Hasil Respon Siswa Problem Based Learning IPA SMP

tujuh kecerdasan dasar. Makin banyak kecerdasan yang dimiliki sejak lahir makin mudah seseorang menjadi orang sukses. Sylwester 1995 dalam Julia Jasmine, 2012 menyatakan bahwa potensi otak bawaaan kelahiran kita dipadukan dengan pengalaman yang dimiliki pada masa kanak-kanak akan menghasilkan setidaknya level fingsional dasar.Menurut Pressley et al. 1990, 1992 dalam Nur 2008a mengajarkan strategi-strategi metakognitif kepada siswa dapat membawa ke arah peningkatan hasil belajar mereka secara nyata. Siswa- siswa dapat belajar bagaimana berpikir tentang proses- proses berpikir mereka sendiri dan menerapkan strategi- strategi belajar khusus untuk memikirkan sendiri tugas- tugas yang sulit. Metakognisi berhubungan dengan berfikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat Nur, 2011: 41. John Flavel 1985 dalam Nur 2011 mendefinisikan bahwa metakognisi adalah pengetahuan seseorang berkenaan dengan proses dan produk kognitif orang itu sendiri atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan produk tersebut.Metakognisi memiliki dua komponen: pengetahuan tentang kognisi, dan mekanisme pengendalian-diriseperti pengendalian dan monitoring kognitif Beker Brown, 1984; Gagne, E., 1993, dalam Nur, 2011. Bertitik tolak dari uraian di atas maka sudah menjadi suatu kewajiban kita sebagai perguruan tinggi yang membidangi kependidikan ikut berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya kualitas pendidikan di SMP, hal ini dapat kita lakukan melalui salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu bidang penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini kami tim peneliti bermaksud mengkajinya suatu permasalahan pada pembelajaran IPA di SMP dengan berfokus pada pembelajaran IPA Terpadu berorientasi multiple intelligences kecerdasan majemuk dan pemberdayaan metakognisi siswa SMP melalui integrasi kurikulum. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka secara rinci permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1 Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran IPA terpadu yang telah dikembangkan? 2 Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran IPA terpadu yang telah dikembangkan yang meliputi: a Keterlaksanaan pembelajaran terpadu? b Aktivitas siswa dalam pembelajaran terpadu? c Hasil belajar siswa dalam pembelajaran terpadu? d Kesadaran metakognitif siswa dalam pembelajaran terpadu? METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini digolongkan pada penelitian pengembangkan. Secara prinsip pengembangan perangkat pembelajaran mengacu pada 4 empat tahap yang disebut Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel Semmel 1974: 5 yang meliputi: tahap pendefinisianmenetapkan define, tahap perancangan design, tahap pengembangan develop, dan tahap penyebaran dessiminate. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tiga tahap, dalam penelitian tahap kedua adalah tahap pengembangan instrumen, validasi dan ujicoba instrumen, Analisis dan revisi, Implementasi, analisis, laporan akhir. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneliatian ini adalahObservasi, wawancara, tes, dan angket. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: 1 Data hasil pengembangan perangkat pembelajaran dianalisis dengan cara meninjau kembali kesesuaian antara kurikulum, konsep, dan karakteristik siswa, serta sumber yang digunakan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang terbaik. 2 Data hasil komentar, masukan, dan arahan dianalisis dengan cara memaknai dan meninjau kembali sumber yang digunakan dan mendidkusikan kembali dengan validator untuk mendapatkan hasil akhir yang terbaik sehingga dapat digunakan dalam ujicoba. 3 Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif dengan cara memaknai jawaban siswa tentang strategi metakognisi yang digunakan siswa proses belajar. 4 Data hasil belajar yang dijaring melalui tes uji coba dianalisis validitas butir dan reliabilitas instrumen. Karena tes yang dikembangkan berbentuk essay, maka uji validitas butir menggunakan uji korelasi “product momen yang dikemukakan oleh Pearsont ” Ferguson, 1976: 107 yaitu korelasi antara skor butir dengan skor total, dan untuk menghitung reliabilitas instrumen menggunakan “Alpha Cronbach” Djaali, 2000: 122. HASIL DAN PEMBAHASAN Suatu kegiatan belajar mengajar yang baik memerlukan suatu perangkat pembelajaran yang baik pula. Oleh karena itu dalam kegiatan penelitian tahap pertama telah dikembangkan desain awal perangkat pembelajaran dalam bentuk draft I yang meliputi; Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa LKS. Sedangkan untuk penelitian tahun kedua telah dikembangkan instrumen penelitian berupa lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran IPA Terpadu berorientasi multiple intelligences dan pemberdayaan metakognisi siswa melalui integrasi kurikulum