Karakteristik Tingkat ranah Kognitif
ISBN 978-602-72071-1-0
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas II pada pokok bahasan larutan asam dan basa di SMU
Negeri 3 Makassar dar hasil penelitian ini tinggi. Untuk mengetahui dimana letak kesulitan belajar yang dialami
oleh siswa maka dapat dilihat pada tabel 8 distribusi skor tiap indicator.
Pada indikator I yaitu kesulitan belajar dalam menuliskan rumus-rumus molekul asam dan basa,
walaupun dikategorikan rendah, Pada indikator 2 yaitu kesulitan belajar dalam
memahami konsep larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan rendah..
Pada indikator 3 yaitu kesulitan belajar dalam menyetarakan persamaan
reaksi larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan rendah,.
Pada indikator 4 yaitu kesulitan belajar dalam menerapkan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan
basa yang berada pada kategori kesulitan sedang, Pada indikator 5 yaitu kesulitan belajar dalam
menyelesaikan perhitungan larutan asam dan basa yang berada pada kategori kesulitan tinggi,
Berdasarkan hasil penelitian, kesulitan belajar dalam indikator ini, terlihat dari siswa yang menggunakan
rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa sehingga penyelesaian perhitungannya salah. Ada juga
yang menggunakan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa benar, tetapi penyelesaiannya hanya
sampai setengah penyelesaian soal perhitungan saja. Hal ini dimungkinkan oleh kurangnya tingkat penguasaan
matematika siswa sehingga untuk menyelesaikan perhitungan tidak terselesaikan.
2.
Kesulitan belajar berdasarkan tingkatan ranah kognitif
Kesulitan belajar berdasarkan tingkatan ranah kognitif didasarkan dari kesulitan belajar dalam penelitian ini.
Untuk tingkatan ranah kognitif C
1
ingatan sama dengan kesulitan belajar pada indicator 1, yaitu kesulitan belajar
dalam menuliskan rumus-rumus molekul asam dan basa 31,33 yang berada pada kategori rendah. Tingkatan
ranah kognitif C
2
pemahaman sama dengan kesulitan belajar pada indikator 2, yaitu kesulitan belajar dalam
memahami konsep larutan asam dan basa 35,71 yang berada pada kategori rendah. Tingkatan ranah kognitif
aplikasi C
3
sama dengan kesulitan belajar dalam menyetarakan persamaan reaksi, penerapan rumus-rumus
perhitungan dan penyelesaian perhitunngan larutan asam dan basa, dengan rata-rata persentase 48,76 yang
berada pada kategori sedang. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan secara keseluruhan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa kesulitan belajar
siswa kelas II SMU Negeri 3Makassar pada pokok bahasan larutan asam dan basa menurut penelitian ini
tergolong tinggi. Bila diidentifikasi berdasarkan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Indikator 1, yaitu kesulitan belajar dalam menuliskan rumus-rumus molekul aam dan basa berada pada
kategori rendah. b. Indikator 2, yaitu kesulitan belajar dalam memahami
konsep larutan asam dan basa berada pada kategori rendah.
c. Indikator 3, yaitu kesulitan belajar dalam menyetarakan persamaan reaski larutan asam dan
basa berada pada kategori rendah. d. Indikator 4, yaitu kesulitan belajar dalam
menerapkan rumus-rumus perhitungan larutan asam dan basa berada pada kategori kesulitan tinggi.
e. Indikator 5, yaitu kesulitan belajar dalam menyelesaikan perhitungan larutan asam dan basa
berada pada kategori kesulitan tinggi. Bila diidentifikasi berdasarkan tingkatan ranah
kognitif, maka kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah sebagai berikut:
a. Tingkatan ranah kognitif C
1
ingatan berada pada kategori rendah.
b. Tingkatan ranah kognitif C
2
pemahaman berada pada kategori rendah.
c. Tingkatan ranah kognitif C
3
aplikasi berada pada kategori sedang.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
siswa terletak pada diri pribadi siswa tersebut dan factor guru yang mengajarkan mata pelajaran. Oleh karena itu
diperlukan hubungan yang baik antara siswa dengan guru agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai
dengan yang diharapkan dan menghasilkan suatu restasi skademik yang memuaskan.
Saran
Saran yang dapat dikemukakan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kepada guru yang mengajarkan pokok bahasan larutan
asam dan
basa hendaknya
memperbanyak latihan-latihan penyelesaian soal perhitungan dan bimbingan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tersebut tidak dapat terselesaikan.
2. Diharapkan ada penelitian yang lain untuk meneliti kembali dengan mengembangkan
metode pengajaran yang tepat untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan
larutan asam dan basa.
DAFTAR PUSTAKA Anas,P. 1998. Hubungan Penguasaan Matematika
dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas SMU Negeri Watampone kab. Bone
, Skripsi. Ujung pandang: PMIPA IKIP Ujunga Pandang.
Arikunto , Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim M. 1990. Prinsip – Prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. Saleh. Kasman. 1992. Korelasi Antara Nilai Ebtanas
ISBN 978-602-72071-1-0
Murni Bidang Kimia Dengan Prestasi Belajar Kimia Dasar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA IKIP Ujung Pandang . Ujung Pandang:
FPMIPA IKIP Ujung Pandang.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENGGUNAAN ANIMASI LABORATORIUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI TITRASI ASAM-BASA
Jefta Hendryarto
1
Eka Tina Nur Ula Tuqa
2
Meyta Rosemala Dewi
3
1,2,3
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Aam, Universitas Negeri Surabaya Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya,
E-mail: jefta_hendryyahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan animasi laboratorium virtual dalam pembelajaran materi titrasi asam-basa di kelas XI. Penelitian dilakukan dengan metode one-group pretest-
posttest dengan sampel sebanyak 7 siswa kelas akselerasi SMAN 1 Probolinggo tahun pelajaran 20132014.
Penelitian dikembangkan dengan prosedur meliputi pemilihan model pembelajaran, pemilihan materi pembelajaran, perencanaan waktu dan tempat, pelaksanaan kegiatan pembelajaran, pengumpulan data
lapangan, dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Instrumen yang digunakan adalah lembar soal pretest dan posttest, lembar respon siswa, dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa animasi
laboratorium virtual meningkatkan ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal sebanyak 86. Data hasil belajar yang digunakan berupa soal pemahaman kosep berbentuk pilihan ganda. Data ini didukung oleh data
respon siswa yang menunjukkan bahwa animasi laborartorium virtual secara positif dapat menunjang pembelajaran dengan aspek kebermaknaan 71, usabilitas 100, efektivitas 81, dan kemenarikan
71 yang sangat baik. Kata kunci
: Animasi, laboratorium virtual, hasil belajar, titrasi asam-basa
ABSTRACT
The aim of research is to find out the effect on learning acid-base titration using virtual laboratorium animation in grade XI. The method used is onegroup pretest-posttest design on 7 students as sample from
acceleration class in SMAN 1 Probolinggo at 20132014 programme year. The procedures are choosing learning model, choosing learning matter, planning times allocation, conducting learning activity, collecting
data, evaluating and taking decision. Instrumenst used are learning result test multiple choices, students respond sheet, and observational sheet. The result shows that using virtual lab has great impact on
increasing classical and individual mastery learning 86. Data test used are multiple choice to test concept mastery learning that has bee
n validated. This result is supported using student’s respond at four aspects; meaningful learning 71, usability 100, effectivity 71, and design 81. All four aspects show
positive support on learning matter acid-base titration. Observational result also support aspect usability of using virtual lab along learning activity.
