Hasil observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagikehidupanmanusiaperubahantersebutjugatelahmemb awamanusiakedalam era persaingan global yang semakinketat. Agar mampuberperandalampersaingan global, makasebagaiwarga negara kitaperluterusmengembangkandanmeningkatkankualitass umberdayamanusia.Olehkarenaitu, peningkatankualitassumberdayamanusiamerupakankehar usanyang dilakukansecaraterencana, terarah, intensif, efektifdanefisiendalam proses pembangunan. Dalam hubungannya dengan kualitassumberdayamanusia, pendidikanmemegangperan yang sangatpentingdalam proses peningkatankualitassumberdayamanusia. Peningkatankualitaspendidikanmerupakansuatu proses yang terintegrasidengan proses peningkatankualitassumberdayamanusiaitusendiri. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan dalam membangun kualitas sumber daya manusia. Pendidikan formal dalam hal ini sekolah merupakan salah satu wadah yang strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia. Semua bidang studi yang diajarkan di sekolah termasuk di dalamnya bidang studi IPA diharapkan dapat berkontribusi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan di sekolah, maka peningkatan mutu pendidikan IPA disemua jenjang pendidikan harus dapat dilakukan secara berkualitas dan berkesinambungan. Keberhasilanpendidikandiukurdaripencapiantujuanpendid ikanseperti yang dirumuskandalamUndang- UndangSistemPendidikanNasional No. 20 Tahun 2003 yang dijabarkansecarahirarkisampaipadatujuanpembelajaran. Olehkarenaitupembelajaran di kelasmerupakanujungtombakpencapaiantujuanpendidika nnasionalyaknimenjadikanmanusia Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan komitmen pelaku pendidikan untuk selalu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas termasuk di dalamnya bidang studi IPA. Kemampuan guru dalammengelolakelassangatberhubungandengankualitasp embelajaran di kelasdanberdampak pula padaprestasibelajarsiswa.Jika proses pembelajaran di kelasberkualitasmakadapatdipastikanhasilpembelajaranbe rkualitas pula. Agar pembelajarandapatmencapaikualitassebagaimana yang diharapkanmakaperludiupayakanpeningkatankompetensi guru. Salah satuupayaadalahdenganmeningkatkankualitaskompetensi profesionalisme guru melalui model-model integrasi kurikulum dan pemberdayaan metakognitif serta peningkatan kualitas proses pembelajaran, yang ditujukansebagaiperbaikandanpeningkatankualitasguru dan kualitas proses pembelajaran. Namun kenyataan yang sering ditemui bahwa sering guru dalam melaksanakan pembelajaran berpatokan pada pembelajaran tradisoinal walaupun saat ini kurikulum sudah dikembangkan oleh setiap sekolah, namun kompetensi yang dimiliki oleh siswa belum memenuhi kebutuhan siswa untuk setiap bidang ilmu yang dipelajari. Sebagai contoh banyak proses pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada tujuan akhir, tetapi mengabaikan proses apa yang terjadi pada pikiran siswa. Oleh karena itu siswa kurang memahami bagaimana dia belajar. Dalam kaitannya dengan pemahaman siswa tentang bagaimana dia belajar, maka perlu adanya pemberdayaanketerampilanberpikir. Untuk mengahadapi tuntutan abad 21 yang disebut juga era informasi, Pada abad ini diperlukan SDM dengan kualitas tinggi yang memiliki kecakapan berpikir tinggi. Oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus terhadap proses pembelajaran. Tantangan abad 21 adalah bagaimana membuat siswa terbiasa berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah. Disinilah guru dituntut untuk berperan dalam mengajarkan kepada siswa bagaimana dia belajar strategi belajar. Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Richard Meyer, 1986: 315 dalam Nur, 2011. Terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan pemerintah telah melakukan berbagai hal, diantaranya adalah penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan tenaga kependidikan, peningkatan manajemen pengelolaan pendidikan, serta penyediaan fasilitas pendidikan yang cukup signifikan. Segala upaya seperti yang disebutkan di atas telah dilakukan, namun upaya tersebut belum sesuai dengan harapan. Rendahnya mutu pendidikan IPA diberbagai jenjang pendidikan tercermin dari relatif nilai rata-rata Ujian Nasional UN dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti. IPA merupakan bagian penting dalam setiap aspek kehidupan manusia. Mengingat sangat pentingnya IPA di dalam kehidupan manusia, maka diperlukan usaha untuk menumbuhkan kecintaan terhadap IPA dari sejak anak-anak. Pendidikan IPA terhadap anak tidak hanya menambah wawasan mengenai IPA, tetapi juga ikut menumbuhkan karakter-karakter positif anak yang merupakan pilar-pilar karakter anak bangsa. Karakter rasa ingintahu, berpikirkritis, beranimencobamerupakanbeberapakarakter yang dapattumbuhkarenamencintaiIPA. Saat ini pencapaianbeberapaanakdalamduniaIPAmemangcukupm embanggakan. Namun, di sisi lain halinihanya berlaku untuk individu tertentu saja, sementara yang dibutuhkan oleh bangsa kita adalah pemerataan dalam dunia pendidikan termasuk pendidikan IPA. Dalam pembelajaran IPA terdapat tiga representasi yang dapat digunakan oleh guru sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dengan benar dan utuh. Ketiga reperenstasi yang dimaksud adalah: 1 representasi verbal, 2 representasui fisis, dan 3 represntasi matematis. Pembelajaran dengan menggunakan representasi majemuk akan memberikan manfaat lebih utama dalam mengasah kemampuan intelegensi majemuk multiple intelligences siswa secara beragam. Menurut Julia Jasmine 2012 setiap individu yang dilahirkan memiliki tujuh kecerdasan dasar. Makin banyak kecerdasan yang dimiliki sejak lahir makin mudah seseorang menjadi orang sukses. Sylwester 1995 dalam Julia Jasmine, 2012 menyatakan