Lembar Observasi Indikator Kinerja Adapun tolok ukur ukur keberhasilan penelitian ini dilihat

ISBN 978-602-72071-1-0 100 menjawab saat manusia melakukan proses inspirasi, udara akan masuk ke dalam paru-paru kemudian pada bagian alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida, alveolus tersebut berbatasan langsung dengan pembuluh kapiler. Siswa diberikan penjelasan bahwa arteri pulmonari adalah pembuluh darah yang membawa sel-sel darah merah yang banyak mengandung karbon dioksidasedangkan vena pulmonari adalah pembuluh darah yang membawa sel-sel darah merah yang banyak mengandung oksigen. Oksigen yang masuk melalui respirasi akan diikat oleh sel darah merah oleh hemoglobin dalamdarah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Seluruh siswa 100 menjawab semua pertanyaan penggiring yang diberikan. Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Jadi kegiatan mengamati efektif membatu siswa untuk menarik perhatian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Dari kegiatan pengamatan terhadap gambar peredaran darah dalam jantung dan paru-paru, siswa diberi masalah yaitu “bagaimana proses pengikatan oksigen ke dalam sel darah merah saat respirasi?” Seluruh siswa 100 menjawab proses pengikatan oksigen ke dalam sel darah merah yaitu saat oksigen masuk ke dalam paru-paru alveolus, akan terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida karena dinding alveolus berbatasan langsung dengan pembuluh kapiler darah. Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa siswa.  Mencoba Siswa ditugaskan untuk mengamati kegiatan demonstrasi yang diperagakan di depan kelas menggunakan alat percobaan sederhana yaitu air dan sirup yang dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang dipisah dengan sebuah sekat kaca. Siswa ditugaskan untuk mengamati larutan sirup dan air bening ketika diberi sekat dan sesudah sekat diangkat, apa yang terjadi pada larutan sirup. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati yaitu: “Apa warna air dalam wadah sebelum sekat diangkat? Bagaimana perbedaan konsentrasi sirup dan air sebelum keduanya bercampur?Apa yang terjadi saat sekat diangkat? Apa warna air dalam wadah setelah sekat diangkat? Seluruh siswa 100 sangat antusias memperhatikan kegiatan demonstrasi di depan kelas dan mereka dapat menjawab semua pertanyaan penggiring yang diberi. Seluruh siswa menjawab sebelum sekat diangkat, warna air bening dan sirup berwarna merah, serta ada perbedaan konsentrasi konsentrasi sirupkonsentrasi air.Setelah sekat diangkat, warna air dan sirup bercampur, sehingga warna air yang tadinya bening menjadi merah seperti warna sirup. Hal ini berarti siswa teliti mengamati kegiatan demonstrasi yang dilakukan di depan kelas. Siswa diberikan informasi tentang difusi yaitu difusi merupakan perpindahan zat terlarut dari konsentrasitinggi dan tekanan tinggi ke konsentrasi rendah dan tekanan rendah.Syarat terjadinya difusi adalah ada perbedaan konsentrasi dan perbedaan tekanan.Kemudian siswa kembali ditanya “Apakah peristiwa larutnya sirup saat bercampur dengan air termasuk peristiwa difusi?Ya. Di akhir kegiatan ini siswa diberikan informasi tambahan bahwa percobaan larutan sirup dan air yang dipisahkan dengan sebuah sekat merupakan analogi dari peristiwa difusi oksigen dan karbon dioksida dari alveoli ke darah.Larutan sirup dianalogikan dengan oksigen, air bening dianalogikan dengan karbon dioksida, sedangkan sekat dianologikan dengan perbatasan antara alveoli dan pembuluh kapiler. Jadi kegiatan mencoba efektif untuk membantu siswa mendapatkan gambaran analogi proses difusi secara langsung dan menarik perhatian siswa mempelajarinya.  Menalar Selanjutnya siswa diarahkan untuk menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan demonstrasi yang dilakukan sebelumnya.Siswa diarahkan dengan diberikan pertanyaan menggiring menarik kesimpulan “Bagaimana konsentrasi CO 2 dan konsentrasi O 2 pada sel darah merah di arteri pulmonari? Konsentrasi CO 2 konsentrasi O 2 Bagaimana konsentrasi CO 2 dan konsentrasi O 2 pada alveoli? konsentrasi O 2 konsentrasi CO 2 Siswa diberi penjelasan bahwa tekanan parsial ialah tekanan yang diberikan gas tertentu dalam campuran gas tersebut.Semakin tinggi konsentrasi zat, semakin tinggi tekanan parsialnya.Kemudian siswa kembali ditanya “Apakah tinggi rendahnya konsentrasi zat akan mempengaruhi tekanan parsial dari zat itu sendiri? YaBagaimana dengan tekanan parsial dari CO 2 dan O 2 , jika konsentrasi CO 2 O 2 dalam pembuluh darah arteri pulmonari? tekanan parsial CO 2 O 2 Bagaimana dengan tekanan parsial dari O 2 dan CO 2 , jika konsentrasi O 2 CO 2 dalam alveoli? tekanan parsial O 2 CO 2 Apa yang akan terjadi di dalam alveoli jika konsentrasi dan tekanan parsial CO 2 lebih tinggi di arteri pulmonari pembuluh kapiler ? Saat konsentrasi CO 2 dalam sel darah sangat tinggi maka CO 2 akan berdifusi dari darah dengan O 2 yang berada di dalam alveoli, dan O 2 yang berada di alveoli akan berdifusi ke dalam darah Bagaimana jalannya O 2 setelah berdifusi ke dalam darah? Saat O 2 telah berdifusi ke dalam darah maka sel darah akan banyak mengandung oksigen, yang akan dibawa oleh pembuluh darah vena pulmonari menuju jantung dan akan dipompakan ke seluruh tubuh. Seluruh siswa 100 menjawab semua pertanyaan menggiring menyimpulkan.Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Seluruh siswa bersama –sama menarik kesimpulan yaitu : Saat inspirasi yaitu oksigen O 2 masuk ke dalam paru-paru melewati alveolus yang berbatasan dengan pembuluh kapiler darah, konsentrasi O 2 yang masuk ke dalam alveoli lebih tinggi dari pada konsentrasi CO 2 , sedangkan di dalam pembuluh kapiler arteri pulmonari sel-sel darah banyak mengandung karbon dioksida sehingga konsentrasi CO 2 O 2 dan tekanan parsial CO 2 O 2 dibandingkan di dalam alveoli sehingga terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara difusi yaitu sel-sel darah akan mengikat dan melepaskan oksigen dan karbon dioksida. Seluruh siswa bersama- sama dapat menjelaskan kesimpulan dari proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara difusi ke dalam sel darah saat manusia melakukan inspirasi. Jadi kegiatan menalar ini efektif merangsang siswa untuk menghubungkan konsep proses difusi air dan sirup dengan difusi oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru. Pada bagian ini tampak keterpaduan Kimia dan Biologi.Siswa digiring menjelaskan difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah kapiler dengan mengamati perbedaan konsentrasi oksigen dan karbon dioksida. Kegiatan 6 :Kapasitas Total Paru-Paru  Mengamati Siswa ditugaskan untuk menarik dan menghembuskan napas sekuat tenaga, kemudian menghembuskan napas beberapa kali lagi. Kemudian siswa ditanya “Apakah kita dapat menghembuskan napas beberapa kali lagi sekalipun kita tidak menarik napas lagi?Seluruh siswa 100 menjawab bahwa mereka masih dapat menghembuskan napas beberapa kali lagi walaupun tidak menarik napas.Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Di akhir kegiatan ini siswa diberi informasi baru bahwa kemampuan paru-paru menampung udara disebut kapasitas paru –paru.Jadi kegiatan mengamati efektif untuk menarik antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Dari kegiatan pengamatan di atas, siswa diberikan suatu masalah yaitu: “Berapa kapasitas total paru- paru? Sebagian besar 95 siswa yang menjawab kapasital total paru menampung udara sangat banyak, mereka belum dapat menjawab secara besaran angka yang pasti, sedangkan ada beberapa siswa menyebutkan sebesar 5 liter udara yang berada di paru-paru. Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa awal siswa dan untuk menarik perhatian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.  Mencoba Siswa ditugaskan untuk mengamati video kapasitas paru-paru yang diputar oleh guru, sambil mengamati video siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati yaitu: Berapa volume udara saat masuk dan keluar dari paru –paru? Siswa diberi penjelasan bahwa udara yang masuk dan keluar dari paru-paru saat pernapasan biasa tanpa bantuan otot pernapasan ekstra disebut volume tidal. Kemudian siswa kembali ditanya “Berapa volume udara yang masuk dan keluar dari paru –paru saat kita menarik dan menghembuskan napas sekuat- kuatnya?” Siswa diberi penjelasan kembali bahwa volume udara saat kita menghirup dan menghembuskan napas sekuat- kuatnya disebut kapasitas vital paru- paru.“Berapa volume udara yang masih tersisa dialam paru setelah kita menghembuskan napas sekuat- kuatnya?”Siswa diberi penjelasan bahwa udara yang masih tersisa di dalam paru –paru saat kita telah menghembuskan udara sekuat –kuatnya disebut dengan udara residu. Dari hasil pengamatan siswa terhadap video kapasitas total paru, seluruh siswa 100 mendapatkan hasil pengamatan yaitu volume udara tidal : 500 ml, volume udara inspirasiekspirasi : 4000 ml, volume udara residu : 1500 ml. Saat melakukan kegiatan ini seluruh siswa 100 sangat antusias memperhatikan video sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan penggiring mengamati yang diberikan dan menyebutkan besarnya volume udara tidal, inspirasiekspirasi, dan residu. Hal ini berarti siswa antusias melakukan pengamatan untuk mengetahui besarnya volume udara yang dapat ditampung paru- paru.Jadi kegiatan mencoba ini sangat efektif untuk menarik perhatian siswa melakukan kegiatan pembelajaran.  Menalar Siswa diarahkan masing-masing untuk membuat 3 buah gambar koordinat garis sumbu y volume terhadap sumbu x waktu, kemudian siswa ditugaskan untuk mengarsir semua daerah koordinat bernilai 500 ml untuk volume tidal, 4000 ml untuk volume inspirasiekspirasi, dan 1500 ml untuk volume residu. Seluruh siswa 100 dapat menggambarkan dan mengarsir semua kurva untuk masing-masing nilai volume udara.Hal ini berarti siswa dapat menggambarkan bentuk kurva sesuai dengan jenis nilai volume udaranya. Selanjutnya siswa diberi penjelasan bahwa kapasitas total paru- paru adalah volume tidal + volume inspirasiekspirasi + volume residu. Siswa diarahkan untuk menarik kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah didapatkan saat mengamati video kapasistas total paru-paru. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring menarik kesimpulan “Jika kapaistas total paru-paru adalah volume tidal + volume inspirasiekspirasicadangan + volume residu berapakah total keseluruhan volume udara yang dapat masuk dan keluar? Seluruh siswa menjawab kapasitas total paru-paru adalah ± 6000 ml. Kemudian siswa ditugaskan untuk menggabungkan semua gambar kurva di atas menjadi satu kurva kapasitas total yang terdiri dari volume tidal, residu dan kapasitas vital paru. Seluruh siswa 100 dapat menggabungkan gambar-gambar kurva volume tidal, inspirasiekspirasi dan residu menjadi satu gambar kurva kapasitas total paru-paru. ISBN 978-602-72071-1-0 Gambar 2. Kurvakapasitas total paru-paru. Hal ini berarti siswa dapat menggambar gabungan kurva-kurva menjadi satu dan mengetahui kapasitas total paru-paru. Jadi kegiatan ini efektif membantu siswa untuk menjelaskan besarnya nilai kapasitas total paru-paru berdasarkan gambar kurva dan menarik antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.  Mengomunikasikan Perwakilan beberapa siswa diminta untuk menjelaskan kembali fungsi alat-alat pernapasan manusia dan proses respirasi yang telah dipelajari. Perwakilan siswa tersebut dapat menjelaskan kembali dengan benar.Hal ini berarti siswa telah benar-benar memahami materi yang diberikan.Jadi kegiatan mengomunikasikan ini efektif untuk melihat pemahaman konsep siswa. Hasil Evaluasi Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan, siswa diberikan soal evaluasi sebanyak 6 soal.Dari 23 siswa, sebanyak 19 siswa berhasil memperoleh nilai diatas standar minimal ketuntasan yaitu 70. Dengan demikian prosentasi keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah : Berdasarkan prosentase hasil yang diperoleh, lebih dari 70 siswa, yaitu 82 19 siswa yang mendapatkan nilai minimal 70 sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan berhasil membuat siswa paham tentang proses respirasi pada manusia. Tanggapan Siswa Tanggapan siswa terhadap desain pembelajaran IPA Terpadu dengan topik Respirasi pada Manusia berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada siswa adalah: 1 80 siswa menjawab bahwa materi pembelajaran yang diajarkan, mudah untuk dipahami karena penjelasan yang diberikan sudah membantu mereka untuk menjawab permasalahan. 2 Sebanyak 100 siswa berpendapat bahwa pembelajaran IPA Terpadu yang diajarkan menarik dan menyenangkan karena saat kegiatan pembelajaran siswa melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan secara langsung. 