Keywords:
Animation, virtual lab, learning result, acid-base titration
ISBN 978-602-72071-1-0
PENDAHULUAN
Perkembangan Information and Communication Technology
ICT dalam beberapa dekade terakhir berjalan sangat cepat. Komputer tidak hanya digunakan
sebagai alat bantu pembelajaran, namun sebagai sumber penting pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh Zamfir dalam Osman, 2012: 75 yang menyatakan perlunya implementasi teknologi baru
dalam proses belajar mengajar. Bahkan Dakir secara tegas menyatakan bahwa saat ini peranan guru dapat
digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun non cetak, terutama media
elektronik,
misalnya: komputer
internet, satelit
komunikasi, rekaman video dan sebagainya Dakir, 2004:81.
Computer Technology
Research CTR
menyatakan bahwa seseorang mampu mengingat 20 dari apa yang dilihat dan 30 dari apa yang didengar.
Tetapi seseorang mengingat 50 dari apa yang dilihat dan didengar dan 80 dari apa yang dilihat, didengar,
dan diaplikasikan yang dapat dicapai salah satunya melaui media animasi. Media animasi dapat menjadi sarana
visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang
kompleks dan abstrak menjadi sederhana, konkret, dan mudah dipahami.
Penggunaan animasi
Komputer dapat
diaplikasikan dalam materi IPA seperti kimia untuk menunjang pembelajaran. Dengan adanya media
pembelajaran berupa animasi, maka siswa akan mendapat pemahaman lebih pada konsep absrak sekaligus mendapat
sarana berlatih konsep matematis. Tak hanya itu, animasi Komputer juga dapat menciptakan ketertarikan dan
meningkatkan motivasi siswa, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Penghadiran gambar-gambar yang bergerak
animasi dalam pendeskripsian konsep kimia, disamping akan mengkonkritkan materi kimia yang bersifat abstrak,
juga dapat menambah daya penguatan reinforcement serta dapat menambah minat dan perhatian siswa
sepanjang proses belajar mengajar Sadiman, 2006:19.
Namun berdasarkan studi literatur ditemukan beberapa ketimpangan antara fakta dan harapan, bahwa
masih ditemui pelajaran kimia masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit bagi peserta didik. Hal ini disebabkan
oleh sejumlah besar materi ilmu kimia masih bersifat abstrak, harus diajarkan dalam waktu yang relatif terbatas.
Salah satu materi yang masih dianggap sulit adalah titrasi asam-basa. Pada materi ini siswa kesulitan menentukan
titik akhir titrasi, menentukan titran dan analit, dan menghitung konsentrasi sampel.
Melalui animasi laboratorium virtual, siswa dapat mencoba sendiri praktikum titrasi asam-basa
disertai gambaran visual ion-ion yang terlibat dalam titrasi serta perhitungannya. Kesalahan praktikum seperti
penentuan titiak akhir titrasi, prosedur pelaksanaan titrasi, keadaan sampel yang adakalanya sulit didapat akan
diatasi dengan animasi laboratorium virtual sehingga diharapkan pemahaman siswa mengenai titrasi asam-basa
akan lebih baik dan siswa lebih termotivasi belajar kimia. Hal ini menguatkan dasar penelitian yang digunakan
untuk merumuskan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan animasi laboratorium
virtual terhadap hasil belajar siswa pada materi titrasi asam-basa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode one group pre-post test design
yang berada di SMAN 1 Probolinggo dan dilaksanakan pada bulan Juli 2013.
Hasil eksperimen sebelum dan sesudah menggunakan animasi laboratorium virtual dibandingkan. Langkah yang
dilakukan adalah siswa diberikan pretest selama 10 menit, kemudian diberikan perlakuan yang berupa pembelajaran
dengan menggunakan media animasi selama + 30 menit, setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan posttest
selama 10 menit. Selanjutnya diberikan angket respon siswa terhadap media yang dikembangkan selama ± 5
menit. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI IA ASMAN 1 Probolinggo Semester I tahun ajaran
20132014 dengan jumlah siswa dalam satu kelas yaitu 7 siswa kelas akselerasi. Prosedur penelitian disajikan
dalam alur pada gambar 1.
Gambar 1. Prosedur penelitian Prosedur penelitian dideskripsikan sebagai berikut:
1. Memilih model pembelajaran Model pembelajaran yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan media animasi.
2. Memilih materi pembelajaran Materi pembelajaran yang dipilih adalah
materi titrasi asam-basa karena karakteristiknya yang membutuhkan visualisasi, bersifat abstrak,
dan banyak diperlukan penerapnnya dalam kehidupan sehari-hari
3. Merencanakan waktu dan tempat Peneliti mengalokasikan pembagian waktu
dan merencanakan penggunaan media untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan media animasi di kelas XI 1A dalam waktu
2x25 menit. 5. Mengumpulkan data lapangan
Pemilihan model
pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran
Evaluasi dan pengambilan
keputusan Perencanaan
waktu dan tempat
Pemilihan materi
pembelajaran
Pengumpulan data lapangan
ISBN 978-602-72071-1-0
Melakukan tes akhir untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa setelah
pembelajaran titrasi asam-basa. 6. Evaluasi dan pengambilan keputusan
a. Menganalisis data tes pengetahuan b. Menarik kesimpulan
Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan teknik deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif yang terangkum pada tabel 1. Tabel 1. Pengolahan Data
Jenis Data Bentuk
Instrumen Teknik
Analisis Data
Tes hasil
belajar Lembar tes
hasil belajar Deskriptif
kuantitatif Respon
siswa Lembar
checklist respon
siswa Deskriptif
kuantitatif
Kondisi fisik suasana
pembelajaran Lembar
observasi Deskriptif
kualitatif
Analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis data tes hasil belajar
Analisis dilakukan dengan rumus:
2. Analisis respon siswa Respon siswa yang dianalisis meliputi empat
aspek; 1 aspek kebermaknaan, yaitu sejauh mana media yang digunakan memberikan
pengaruh terhadap kemampuan siswa menyerap materi, 2 aspek usabilitas, yaitu kemudahan
dalam mengoperasikan komputer, 3 aspek efektivitas, yaitu kemudahan memahami materi
dalam media, dan 3 aspek motivasi yaitu sejauh mana siswa tertarik terhadap media yang
digunakan. Setiap aspek dihitung persentase
positif dan negatif siswa yang memilih “iya” dan “tidak”.
3. Observasi dukungan terhadap data respon siswa Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
fisik suasana pembelajaran. Data hasil observasi digunakan untuk mendukung aspek efektifitas
dan usabilitas dari media komputer yang digunakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Soal yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa pretest dan posttest berbentuk soal
pilihan ganda sebanyak 8 butir soal yang telah divalidasi terlebih dahulu. Tes hasil belajar siswa dilakukan oleh 7
orang siswa kelas akselerasi SMAN 1 Probolinggo. Data tes hasil belajarsiswa disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tes Hasil Belajar Siswa
Siswa ke:
Nilai Pre-test Nilai Post-test
1 Nilai Ketuntasan Nilai
Ketuntasan
Siswa ke:
Nilai Pre-test Nilai Post-test
2 37.5
Belum Tuntas
100 Tuntas
3 37.5
Belum Tuntas
100 Tuntas
4 50
Belum Tuntas
62.5 Belum Tuntas
5 50
Belum Tuntas
76 Tuntas
6 37.5
Belum Tuntas
76 Tuntas
7 37.5
Belum Tuntas
87.5 Tuntas
Dari hasil tes setelah penerapan media animasi, dapat dianalisis ketuntasan klasikalnya dengan menggunakan
rumus prosentase sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan
prosentase diperoleh
prosestase ketuntasan kelas adalah sebesar 86. Berdasarkan
Tabel tersebut
media animasi
memberikan respon yang baik terhadap hasil belajar siswa dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa.
Siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika telah mencapai nilai ≥ 75. Pada pretest dari 7 siswa seluruhnya belum
mencapai ketuntasan belajar. Namun setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan media animasi
maka ketuntasan klasikal meningkat. Hanya 1 siswa dari total siswa saja yang belum mencapai ketuntasan. Hal ini
menunjukkan bahwa media animasi berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa sehingga terjadi
peningkatan prestasi yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar
86. Hal ini menunjukkan bahwa media animasi memberikan
pengaruh positif
dalam kegiatanpembelajaran. Tes hasil belajar siswa ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Sandford dalam Freitas, 2006 bahwa dengan media animasi 63 siswa memiliki
keterampilan berfikir lebih tinggi dan 62 siswa belajar suatu pengetahuan khusus. Pengetahuan khusus yang
dipelajari siswa terutama prosedur melaksanakan titrasi, menentukan titik akhir titrasi, pemilihan indikator dan
sampel bahan yang adakalanya sulit diadakan di lab.
Selain data tes hasil belajar, juga dianalisis data respon siswa yang didukung dengan hasil observasi. Respon
siswa yang telah diolah disajikan pada gambar 2.
ISBN 978-602-72071-1-0
gambar 2. Grafik hasil analisis respon siswa terhadap media animasi
Data respon siswa menunjukkan bahwa animasi laboratorium virtual yang digunakan dalam pembelajaran
titrasi asam-basa mendapatkan respon positif terhadap aspek kebermaknaan, usabilitas, efektivitas, dan motivasi.
Respon positif ini didukung dengan hasil observasi kondisi fisik suasana pembelajaran bahwa siswa tidak
mengalami kesulitan mengoperasikan laboratorium virtual dan nampak antusias belajar dalam laboratorium virtual.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan
media animasi laboratorium virtual pada materi titrasi asam-basa, siswa kelas XI IA ASMA Negeri 1
Probolinggo dapat mencapai ketuntasan hasil belajar siswa yang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanyapeningkatan hasil belajar siswa kelas XI IA ASMA Negeri 1 Probolinggo pada materi titrasi asam-basa telah
tuntas secara klasikal yaitu 86, karena telah mencapai lebih dari 75. Hasil belajar siswa yang meningkat
didukung oleh respon siswa yang positif terhadap aspek kebermaknaan 71, efektivitas 82, usabilitas
100 , dan kemenarikan media 71. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti ada beberapa saran yang ingin disampaikan,
yaitu: a.
Guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan sehingga dapat memudahkan siswa menguasai dan memahami konsep materi yang
diajarkan.
b. Model pembelajaran dapat dimodifikasi
dengan permainan atau sejenisnya untuk menarik minat dan motivasi siswa.
c. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti
dengan materi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 1998. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad. A. 2004. Media Pembelajaran. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta. Brigss. L. 1970. Principles of Instructional
DeSignifikann . Holt. Rinehart. and Watson. New
York Dale. E. 1969. Audio Visual Methods In Teaching.
The Dryden Press. New York. Depdiknas.. 2003. Kurikulum Mata Pelajaran
Kimia . Depdiknas. Jakarta.
Hamalik. O. 1994. Media Pendidikan. Penerbit Citra Aditya Bakti. Bandung.
Kemp. J.E dan Dauton. D.K. 1985. Planning dan Producing Instructional Media Fifth Edition
. Harper Row. New York.
Mulyasa, E. 2003. dalam Sudrajat. A.2009. Lets Talk About Education
. 8 Agustus 2013. Sumber: http:akhmadsudrajat.wordpress.com
Nur, M., Wikandari,P.R. 2000. Pengajaran Berpusat
Kepada Siswa
danPendekatan Konstruktifis Dalam Pengajaran
. Surabaya: Pusat Studi Matematika Dan IPA Sekolah Universitas
Negeri Surabaya. Osman, Kamisah Bakar, Nurul Aini.2012.
Educational Komputer Games for Malaysian Classrooms: Issues and Challenges. Journal of
Asian Social Science . Vol. 8, No.11
Sadiman. A. S.. Rahardjo. R.. Haryono. A.. dan Rahardjito.
2006. Media
Pendidikan :Pengertian,
Pengembangan, dan
Pemanfaatannya . Penerbit PT RajaGrafindo
Persada. Jakarta.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENGARUH STRATEGI DIGITAL LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA EDMODO
TERHADAP PARTISIPASI AKTIF DAN HASIL BELAJAR SISWA
Suryanto Hadi Widodo
1
Faridatur Rofi’ah
2
1,
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya Email : surpakar4gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh strategi digital learning menggunakan media edmodo terhadap partisipasi aktif dan hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia. Penelitian ini merupakan quasy
experiment dengan rancangan non-equivalent control group. Penelitian ini dilakukan pada satu kelas control
dan satu kelas eksperimen yang masing-masing terdiri dari 40 orang kelas X SMK Farmasi Sekesal Surabaya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tes hasil belajar siswa dan lembar angket partisipasi
siswa. Data dianalisis dengan cara uji normalitas, homogenitas, dan uji hipotesis dengan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, bersifat homogen, dan media edmodo berpengaruh positif
terhadap partisipasi aktif dan hasil belajar siswa dengan nilai t hitung berturut-turut sebesar 7,985 dan 8,134. Kata Kunci:
edmodo , partisipasi aktif, hasil belajar
ABSTRACT
This research is to explain the effect of digital learning strategy using edmodo to the st udent’s participation
dan learning achievement in chemical bonding matter. This research is quasy experiment with non-equivalent control group design. This research is apllied on a control class and an experiment one which each contain of
40 students in SMK Farmasi Sekesal Surabaya grade X. The researh instruments are learning achievement test and participation questionnaire sheet.The data are analyzed with normality test, homogenity test, and t-
test. The results of this research indicate that the data have normal distribution, homogeny, and edmodo
media has positive effect to the student’s active pasticipation and learning achievement with t-count are as many as 7,985 and 8,134.
Keywords:
edmodo, active participation, learning achievement
ISBN 978-602-72071-1-0
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK yang semakin pesat, kebutuhan
akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar pendidikan berbasis teknologi informasi menjadi tidak
terelakkan lagi.
Disamping itu,
dalam proses
pembelajaran ilmu Kimia mencakup pembelajaran produk seperti fakta, konsep, prinsip, teori dan juga
pembelajaran proses untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran proses dapat dilakukan baik di laboratorium
maupun di luar laboratorium, sedangkan pembelajaran produk, peserta didik diharapkan menguasai hukum, teori
dan aplikasinya.
Konsep-konsep yang diajarkan dengan informasi langsung akan cenderung dihafalkan dan bukan dipahami,
tetapi hal tersebut akan menjadi berbeda jika metode ceramah diikuti dengan verifikasi, dan contoh-contoh
sehingga menjadi bermakna. Menurut Johnson 1998, kemampuan awal turut berperan dalam hasil belajar baru.
Kemampuan awal merupakan pengetahuan, kemampuan yang relevan yang harus dipunyai sebelum proses
pembelajaran dimulai. Kemampuan awal menunjukkan sejauh mana pemahaman awal peserta didik terhadap
materi baru sehingga guru dapat menentukan keluasan dan kedalaman materi yang akan disampaikan. Setiap
peserta didik mempunyai kemampuan awal yang tidak sama karena banyak faktor yang menyebabkan
kemampuan awal peserta didik tidak sama meskipun materi
yang diterima
sama. Bodner
1986 mengungkapkan bahwa pembelajaran akan bermakna bila
peserta didik dapat menentukan hubungan konsep yang sedang dipelajari dengan konsep yang telah dipelajari
sebelumnya.
