Ketuntasan Individu Problem Based Learning IPA SMP

MENGGUNAKAN INDIKATOR ALAM DAN BAHAN TEPAT GUNA UNTUK ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS VII TOPIK ASAM BASA DAN GARAM Silvana Porajow 1 Denny Tarores 2 1 Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado 2 Program Studi Produksi ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu Email: denny.gonzales1982yahoo.co.id ABSTRAK Pembelajaran yang menyenangkan menuntut pendidik untuk berinovasi. Penulis mencoba menerapkan alat peraga yang bermanfaat untuk pendidikan dengan menggunakan indikator alam dan bahan tepat guna, melalui penulisan karya inovasi. Sebelumya telah diuji pH indikator dan campuran asam, basa dan garam di laboratorium. Bahan yang digunakan adalah indikator alam yang ada di sekitar lingkungan sekolah yaitu bunga bugenvil berwarna merah muda, antacida, minuman C100, garam dapur dan air alami.Alat- alat yang di gunakan adalah gelas air mineral yang tidak terpakai, sedotan pipet, alat ukur digital timbangan. Cara Penggunaan : terlebih dahulu guru menyiapkan alat dan bahan terutama bahan telah ditimbang untuk ukuran air, antacida, minuman C 100 dan garam dapur. Setelah dipersiakan guru menjelaskan di depan kelas tujuan dari pembelajaran, menjelaskan materi asam basa, alat dan bahan, cara penggunaan dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dengan membagikan siswa dalam kelompok sekitar 4-5 orang, siswa memperagakan didepan teman-teman kelompok sampai melaksanakan pembelajaran dan mengetahui perubahan warna setelah indikator dicampur dengan larutan asam, basa, dan garam. Kata Kunci: bugenvil, antacida, garam,fitaria c100 ABSTRACT An abstranct is a fun learning requires educators to innovate. The author tries to apply props useful for education using natural indicators and appropriate material, through the writings of innovation. Previously been tested pH indicator and a mixture of acids, bases and salts in the laboratory. Materials used are natural indicators that are around the school environment that is bougainville, antacida, beverages C100, salt and water. The tool used is a glass of mineral water unused, pipette, digital. How to use: the first teacher to prepare tools and materials especially materials have been weighed to measure water, antacida, beverages C 100 and salt. Once used to prepare the teacher explained to the class for the purpose of learning, explaining acid-base materials, tools and materials, method of use and motivate students to take an active role in learning by giving students in groups of about 4-5 people, students demonstrated in front of the friends group to carry out learning and knowing the color change after the indicator is mixed with a solution of acids, bases, and because Keywords: The bougainvillea, antacids, salt, fitaria c100. PENDAHULUAN Melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era yang semakin berkembang menuntut guru untuk mampu mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan mampu menjadi sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator. Dari semua capaian yang diperoleh dalam proses belajar mengajar di kelas penulis mencoba mengimplementasikan suatu karya dalam bentuk inovasi pendidikan yang mungkin dalam konten yang sederhana mengangakat dan menerapkan kepada siswa cara yang mudah dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam dalam hal ini materi asam, basa dan garam.Dengan menggunakan bahan yang tepat guna yang dapat di temui di lingkungan sekitar sekaligus belajar menjaga lingkungan alam sekitar dengan menerapkan budaya beriman bersih, rapih indah, mapalus, aman dalam sekolah dan menggunakan indikator alam yang ada untuk di jelaskan kepada kepada penggunaan dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan alat yang masih dapat terpakai ini penulis berusaha menunjukan bahwa situasi dan kondisi kelas bukanlah Surabaya, 23 Januari 2016 alasan bagi guru untuk berkarya, adakalanya alat dan bahan dalam laboratorium ilmu pengetahuan alam tidak memadai, untuk itu penulis mencoba menggunakan bahan tepat guna berupa gelas air mineral agar lebih memudahkan siswa untuk dapat memperagakan di depan teman kelompoknya setelah pendidik mempergakan di depan kelas dan berupaya memberikan rasa kecintaan terhadap lingkungan dengan menjaga kelestarian lingkungan dan menjelaskan kepada siswa bagaimana mencoba berinovasi dengan bahan-bahan sederhana yang telah di gunakan menjadi bahan yang bermanfaat. Salah satu bahan yang dapat dipakai sebagai indikator alam untuk penentuan materi asam, basa dan garam adalah bunga bougenvile. Dipilihnya bunga bougenvile karena sangat mudah didapat di lingkungan sekitar sekolah. Diduga