3 Sebanyak 90 siswa berpendapat bahwa mereka dapat memahami keterpaduan materi fisika dan biologi yang diajarkan karena mereka menemukan hubungan dari tekanan dan volume yang merupakan faktor –faktor yang mempengaruhi proses respirasi dapat terjadi dan proses difusi oksigen dan karbon dioksida dalam sel darah. 12 siswa lainnya berpendapat masih mengalami kesulitan memahami hubungan tekanan parsial dan konsentrasi zat saat proses difusi karena mereka masih bingung membedakan besarnya tekanan parsial saat di pembuluh darah dan didalam alveolus. Secara keseluruhan, siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran karena siswa senang melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan secara langsung.Kegiatan pembelajaran ini tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja sehingga siswa tidak cepat merasa bosan. Hal ini berarti pembelajaran IPA Terpadu berhasil merangsang kertarikan siswa untuk antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisa hasil tes, lembar observasi, dan kuesioner, maka diperoleh hasil sbb: i 82 siswa memperoleh nilai post-test minimal 70. ii 90 siswa merespon kegiatan pembelajaran langkah 5M sehingga siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dan dapat memahami materi pembelajaran yang diberikan. iii 90 siswa menyatakan bahwa mereka dapat memahami materi yang diajarkan, merasa tertarik dan senang mengikuti kegiatan pembelajaran, serta siswa dapat memahami keterpaduan materi biologi, kimia, dan fisika dalam pembelajaran IPA Terpadu. Dengan demikian semua kriteria keberhasilan tercapai dan penelitian dinyatakan berhasil. PENUTUP Simpulan Berdasarkan dari data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa i Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang dibuat sudah terperinci untuk pembelajaran IPA Terpadu dan ii desain pembelajaran ini efektif digunakan untuk pembelajaran IPA Terpadu karena berdasarkan dari hasil evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan, sebanyak 82 siswa dapat mencapai nilai tes diatas standar minimal ketuntasan yaitu 70, 90 siswa aktif merespon dalam proses kegiatan pembelajaran langkah 5M, dan 90 siswa menyatakan bahwa mereka dapat memahami materi yang diajarkan, merasa tertarik dan senang mengikuti kegiatan pembelajaran, serta siswa dapat memahami keterpaduan materi biologi, kimia, dan fisika dalam pembelajaran IPA Terpadu. Saran Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan desain pembelajaran IPA Terpadu ini untuk topik-topik lain Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Ibu Debora dan Ibu Inggar selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan hingga penelitian ini selesai dengan baik. Terima kasih juga kepada Siswa kelas VIII SMP LAB Satya Wacana Salatiga yang telah bersedia menjadi sampel penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Kurniasih, I dan Sani B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Jakarta: Kata Pena. Kementrian Dinas Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Secara Terpadu. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMPMTS Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif. Rahayu, P dkk. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson Study. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia vol. 1, 2012. Saleha, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA terpadu Tema Es Lolosari Rasa Durian Kelas VII Di SMP Negeri 2 Wonogiri. Jurnal Inkuiri vol. 3, No. 1 2014, pp: 28 –37. Febryana, M, dkk. Desain Pembelajaran IPA Terpadu Pada Siswa SMP Dengan Topik Pemanasan Global. Jurnal Radiasi vol. 6 No.1 2015, pp: 30-37 Setiawati, I, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis SETS Untuk Meningkatkan Scientific Literacy dan Foundational Knowledge. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA vol. 1 No. 2, 2015, pp: 178-190 Saraswati, Y, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Integrated Pada Sub Pokok Bahasan Mata Sebagai Alat Optik Di Kelas VIII SMP. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika vol. 1 2012 Budhiarti, R, dkk. Pengembagan Sintax Blended Learing IPA Terpadu Berbasis Sets Pada Tema Pelestarian Lingkungan di SMP. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika JMPF vol. 4 No. 2 2014, hal : 26-31. Tim IPA Terpadu. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu. Depdiknas. 2009. ISBN 978-602-72071-1-0 GAMBARAN PENGUASAAN KETERAMPILAN METAKOGNISI GURU IPA SMPN KOTA SITUBONDO Husna Pasca Sarjana Pendidikan IPA Universitas Jember Email :husna.hanifgmail.com ABSTRAK Keterampilan metakognisi sangat penting dalam proses belajar mengajar terutama dalam bidang IPA di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah guru IPA SMPN di kota Situbondo yang telah menguasai keterampilan metakognisi dan menerapkannya dalam proses pembelajaran IPA. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Responden dari penelitian ini adalah semua guru IPA di 6 SMPN di kota Situbondo. Penelitian dilakukan pada bulan April 2015. Data dari responden diperoleh melalui kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mengelompokkannya dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82 responden mengenal istilah metakognisi, 55 mengetahui pengertian metakognisi, dan 100 tidak pernah menerapkannya dalam proses pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan metakognisi oleh guru IPA SMPN di kota Situbondo masih rendah. Kata kunci : PBL, metakognisi, bidang ilmu PENDAHULUAN IPA merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena alam semesta, memiliki definisi yang beraneka ragam. Menurut Carin dan Sund, dalam Depdiknas 2006, IPA merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen yang tersusun secara sistematis dan teratur, serta berlaku universal. Pada Permen Dikbud RI No. 58 tahun 2014, IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh dari proses berpikir untuk memahami dan melakukan penyelidikan. Dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang diperoleh dari proses berpikir, pengamatan, pengumpulan data, analisis data terhadap fenomena alam, yang kemudian disusun secara sistematis dan berlaku secara universal. IPA merupakan suatu proses dan produk. Sebagai proses, IPA diperoleh dengan menggunakan prosedur pemecahan masalah yang dikenal sebagai metode ilmiah. IPA sebagai produk, karena merupakan kumpulan pengetahuan yang terdiri dari fakta,konsep dan prinsip. Pembelajaran IPA dilaksanakan melalui pendekatan ilmiah Scientifiec approach karena dipandang lebih efektif hasilnya daripada pembelajaran secara konvensional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Melalui pendekatan ilmiah, diharapkan akan dapat membentuk peserta didik yang cerdas, memiliki life skills yang baik dan berkarakter. Karena dalam kurikulum 2013, pendekatan ilmiah meliputi ranah pengetahuan yang bertujuan untuk “tahu apa’, ranah keterampilan yang betujuan untuk “tahu bagaimana” dan ranah sikap yang bertujuan untuk “tahu mengapa”. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik. Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, proses pembelajaran masih banyak yang menunjukkan proses pembelajaran yang terpusat pada pendidik teacher- centered. Pelaksanaan proses pembelajaran 5M belum dilaksanakan secara maksimal. Keadaan yang demikian, akan berdampak pada kurang berkembangnya pengetahuan dan penguasaan konsep, kurangnya pemberdayaan berpikir, kemandirian, sikap dan karakter peserta didik sesuai yang diharapkan pada kurikulum 2013. Kreativitas para pendidik untuk melakukan strategi- strategi pembelajaran melalui model pembelajaran yang dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan peserta didik sangat dibutuhkan. Dari hasil penelitian penggunaan model pembelajaran yang dapat melatih proses berpikir kritis peserta didik dapat melatih keterampilan metakognisi peserta didik. Dengan menggabungkan model pembelajaran tersebut ke dalam kegiatan 5M, keterampilan metakognisi peserta didik akan berkembang. Keterampilan metakognisi merupakan metode untuk belajar, menelaah atau menyelesaikan masalah Slavin,2006. Keterampilan metakognisi ini akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran IPA yang dilaksanakan melalui pendekatan ilmiah. Karena peserta didik akan Surabaya, 23 Januari 2016 memiliki strategi untuk dapat “tahu apa”, “tahu bagaimana”, dan “tahu mengapa”. Dari uraikan di atas, adanya keterkaitan antara keterampilan metakognisi dengan keberhasilan pembelajaran IPA, maka peneliti perlu mengadakan penelitian tentang “Gambaran penguasaan keterampilan metakognisi guru IPA SMPN kota Situbondo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah guru IPA SMPN di kota Situbondo yang telah menguasai keterampilan metakognisi dan menerapkannya dalam proses pembelajaran IPA. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Responden penelitian adalah guru IPA SMPN di kota Situbondo. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015. Metode pengambilan data dengan metode kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Kuesioner disusun dengan tipe kuesioner terbuka dan tertutup. Analisis data dilakukan dengan prosedur yaitu organisasi dan pengelompokan data dalam persentase. Angket disebarkan kepada 22 guru IPA di SMPN kota Situbondo, yang terdiri dari 6 guru SMPN 1, 2 guru SMPN 2, 5 guru SMPN 3, 3 guru SMPN 4, 4 guru SMPN 5, dan 2 guru SMPN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Penguasaan Keterampilan Metakognisi Kuesioner tentang penguasaan metakognisi merupakan pemahaman guru IPA tentang pengenalan istilah metakognisi, pengertian metakognisi, pentingnya metakognisi dalam pembelajaran IPA,cara mengukur metakognisi, dan penggunaan metakognisi dalam evaluasi belajar peserta didik. Dari 22 responden, diperoleh 82 responden atau 18 guru IPA SMPN kota Situbondo pernah mendengar istilah metakognisi. Kemudian 55 atau 12 responden mengetahui pengertian dari metakognisi. Selanjutnya 73 atau 16 responden menyatakan bahwa metakognisi penting dalam pembelajaran IPA dengan alasan dapat melatih berpikir kritis, kreativitas dan agar lebih mudah memahami konsep IPA. Ini menunjukkan bahwa meskipun hanya 12 responden yang mengetahui pengertian metakognisi, tetapi 16 responden menyatakan bahwa metakognisi penting dalam pembelajaran IPA, terlepas dari alasan mereka yang kurang tepat tentang mengapa metakognisi penting dalam pembelajaran. Dari 12 responden yang mengetahui tentang pengertian metakognisi dan 16 responden mengatakan penting dalam pembelajaran IPA, tetapi ternyata hanya 4 responden yang mengetahui cara mengukur metakognisi dalam pembelajaran. Dan 100 atau 22 responden masih belum menerapkan metakognisi dalam mengevaluasi belajar peserta didik, 91 atau 20 responden memberi alasan bahwa evaluasi hanya terdapat pada ranah kognitif, keterampilan dan sikap. Ini menunjukkan bahwa seluruh responden sebanyak 22 guru IPA SMPN kota Situbondo belum memasukkan metakognisi dalam mengevaluasi belajar peserta didik, diantaranya dengan alasan evaluasi belajar peserta didik hanya dituntut di ranah kognitif, keterampilan dan sikap. Dari hasil data tersebut, sebenarnya sudah banyak dari responden yang mendengar istilah metakognisi, walaupun tidak seluruhnya mengetahui pengertiannya. Tetapi sebagian besar dari responden mengatakan bahwa metakognisi penting dalam pembelajaran IPA, walaupun responden masih belum mengetahui cara untuk mengukur metakognisi dan beranggapan bahwa dalam pembelajaran IPA hanya diperlukan pengukuran di ranah kognitif, keterampilan dan sikap saja, sehingga seluruh responden belum memasukkan unsur metakognisi dalam pembelajaran IPA. Keterampilan metakognisi meliputi perencanaan, monitoring dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, peserta didik mampu merencanakan aktivitas belajarnya, mengolah informasi yang berkaitan dengan proses belajarnya. Pada tahap monitoring, peserta didik dapat memantau proses belajarnya, melakukan strategi untuk melakukan proses belajarnya. Tahap evaluasi, kemampuan peserta didik mengevaluasi efektivitas dari strategi belajarnya, sehingga perlu untuk mengubah strategi tersebut, atau menghentikan proses belajarnya. Bagi peserta didik yang telah mengetahui keterampilan metakognisinya, maka akan mempengaruhi cara berpikirnya dalam pembelajaran. Pada akhirnya, peserta didik akan memahami dirinya sendiri dan akan menjadi pebelajar mandiri, yang tentunya akan mempengaruhi hasil belajarnya. Pengukuran keterampilan metakognisi dilakukan dengan mengembangkan instrumen yang berkaitan perencanaan, monitoring dan evaluasi. Dari jawaban instrumen tersebut maka guru dapat memberikan arahan kepada peserta didik apa yang seharusnya mereka lakukan dalam proses