Metode pembelajaran melalui tatap muka antara guru dan siswa adalah metode yang sering dilakukan.
Keterbatasan pembelajaran tatap muka adalah tidak cukup waktu untuk membahas semua materi pelajaran. Hal
tersebut bisa disebabkan karena adanya libur nasional, kegiatan-kegiatan dari sekolah sehingga pembelajaran
dihilangkan. Sehingga materi pembelajaran yang seharusnya diberikan menjadi tidak terlaksana. Jika guru
hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka menjadi kurang efektif dan efisien dalam menyampaikan materi
pelajaran. Siswa sering bosan dengan pembelajaran tatap muka sehingga dibutuhkan variasi-variasi dalam
pembelajaran.
Pada saat ini beberapa situs jejaring sosial banyak beredar di dunia maya. Namun penggunaan dan
manfaatnya beraneka ragam. Kebanyakan siswa memanfaatkan jejaring sosial hanya sekedar untuk
berbincang dengan teman-temanya. Salah satu jejaring sosial yang khusus dimanfaatkan untuk pembelajaran
adalah Edmodo. Edmodo merupakan jejaring sosial yang dikembangkan khusus untuk siswa dan guru dalam suatu
ruangan kelas virtual. Edmodo adalah sebuah website pembejaran yang gratis dan aman yang dirancang oleh
Jeff O’Hara dan Nick Borg pada tahun 2008 untuk guru, pelajar, orang tua , sekolah dan daerah. Pada jejaring
sosial Edmodo siswa dapat berdiskusi dengan guru, mencari informasi dari referensi yang diberikan guru,
mengerjakan latihan soal dan kuis, orang tua dapat juga memantau kegiatan anaknya. Edmodo dapat digunakan
dimana saja dan kapan saja yang penting terhubung dengan jaringan internet. Adanya kelebihan edmodo
tersebut
dapat dimanfaatkan
untuk menjadikan
pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat mengatasi keterbatasan waktu tatap muka di kelas antara guru dan
siswa. Pembelajaran ikatan kimia yang membutuhkan waktu
cukup banyak untuk menyampaikan materi di dalamnya. Berdasarkan Permendikbud 2014, materi ikatan kimia
memiliki beberapa kompetensi dasar, yaitu 1 membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel atom, ion, molekul materi
dan hubungannya dengan sifat fisik materi; 2 menganalisis kepolaran senyawa; 3 mengolah dan
menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan
logam serta interaksi antar partikel atom, ion, molekul materi dan hubungannya dengan sifat fisik materi; serta
4 merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan kepolaran senyawa..
berdasarkan uraian capaian tersebut, untuk memahami ikatan kimia, peserta didik harus memahami struktur
atom, komponen-komponen penyususn atom, sifat-sifat unsur pada periodik unsur.
Banyaknya konsep dan kuantitas materi yang harus disampaikan dan dipahami siswa dengan baik pada materi
ikatan kimia membuat waktu tatap muka yang disediakan di sekolah kurang. Dengan adanya keterbatasan tersebut,
maka penggunaan strategi digital learning menggunakan mesia edmodo akan sangat membantu. Menurut
Witherspoon 2011, guru dan siswa akan dapat terhubung dan bkerjasama secara virtual menggunakan
edmodo baik di dalam maupun di luar kelas. Guru dapat mengirimkan kuis dan tugas, memberikan umpan balik,
menerima tugas yang diselesaikan oleh siswa, memberikan penilaian, melalukan jajak pendapat,
menyimpan dan membagi materi belajar dalam bentuk file maupun tautan link, maupun mengirimkan pesan atau
peringatan kepada seluruh peserta grup belajar. Sistem belajar secara virtual ini dapat diakses di mana saja dan
kapan saja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Penggunaan strategi digitl learning menggunakan Edmodo diharapkan dapat mendorong
peserta siswa melakukan analisis dan evaluasi terhadap fakta-fakta ikatan kimia yang ada disekitar peserta didik
sehingga partisipasi aktif siswa dan pemahaman konsep siswa meningkat.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan eksperimen semu quasy
experiment dengan rancangan non-equivalent control
group . Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai
berikut Arikunto, 2010:
E : O
1
x O
2
C : O
3
O
4
ISBN 978-602-72071-1-0
Keterangan : E : kelas eksperimen
C : kelas kontrol X : perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan
dengan media edmodo O
1
dan O
3
: pretest O
2
dan O
4
: posttest Sasaran penelitian ini adalah satu kelas control dan
satu kelas eksperimen yang masing-masing terdiri dari 40 siswa kelas X SMK Farmasi Sekesal Surabaya. Perangkat
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini antara lain silabus dan RPP yang telah divalidasi. Hasil
peningkatan pemahaman konsep diukur dengan instrumen tes pada materi ikatan kimia. Instrumen tes untuk
mengukur pemahaman konsep terdiri dari 15 butir soal dengan ranah C1-C3. Sedangkan hasil peningkatan
partisipasi aktif siswa diukur dengan instrumen angket yang terdiri dari 15 butir pertanyaan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan angket. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil pre-test dan post-test
kemudian dianalisis menggunakan program SPSS 21.0 for Windows.
Selain itu, dilakukan uji prasyarat yaitu ujinormalitas dan homogenitas.
Uji normalitas menggunakan prosedur One Sample Kolmogorov-Smirnov
melalui software PASW statistics 18, dengan kriteia apabila nilai P
value
α = 0,05 maka Ho diterima, yang berarti data dinyatakan berasal dari
populasi terdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan ragam kedua data yaitu data
kelas eksperimen dan data kelas control menggunakan bantuan program SPSS. 16,0 for Windows, yaitu Homogenity
Of Variance
Test. Dari tampilan tabel Levene’s test of quality
of error variances maka dapat diketahui harga F
empiric
dan F
value
dengan kriteria : a. Apabila F
hitung
F
table
maka Ho diterima, yang berarti harga varian pada masing-masing kelompok adalah
homogen Winarsunu, 2006 b. Apabila F
value
α = 0,05 maka Ho diterima, yang berarti data berasal dari populasi yang memiliki
varian yang homogen Uyanto, 2006. Uji hipotesis dilakukan dengan uji T, untuk
menyelidiki apakah
ada pengaruh
pembelajaran menggunakan Edmodo terhadap hasil belajar siswa dan
partispasi aktif siswa. Dengan α = 0,05, nilai t tabel sebesar
2,024. Jika nilai t hitung 2,024, maka Ho diterima dan H
1
ditolak, yang berarti tidak ada pengaruh penggunaan Edmodo terhadap hasil belajar dan partisipasi aktif siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang didapatkan dari penelitian ini adalah nilai hasil belajar dan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Belajar dan Partisipasi Aktif Siswa
Kelas Hasil Belajar
Partisipasi Kontrol
79,1 67,2
Eksperimen
81,78 71,8
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol,
menunjukkan bahwa penggunaan edmodo pada materi ikatan kimia membantu peserta didik dalam memahami
materi ikatan kimia lebih baik sehingga peserta didik memiliki hasil belajar yang lebih baik. Hal ini diperkuat
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmati dan Utomo yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi
dan prestasi belajar antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran kimia menggunakan media Edmodo
berbasis kelas online dan peserta didik yang tidak menggunakan media Edmodo berbasis kelas online.
