal bipiramida, oktahedral, dan lain- lain yang digambarkan dalam bidang dua dimensi, maka bentuknya masih abstrak dan sulit untuk dibayangkan. Sebagai contoh, jika rumus tipe molekul adalah AB 2 maka bentuk molekulnya adalah linear, jika notasinya AB 3 maka bentuk molekulnya adalah segitiga datar. Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Ibrahim dan Syaodih 2003:112 menyatakan bahwa media pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong kegiatan belajar mengajar. Media atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran akan menjadikan siswa lebih aktif dalam belajar. Sejauh ini masih banyak guru yang menggunakan media papan tulis dalam pembelajaran yang biasanya akan membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh. Dengan demikian peserta didik bersikap pasif dan tidak konsentrasi sehingga keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak akan tercapai sesuai harapan pendidik. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sudah seharusnyalah dapat menciptakan atau menggunakan media yang sudah ada. Media buatan dan molymod juga dapat digunakan pada materi bentuk molekul. Penggunaan media buatan dan molymod ini dalam pembelajaran kimia dapat memberikan peserta didik penjelasan yang lebih mendalam karena pada proses pembelajarannya peserta didik dibantu dengan media, sehingga peserta didik akan terampil menggunakan daya imajinasi serta kreativitasnya untuk menggunakan media buatan dan molymod. Pada proses pencapaian prestasi belajar yang baik, diperlukan juga suatu latihan dan ulangan terhadap suatu pelajaran tertentu. Dengan pembelajaran menggunakan media buatan dan mollymood, kreativitas peserta didik dapat terbentuk, hal ini disebabkan karena seringnya peserta didik berlatih akan menjadikan ia semakin menguasai Kreativitas dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan belajar. Namun sebenarnya setiap orang adalah kreatif. Untuk mendapatkan orang yang demikian perlu adanya latihan dan bimbingan dari orang tua, dan pendidik. Menurut Suharnan 2005:375, kreativitas tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang pekerjaannya menuntut pemikiran kreatif sebagai suatu profesi, tetapi juga dapat dilakukan oleh orang- orang biasa di dalam menyelesaikan tugas-tugas dan mengatasi masalah. Kreativitas juga merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata. Mengingat pentingnya kreativitas belajar siswa, maka dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya lebih banyak melibatkan peserta didik. Sedangkan peserta didik itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk ikut kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan cerminan dari usaha belajar, semakin baik usaha belajarnya, maka semakin baik pula prestasi yang diraih. Peserta didik diharapkan memiliki kreativitas yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kreativitas terhadap Hasil Belajar Mahasiswa dalam Pembelajaran Bentuk Molekul Menggunakan Media Buatan dan Molymod .” METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar dan lembar angket kreativitas mahasiswa. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswa semester 3 tiga Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Katolik Widya Mandira Kupang tahun ajaran 20152016 yang berjumlah 20 dua puluh orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September, semester ganjil tahun ajaran 20152016. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian One-Shot Case Study dengan pola sebagai berikut: Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas independen adalah kreativitas X O ISBN 978-602-72071-1-0 mahasiswa dalam dan variabel terikat dependen adalah hasil belajar. Teknik analisis data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 dengan melakukan uji regresi linear sederhana pada taraf signifikansi 5. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji regresi linear sederhana, maka dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas data dilakukan dengan metode uji One Sample Kolmogorov Smirnov. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian terdiri atas: 1 Kreativitas mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan media buatan dan molymod , 2 Hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran kimia menggunakan media buatan dan molymod. Dari data yang diperoleh maka selanjutnya dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis penelitian. 1. Hubungan antara Kreativitas dengan Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan hasil analisis, maka nilai R dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1. Nilai Korelasi Sederhana R Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .652 a .426 .394 2.32910 a. Predictors: Constant, KREATIVITAS MAHASISWA b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR Berdasarkan tabel 1 di atas, maka diperoleh nilai R= 0,652 yang artinya korelasi antara variabel kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar sebesar 0,652. Hal ini berarti terjadi hubungan yang kuat antara kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar dalam pembelajaran bemtuk molekul dengan menggunakan media buatan dan molymod. Dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan dan terbentuknya kreatifitas mahasiswa, maka media yang digunakan adalah media yang diciptakan untuk mendukung tercapainya tujuan yang diharapkan. Media buatan dan media molymod adalah media yang tepat digunakan pada materi bentuk molekul dalam proses terbentuknya ikatan kimia. Pembelajaran bentuk molekul dengan menggunakan media buatan dan molymod ini berpotensi untuk membentuk atau menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam merangkai bentuk- bentuk molekul misalnya H 2 O, SF 6 dan PCl 5 sehingga mahasiswa mampu menyerap atau memahami materi yang telah diajarkan, maka kreativitas memiliki hubungan yang kuat dengan hasil belajar.

