Lembar Observasi Indikator Kinerja Adapun tolok ukur ukur keberhasilan penelitian ini dilihat
ISBN 978-602-72071-1-0 100 menjawab saat manusia melakukan proses
inspirasi, udara akan masuk ke dalam paru-paru kemudian pada bagian alveolus terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida, alveolus tersebut berbatasan langsung dengan pembuluh kapiler. Siswa
diberikan penjelasan bahwa arteri pulmonari adalah pembuluh darah yang membawa sel-sel darah merah
yang banyak mengandung karbon dioksidasedangkan vena pulmonari adalah pembuluh darah yang
membawa sel-sel darah merah yang banyak mengandung oksigen. Oksigen yang masuk melalui
respirasi akan diikat oleh sel darah merah oleh hemoglobin dalamdarah untuk disebarkan ke seluruh
tubuh. Seluruh siswa 100 menjawab semua pertanyaan penggiring yang diberikan. Hal ini berarti
siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Jadi kegiatan mengamati efektif membatu siswa untuk
menarik perhatian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.
Menanya
Dari kegiatan pengamatan terhadap gambar peredaran darah dalam jantung dan paru-paru, siswa diberi
masalah yaitu “bagaimana proses pengikatan oksigen ke dalam sel darah merah saat
respirasi?” Seluruh siswa 100 menjawab proses pengikatan oksigen
ke dalam sel darah merah yaitu saat oksigen masuk ke dalam paru-paru alveolus, akan terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida karena dinding alveolus berbatasan langsung dengan pembuluh kapiler darah.
Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk
menggali hipotesa siswa.
Mencoba
Siswa ditugaskan untuk mengamati kegiatan demonstrasi yang diperagakan di depan kelas
menggunakan alat percobaan sederhana yaitu air dan sirup yang dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang
dipisah dengan sebuah sekat kaca. Siswa ditugaskan untuk mengamati larutan sirup dan air bening ketika
diberi sekat dan sesudah sekat diangkat, apa yang terjadi pada larutan sirup. Siswa diarahkan dengan
diberi pertanyaan menggiring mengamati yaitu: “Apa warna air dalam wadah sebelum sekat diangkat?
Bagaimana perbedaan konsentrasi sirup dan air sebelum keduanya bercampur?Apa yang terjadi saat
sekat diangkat? Apa warna air dalam wadah setelah sekat diangkat? Seluruh siswa 100 sangat antusias
memperhatikan kegiatan demonstrasi di depan kelas dan mereka dapat menjawab semua pertanyaan
penggiring yang diberi. Seluruh siswa menjawab sebelum sekat diangkat, warna air bening dan sirup
berwarna merah, serta ada perbedaan konsentrasi konsentrasi sirupkonsentrasi air.Setelah sekat
diangkat, warna air dan sirup bercampur, sehingga warna air yang tadinya bening menjadi merah seperti
warna sirup. Hal ini berarti siswa teliti mengamati kegiatan demonstrasi yang dilakukan di depan kelas.
Siswa diberikan informasi tentang difusi yaitu difusi merupakan
perpindahan zat
terlarut dari
konsentrasitinggi dan tekanan tinggi ke konsentrasi rendah dan tekanan rendah.Syarat terjadinya difusi
adalah ada perbedaan konsentrasi dan perbedaan tekanan.Kemudian siswa kembali ditanya “Apakah
peristiwa larutnya sirup saat bercampur dengan air termasuk peristiwa difusi?Ya.
Di akhir kegiatan ini siswa diberikan informasi tambahan bahwa percobaan larutan sirup dan air yang
dipisahkan dengan sebuah sekat merupakan analogi dari peristiwa difusi oksigen dan karbon dioksida dari
alveoli ke darah.Larutan sirup dianalogikan dengan oksigen, air bening dianalogikan dengan karbon
dioksida, sedangkan sekat dianologikan dengan perbatasan antara alveoli dan pembuluh kapiler. Jadi
kegiatan mencoba efektif untuk membantu siswa mendapatkan gambaran analogi proses difusi secara
langsung
dan menarik
perhatian siswa
mempelajarinya.