Hasil perhitungan uji normalitas dengan α = 0,05
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Hasil
Belajar Nilai Signifikansi
Kontrol Eksperimen
pre test 0.090
0.054 post test
0.085 0.086
Berdasarkan table tersebut, nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal. Uji
homogenitas didapatkan nilai signifikansi F hitung sebesar 0,693, yang menunjukkan data bersifat homogen.
Uji hipotesis dengan uji t didapatkan hasil yang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji t Variabel
Nilai t
Hasil belajar 8,134
Partisipasi aktif 7,985
Nilai t hitung lebih besar dari 2,024, yang menunjukkan pembelajaran menggunakan edmodo memiliki pengaruh
yang positif terhadap hasil belajar maupun partisipasi aktif siswa di dalam kelas.
Pada penelitian ini meningkatnya hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran menggunakan
edmod, dikarenakan siswa mempunyai daya tarik tersendiri terhadap edmodo. Komunikasi peserta didik
dengan guru bisa dilakukan di luar jam pelajaran. Guru dapat memberikan materi pelajaran, latihan soal,
pemberian tugas dan soal evaluasi di luar jam pelajaran. Penggunaan waktu di luar jam pelajaran membuat siswa
lebih termotivasi dalam berpikir karena dapat dilakukan dimana saja dalam keadaan rileks.
Hal tersebut juga didukung penelitian yang dilakukan Council pada tahun 2007 yang mengungkapkan bahwa
69 pelajar diseluruh dunia mengatakan bahwa mereka belajar lebih efektif kalau bersosialisasi secara informal,
dan pelajar yang mempunyai jaringan sosial yang kuat mempunyai performansi yang baik secara akademik.
Selain itu, jejaring sosial online adalah alat komunikasi yang baik untuk membangun pengetahuan berdasarkan
relasi sosial, percakapan, kerjasama dan berbagi pekerjaan C. G. Arroyo,2011.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi digital
learning menggunakan edmodo berpengaruh positif
ISBN 978-602-72071-1-0
terhadap pastisipasi aktif dan hasil belajar siswa, dengan t hitung masing-masing sebesar 7,985 dan 8,134.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan, saran yang dapat disampaikan adalah perlu diteliti lebih lanjut
keefektifan Edmodo dalam berbagai hal, misalnya kefektifan dalam meningkatkan motivasi dalam belajar,
efektifitas dalam belajar kelompok antara kelas yang diajar dengan menggunakan Edmodo dan kelas nyata.
DAFTAR PUSTAKA Antonius Aditya Hartanto dan Onno W. Purbo. 2002.
E-Learning berbasis PHP dan MySQL . Jakarta:
Elex Media Komputindo. Ariyawan Agung Nugroho. 2011. Pemanfaatan E-
Learning Sebagai Salah Satu Bentuk Penerapan TIK Dalam Proses Pembelajaran.
Artikel. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arroyo, C. G., Innovative ways towards the boost of collaborative language learning.
http:On-Line social Networks.com
Bodner, G. M., Hunter, W., Lamba, R. S. 1998. What Happens When Discovery Labs are Integrated
into the Curriculum at a Large Research University?. The Chemical Educator, Online,
Vol.
3
, No.
3, http:chemed.chem.purdue.educhemedbodnerg
rouppdf45_Lamba.pdf, diakses 10 Juli 2013. Dalton, A., 2009, Teaching and learning through social
networks , http:www.teachingenglish.org.ukprint5411
Deni Darmawan. 2012, Inovasi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,.
Johnson, M. A., Lawson, A. E. 1998. What Are the Relative Effects of Reasoning Ability and Prior
Knowledge on Biology Achievement in Expository and Inquiry Classes?. Journal of
Research in
Science Teaching
, Online, http:www.ode.state.or.usteachlearnsubjectssc
iencecurriculumedresourcesexploringtab4jand lpaperjournalofrst.pdf, diakses 10 Juli 2015.
Lipsett, A., 2008, A third of teachers struggle with technology
. http:guardian.co.ukeducation2008jan2008sc
hools.uk. Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan karakter.
Jakarta: Bumi Aksara,. Siahaan,
S. 2004.
E-learning Pembelajaran
Elektronik Sebagai Salah Satu Alternatif Pembelajaran
, http:www.depdiknas.go.idJurnal42
sudirman.htm 3 November 2014 Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar , Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi, edisi revisi
. Bandung: Alfabeta. Sujianto, A. E. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS
16.0 . Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sujianto, A. E. 2010. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0
. Jakarta: Prestasi Pustaka. Reddy, V.Venugopal and Manjulika ,S. 2002. From
Face-to-Face to Virtual Tutoring: Exploring the Potentials of E-Learning Support. Indira Gandhi
National Open
University ,
http:press.edmodo.com Witherspoon, A. 2011.
Edmodo A
learning Management
System .
http:www.plugintotechnology.com201101ed modo a-learning-management-system.html.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA BERPIKIR MORE MODEL,
OBSERVE, REFLECT, EXPLAIN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
Wahyu Suhari
1
Suyatno
2
1
Pendidikan Sains Program Pascasarjana Unesa
2
Dosen Universitas Negeri Surabaya E-mail:
harrysuwahyugmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelayakan perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE
Model, Observe, Reflect, Explain yang dikembangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan
model 4-D dengan rancangan penelitian one group pretest-postest design. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 orang siswa kelas X IPA 1 SMAN Bontang Tahun Pelajaran 20152016. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validasi, observasi, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 validitas RPP, Buku Siswa, Lembar Kerja Siswa, dan Tes Hasil Belajar berkategori valid; 2
tingkat keterbacaan Buku Siswa dan Lembar Kerja Siswa berkategori baik; 3 keterlaksanaan RPP berkategori baik; 4 aktivitas siswa dalam pembelajaran berpusat pada siswa; 5 mayoritas respon siswa
positif terhadap pembelajaran; 6 seluruh siswa mencapai kriteria ketuntasan hasil belajar aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yang dikembangkan layak digunakan dalam proses pembelajaran.
Kata Kunci: perangkat pembelajaran, kerangka berpikir MORE, hasil belajar.
ABSTRACT
The purpose of this research to describe the feasibility of teaching materials based on MORE thinking frame to improve student learning achievement on the topic of electrolyte and nonelectrolytes solution. The
development of teaching materials used four D Models with research design was one group pretest-postest design. Sample used in this research were 15 students of grade XI IPA 1 SMAN 3 Bontang academic year of
20152016. The technique of data collection in this research were validation, observation, test, and questionnaire. The results showed that: 1 the validity of the lesson plans, student book, worksheet, and
learning achievemnt test were valid; 2 the readability level of student book and worksheet were good category; 3 learning performance were good category; 4 the students activities refers to student-centered
learning; 5 majority of students gave positive response to learning process; 6 all of the students achieved learning completeness criteria on aspect of knowledge, attitudes, and skills. Based on these results could be
concluded that the teaching materials based on MORE thinking frame was feasible to use in learning process.
Keywords:
teaching materials, MORE thinking frame, learning achievement
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kehidupan manusia yang dinamis dan
sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan yang berkaitan dengan
Kurikulum di sekolah sudah selayaknya dilakukan guna memberikan pembaharuan ke arah pencapaian
tujuan pendidikan yang lebih baik. Penerapan Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada
pembelajaran kontruktivistik di mana: 1 siswa sebagai subjek belajar; 2 siswa diminta untuk selalu
bernalar dalam belajar dengan tuntutan berpikir tingkat tinggi higher order thinking; dan 3
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru adalah pembelajaran yang bermakna Kemendikbud, 2013.