bunga bougenvlle dapat menyatakan materi asam, basa dan garam berdasarkan pengamatan perubahan warna. Penulis mencoba membuktikan apakah indikator bunga bugenvil dapat digolongkan sebagai idikator yang baik untuk menetukan asam, basa dan garam dalam suatu peragaan dalam pembelajaran di kelas, maka penulis mencoba bekerja sama dengan laboratorium peternakan universitas samratulangi manado unuk menguji berapa pH larutan bunga bugenvil. Melihat pentingnya menjaga lingkungan maka penulis terinspirasi dari tumpukan bahan bekas minuman air mineral dan sedotannya untuk dijadikan alat peraga yang dapat digunakan pada saat kegiatan pembelajaran. Karya ini bertujuan untuk memperoleh inovasi baru dalam penemuan alat peraga sederhana berupa indikator alam bunga boegenvil berwarna merah mudah dan bahan tepat guna berupa gelas mineral yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA topik asam, basa dan garam Melalui kegiatan ini akan memberikan dorongan kepada setiap guru untuk mengunakan alam yang ada sebagai salah satu sumber pembelajaran. Mencoba menggunakan apa yang ada di sekitar lingkungan sekolah untuk menjadikan suasana kelas yang menyenangkan. Manfaat karya inovasi ini adalah: 1 Memotivasi pendidik dan anak didik dalam belajar yang efisien dan menyenangkan, 2 Memperkenalkan alam sekitar sebagi salah satu sumber belajar siswa, 3 Menggunakan bahan tepat guna yang ada di lingkungan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, 4 Meningkatkan kompetensi guru di bidang IPA terpadu. LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA Teori Umum Pengembangan Karya Inovasi dan Kreativitas Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya, serta sengaja di usahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan Sa’ud, 2008 . Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses didalam kelas diarahkan kepadakemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkanya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Campbell 1992, Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru novel, berguna usefull, dan dapat dimengerti understandabel. Baru dalam arti inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan. Sedangkan berguna berarti lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang lebih baikbanyak. Teori Teknis Asam , basa dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Hal ini disebabkan karena zat kimia yang terkandung di dalamnya yang biasa disebut asam. Secara kimia, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen H + . Asam akan terionisasi menjadi ion hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. 2. Sifat Basa Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida OH. Ion hodroksida terbentuk karena senyawa hidroksida dapat mengikat satu elektron pada saat dimasukkan kedalam air. Basa dapat menetrlisir asam H + sehingga dihasilkan air H 2 O. Sifat asam berbeda dengan sifat basa suatu zat. 3. Garam Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reksi asam dan basa. Contoh garam, antara lain : NaCl, CaCl, NaNO, ZnSO 4 dan lain-lain. Reaksi antara asam dan basa dinamakan reaksi netralisasi. Sebagai contoh asam kloroda bereaksi dengan natrium hidroksida soda sapi akan membentuk garam dapur dan air. Identifikasi Asam, Basa Dan Garam Berdasarkan sifat asam dan basa, larutan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : bersifat asam, basa dan neral. sifat larutan tersebut dapat ditunjukan dengan menggunakan indkator asam basa yaitu zat-zat warna yang menghasi lkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa atau netral dapat menggunakan kertas lakmus larutan indikator atau larutan alami. Penentuan Skala Kesamaan Dan Kebebasan Semakin zat tersebut memiliki keasaman tinggi, semakin banyak ion H + di dalam air. Sedangkan semakin tinggi kebebasan zat tersebut, semakin banyak ion OH - dalam air. Untuk menentukan harga pH dan pOH bisa digunakan indikator universal yang dapat memperhatikan PROSEDUR PEMBUATAN KARYA INOVASI DAN IMPLEMENTASI PADA PEMBELAJARAN Rancangan desain karya inovasi, alat dan bahan yang digunakan. 