Menalar
Selanjutnya siswa diarahkan untuk menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan demonstrasi yang
dilakukan sebelumnya.Siswa diarahkan dengan diberikan
pertanyaan menggiring
menarik kesimpulan “Bagaimana konsentrasi CO
2
dan konsentrasi O
2
pada sel darah merah di arteri pulmonari? Konsentrasi CO
2
konsentrasi O
2
Bagaimana konsentrasi CO
2
dan konsentrasi O
2
pada alveoli? konsentrasi O
2
konsentrasi CO
2
Siswa diberi penjelasan bahwa tekanan parsial ialah tekanan
yang diberikan gas tertentu dalam campuran gas tersebut.Semakin tinggi konsentrasi zat, semakin
tinggi tekanan parsialnya.Kemudian siswa kembali
ditanya “Apakah tinggi rendahnya konsentrasi zat akan mempengaruhi tekanan parsial dari zat itu
sendiri? YaBagaimana dengan tekanan parsial dari CO
2
dan O
2
, jika konsentrasi CO
2
O
2
dalam pembuluh darah arteri pulmonari? tekanan parsial
CO
2
O
2
Bagaimana dengan tekanan parsial dari O
2
dan CO
2
, jika konsentrasi O
2
CO
2
dalam alveoli? tekanan parsial O
2
CO
2
Apa yang akan terjadi di dalam alveoli jika konsentrasi dan tekanan parsial
CO
2
lebih tinggi di arteri pulmonari pembuluh kapiler
? Saat konsentrasi CO
2
dalam sel darah sangat tinggi maka CO
2
akan berdifusi dari darah dengan O
2
yang berada di dalam alveoli, dan O
2
yang berada di alveoli akan berdifusi ke dalam darah
Bagaimana jalannya O
2
setelah berdifusi ke dalam darah? Saat O
2
telah berdifusi ke dalam darah maka sel darah akan banyak mengandung oksigen, yang
akan dibawa oleh pembuluh darah vena pulmonari menuju jantung dan akan dipompakan ke seluruh
tubuh. Seluruh siswa 100 menjawab semua pertanyaan menggiring menyimpulkan.Hal ini berarti
siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Seluruh siswa bersama
–sama menarik kesimpulan yaitu : Saat inspirasi yaitu oksigen O
2
masuk ke dalam paru-paru melewati alveolus yang berbatasan
dengan pembuluh kapiler darah, konsentrasi O
2
yang masuk ke dalam alveoli lebih tinggi dari pada
konsentrasi CO
2
, sedangkan di dalam pembuluh kapiler arteri pulmonari sel-sel darah banyak
mengandung karbon dioksida sehingga konsentrasi CO
2
O
2
dan tekanan
parsial CO
2
O
2
dibandingkan di dalam alveoli sehingga terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara difusi
yaitu sel-sel darah akan mengikat dan melepaskan oksigen dan karbon dioksida. Seluruh siswa bersama-
sama dapat menjelaskan kesimpulan dari proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara difusi
ke dalam sel darah saat manusia melakukan inspirasi. Jadi kegiatan menalar ini efektif merangsang siswa
untuk menghubungkan konsep proses difusi air dan sirup dengan difusi oksigen dan karbon dioksida
dalam paru-paru. Pada bagian ini tampak keterpaduan Kimia dan
Biologi.Siswa digiring menjelaskan difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah kapiler dengan
mengamati perbedaan konsentrasi oksigen dan karbon dioksida.
Kegiatan 6 :Kapasitas Total Paru-Paru
Mengamati
Siswa ditugaskan
untuk menarik
dan menghembuskan napas sekuat tenaga, kemudian
menghembuskan napas beberapa kali lagi. Kemudian siswa ditanya “Apakah kita dapat menghembuskan
napas beberapa kali lagi sekalipun kita tidak menarik napas lagi?Seluruh siswa 100 menjawab bahwa
mereka masih dapat menghembuskan napas beberapa kali lagi walaupun tidak menarik napas.Hal ini berarti
siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Di akhir kegiatan ini siswa diberi informasi baru bahwa
kemampuan paru-paru menampung udara disebut kapasitas paru
–paru.Jadi kegiatan mengamati efektif untuk menarik antusias siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Menanya
Dari kegiatan pengamatan di atas, siswa diberikan suatu masalah yaitu: “Berapa kapasitas total paru-
paru? Sebagian besar 95 siswa yang menjawab kapasital total paru menampung udara sangat banyak,
mereka belum dapat menjawab secara besaran angka yang pasti, sedangkan ada beberapa siswa
menyebutkan sebesar 5 liter udara yang berada di paru-paru. Hal ini berarti siswa dapat memberikan
hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa awal siswa dan untuk menarik
perhatian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mencoba
Siswa ditugaskan untuk mengamati video kapasitas paru-paru yang diputar oleh guru, sambil mengamati
video siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati yaitu: Berapa volume udara
saat masuk dan keluar dari paru
–paru? Siswa diberi penjelasan bahwa udara yang masuk dan keluar dari
paru-paru saat pernapasan biasa tanpa bantuan otot pernapasan ekstra disebut volume tidal. Kemudian
siswa kembali ditanya “Berapa volume udara yang masuk dan keluar dari paru
–paru saat kita menarik dan menghembuskan napas sekuat-
kuatnya?” Siswa diberi penjelasan kembali bahwa volume udara saat
kita menghirup dan menghembuskan napas sekuat- kuatnya disebut kapasitas vital paru-
paru.“Berapa volume udara yang masih tersisa dialam paru setelah
kita menghembuskan napas sekuat- kuatnya?”Siswa
diberi penjelasan bahwa udara yang masih tersisa di dalam paru
–paru saat kita telah menghembuskan udara sekuat
–kuatnya disebut dengan udara residu. Dari hasil pengamatan siswa terhadap video kapasitas
total paru, seluruh siswa 100 mendapatkan hasil pengamatan yaitu volume udara tidal : 500 ml,
volume udara inspirasiekspirasi : 4000 ml, volume udara residu : 1500 ml. Saat melakukan kegiatan ini
seluruh siswa 100 sangat antusias memperhatikan video sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan
penggiring
mengamati yang
diberikan dan
menyebutkan besarnya volume udara tidal, inspirasiekspirasi, dan residu. Hal ini berarti siswa
antusias melakukan pengamatan untuk mengetahui besarnya volume udara yang dapat ditampung paru-
paru.Jadi kegiatan mencoba ini sangat efektif untuk menarik perhatian siswa melakukan kegiatan
pembelajaran.
Menalar
Siswa diarahkan masing-masing untuk membuat 3 buah gambar koordinat garis sumbu y volume
terhadap sumbu x waktu, kemudian siswa ditugaskan untuk mengarsir semua daerah koordinat
bernilai 500 ml untuk volume tidal, 4000 ml untuk volume inspirasiekspirasi, dan 1500 ml untuk
volume residu. Seluruh siswa 100 dapat menggambarkan dan mengarsir semua kurva untuk
masing-masing nilai volume udara.Hal ini berarti siswa dapat menggambarkan bentuk kurva sesuai
dengan jenis nilai volume udaranya. Selanjutnya siswa diberi penjelasan bahwa kapasitas total paru-
paru adalah volume tidal + volume inspirasiekspirasi + volume residu. Siswa diarahkan untuk menarik
kesimpulan dari hasil pengamatan yang telah didapatkan saat mengamati video kapasistas total
paru-paru. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan
menggiring menarik kesimpulan “Jika kapaistas total paru-paru
adalah volume
tidal +
volume inspirasiekspirasicadangan
+ volume
residu berapakah total keseluruhan volume udara yang dapat
masuk dan keluar? Seluruh siswa menjawab kapasitas total paru-paru adalah ± 6000 ml. Kemudian siswa
ditugaskan untuk menggabungkan semua gambar kurva di atas menjadi satu kurva kapasitas total yang
terdiri dari volume tidal, residu dan kapasitas vital paru. Seluruh siswa 100 dapat menggabungkan
gambar-gambar
kurva volume
tidal, inspirasiekspirasi dan residu menjadi satu gambar
kurva kapasitas total paru-paru.
ISBN 978-602-72071-1-0
Gambar 2. Kurvakapasitas total paru-paru.
Hal ini berarti siswa dapat menggambar gabungan kurva-kurva menjadi satu dan mengetahui kapasitas
total paru-paru. Jadi kegiatan ini efektif membantu siswa untuk menjelaskan besarnya nilai kapasitas
total paru-paru berdasarkan gambar kurva dan menarik antusias
siswa mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Mengomunikasikan
Perwakilan beberapa
siswa diminta
untuk menjelaskan kembali fungsi alat-alat pernapasan
manusia dan proses respirasi yang telah dipelajari. Perwakilan siswa tersebut dapat menjelaskan kembali
dengan benar.Hal ini berarti siswa telah benar-benar memahami materi yang diberikan.Jadi kegiatan
mengomunikasikan ini efektif untuk melihat pemahaman konsep siswa.
Hasil Evaluasi Setelah kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan,
siswa diberikan soal evaluasi sebanyak 6 soal.Dari 23 siswa, sebanyak 19 siswa berhasil memperoleh nilai
diatas standar minimal ketuntasan yaitu 70. Dengan demikian
prosentasi keberhasilan
kegiatan pembelajaran adalah :
Berdasarkan prosentase hasil yang diperoleh, lebih dari 70 siswa, yaitu 82 19 siswa yang
mendapatkan nilai minimal 70 sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan
berhasil membuat siswa paham tentang proses respirasi pada manusia.