Untuk memenuhi tuntutan di atas, ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh guru, dimulai dari
merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi pembelajaran. Upaya
guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting
dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu, pemilihan model, strategi,
pendekatan, dan metode pembelajaran yang cocok dengan kemampuan berpikir siswa dan materi yang
diajarkan sangat berguna dalam menciptakan iklim pembelajaran yang bermakna Amri, 2013.
Larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu bahasan dalam ilmu kimia yang di
dalamnya terdapat konsep-konsep abstrak yang sulit untuk dipahami oleh siswa, terutama mengenai teori
ion Svante Arrhenius tentang pergerakan ion-ion dari penguraian larutan elektrolit sehingga dapat
menghantarkan arus listrik. Disamping konsep lainnya, seperti konsep elektrolit senyawa ion dan
senyawa kovalen dan perbedaan elektrolit lemah dan elektrolit kuat Tresnawati dan Dwiyanti, 2013.
Hal ini menyebabkan siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep larutan elektrolit
dan nonelektrolit, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan
tersebut. Kesulitan siswa dalam memahami konsep, dikarenakan guru tidak mengaitkan konsep larutan
elektrolit dan nonelektrolit pada ketiga level representasi
makroskopik, mikroskopik,
dan simbolik dalam proses pembelajaran. Sebagian besar
guru hanya menekankan pembelajaran konsep pada level
makroskopik, sedangkan
pada level
mikroskopik tidak dikembangkan dengan baik, akibatnya siswa hanya secara parsial memahami
konsep yang diajarkan Robinson, 2003. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE
Model, Observe, Reflect, Explain merupakan salah
satu pilihan yang dapat digunakan oleh guru untuk mengajarkan
konsep larutan
elektrolit dan
nonelektrolit. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Culsum, dkk. 2013, pembelajaran berbasis kerangka
berpikir MORE merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok diajarkan pada pokok
bahasan yang di dalamnya menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan eksperimen. Selain itu,
pokok bahasan larutan elektrolit dan nonelektrolit banyak melibatkan perilaku partikel atom, ion,
molekul
dan proses-proses
kimia dalam
penjabarannya. Selain sesuai dengan karakteristik materi ajar,
pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE cocok diterapkan dalam kurikulum 2013. Hal ini
dikarenakan pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE
memiliki karakteristik pembelajaran yang diharapkan dalam kurikulum 2013, yaitu: 1
pembelajaran berpusat pada siswa student centered; 2
adanya pendekatan
saintifik dalam
pembelajarannya; dan 3 siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi dalam belajar.
PEMBAHASAN Perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir
MORE
yang telah disusun oleh peneliti divalidasi oleh para ahli validator. Perangkat yang telah
divalidasi kemudian
direvisi dan
hasilnya diimplementasikan dalam uji coba terbatas terhadap
15 siswa kelas X IPA 1 SMAN 3. Hasil Validasi
Berdasarkan model
pengembangan 4-D,
rancangan perangkat pembelajaran yang terdiri atas RPP, Buku Siswa, LKS, dan Tes Hasil Belajar yang
telah disusun, divalidasi oleh para ahli yang berkompeten untuk menyempurnakan perangkat
pembelajaran yang telah disusun. Hasil validasi RPP, Buku Siswa, LKS, dan Tes Hasil Belajar disajikan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Validasi
Perangkat
Skor Kategori
RPP 3,8
Valid Buku Siswa
3,75 Valid
LKS 3,81
Valid Tes Hasil Belajar
3,75 Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam
pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE.
Keterlaksanaan RPP
Penyusunan dan
Keterlaksanaan RPP
merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan
maupun keberhasilan guru dalam menerapkan tahap- tahap pembelajaran. Keterlaksanaan RPP diukur
dengan menggunakan lembar pengamatan yang diisi oleh dua orang pengamat selama pembelajaran
berlangsung. Hasil Penilaian disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Keterlaksanaan RPP
Aspek yang dinilai
Skor Kategori
Pendahuluan 3,69
Baik Inti
3,4 Baik
Aspek yang dinilai
Skor Kategori
Penutup 3,58
Baik Pengelolaan
Kelas 3,29
Baik
Tabel di atas menunjukkan bahwa guru berhasil melaksanakan
langkah-langkah kegiatan
pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE dengan baik.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar kimia
terutama di bawah naungan teori Piaget, Vgostsky, dan Bruner yang mewakili konstruktivisme. Diagram
aktivitas siswa dalam pembelajaran MORE disajikan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Aktivitas siswa
Gambar 1. Aktivitas Siswa Berdasarkan diagram di atas, pembelajaran
MORE melibatkan siswa secara aktif student
centered dalam pembelajaran MORE .
Respon Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran sangat mempengaruhi proses hasil belajar siswa. Apabila
siswa tidak memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran, maka tidak dapat diharapkan akan
berhasil dengan baik mempelajari suatu konsep. Sebaliknya, apabila siswa merespon dengan baik
suatu pembelajaran, maka diharapkan hasilnya akan menjadi lebih baik. Sehingga efektivitas pembelajaran
dapat diukur dengan melihat respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Gambar 2. Respon Siswa Berdasarkan Gambar 2, dapat dinyatakan bahwa
siswa memberikan respon yang positif terhadap perangkat maupun kegiatan pembelajaran berbasis
kerangka berpikir MORE.
Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar siswa mengacu pada Permendikbud No. 104 Tahun 2014, yang
menyatakan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses pengumpulan informasibukti tentang capaian
pembelajaran siswa dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara terencana
dan
sistematis selama
dan setelah
proses pembelajaran.
Adapun nilai hasil belajar untuk aspek pengetahuan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Nilai Hasil Belajar Aspek Pengetahuan
Sesuai Permendikbud No.104, nilai ketuntasan hasil belajar minimal untuk aspek pengetahuan
ditetapkan sebesar 2,67. Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mencapai nilai tuntas pada saat
pretest, karena semua siswa memperoleh nilai tes
kurang dari 2,67. Akan tetapi pada saat postest semua siswa memperoleh nilai tes lebih dari 2,67 yang
berarti semua siswa telah mencapai nilai tuntas untuk hasil belajar aspek pengetahuan.
Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa,
dikarenakan tahapan-tahapan yang ditawarkan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan taraf
perkembangan kognitif siswa yaitu tahap operasional formal, suatu tahap dimana siswa sudah dapat
berpikir secara abstraksimbolik dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan eksperimen. Menurut
Piaget,
pembelajaran yang
dirancang dan
dilaksanakan dengan menyesuaikan kemampuan dan karakteristik siswa akan menjadi lebih bermakna
Slavin, 2008. Pembelajaran yang bermakna bagi siswa berdampak positif terhadap kemajuan belajar.
Sejalan dengan teori Piaget, Vygotsky menyatakan bahwa suatu pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau masalah
kompleks yang masih berada pada jangkauan kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada pada daerah
perkembangan terdekatnya zone of proximal develepment
. Dalam pembelajaran guru semestinya menyajikan
permasalahan-permasalahan untuk
diselesaikan oleh siswa yang berada di antara kemampuan aktual dan kemampuan potensial siswa
Yohanes, 2010. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE merupakan salah satu alternatif
model yang cocok diterapkan dalam rangka menciptkan pembelajaran yang baik.
Menurut Pienta, et al. 2009, Pembelajaran MORE
terdiri dari empat tahap yaitu tahap model, observe, reflect,
dan explain. Tahap model merupakan suata tahapan dalam pembelajaran MORE
dimana siswa dituntut untuk membuat model awal mengenai sistem kimia yang diselidiki. Dalam
merumuskan model awal, siswa didorong untuk menggunakan deskripsi di tingkat makroskopik apa
yang diamati dengan mata telanjang dan mikroskopik dalam kata-kata atau gambar.