pembelajaran. Hubungan Keterampilan Metakognisi Dengan Pembelajaran IPA Metakognisi didefinisikan oleh O’Niel Brown 1997, sebagai proses seseorang berpikir tentang berpikir mereka sendiri dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah. Dari definisi tersebut, maka metakognisi dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir seseorang tentang apa yang dipikirkan, keterampilan menerapkan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, mengevaluasi dan merefleksi hasil belajarnya. Zubaidah, dkk 2013a mengemukakan bahwa belajar IPA memiliki beberapa ciri , antara lain adalah melibatkan seluruh proses berpikir, merupakan proses aktif yang dilakukan oleh peserta didik, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk peserta didik. Dalam belajar IPA, keaktifan secara fisik saja tidak cukup, peserta didik harus memperoleh pengalaman berpikirnya melalui kebiasaan berpikir. Pembelajaran IPA melibatkan peserta didik dalam penyelidikan dengan bimbingan pendidik dan berorientasi inkuiri. Peserta didik mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan pengetahuan yang dimilikinya, menerapkan konsep, memecahkan masalah, merencanakan dan membuat keputusan. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan metakognisi dapat mempengaruhi hasil pembelajaran IPA. Sesuai dengan karakteristik IPA, keterampilan metakognisi dibutuhkan untuk mempermudah memahami konsep atau prinsip dalam IPA. Karena dengan keterampilan metakognisi, peserta ISBN 978-602-72071-1-0 didik dapat membuat perencanaan, mengontrol dan merefleksi hasil pembelajarannya. Sehingga akan menumbuhkan peserta didik yang dapat belajar dengan mandiri. PENUTUP Simpulan Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penguasaan metakognisi guru IPA di SMPN kota Situbondo masih rendah, walaupun mereka pernah mendengar istilah metakognisi dan mengetahui pengertian metakognisi, tetapi belum memahami cara mengukur metakognisi dan tidak pernah menerapkannya dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik IPA, keterampilan metakognisi dibutuhkan untuk mempermudah memahami konsep atau prinsip dalam IPA. Karena dengan keterampilan metakognisi, peserta didik dapat membuat perencanaan, mengontrol dan merefleksi hasil pembelajarannya. Sehingga akan menumbuhkan peserta didik yang dapat belajar dengan mandiri. Saran Guru-guru IPA khususnya di SMPN kota Situbondo, hendaknya berusaha sering menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan metakognisi peserta didik. Perlu adanya pelatihan tentang penerapan model pembelajaran dan pengetahuan tentang metakognisi serta penerapannya dalam pembelajaran melalui forum MGMP sekolah atau MGMP kabupaten. DAFTAR PUSTAKA Corebima, A,D. 2007. Metakognisi : Suatu Ringkasan Kajian . Makalah Disajikan dalam Diklat Guru Mata Pelajaran Biologi di Yogyakarta. Kemendikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam , kelas 8, kurikulum 2013. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013. Pedoman Implementasi Kurikulum . Sudia, M. 2014.Profil Metakognisi Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Terbuka Ditinjau Dari Perbedaan Gender . Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 5 No 1. Terdapat pada http:www.jurnal-pmat.hol.es. Diakses, 30 November 2014. Suratno. 2010. Potensi Jigsaw IV Sebagai Strategi Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Keterampilan metakognisi pada Kemampuan Akademik Berbeda. Vol. 7, No. 1. Terdapat pada http:www.jurnal.fkip.uns.ac.idindex.phpprosbioarti cleview1247840. Diakses. Diakses, 30 November 2014. ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN 4-IN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA KURIKULUM 2013 DI SMP Naily Dinul Qoyyimah Program Studi Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Jember. Jl. Kalimantan 37 Jember, E-mail: nailydinul48gmail.com ABSTRAK Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip tersebut. Sehingga pembelajaran IPA di SMP dengan menggunakan pendekatan saintifik sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan proses. Model 4-In Active Learning merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan dapat menguasai kompetensi yang akan dicapai. Model 4-In Active Learning terdiri dari empat tahap kegiatan yang terdiri dari Introduce, Investigate, Information, dan Include. Pada Kurikulum 2013, langkah-langkah pendekatan saintifik terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan. Pembelajaran pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan model 4-In Active Learning. Tujuan penulisan makalah ini untuk menganalisis model 4-In Active Learning pada pembelajaran IPA kurikulum 2013 di SMP. Analisis data menggunakan Lembar Kerja 3.2c instrumen pelatihan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dengan memadukan kegiatan mengamati,menanya,mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan sesuai dengan sintak model 4-In Active Learning. Dari hasil analisis didapatkan bahwa sintak model 4-In Active Learning sudah sesuai atau sejalan dengan pendekatan saintifik. Kata Kunci: Model 4-In Active Learning , Pembelajaran IPA PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu proses dimana seseorang berubah menjadi lebih baik. Pembelajaran adalah usaha yang dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar Arkundato,dkk, 2007:7.10. Pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap Dimyati dan Moedjiono, 2006:157. Trianto 2010:17 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dengan peserta didik, dimana antar keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang bernilai pengajaran dan pendidikan untuk memperoleh pengetahuan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sains pada hakikatnya terdiri dari tiga aspek penting yaitu proses, produk, dan sikap. Produk dimaksudkan bahwa dalam sains terdapat sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori. Proses merupakan seluruh kegiatan ilmiah untuk mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan sikap merupakan sikap ilmiah yang dimiliki para ilmuan dalam melaksanakan proses sains. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip tersebut. Sehingga pembelajaran IPA di SMP dengan menggunakan pendekatan saintifik sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan proses. Melatihkan keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal. Materi pelajaran akan mudah dipelajari, dipahami, dihayati, dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau eksperimen Trianto, 2014 : 150. Sehingga dengan melatihkan keterampilan proses siswa, pembelajarn tidak menekankan pada hasil akhir yang dicapai siswa atau produk saja melainkan menekankan juga pada proses sehingga siswa dapat Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman selama proses pembelajaran. Pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 guru disarankan untuk dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu atau dapat mengembangkan model pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik serta disesuaikan dengan kompetensi yang akan dipelajari peserta didik yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Hal ini berarti bahwa guru tidak harus menganut salah satu model tertentu tetapi dapat model-model baru hasil kreativitas pengembangan pembelajaran yang diciptakan oleh seorang guru. Menurut Sutarto dan Indrawati 2013, Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Pada Kurikulum 2013, penerapan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan langkah- langkah metode ilmiah, yang dikenal dengan pendekatan saintifik yaitu : mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan. Salah satu model yang dapat disesuaikan dengan pendekatan saintifik adalah model 4-In Active Learning. Model 4-In Active Learning adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa Student Centered . Model 4-In Active Learning adalah model pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih mengembangkan keterampilan proses dan dapat menguasai kompetensi yang akan dicapai. Kegiatan pembelajaran dalam model 4-In Active Learning terdiri dari empat tahapan yaitu Introduce, Investigate, Information, dan Include. Kempat tahap dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Introduce Pengenalan Tujuan tahap ini adalah menarik perhatian siswa. Siswa diberi pendahuluan berupa apersepsi melalui bacaangambarvideodemonstrasi hubungan materi dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk memperoleh respon siswa dalam mengungkapkan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dipelajari.

2. Investigate Penyelidikan

Tujuan tahap ini adalah mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa pengarahan dari guru. Dalam tahap ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang diberikan melalui percobaan. Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis data dari hasil percobaan.

3. Information Penjelasan

Dalam tahap ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan hasil percobaan dan mengarahkan pada kegiatan diskusi. Selanjutnya dari hasil diskusi, guru mengklarifikasi konsep.

4. Include Penerapan

Tahap ini mendorong siswa untuk menerapkanmemperluas konsep yang telah dipelajari dalam permasalahan sehari-hari dunia nyata dan selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Dari uraian diatas, penulis mencoba menganalisis pendekatan saintifik pada Model 4-In Active Learning yang merupakan suatu pengembangan model pembelajaran IPA di SMP. Tujuan penulisan makalah ini untuk menganalisis model 4-In Active Learning pada pembelajaran IPA kurikulum 2013 di SMP. METODE PENELITIAN Analisis pendekatan saintifik pada model 4-In Active Learning menggunakan Lembar Kerja 3.2c instrumen pelatihan pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dengan memadukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan sesuai dengan sintak model 4-In Active Learning . HASIL DAN PEMBAHASAN Model 4-In Active Learning adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa Student Centered . Model 4-In Active Learning adalah model pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih mengembangkan keterampilan proses dan dapat menguasai kompetensi yang akan dicapai.Fase model 4-In Active Learning adalah sebagai berikut : Tabel 1. Tahap-tahap kegiatan dalam proses pembelajaran TAHAP KEGIATAN PEMBELAJARAN Introduce Guru menarik perhatian siswa dan menciptakan keingintahuan melalui apersepsi melalui bacaangambarvideodemonstrasi dan mengajukan pertanyaan. Siswa menunjukkan minat pada konsep yang akan dipelajari dengan mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. Investigate Siswa bekerja sama untuk melakukan pengamatan tanpa pengarahan dari guru. Siswa menguji prediksi dan hipotesis. Siswa juga melakukan analisis data Information Siswa menjelaskan hasil percobaan melalui diskusi kelas. Selanjutkan guru mengklarifikasi dari hasil diskusi tersebut. Include Siswa diminta untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam permasalahan sehari-hari. Siswa diberi studi kasus, selanjutnya siswa menjelaskan dengan konsep yang telah dipelajari dan selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. Analisis pendekatan saintifik pada model 4-In Active Learning didapatkan data seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis pendekatan saintifik pada model 4-In Active Learning FASE-FASE MODEL PENDEKATAN SAINTIFIK Mengamati Menanya Mengumpulkan informasi Mengasosiasi Mengkomun ikasikan 1. Introduce Guru menarik perhatian siswa dan menciptaka n keingintahu an melalui apersepsi melalui bacaangam barvideod emonstrasi. Guru mengajukan pertanyaan. Siswa menunjukkan minat pada konsep yang akan dipelajari dengan mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep. Siswa menjawab pertanyaan dari guru. 2. Investigate Siswa bekerja sama untuk melakukan pengamatanperco baan tanpa pengarahan dari guru. Siswa menguji prediksi dan hipotesis. Setelah melakukan pengamatanp ercobaan. Siswa diminta untuk menganalisis data dan selanjutnya ISBN 978-602-72071-1-0 disampaikan pada diskusi kelas. 3. Information Siswa menjelaskan hasil percobaan melalui diskusi kelas. Selanjutkan guru mengklarifika si dari hasil diskusi tersebut. 4. Include Siswa diminta untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam permasalahan sehari-hari. Siswa diberi studi kasus, siswa diminta menjelaskan dengan konsep yang telah dipelajari dan selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran. PENUTUP Simpulan Dari hasil analisis didapatkan bahwa langkah- langkah Sintak model 4-In Active Learning sudah sesuai atau sejalan dengan pendekatan saintifik. Setiap tahap dalam model 4-In Active Learning mulai dari introduce, Investigate, Information, maupun include sejalan dengan pendekatan saintifik. Model Pembelajaran 4-In Active Learning dapat dijadikan alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran IPA kurikulum 2013 di SMP. DAFTAR RUJUKAN Arkundato. 