Tanggapan Siswa Tanggapan siswa terhadap desain pembelajaran IPA
Terpadu dengan topik Respirasi pada Manusia berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada siswa
adalah: 1 80 siswa menjawab bahwa materi pembelajaran yang diajarkan, mudah untuk dipahami
karena penjelasan yang diberikan sudah membantu mereka untuk menjawab permasalahan. 2 Sebanyak
100 siswa berpendapat bahwa pembelajaran IPA Terpadu yang diajarkan menarik dan menyenangkan
karena saat kegiatan pembelajaran siswa melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan secara langsung.
3 Sebanyak 90 siswa berpendapat bahwa mereka dapat memahami keterpaduan materi fisika dan
biologi yang diajarkan karena mereka menemukan hubungan dari tekanan dan volume yang merupakan
faktor –faktor yang mempengaruhi proses respirasi
dapat terjadi dan proses difusi oksigen dan karbon dioksida dalam sel darah. 12 siswa lainnya
berpendapat masih mengalami kesulitan memahami hubungan tekanan parsial dan konsentrasi zat saat
proses difusi karena mereka masih bingung membedakan besarnya tekanan parsial saat di
pembuluh darah dan didalam alveolus. Secara keseluruhan, siswa merasa senang mengikuti
proses pembelajaran karena siswa senang melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan secara
langsung.Kegiatan pembelajaran ini tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja sehingga
siswa tidak cepat merasa bosan. Hal ini berarti pembelajaran IPA Terpadu berhasil merangsang
kertarikan siswa untuk antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan analisa hasil tes, lembar observasi, dan kuesioner, maka diperoleh hasil sbb:
i 82 siswa memperoleh nilai post-test minimal 70. ii 90 siswa merespon kegiatan pembelajaran langkah
5M sehingga siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran
dan dapat
memahami materi
pembelajaran yang diberikan. iii 90 siswa menyatakan bahwa mereka dapat
memahami materi yang diajarkan, merasa tertarik dan senang mengikuti kegiatan pembelajaran, serta siswa
dapat memahami keterpaduan materi biologi, kimia, dan fisika dalam pembelajaran IPA Terpadu.
Dengan demikian semua kriteria keberhasilan tercapai dan penelitian dinyatakan berhasil.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan dari data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa i Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP yang dibuat sudah terperinci untuk pembelajaran IPA Terpadu dan ii desain pembelajaran ini efektif
digunakan untuk pembelajaran IPA Terpadu karena berdasarkan dari hasil evaluasi pembelajaran yang
dilaksanakan, sebanyak 82 siswa dapat mencapai nilai tes diatas standar minimal ketuntasan yaitu 70, 90 siswa
aktif merespon dalam proses kegiatan pembelajaran langkah 5M, dan 90 siswa menyatakan bahwa mereka
dapat memahami materi yang diajarkan, merasa tertarik dan senang mengikuti kegiatan pembelajaran, serta siswa
dapat memahami keterpaduan materi biologi, kimia, dan fisika dalam pembelajaran IPA Terpadu.
Saran Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan desain
pembelajaran IPA Terpadu ini untuk topik-topik lain Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada Ibu Debora dan Ibu Inggar selaku dosen pembimbing, yang
telah memberikan bimbingan hingga penelitian ini selesai
dengan baik. Terima kasih juga kepada Siswa kelas VIII SMP LAB Satya Wacana Salatiga yang telah bersedia
menjadi sampel penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, I dan Sani B. 2014. Implementasi Kurikulum
2013 Konsep dan Penerapan. Jakarta: Kata Pena.
Kementrian Dinas Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pengembangan
Pembelajaran IPA
Secara Terpadu. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMPMTS Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Rahayu, P dkk. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu
dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Base Melalui Lesson
Study. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia vol. 1,
2012. Saleha, dkk. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
IPA terpadu Tema Es Lolosari Rasa Durian Kelas VII Di SMP Negeri 2 Wonogiri.
Jurnal Inkuiri vol. 3, No. 1 2014, pp: 28
–37. Febryana, M, dkk. Desain Pembelajaran IPA Terpadu
Pada Siswa SMP Dengan Topik Pemanasan Global.
Jurnal Radiasi vol. 6 No.1 2015, pp: 30-37 Setiawati,
I, dkk.