bahwa potensi otak bawaaan kelahiran kita dipadukan dengan pengalaman yang dimiliki pada masa kanak-kanak akan menghasilkan setidaknya level fingsional dasar.Menurut Pressley et al. 1990, 1992 dalam Nur 2008a mengajarkan strategi-strategi metakognitif kepada siswa dapat membawa ke arah peningkatan hasil belajar mereka secara nyata. Siswa- siswa dapat belajar bagaimana berpikir tentang proses- proses berpikir mereka sendiri dan menerapkan strategi- strategi belajar khusus untuk memikirkan sendiri tugas- tugas yang sulit. Metakognisi berhubungan dengan berfikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat Nur, 2011: 41. John Flavel 1985 dalam Nur 2011 mendefinisikan bahwa metakognisi adalah pengetahuan seseorang berkenaan dengan proses dan produk kognitif orang itu sendiri atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan produk tersebut.Metakognisi memiliki dua komponen: pengetahuan tentang kognisi, dan mekanisme pengendalian-diriseperti pengendalian dan monitoring kognitif Beker Brown, 1984; Gagne, E., 1993, dalam Nur, 2011. Bertitik tolak dari uraian di atas maka sudah menjadi suatu kewajiban kita sebagai perguruan tinggi yang membidangi kependidikan ikut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya kualitas pendidikan di SMP, hal ini dapat kita lakukan melalui salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu bidang penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini kami tim peneliti bermaksud mengkajinya suatu permasalahan pada pembelajaran IPA di SMP dengan berfokus pada pembelajaran IPA Terpadu berorientasi multiple intelligences kecerdasan majemuk dan pemberdayaan metakognisi siswa SMP melalui integrasi kurikulum. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka secara rinci permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran IPA terpadu yang telah dikembangkan? 2 Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran IPA terpadu yang telah dikembangkan yang meliputi: a Keterlaksanaan pembelajaran terpadu? b Aktivitas siswa dalam pembelajaran terpadu? c Hasil belajar siswa dalam pembelajaran terpadu? d Kesadaran metakognitif siswa dalam pembelajaran terpadu? METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini digolongkan pada penelitian pengembangkan. Secara prinsip pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada 4 empat tahap yang disebut Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel Semmel 1974: 5 yang meliputi: tahap pendefinisianmenetapkan define, tahap perancangan design, tahap pengembangan develop, dan tahap penyebaran dessiminate. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tiga tahap, dalam penelitian tahap kedua adalah tahap pengembangan instrumen, validasi dan ujicoba instrumen, Analisis dan revisi, Implementasi, analisis, laporan akhir. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliatian ini adalahObservasi, wawancara, tes, dan angket. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: 1 Data hasil pengembangan perangkat pembelajaran dianalisis dengan cara meninjau kembali kesesuaian antara kurikulum, konsep, dan karakteristik siswa, serta sumber yang digunakan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang terbaik. 2 Data hasil komentar, masukan, dan arahan dianalisis dengan cara memaknai dan meninjau kembali sumber yang digunakan dan mendidkusikan kembali dengan validator untuk mendapatkan hasil akhir yang terbaik sehingga dapat digunakan dalam ujicoba. 3 Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif dengan cara memaknai jawaban siswa tentang strategi metakognisi yang digunakan siswa proses belajar. 4 Data hasil belajar yang dijaring melalui tes uji coba dianalisis validitas butir dan reliabilitas instrumen. Karena tes yang dikembangkan berbentuk essay, maka uji validitas butir menggunakan uji korelasi “product momen yang dikemukakan oleh Pearsont ” Ferguson, 1976: 107 yaitu korelasi antara skor butir dengan skor total, dan untuk menghitung reliabilitas instrumen menggunakan “Alpha Cronbach” Djaali, 2000: 122. HASIL DAN PEMBAHASAN Suatu kegiatan belajar mengajar yang baik memerlukan suatu perangkat pembelajaran yang baik pula. Oleh karena itu dalam kegiatan penelitian tahap pertama telah dikembangkan desain awal perangkat pembelajaran dalam bentuk draft I yang meliputi; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa LKS. Sedangkan untuk penelitian tahun kedua telah dikembangkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu berorientasi multiple intelligences dan pemberdayaan metakognisi siswa melalui integrasi kurikulum di SMP, lembar pengamatan aktivitas siswa, angket kesadaran metakognisi siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah suatu pedoman yang disusun secara sistematis sebagai pedoman untuk mengelola proses belajar mengajar untuk membentuk skenario kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan metode dan strategi serta rincian waktu yang telah ditentukan untuk setiap kali pertemuan. Bahan ajar adalah buku pegangan siswa yang digunakan sebagai panduan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah maupun secara mandiri. Bahan ajar disusun berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 K13. Pembelajaran dan penilaian topik Objek IPA dan Pengamatannya memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 kali tatap muka dengan asumsi 5 jam pelajaranminggu yang diorganisasikan menjadi dua kali tatap muka, yakni 3 JP dan 2 JP. Bahan ajar berisi tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, alokasi waktu, peta konsep, kata kunci, uraian materi dan sejumlah kegiatan siswa, rangkuman, dan refleksi . Sementara untuk topik Energi Dalam Sistem Kehidupan memerlukan waktu 17