Tahap model sejalan dengan teori dua kode karena melibatkan representasi makroskipik dan
mikroskopik dalam pendeskripsiannya. Menurut teori dua kode, siswa menggunakan secara bersamaan
kode-kode visual dan kode-kode verbal untuk merepresentasikan sebuah informasi Sternberg,
2008.
Adanya bimbingan dan arahan teman yang lebih kompeten dalam satu kelompok pada tahap model
sesuai dengan teori Vygotsky yang menyatakan bahwa adanya bimbingan dari teman sebaya yang
lebih kompeten scaffolding dapat membantu siswa untuk mencapai daerah perkembangan terdekatnya.
Tahap selanjutnya dalam pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yaitu tahap observe, suatu
tahap dimana siswa membuktikan kebenaran model awal yang dibuat dengan melakukan eksperimen.
Kegiatan eksperimen yang dilakukan pada tahap observe
merupakan salah satu bentuk pengumpulan informasi melalui representasi makroskopik. Selain
itu, pada tahap observe siswa saling bekerjasama antara anggota dalam satu kelompok dalam rangka
menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi.
Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa tahap observe sesuai dengan teori Bruner, Piaget,
Vygotsky, dan dua kode. Tahap reflect merupakan tahap dimana siswa
dituntut untuk melakukan refleksi terhadap model awal yang telah dibuat. Pada tahap ini siswa didorong
untuk memperbaiki model awal berdasarkan bukti eksprimen serta membandingkannya dengan model
akhir yang dibuat. Tahap reflect sejalan dengan teori dua kode, Piaget, dan Vygotsky.
Tahap selanjutnya dalam pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE adalah tahap explain. Pada
tahap ini, siswa diminta untuk menjelaskan model akhir pemahamannya tentang sistem kimia yang
diselidiki dengan bahasa yang komunikatif Pienta, et al.,
2009. Penyajian model akhir pemahaman siswa mengenai konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit
di depan kelas memungkinkan terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan
guru. Hal ini sejalan dengan teori Vygotsky, yang menyatakan bahwa adanya interaksi dapat membantu
siswa memahami sebuah konsep.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis kerangka berpikir
MORE efektif diterapkan dalam pembelajaran kimia
karena sesuai dengan tuntutan pembelajaran konstruktivistik yang diajukan dalam kurikulum
2013. Keefektifan pembelajaran berbasis kerangka
berpikir MORE terhadap pembelajaran kimia didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Culsum, dkk. 2013, Rickey, et al. 2009, Tien, et al.
2007, dan Blair, et al. 2012 yang menemukan bahwa melalui pembelajaran berbasis kerangka
berpikir MORE siswa dapat memaksimalkan perilaku belajarnya di dalam pembelajaran kimia dikarenakan
siswa dituntut untuk dapat menghubungkan pengamatan di tingkat makroskopik dan molekuler
serta merevisi ide-ide mengenai konsep kimia berdasarkan bukti eksperimen.
Sementara itu, ketuntasan hasil belajar untuk aspek sikap berdasarkan Permendikbud No.104
Tahun 2014 ditentukan dengan nilai modus sebesar 3,00 dengan predikat Baik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua siswa telah mencapai ketuntasan hasil belajar untuk aspek sikap karena
memperoleh nilai akhir sikap di rentang 3,00
– 4,00. Penilaian untuk aspek keterampilan dilakukan
dengan pengamatan seperti halnya penilaian aspek sikap. Penilaian keterampilan dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan siswa pada saat melakukan tahap observe
pada pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE. Nilai akhir untuk aspek keterampilan
berdasarkan Permendikbud No.104 Tahun 2014 ditentukan dengan capaian optimal. Nilai ketuntasan
untuk aspek keterampilan ditentukan dengan capaian optimum sebesar 2,67. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai hasil belajar siswa untuk aspek keterampilan berada dalam capaian optimum 2,67.
Hal ini berarti semua siswa mencapai ketuntasan hasil belajar untuk aspek keterampilan.
PENUTUP Simpulan
Perangkat pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE yang dikembangkan layak digunakan
dalam proses pembelajaran. Saran
1. Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE
dalam mengajarkan konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit memerlukan pengaturan waktu
yang efektif dan efisien agar dapat terlaksana
sesuai dengan sintaks model pembelajaran tersebut.
2. Penggunaan model pembelajaran berbasis
kerangka berpikir
MORE hendaknya
disesuaikan dengan karakteristik materi kimia yang dipelajari agar tujuan pembelajaran yang
direncankan dalam pembelajaran dapat tercapai. 3.
Pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE melibatkan kegiatan eksperimen di dalam
tahapan pembelajarannya, untuk itu diperlukan alat dan bahan percobaan yang memadai
sehingga pembelajaran berbasis kerangka berpikir MORE berlangsung efektif.
DAFTAR PUSTAKA Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model
Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 . Jakarta
: Prestasi Pustakaraya. Culsum, U., Farida, I. Helsy, I. 2013.
“Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE
model, Observe, Reflect dan Explain ”.
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2013
. Tanggal 3-4 Juli 2013. Bandung.
Kemendikbud. 2013. Permen No.65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.
Kemendikbud. 2014. Permen No. 104 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada
Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Jakarta.Tresnawati, R. Dwiyanti, G. 2013. “Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia
SMA Pada Topik Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit”. Jurnal Riset dan Praktik
Pendidikan Kimia. 1 1, 37-43.
Pienta, J.N., Cooper, M.M., Greenbowe, J.T. 2009. Chemist Guide to Effective Teaching.
New Jersey : Pearson Education Inc. Robinson, W.R. 2003. Chemistry Problem Solving:
Symbol, Macro, Micro, and Process Aspects. Journal of Chemical Education
. 80 9, 978. Slavin, E.R. 2006. Educational Psychology Theory
and Practice. Eighth Edition. Boston :
Pearson. Sternberg,
J.R. 2008.
Psikologi Kognitif.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Yohanes, S.R. 2010. “Teori Vygotsky dan
Implikasinya dalam
Pembelajaran Matematika”. Jurnal Ilmiah Widya Warta. 2,
127-135.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENGARUH KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA DALAM PEMBELAJARAN BENTUK
MOLEKUL MENGGUNAKAN MEDIA BUATAN DAN MOLYMOD
Faderina Komisia
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unwira Kupang, NTT E-mail: federinakomisiagmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk 1 Mengetahui hubungan antara kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. 2 Mengetahui ada tidaknya
pengaruh antara kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. 3 Mengetahui besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar
mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 tiga Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Katolik Widya
Mandira Kupang tahun ajaran 20152016 yang berjumlah 20 dua puluh orang. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar dan lembar angket kreativitas mahasiswa.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian One-Shot Case Study. Teknik analisis data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 dengan melakukan uji regresi linear
sederhana pada taraf signifikansi 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar dalam pembelajaran bentuk molekul dengan menggunakan media buatan dan
molymod
memiliki hubungan yang kuat dengan nilai R= 0,652. 2 Ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod dengan nilai
t
hitung
t
tabel
3,652 2,101. 3 Besarnya pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran bentuk molekul menggunakan media buatan dan molymod sebesar 42,6.
Kata Kunci:
Hasil Belajar Mahasiswa, Kreativitas Mahasiswa, Media Buatan, dan Media Molymod.