2007. Pembaharuan dalam Pembelajaran Fisika . Jakarta :Universitas Terbuka Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Rineka Cipta Naily Dinul Qoyyimah. 2015. Gagasan : Model 4-In Active Learning Dalam Pembelajaran Fisika Di Sma, Prosiding Semnas, Unej, ISBN : 978-602- 1262-39-9, 633. Sutarto Indrawati. 2013. Strategi Belajar Mengajar Sains. Jember: Jember University Press. . Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif . Jakarta: Prenada Media Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu.. Jakarta : Bumi Aksara Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Dikdasmen. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan KONSEP DAN KARAKTERISITK MODEL POIC PREDICT- OBSERVE-INTERFERENTION-COMMUNICATION DALAM PEMBELAJARAN IPA Rasty Sri Fadiah Mahasiswa Pasca Sarjana pendidikan IPA,FKIP,Universitas Jember Email: rasty.fadiah83yahoo.co.id ABSTRAK Kajian ini untuk menggambarkan secara teoritik konsep dan karakteristik model POICPredict-Observe-Inferention- Communication dalam pembelajaran IPA. Hasil kajian ini dianalisis secara teoritik bagaimana konsep-konsep model POIC dan karakteristik model POICPredict-Observe-Inferention-Communicationsebagai model pembelajaran ditinjau dari unsur sintakmatik, sistem sosial, sistem reaksi,sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa model POIC Predict-Observe-Inferention-Communication memiliki konsep-konsep yang terdiri atas beberapa macam keterampilan proses dan berdasarkan dengan teori belajar dan juga model POICPredict-Observe-Inferention-Communication dapat memenuhi unsur karakteristik yang meliputi unsur sintakmatik, sistem sosial, sistem reaksi,sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring sebagai model pembelajaran. Selanjutnya disarankan agar model model POICPredict-Observe-Inferention-Communication diuji dan diperbaiki agar model model POICPredict-Observe-Inferention-Communication dapat dijadikansebagai alternatif model pembelajaran baru yang dapat digunakan dalam pelaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kata Kunci: model pembelajaran POIC, konsep model, unsur karakteristik yang meliputi unsur sintakmatik, sistem sosial, sistem reaksi,sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring ABSTRACT This study to illustrate theoretical concepts and characteristics of the model POIC Predict-Observe-Inferention- Communication in science teaching. Results of this study were analyzed theoretically how these concepts POIC models and model characteristics POIC Predict-Observe-Inferention-Communication as a model of learning in terms of the elements sintakmatik, social system, the reaction system, the support system and the impact of instructional and accompanist. From the results of the study it can be concluded that the model POIC Predict- Observe-Inferention-Communication have concepts consisting of several kinds of process skills and is based on the theory of learning and also models POIC Predict-Observe-Inferention-Communication can meet the elements characteristic which includes elements of sintakmatik, social system, the reaction system, and the impact of instructional support system and escort as a learning model. Furthermore, it is suggested that models of POIC Predict-Observe-Inferention-Communication tested and repaired so that models of POIC Predict-Observe- Inferention-Communication can dijadikansebagai new alternative learning model that can be used in implementing learning activities at school. Keywords: POIC learning model, the concept of the model, which includes elements characteristic element sintakmatik, social system, the reaction system, and the impact of instructional support system and escort PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan sebuah bangsa. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang menuntut sumber daya manusianya untuk berkembang juga. Pendidikan memberi dampak pada perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi IPTEK. Salah satu ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi dan komunikasi adalah ilmu pengetahuan alam IPA Fidiana: 2012 . Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan salah satu muatan kurikulum yang wajib dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. IPA merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang alam yang berorientasi tidak hanya pada produk atau hasil, tetapi juga menekankan pada proses bagaimana cara suatu konsep dapat terbentuk, sehingga di dalam mempelajari IPA siswa berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta,konsep atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan Trianto, 2010:137. Pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah selama ini cenderung masih banyak didominasi oleh guru, siswa Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 hanya menerima pengetahuan yang diberikan guru tanpa melalui pengolahan potensi yang ada, sehingga makna proses pembelajaran kurang dirasakan dalam memecahkan permasalahan kehidupannya Susetyo:2008. Menurut Tjia 2000 bahwa pengajaran IPA di sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP maupun sekolah menegah atas SMA hanya menekankan pada proses fenomena alam saja. Dengan demikian, pembelajaran IPA harus dapat memberikan pengalaman yang kompeten kepada siswa agar siswa dapat mengembangkan kecakapan berfikir dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan observasi di beberapa MTsSMP di Jember, ada beberapa masalah yang menyebabkan proses pembelajaran IPA dan aktivitas belajar siswa yang kurang optimal antara lain 1Dimulai dari kebiasaan guru mengajar bersifat rutin dan monoton, 2 Guru tidak pernah menggunakan model pembelajaran, 3 Kurangnya pemahaman guru tentang model pembelajaran yang ada, 4 Tidak ada kesempatan bagi siswa untuk melatih diri dalam berfikir, menanya, mendiskusikan ide, memecahkan permasalahan, strategi dan solusi mereka sehingga tidak tumbuh kreativitas dalam membangun pengetahuan. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dan aktivitas siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan Surata dkk, 2012. Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu adanya model pembelajaran inovatif yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa yaitu model pembelajaran IPA dengan pendekatan ilmiah karena model tersebut sesuia dengan hakikat IPA yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengkonstruk pengetahuan melalui penyelidikan ilmiah, sehingga aktivitas siswa optimal Fauziah:2013. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat meningkatkan proses pembelajaran dan aktivitas siswa menjadi optimal sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna. Model POIC merupakan salah satu model pembelajaran yang meggunakan pendekatan ilmiah Pada model POIC model pembelajaran yang terdiri dari beberapa keterampilan- keterampilan proses Sains diantaranya keterampilan Predict. Observe, Inferention, and Communication . Menurut Rustaman2005 keterampilan Proses Sains merupakan keterampilan ilmiah yang meliputi keterampilan kognitif, manual dan sosial untuk memperoleh fakta, konsep dan prinsip IPA. Dengan demikian, keterampilan – keterampilan proses sains dalam pembelajaran menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa dalam menggali pengetahuannya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tampaknya kualitas proses pembelajaran di SMPMTs perlu dioptimalkan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa. Oleh sebab itu perlu dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana rancangan pengembangan model pembelajaran POIC yang efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep IPA di SMPMTs? Untuk membuat rancangan model yang baik, maka tujuan dalam kajian ini adalah untuk merancang dan menghasilkan model pembelajaran POIC yang valid. METODE PENELITIAN Kajian yang digunakan dalam pengembangan model POICPredict-Observe-Inferention-Communication ini adalah kajian literature, bagaimana konsep-konsep model POICPredict-Observe-Inferention- Communication dan karakteristik model POICPredict-Observe-Inferention-Communication sudah memenuhi unsur karakteristik sebagai model pembelajaran yang meliputi unsur sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring. Teknik Analisis data yang digunakan berupa analisis deskriptif tentang konsep-konsep model POIC dan karakteristik model POIC sebagai model pembelajaran yang meliputi unsur sintatakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan dampak instruksional dan pengiring HASIL DAN PEMBAHASAN Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistemik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan bel;ajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran Trianto, 2014. Menurut Sutarto dan Indrawati 2013, Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Menurut Arrend 1997 dalam Trianto 2014:53 bahwa model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya dan system pengelolaannya. Joyce, et al. 2004 sebagaimana dikutip oleh Sutarto 2015:7, mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar selain ada tujuan dan asumsi juga harus memiliki lima unsur karakteristik model, yaitu sintaksik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Kelima unsur tersebut dijelaskan seperti berikut. Sintakmatik adalah tahap-tahap kegiatan dari model. Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model itu. Prinsip reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para siswa, termasuk cara guru memberikan respon terhadap siswa.Sistem pendukung adalah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model tersebut. Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari guru.Konsep-konsep dari model POIC Precit-Observe-Inferention-Communication,meliputi: Tabel 1. Konsep-konsep model POIC Precit-Observe-Inferention-Communication Fase Konsep Rancangan Model Pembelajaran POIC Teori yang mendukung Predict Prediksi atau membuat dugaan sementara merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menemukan keterkaitan informasi satu dengan yang lain berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa. Menurut teori konstruktivisme, tahapan ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang diperoleh siswa dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.  Teori kogniti f.  Teori konstru ktivism e Observe Mengamati adalah kegiatan melihat suatu objekfenomenaperitiwa menggunakan alat indera. Dengan adanya kegiatan observe, siswa akan menemukan fakta mengenai hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang hari itu dibelajarkan oleh guru. Selama mengamati, kegiatan pembelajaran dikembangkan dan dikaitkan dengan pengetahuan awal dari siswa sehingga membangkitkan antusiasme siswa. Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya.  Teori belajar sosial  Teori kogniti f Inferenti on Inferensi adalah kegiatan membuat kesimpulan sementara. Siswa membuat kesimpulan sementara dari hasil pengamatan secara berkelompok. Setelah menemukan keterkaitan antara informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan , selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok membuat kesimpulan. Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Vygotsky sangat menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Menurut Vygotsky siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu sehingga memperoleh ide atau informasi yang baru.  Teori belajar sosial Commun ication Kegiatan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan secara logis. Langkah mengkomunikasikan didefinisikan sebagai langkah yang dilakukan siswa dalam menyampaikan hasil analisis dalam bentuk kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah dilakukannya.. Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Vygotsky sangat menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipe-tipe manusia. Menurut Vygotsky siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu.  Teori belajar sosial Menurut Joyce, et al. 2004 sebagaimana dikutip oleh Sutarto 2015:7, mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar selain ada tujuan dan asumsi juga harus memiliki lima unsur karakteristik model, yaitu sintaksik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Maka Kelima unsur tersebut diimplementasikan pada Model POICPredict- Observe-Inferention-Communication dijelaskan seperti berikut: Tabel 2. Tabel unsur-unsur model POIC Predict-Observe-Inferention-Communication Unsur-unsur Model POIC