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA
Berbasis SETS
Untuk Meningkatkan
Scientific Literacy
dan Foundational
Knowledge. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA vol. 1 No. 2, 2015, pp: 178-190
Saraswati, Y,
dkk. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Integrated
Pada Sub Pokok Bahasan Mata Sebagai Alat Optik Di Kelas VIII SMP.
Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika vol. 1 2012
Budhiarti, R, dkk. Pengembagan Sintax Blended Learing IPA Terpadu Berbasis Sets Pada Tema Pelestarian
Lingkungan di
SMP. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika JMPF vol. 4 No. 2 2014, hal : 26-31.
Tim IPA Terpadu. Panduan Pengembangan Model Pembelajaran IPA Terpadu.
Depdiknas. 2009.
ISBN 978-602-72071-1-0
GAMBARAN PENGUASAAN KETERAMPILAN METAKOGNISI GURU IPA SMPN
KOTA SITUBONDO
Husna
Pasca Sarjana Pendidikan IPA Universitas Jember Email :husna.hanifgmail.com
ABSTRAK
Keterampilan metakognisi sangat penting dalam proses belajar mengajar terutama dalam bidang IPA di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah guru IPA SMPN di kota Situbondo yang telah
menguasai keterampilan metakognisi dan menerapkannya dalam proses pembelajaran IPA. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Responden dari penelitian ini adalah semua guru IPA di 6 SMPN di kota
Situbondo. Penelitian dilakukan pada bulan April 2015. Data dari responden diperoleh melalui kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Analisis
data dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mengelompokkannya dalam bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 82 responden mengenal istilah metakognisi, 55 mengetahui pengertian
metakognisi, dan 100 tidak pernah menerapkannya dalam proses pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan metakognisi oleh guru IPA SMPN di kota Situbondo masih
rendah. Kata kunci
: PBL, metakognisi, bidang ilmu PENDAHULUAN
IPA merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena alam semesta, memiliki definisi
yang beraneka ragam. Menurut Carin dan Sund, dalam Depdiknas 2006, IPA merupakan kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen yang tersusun secara sistematis dan teratur, serta berlaku universal. Pada
Permen Dikbud RI No. 58 tahun 2014, IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh dari proses
berpikir untuk memahami dan melakukan penyelidikan. Dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang diperoleh dari proses berpikir, pengamatan, pengumpulan data, analisis data terhadap
fenomena alam, yang kemudian disusun secara sistematis dan berlaku secara universal. IPA merupakan
suatu proses dan produk. Sebagai proses, IPA diperoleh dengan menggunakan prosedur pemecahan masalah
yang dikenal sebagai metode ilmiah. IPA sebagai produk, karena merupakan kumpulan pengetahuan yang
terdiri dari fakta,konsep dan prinsip. Pembelajaran IPA dilaksanakan melalui pendekatan
ilmiah Scientifiec approach karena dipandang lebih efektif
hasilnya daripada pembelajaran secara konvensional. Hasil penelitian membuktikan bahwa
pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi
informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar
50-70 persen. Melalui pendekatan ilmiah, diharapkan akan dapat
membentuk peserta didik yang cerdas, memiliki life skills yang baik dan berkarakter. Karena dalam
kurikulum 2013, pendekatan ilmiah meliputi ranah pengetahuan yang bertujuan untuk “tahu apa’, ranah
keterampilan yang betujuan untuk “tahu bagaimana” dan ranah sikap yang bertujuan untuk “tahu mengapa”. Ini
menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, proses pembelajaran masih banyak yang menunjukkan proses
pembelajaran yang terpusat pada pendidik teacher- centered. Pelaksanaan proses pembelajaran 5M belum
dilaksanakan secara maksimal. Keadaan yang demikian, akan berdampak pada kurang berkembangnya
pengetahuan dan penguasaan konsep, kurangnya pemberdayaan berpikir, kemandirian, sikap dan karakter
peserta didik sesuai yang diharapkan pada kurikulum 2013.
Kreativitas para pendidik untuk melakukan strategi- strategi pembelajaran melalui model pembelajaran yang
dapat mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan peserta didik sangat dibutuhkan. Dari hasil penelitian
penggunaan model pembelajaran yang dapat melatih proses berpikir kritis peserta didik dapat melatih
keterampilan metakognisi peserta didik. Dengan menggabungkan model pembelajaran tersebut ke dalam
kegiatan 5M, keterampilan metakognisi peserta didik akan
berkembang. Keterampilan
metakognisi merupakan metode untuk belajar, menelaah atau
menyelesaikan masalah Slavin,2006. Keterampilan metakognisi ini akan berpengaruh
terhadap hasil pembelajaran IPA yang dilaksanakan melalui pendekatan ilmiah. Karena peserta didik akan
Surabaya, 23 Januari 2016
memiliki strategi untuk dapat “tahu apa”, “tahu bagaimana”, dan “tahu mengapa”.