di SMP, lembar pengamatan aktivitas siswa, angket kesadaran metakognisi siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah suatu pedoman yang disusun secara sistematis sebagai pedoman untuk mengelola proses belajar mengajar untuk membentuk skenario kegiatan yang harus dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan metode dan strategi serta rincian waktu yang telah ditentukan untuk setiap kali pertemuan. Bahan ajar adalah buku pegangan siswa yang digunakan sebagai panduan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah maupun secara mandiri. Bahan ajar disusun berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 K13. Pembelajaran dan penilaian topik Objek IPA dan Pengamatannya memerlukan waktu 15 jam pelajaran atau 6 kali tatap muka dengan asumsi 5 jam pelajaranminggu yang diorganisasikan menjadi dua kali tatap muka, yakni 3 JP dan 2 JP. Bahan ajar berisi tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, alokasi waktu, peta konsep, kata kunci, uraian materi dan sejumlah kegiatan siswa, rangkuman, dan refleksi . Sementara untuk topik Energi Dalam Sistem Kehidupan memerlukan waktu 17 ISBN 978-602-72071-1-0 jam pelajaran atau 7 kali tatap muka dengan asumsi 5 jam pelajaranminggu yang diorganisasikan menjadi dua kali tatap muka, yakni 3 JP dan 2 JP. Bahan ajar berisi tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, alokasi waktu, peta konsep, kata kunci, uraian materi dan sejumlah kegiatan siswa, rangkuman, dan refleksi . Lembar Kerja Siswa LKS merupakan panduan bagi siswa untuk melakukan kegiatan praktikum, percobaan, pengamatan, maupun penyelidikan, memperjelas pemahaman konsep dan menerapkan konsep-konsep yang sudah ada yang dilakukan secara berkelompok atau mandiri dengan harapan tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Tes Hasil Belajar THB merupakan perangkat soal yang dikembangkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Tes yang disusun berdasarkan indikator yang dikembangkan menjadi indikator tes. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis keterlaksanaan pengelolaan pembelajaran berada pada rentang nilai rata-rata 3,33 dan 3,85, dengan demikian kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan, sistematis, dan selesai tepat waktu. Aspek keterlaksanaan kegiatan pengelolaan pembelajaran lebih jelasnya divisualisasikan dengan gambar berikut: Gambar 1. ReliabilitasKeterlaksanaanPembelajaran Aktivitas siswa yang menonjol berturut turut adalah melakukan diskusi 16,24, membentuk kelompok15,26, melakukan pengamatan terhadap tayangan yang disajikan guru mengenai fenomena alam 12,04, menerima klarifikasi oleh guru 10,52, melakukanpengamatansesuai dengan rancangan kegiatan percobaan 10,06, bertanyapada guru 8,52, melakukan kegiatan “kerja dalam IPA 7,98, memahami tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 7,74, menyimpulakan hasil prediksi dengan menggunakan data pengamatan 7,28, mempresentasikan hasil pengamatan dan hasil diskusi 4,46. Jika di lihat dari hasil persentase aktivitas siswa pada saat implementasi dan hasil ujicoba bahwa setiap pertemuan dan aktivitas siswa berubah sesuai dengan kondisi dan situasi siswa pada saat belajar dan beraktivitas. Sementara itu untuk perhintungan reliabilitas aktivitas siswa dapat di lihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2. ReliabilitasAktivitas Siswa Berdasarkan ketuntasan hasil belajar yang ditentukan bahwa siswa yang dikatakan tuntas secara individual jika nilai yang diperolehnya lebih dari atau sama dengan 75, dan secara klasikal dikatakan tuntas jika 85 dari jumlah siswa tuntas dalam belajarnya tergantung kesepakatan sekolah. Dalam penelitian ini pada saat siswa yang tuntas belajarnya secara individu berjumlah 26 orang atau 86,67 dari 30 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas berjumlah 4 orang atau 13,33 . sehingga dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal melebihi standar yang ditetapkan atau ketuntasan klasikal tercapai. Kesadaran metakognisi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat diketahui melalui angket kesadaran metakognisi dan wawancara dengan siswa, Hasil penyebaran angket dideskripsikan dalam persentase, hasil angket kesadaran metakognisi siswa dapat di lihat pada gambar 5.5. Berdasarkan data hasil penyebaran angket terlihat bahwa rata-rata kesadaran metakognisi siswa memiliki kategori sangat baik. Jika dilihat maka kesadaran metakognisi siswa dalam proses belajar mengajar sangat baik, meskipun untuk mendukung jawabannya siswa memberikan jawaban yang bervariasi. Gambar 3. Persentase Rata-rata Kesadaran Metakognisi Siswa Setiap Aspek 95.58 98.40 99.16 99.61 100.00 Penilaian dan Perhitungan Reliabilitas Keterlaksanaan Pembelajaran 97.4 98.1 99.0 99.4 100.0 Penilaian dan Perhitungan Reliabilitas Aktivitas Siswa 84.72 83.33 80.83 85.83 Persentase Rata-Rata Penilaian Kesadaran Metakognisi Siswa