Rata-rata Tiap Syahril Gultom
Surabaya, 23 Januari 2016
ISBN 978-602-72071-1-0 rendah yaitu 43 termasuk dalam kriteria peningkatan
tinggi. Sedangkan nilai gain 47 termasuk dalam kriteria rendah. Hal ini dikarenakan perbedaan nilai pre-test dan
post-test yang diperoleh peserta didik dan peningkatan pada setiap aspeknya.
Berdasarkan hasil perhitungan pada uji normalitas diperoleh hasil bahwa sampel data keterampilan proses
sains yang digunakan yaitu kelas VII-I berdistribusi normal.Hasil perhitungan uji normalitas diperoleh sampel
data berdistribusi normal, maka dilakukan analisis data dengan uji-t berpasangan untuk mengetahui signifikansi
adanya perbedaan antara hasil pre-test dan post-test. Nilai t
hitung
sebesar 53,35 sedangkan nilai t
tabel
dengan nilai signifikansi α = 0,05 yaitu sebesar 2,04. Dari hasil
perhitungan, nilai t
hitung
lebih besar dari t
tabel
, sehingga hipotesis H
yaitu nilai hasil pre-test peserta didik sama dengan nilai post-test dinyatakan ditolak. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai pre- test
dan post-test keterampilan proses sains peserta didik. Dengan demikian capaian keterampilan proses sains
peserta didik dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-test setelah
pembelajaran model inquiry pada materi suhu.
Jika ditinjau dari nilai tiap aspek keterampilan proses sains, maka hasil analisis uji-t berpasangan dapat diketahui
bahwa nilai t
hitung
sebesar 18,85 sedangkan nilai t
tabel
dengan nilai signi
fikansi α = 0,05 yaitu sebesar 2,45. Adanya perbedaan antara hasil pre-test dan post-test untuk tiap
aspek keterampilan proses sains peserta didik, dikatakan signifikan apabila diperoleh nilai t
hitung
lebih besar dari t
tabel.
Sehingga hipotesis H yaitu rata-rata nilai hasil pre-test
peserta didik sama dengan rata-rata nilai hasil post-test, dinyatakan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan antara rata-rata nilai hasil pre-test dan post-test untuk tiap aspek keterampilan proses sains. Dengan
demikian, untuk tiap aspek keterampilan proses sains dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan antara
hasil pre-test dan post-test pada penerapan model inquiry learning
pada materi suhu. Dalam pembelajaran dengan model inquiry learning ini
melatihkan keterampilan-keterampilan ilmiah, hal ini sesuai dengan pendapat National Research Council 2000
yang menyatakan bahwa semua tingkatan siswa mendapatkan kesempatan untuk berlatih penelitian untuk
mengembangkan kemempauan berpikir dan berperilaku ilmiah termasuk didalamnya mengajukan pertanyaan,
merencanakan dan melakukan penelitian, menggunakan alat dan teknik pengumpul data, berpikir kritis, berpikir
logis mengenai hubungan antar bukti dan penjelasan, membangun
dan menganalisis
penjelasan serta
mengkomunikasikan argumen secara ilmiah. Pembelajaran dengan model Inquiry Learning ini menekankan kepada
pengembangan intelektual peserta didik. Begitu juga dalam keterampilan
proses melibatkan
keterampilan- keterampilan kognitif, intelektual, manual, dan sosial. Hal
ini sejalan dengan pendapat dari Sund 1975 dalam Nur 2008 mengatakan bahwa inquiry learning adalah proses
mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Belajar dengan menerapkan keterampilan proses dapat melatih siswa untuk melakukan penemuan dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Hal tersebut sama dengan makna dari pembelajaran
menggunakan model inquiry learning yang dinyatakan oleh Sanjaya 2008 bahwa model inquiry learning adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Begitu juga sejalan dengan pendapat dari
Dahar, R.W 2011 menyatakan bahwa keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan
metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jika dilihat
dari pendapat para ahli terdapat keterhubungan antara model inquiry learning dengan keterampilan proses sains.
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model inquiry learning
ini, peserta didik keterlibatan aktif dalam mencari tahu suatu kebenaran dari pengetahuan dan bekerja
secara mandiri dalam menemukan konsep maupun prinsip- prinsip melalui kegiatan praktikum. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hamdani 2010 yang menyatakan bahwa pada kegiatan pembelajaran inquiry learning ini peserta didik
dilibatkan secara aktif dalam proses mencari tahu untuk menginterpretasikan informasi, membedakan antara
asumsi yang benar dan yang salah, dan memandang suatu kebenaran hubungannya dengan berbagai situasi tidak
hanya berupa informasi, tetapi peserta didik menempatkan diri sebagai saintis yang melakukan penelitian, berpikir dan
keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi dari hasil
menemukan sendiri melalui keterampilan proses. Selama pembelajaran berlangsung, guru berperan dalam
mendorongmemotivasi peserta didik untuk belajar secara mandiri berdasarkan pengetahuan dari pengalaman
maupun pengetahuan yang telah dimiiki dan dari percobaan yang peserta didik lakukan, sehingga menemukan
konsepprinsip-prinsip untuk diri sendiri.Hal ini didukung pendapat dari Wilcox dalam Nur 2008: 10 menyatakan
bahwa dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif
siswa sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan yang siswa menemukan prinsip- prinsip untuk diri sendiri.
Pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran inquiry ini dapat berjalan dengan maksimal karena memperhatikan hal-hal dalam melaksanakan
inquiry learning menurut Trianto 2007, sehingga
pengembangan keterampilan proses sains mengalami peningkatan yang signifikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan inquiry learnig secara maksimal yaitu 1 Aspek sosial di dalam kelas dan suasana
terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. 2 Inkuiri berfokus hipotesis. Apabila pengetahuan dipandang
sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar sekitar pengujian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi
yang relevan. Inkuiri bersifat open ended jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing
dengan argumen yang benar. 3 Penggunaan fakta sebagai