ABSTRACT
The purpose of this research
was to 1 Know the relationship between the creativity of the student results in learning the form of the molecule using artificial media and molymod . 2 Determine whether there is
influence between the creativity of the student results in learning the form of the molecule using artificial media and molymod . 3 Knowing the influence of creativity to the learning outcomes of students in learning
the form of the molecule using artificial media and molymod .
The sample in this study is the semester students three 3 of hemical Education Program Widya Mandira Catholic University Kupang academic year
20152016 , amounting to 20 twenty people . Data collection instruments used in this study is the achievement test sheet and questionnaire sheet student creativity.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian One-Shot Case Study.
Data analysis techniques were analyzed using SPSS 16 by performing a simple linear regression test at a significance level of 5 . The results showed
that 1 The relationship between the creativity of students with learning outcomes in learning molecular form by using artificial media and molymod have a strong relationship with the value of R = 0.652 . 2 There
is an effect on the results of students creativity in teaching molecular form using artificial media and molymod with tcount t table 3.652 2.101 . 3 The amount of influence on the results of students creativity in
teaching molecular form using artificial media and molymod of 42.6 . Keywords
: Results of Student Learning , Student Creativity , Media Made and Media Molymod
ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN
Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering dikatakan sebagai
mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari, sehingga untuk memberikan pemahaman
konsep maka harus diberikan suatu cara pembelajaran yang tepat terhadap peserta didik. Peserta didik
kurang tertarik untuk mempelajari kimia khusunya pada materi bentuk molekul, karena dalam
mempelajarinya lebih menekankan konsep-konsep kimia dari pada fakta-fakta kimia, maka tidaklah
heran jika pembelajaran kimia banyak diberikan dalam bentuk hafalan. Cara pengajaran yang
monoton akan membuat peserta didik pasif dalam belajar, mereka akan menganggap bahwa belajar
hanya rutinitas sehari-hari.
Karakteristik materi bentuk molekul ialah bersifat abstrak serta gabungan antara pemahaman
konsep dan aplikasi. Ketika mempelajari bentuk molekul seperti tetrahedral, trigonal bipiramida,
oktahedral, dan lain- lain yang digambarkan dalam bidang dua dimensi, maka bentuknya masih abstrak
dan sulit untuk dibayangkan. Sebagai contoh, jika rumus tipe molekul adalah AB
2
maka bentuk molekulnya adalah linear, jika notasinya AB
3
maka bentuk molekulnya adalah segitiga datar.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang penting adalah metode mengajar dan
media pembelajaran. Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar
yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru. Ibrahim dan Syaodih 2003:112 menyatakan bahwa media pengajaran diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong kegiatan belajar mengajar. Media
atau alat yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran akan menjadikan siswa lebih aktif
dalam belajar.
Sejauh ini masih banyak guru yang menggunakan media papan tulis dalam pembelajaran
yang biasanya akan membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh. Dengan demikian peserta didik
bersikap pasif dan tidak konsentrasi sehingga keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak akan
tercapai sesuai harapan pendidik. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sudah
seharusnyalah dapat menciptakan atau menggunakan media yang sudah ada.
Media buatan dan molymod juga dapat digunakan pada materi bentuk molekul. Penggunaan
media buatan dan molymod ini dalam pembelajaran kimia dapat memberikan peserta didik penjelasan
yang lebih mendalam karena pada proses pembelajarannya peserta didik dibantu dengan media,
sehingga peserta didik akan terampil menggunakan daya
imajinasi serta
kreativitasnya untuk
menggunakan media buatan dan molymod. Pada proses pencapaian prestasi belajar yang baik,
diperlukan juga suatu latihan dan ulangan terhadap suatu pelajaran tertentu. Dengan pembelajaran
menggunakan media buatan dan mollymood, kreativitas peserta didik dapat terbentuk, hal ini
disebabkan karena seringnya peserta didik berlatih akan menjadikan ia semakin menguasai
Kreativitas dapat
digunakan untuk
memprediksi keberhasilan
belajar. Namun
sebenarnya setiap orang adalah kreatif. Untuk mendapatkan orang yang demikian perlu adanya
latihan dan bimbingan dari orang tua, dan pendidik. Menurut Suharnan 2005:375, kreativitas tidak
hanya dilakukan oleh orang-orang yang memang pekerjaannya menuntut pemikiran kreatif sebagai
suatu profesi, tetapi juga dapat dilakukan oleh orang- orang biasa di dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
mengatasi masalah. Kreativitas juga merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu
yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata. Mengingat pentingnya kreativitas belajar siswa, maka
dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya lebih banyak melibatkan peserta didik. Sedangkan peserta
didik itu sendiri hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri untuk ikut kreatif dalam kegiatan belajar
mengajar.
Prestasi belajar merupakan cerminan dari usaha belajar, semakin baik usaha belajarnya, maka
semakin baik pula prestasi yang diraih. Peserta didik diharapkan memiliki kreativitas yang berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh
Kreativitas terhadap Hasil Belajar Mahasiswa dalam Pembelajaran Bentuk Molekul Menggunakan Media
Buatan dan Molymod .”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes hasil belajar dan lembar angket kreativitas
mahasiswa. Sampel dalam penelitian adalah mahasiswa semester 3 tiga Program Studi
Pendidikan Kimia Universitas Katolik Widya Mandira Kupang tahun ajaran 20152016 yang
berjumlah 20 dua puluh orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September, semester ganjil
tahun ajaran 20152016. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Kimia Universitas
Katolik Widya Mandira Kupang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian One-Shot Case
Study
dengan pola sebagai berikut:
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas independen adalah kreativitas
X O
ISBN 978-602-72071-1-0 mahasiswa dalam dan variabel terikat dependen
adalah hasil belajar. Teknik analisis data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 dengan
melakukan uji regresi linear sederhana pada taraf signifikansi 5. Sebelum dilakukan pengujian
hipotesis dengan uji regresi linear sederhana, maka dilakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas data dilakukan
dengan metode uji One Sample Kolmogorov Smirnov.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian terdiri atas: 1 Kreativitas
mahasiswa setelah
mengikuti pembelajaran kimia menggunakan media buatan dan
molymod , 2 Hasil belajar mahasiswa setelah
mengikuti pembelajaran kimia menggunakan media buatan dan molymod. Dari data yang diperoleh maka
selanjutnya dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis penelitian.
1.
Hubungan antara Kreativitas dengan Hasil Belajar Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis, maka nilai R dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 1. Nilai Korelasi Sederhana R Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .652
a
.426 .394
2.32910 a. Predictors: Constant, KREATIVITAS
MAHASISWA b. Dependent Variable: HASIL
BELAJAR
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka diperoleh nilai R= 0,652 yang artinya korelasi antara variabel
kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar sebesar 0,652. Hal ini berarti terjadi hubungan yang kuat
antara kreativitas mahasiswa dengan hasil belajar dalam pembelajaran bemtuk molekul dengan
menggunakan media buatan dan molymod.
Dalam mencapai hasil belajar yang diharapkan dan terbentuknya kreatifitas mahasiswa,
maka media yang digunakan adalah media yang diciptakan untuk mendukung tercapainya tujuan yang
diharapkan. Media buatan dan media molymod adalah media yang tepat digunakan pada materi bentuk
molekul dalam proses terbentuknya ikatan kimia. Pembelajaran bentuk molekul dengan menggunakan
media buatan dan molymod ini berpotensi untuk membentuk
atau menumbuhkan
kreativitas mahasiswa dalam merangkai bentuk- bentuk molekul
misalnya H
2
O, SF
6
dan PCl
5
sehingga mahasiswa mampu menyerap atau memahami materi yang telah
diajarkan, maka kreativitas memiliki hubungan yang kuat dengan hasil belajar.