Dari uraikan di atas, adanya keterkaitan antara keterampilan
metakognisi dengan
keberhasilan pembelajaran IPA, maka peneliti perlu mengadakan
penelitian tentang “Gambaran penguasaan keterampilan metakognisi guru IPA SMPN kota Situbondo”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah guru IPA SMPN di kota Situbondo yang telah menguasai
keterampilan metakognisi dan menerapkannya dalam proses pembelajaran IPA.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kuantitatif. Responden penelitian adalah guru IPA SMPN di kota Situbondo. Penelitian dilaksanakan pada
bulan April 2015. Metode pengambilan data dengan metode kuesioner, dokumentasi, dan wawancara.
Kuesioner disusun dengan tipe kuesioner terbuka dan tertutup. Analisis data dilakukan dengan prosedur yaitu
organisasi dan pengelompokan data dalam persentase. Angket disebarkan kepada 22 guru IPA di SMPN kota
Situbondo, yang terdiri dari 6 guru SMPN 1, 2 guru SMPN 2, 5 guru SMPN 3, 3 guru SMPN 4, 4 guru SMPN
5, dan 2 guru SMPN 6. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penguasaan Keterampilan Metakognisi Kuesioner tentang penguasaan metakognisi merupakan
pemahaman guru IPA tentang pengenalan istilah metakognisi, pengertian metakognisi, pentingnya
metakognisi dalam pembelajaran IPA,cara mengukur metakognisi, dan penggunaan metakognisi dalam
evaluasi belajar peserta didik. Dari 22 responden, diperoleh 82 responden atau 18
guru IPA SMPN kota Situbondo pernah mendengar istilah metakognisi. Kemudian 55 atau 12 responden
mengetahui pengertian dari metakognisi. Selanjutnya 73 atau 16 responden menyatakan bahwa metakognisi
penting dalam pembelajaran IPA dengan alasan dapat melatih berpikir kritis, kreativitas dan agar lebih mudah
memahami konsep IPA. Ini menunjukkan bahwa meskipun hanya 12 responden yang mengetahui
pengertian
metakognisi, tetapi
16 responden
menyatakan bahwa metakognisi penting dalam pembelajaran IPA, terlepas dari alasan mereka yang
kurang tepat tentang mengapa metakognisi penting dalam pembelajaran. Dari 12 responden yang
mengetahui tentang pengertian metakognisi dan 16 responden mengatakan penting dalam pembelajaran
IPA, tetapi ternyata hanya 4 responden yang mengetahui cara mengukur metakognisi dalam pembelajaran. Dan
100 atau 22 responden masih belum menerapkan metakognisi dalam mengevaluasi belajar peserta didik,
91 atau 20 responden memberi alasan bahwa evaluasi hanya terdapat pada ranah kognitif, keterampilan dan
sikap. Ini menunjukkan bahwa seluruh responden sebanyak 22 guru IPA SMPN kota Situbondo belum
memasukkan metakognisi dalam mengevaluasi belajar peserta didik, diantaranya dengan alasan evaluasi belajar
peserta didik hanya dituntut di ranah kognitif, keterampilan dan sikap.
Dari hasil data tersebut, sebenarnya sudah banyak dari responden yang mendengar istilah metakognisi,
walaupun tidak seluruhnya mengetahui pengertiannya. Tetapi sebagian besar dari responden mengatakan bahwa
metakognisi penting dalam pembelajaran IPA, walaupun responden masih belum mengetahui cara untuk
mengukur metakognisi dan beranggapan bahwa dalam pembelajaran IPA hanya diperlukan pengukuran di
ranah kognitif, keterampilan dan sikap saja, sehingga seluruh
responden belum
memasukkan unsur
metakognisi dalam pembelajaran IPA. Keterampilan metakognisi meliputi perencanaan,
monitoring dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, peserta didik mampu merencanakan aktivitas belajarnya,
mengolah informasi yang berkaitan dengan proses belajarnya. Pada tahap monitoring, peserta didik dapat
memantau proses belajarnya, melakukan strategi untuk melakukan proses belajarnya. Tahap evaluasi,
kemampuan peserta didik mengevaluasi efektivitas dari strategi belajarnya, sehingga perlu untuk mengubah
strategi tersebut, atau menghentikan proses belajarnya. Bagi peserta didik yang telah mengetahui keterampilan
metakognisinya, maka akan mempengaruhi cara berpikirnya dalam pembelajaran. Pada akhirnya, peserta
didik akan memahami dirinya sendiri dan akan menjadi pebelajar mandiri, yang tentunya akan mempengaruhi
hasil belajarnya. Pengukuran keterampilan metakognisi dilakukan dengan mengembangkan instrumen yang
berkaitan perencanaan, monitoring dan evaluasi. Dari jawaban instrumen tersebut maka guru dapat
memberikan arahan kepada peserta didik apa yang seharusnya mereka lakukan dalam proses pembelajaran.