2. Pengaruh Kreativitas terhadap Hasil Belajar

Mahasiswa Berdasarkan hasil analisis, maka nilai t hitung dapat dilihat pada tabel di bawah ini Berdasarkan tabel 2 di atas, maka untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod, dapat dilihat dari persamaan: = 42,242 + 0,419X. Kemudian persamaan tersebut diuji signifikansinya, maka diperoleh t hitung = 3,652 dan t tabel = 2,101 dengan dk = 18 pada taraf signifikan 5, karena t hitung t tabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. Berdasarkan analisis uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa kreativitas dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod memiliki pengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa. Hal ini dikarenakan penggunaan media pembelajaran yaitu media buatan dan molymod. Penggunaan media molymod ini dalam pembelajaran kimia dapat memberikan mahasiswa penjelasan yang lebih mendalam karena pada proses pembelajarannya mahasiswa dilatih untuk merangkai bentuk- bentuk molekul sehingga siswa akan terampil menggunakan daya imajinasi serta kreativitasnya untuk menggunakan media molymod, sehingga membuat mahasiswa semangat dalam belajar dan memiliki banyak gagasan atau pertanyaan dalam pemikirannya yang dapat melatih dan menumbuhkan serta mengembangkan kreativitasnya dalam merangkai bentuk- bentuk molekul, contohnya dalam merangkai bentuk molekul H 2 O, PCl 5 , SF 6 dan CO 2 , sehinggga mereka semakin kreatif dalam menciptakan ide- ide baru yaitu merangkai bentuk- bentuk molekul di dalam proses pembelajaran Tabel 2. Nilai t hitumg Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standa rdized Coeffi cients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 42.242 9.805 4.308 .000 KREATI VITAS MAHASI SWA .419 .115 .652 3.652 .002 a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR ISBN 978-602-72071-1-0 dikelas. Pada proses pencapaian prestasi belajar yang baik, diperlukan juga suatu latihan dan ulangan terhadap suatu pelajaran tertentu. Dengan pembelajaran menggunakan media buatan dan mollymood , kreativitas mahasiswa dapat terbentuk, hal ini disebabkan karena seringnya peserta didik berlatih, sehingga menjadikan mereka semakin menguasai pelajaran tersebut. Dengan demikian, hasil belajar mahasiswa juga akan semakin baik. Hal ini berarti, kreativitas memiliki pengaruh terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. Amabile dalam Munandar, 1999 mengatakan bahwa kreativitas berkenaan dengan kualitas produk atau penilaian dan respon bersifat kreatif melalui sejumlah pengamatan yang dilakukan oleh orang yang tepat. Kreatif juga melibatkan proses yang dianggap mengandung nilai- nilai kreatif. Definisi ini mengarahkan kreativitas sebagai hal yang menghasilkan ide yang baru oleh individu atau kelompok kecil. Berdasarkan penelitian Ashadi 2011 yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi pokok Ikatan Kovalen, kreativitas siswa memberikan pengaruh yang sama pada kelompok siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran STAD dengan media Macromedia Flash Player maupun molymod , yaitu siswa dengan kreativitas tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik.

3. Besarnya Pengaruh Kreativitas terhadap

Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan hasil analisis, maka nilai R 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3. Nilai Koefisien Determinasi R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .652 a .426 .394 2.32910 a. Predictors: Constant, KREATIVITAS MAHASISWA b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR Selanjutnya, untuk mengetahui besarnya pengaruh kreativitas variabel bebas terhadap hasil belajar mahasiswa variabel terikat maka dihitung nilai koefisien determinasi dan didapat nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 42,6. Hal ini menunjukan bahwa besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod sebesar 42,6 dan sisanya yaitu sebesar 57,4 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod sebesar 42,6, dan sisanya sebesar 57,4 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hal ini berarti media buatan dan molymod yang digunakan dalam penelitian ini dapat melatih mahasiswa menjadi kreatif dan menumbuhkan kreativitas mahasiswa dalam merangkai bentuk-bentuk molekul. Munandar 2009 mengemukakan bahwa lingkungan yang dapat mempengaruhi kreativitas individu dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan kreativitas individu. Selain itu, lingkungan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Dengan demikian, adanya sarana pembelajaran dalam hal ini media buatan dan molymod dapat melatih mahasiswa menjadi kreatif dan menumbuhkan kreativitas mahasiswa tersebut. Kreativitas yang dimiliki mahasiswa tersebut akan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, yang artinya hasil belajar akan lebih baik. PENUTUP Simpulan Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar dalam pembelajaran bentuk molekul dengan menggunakan media buatan dan molymod memiliki hubungan yang kuat dengan nilai R= 0,652. 2. Ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod dengan nilai t hitung t tabel 3,652 2,101. 3. Besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod sebesar 42,6. Saran Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dosen atau guru hendaknya cermat dalam memilih media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar karena jika dosen atau guru menggunakan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pelajaran di kelas maka mahasiswa atau siswa akan bosan dan jenuh karena metode mengajar guru yang monoton. Karena masih ada dosen atau guru yang mengajar dengan metode ceramah dan masih ada guru yang mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar di kelas. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat menggunakan media pembelajaran dengan media buatan dan molymod pada pokok bahasan lain.