Hubungan Keterampilan Metakognisi Dengan Pembelajaran IPA
Metakognisi didefinisikan oleh O’Niel Brown 1997, sebagai proses seseorang berpikir tentang berpikir
mereka sendiri dalam rangka membangun strategi untuk memecahkan masalah. Dari definisi tersebut, maka
metakognisi dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir seseorang tentang apa yang dipikirkan,
keterampilan menerapkan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, mengevaluasi dan merefleksi
hasil belajarnya. Zubaidah, dkk 2013a mengemukakan bahwa belajar
IPA memiliki beberapa ciri , antara lain adalah melibatkan seluruh proses berpikir, merupakan proses
aktif yang dilakukan oleh peserta didik, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk peserta didik. Dalam
belajar IPA, keaktifan secara fisik saja tidak cukup, peserta didik harus memperoleh pengalaman berpikirnya
melalui kebiasaan berpikir. Pembelajaran IPA melibatkan peserta didik dalam penyelidikan dengan
bimbingan pendidik dan berorientasi inkuiri. Peserta didik mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya
dengan pengetahuan yang dimilikinya, menerapkan konsep, memecahkan masalah, merencanakan dan
membuat keputusan. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan metakognisi dapat mempengaruhi hasil pembelajaran IPA. Sesuai dengan karakteristik IPA,
keterampilan
metakognisi dibutuhkan
untuk mempermudah memahami konsep atau prinsip dalam
IPA. Karena dengan keterampilan metakognisi, peserta
ISBN 978-602-72071-1-0 didik dapat membuat perencanaan, mengontrol dan
merefleksi hasil pembelajarannya. Sehingga akan menumbuhkan peserta didik yang dapat belajar dengan
mandiri. PENUTUP
Simpulan
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penguasaan metakognisi guru IPA di SMPN kota
Situbondo masih rendah, walaupun mereka pernah mendengar istilah metakognisi dan mengetahui
pengertian metakognisi, tetapi belum memahami cara mengukur metakognisi dan tidak pernah menerapkannya
dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan karakteristik IPA, keterampilan
metakognisi
dibutuhkan untuk
mempermudah memahami konsep atau prinsip dalam IPA. Karena
dengan keterampilan metakognisi, peserta didik dapat membuat perencanaan, mengontrol dan merefleksi hasil
pembelajarannya. Sehingga akan menumbuhkan peserta didik yang dapat belajar dengan mandiri.
Saran Guru-guru IPA khususnya di SMPN kota Situbondo,
hendaknya berusaha sering menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan
metakognisi peserta didik. Perlu adanya pelatihan tentang penerapan model pembelajaran dan pengetahuan
tentang metakognisi serta penerapannya dalam pembelajaran melalui forum MGMP sekolah atau
MGMP kabupaten. DAFTAR PUSTAKA
Corebima, A,D. 2007. Metakognisi : Suatu Ringkasan Kajian
. Makalah Disajikan dalam Diklat Guru Mata Pelajaran Biologi di Yogyakarta.
Kemendikbud. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam
, kelas 8, kurikulum 2013. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2014. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013. Pedoman
Implementasi Kurikulum .
Sudia, M. 2014.Profil Metakognisi Siswa SMP Dalam Memecahkan Masalah Terbuka Ditinjau Dari
Perbedaan Gender
. Jurnal
Pendidikan Matematika, vol. 5 No 1. Terdapat pada
http:www.jurnal-pmat.hol.es. Diakses, 30 November 2014.
Suratno. 2010. Potensi Jigsaw IV Sebagai Strategi Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan
Keterampilan metakognisi pada Kemampuan Akademik Berbeda.
Vol. 7, No. 1. Terdapat pada http:www.jurnal.fkip.uns.ac.idindex.phpprosbioarti
cleview1247840. Diakses. Diakses, 30 November 2014.
ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN 4-IN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA
KURIKULUM 2013 DI SMP
Naily Dinul Qoyyimah
Program Studi Pendidikan IPA Pascasarjana Universitas Jember. Jl. Kalimantan 37 Jember, E-mail: nailydinul48gmail.com
ABSTRAK
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip tersebut. Sehingga pembelajaran IPA di SMP dengan menggunakan pendekatan saintifik sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan
proses. Model 4-In Active Learning merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan dapat
menguasai kompetensi yang akan dicapai. Model 4-In Active Learning terdiri dari empat tahap kegiatan yang terdiri dari Introduce, Investigate, Information, dan Include. Pada Kurikulum 2013, langkah-langkah
pendekatan saintifik terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan. Pembelajaran pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan model 4-In Active Learning.
Tujuan penulisan makalah ini untuk menganalisis model 4-In Active Learning pada pembelajaran IPA kurikulum 2013 di SMP. Analisis data menggunakan Lembar Kerja 3.2c instrumen pelatihan pendampingan
implementasi Kurikulum 2013 dengan memadukan kegiatan mengamati,menanya,mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan sesuai dengan sintak model 4-In Active Learning. Dari hasil analisis
didapatkan bahwa sintak model 4-In Active Learning sudah sesuai atau sejalan dengan pendekatan saintifik. Kata Kunci:
Model 4-In Active Learning , Pembelajaran IPA
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses dimana seseorang berubah menjadi lebih baik. Pembelajaran
adalah usaha yang dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar Arkundato,dkk, 2007:7.10. Pembelajaran
merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar memperoleh dan
memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap Dimyati dan Moedjiono, 2006:157. Trianto 2010:17
menyatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dengan peserta didik, dimana antar
keduanya terjadi komunikasi transfer yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang bernilai
pengajaran
dan pendidikan
untuk memperoleh
pengetahuan sehingga
dapat mencapai
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran sains pada hakikatnya terdiri dari tiga aspek penting yaitu proses, produk, dan sikap. Produk
dimaksudkan bahwa dalam sains terdapat sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori. Proses merupakan seluruh kegiatan ilmiah untuk mendapatkan
dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan sikap merupakan sikap ilmiah yang dimiliki para ilmuan dalam
melaksanakan proses sains. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk
semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan
saintifik merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip tersebut. Sehingga pembelajaran IPA di SMP dengan menggunakan pendekatan saintifik
sebagai wahana untuk mengembangkan keterampilan proses. Melatihkan keterampilan proses merupakan salah
satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal. Materi pelajaran akan mudah
dipelajari, dipahami, dihayati, dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh
pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan atau eksperimen Trianto, 2014 :
150. Sehingga dengan melatihkan keterampilan proses siswa, pembelajarn tidak menekankan pada hasil akhir
yang dicapai siswa atau produk saja melainkan menekankan juga pada proses sehingga siswa dapat
Surabaya, 23 Januari 2016
ISBN 978-602-72071-1-0 membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
pengalaman selama proses pembelajaran. Pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 guru
disarankan untuk dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu atau dapat mengembangkan model
pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik serta disesuaikan
dengan kompetensi yang akan dipelajari peserta didik yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Hal ini berarti
bahwa guru tidak harus menganut salah satu model tertentu tetapi dapat model-model baru hasil kreativitas
pengembangan pembelajaran yang diciptakan oleh seorang guru. Menurut Sutarto dan Indrawati 2013,
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang
sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
Pada Kurikulum 2013, penerapan model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan langkah-
langkah metode ilmiah, yang dikenal dengan pendekatan saintifik yaitu : mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan. Salah satu model yang dapat disesuaikan dengan pendekatan
saintifik adalah model 4-In Active Learning.
Model 4-In Active Learning adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa Student
Centered . Model 4-In Active Learning adalah model
pembelajaran yang terdiri dari tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat
melatih mengembangkan keterampilan proses dan dapat menguasai kompetensi yang akan dicapai.
Kegiatan pembelajaran dalam model 4-In Active Learning
terdiri dari empat tahapan yaitu Introduce, Investigate, Information, dan Include. Kempat tahap dapat
dijelaskan sebagai berikut. 1. Introduce Pengenalan
Tujuan tahap ini adalah menarik perhatian siswa. Siswa diberi pendahuluan berupa apersepsi melalui
bacaangambarvideodemonstrasi hubungan materi dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian guru
mengajukan pertanyaan untuk memperoleh respon siswa dalam mengungkapkan pengetahuan awalnya
tentang konsep yang akan dipelajari.