1. Rancangan desain karya inovasi, alat dan bahan yang digunakan Gambar 1. Rancangan Karya Inovasi 2. Alat dan bahan Alat yang di gunakan :  Timbangsan digital  Gelas air mineral  Sedotan  Tumbukan Bahan –bahan yang digunakan :  Indikator alam bunga boegenvil berwarna merah muda  Minuman vitaria C 100  Antacida  Garam dapur  Air Langkah Pelaksanaan Kegiatan 1. Observasi Penulis melakukan pengamatan terhadap materi pelajaran, sebelum diadakan pembelajaran di dalam kelas awalnya penulis menggunakan bahan berupa beberapa jenis bunga yang ada dilingkungan sekolah sebagai sarana belajar dengan memperhatikan manakah diantara bunga yang ada dikategorikan sebagai indikator yang baik dan mudah di peroleh indikator bahannya. Dari jenis bunga yang ada diambil satu jenis yang terbaik untuk dijadikan indikator alam yaitu bunga buegenvil berwarna merah muda. Bunga buegenvil dipilih karena cara untuk memperoleh indikatornya sangat mudah tidak perlu direbus atau diperoleh dalam waktu yang lama tapi dapat langsung diperas didalam air maka akan diperoleh indikator alamnya. Memperhatikan kebersihan lingkungan sekolah penulis menerapkan kepada siswa langkah awal sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, siswa diharapkan mampu menjaga lingkungan sekolah dengan membuang sampah pada tempatnya dan mengolah menggunakan bahan plastik atau bahan-bahan yang masih dapat digunakan untuk dijadikan alat yang bermanfaat untuk pendidikan. Melalui motivasi yang di berikan kepada siswa untuk menggunakan bahan tepat guna berupa gelas plastik air mineral dan bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan sekolah menjadikan susana belajar semakin menyenangkan. Bahan lainnya yang digunakan adalah minuman vitaria C 100, garam dapur yang diperoleh dari kantin sekolah, dan antacida diperoleh dari UKS sekolah. Penulis bekerjasama dengan salah satu Laboratorium Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado untuk menunjang pembuktian akan adanya indikator yang baik bunga buegenvil melalui pengujian indikator dengan menggunakan alat pH meter. 2. Persiapan Sebelum kegiatan belajar mengajar diadakan terlebih dahulu dipersiapakan alat dan bahan yang akan digunakan seperti:Indikator alam bunga buegevil, masing-masing kelompok dipersiapkan 10 kucup bunga - Timbangan untuk mengukur banyaknya asam, basa dan garam yang akan digunakan kelompok : garam ≥ 10 gr, c 100 ≥10 gr dan antacida ≥ 1 gr. 3. Kegiatan belajar mengajar Setelah guru menyampaikan materi dan menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan belajar didalam kelompok maka siswa melanjutkan dengan memperagakan alat dan bahan yang ada dimulai dari megambil 10 kucup bunga boegenvil diperas dalam air 100 gr sehingga diperoleh indikator alam bunga boegenvil setelah air berubah warna sebagaimana warna yang ada pada bunga boegenvil. Siswa memperhatikan apakah terjadi perubahan warna pada saat indikator alam dicampurkan dengan asam, basa dan garam. 3. 4. Evaluasi Dalam pembelajaran guru memperhatikan keadaan siswa, baik secara personal atau individu maupun dalam kelompok dengan memperhatikan penilaian hasil dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

A. Implementasi Dalam Pembelajaran

Sebagaimana penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, pada tahap awal pembelajaran Guru memberikan motivasi kepada siswa kemudian menjelaskan materi asam basa dan garam serta penerpannya dalam kehidupan sehari-hari dan siswa mampu menggunakan alat dan bahan sebagai alat peraga dalam kelompok untuk mengetahui dan menerapkan secara langsung pembelajaran asam, basa dan garam sampai memahami dan menjelaskan kembali dengan menuliskan langkah kerja dan mengambar hasil pengamatan yang ada. PENUTUP Simpulan Dengan adanya alat peraga yang menunjuang kegiatan pembelajaran memberikan kemudahan bagi pendidik dan peserta didik dalam menyampaikan pesan yang sesuai dengan pembelajaran. Dalam kegiatan ini pendidik dipacu untuk lebih berinovatif dan menemukan terobosan baru dalam proses pendidikan dan siswa mampu mengoptimalkan kemampuannya dalam belajar dan memberi masukan bahkan mampu mengelola lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak terpakai dan yang belum diketahui untuk digunakan dalam karya kretifitas dan mampu menjadikan bahan-bahan yang tidak terpakai menjadi bahan tepat guna dan mampu mengoptimalkan kemampuan siswa untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana proses dan penerapan asam, basa dan garam dalam lingkungan sekitar dan menjaga kelestarian alam sekitar. Melalui penggunaan indikator alam bunga boegenvil berwarna merah muda dan bahan tepat guna yang ada di sekitar lingkungan sekolah, mendorong bagi setiap siswa untuk mengetahui unsur-unsur yang terdapat di alam dan menggolongkannya dala m sifat asam, basa dan garam. Saran Melalui karya ini penulis mengharapkan akan di temukannya banyak indikator-indikator alam yang bermanfaat untuk pendidikan dan terjadi perubahan pola pikir yang membangun untuk setiap pendidikan IPA sebagai guru yang mampu mengelola dan mengembangkan pendidikan. Pembuktian akan adanya indikator yang baik perlu di jelaskan kepada siswa dan nantinya siswa mampu membedakan sifat asam, basa dan garam. Secara keseluruhan pembelajaran ini akan mengarahkan siswa untuk lebih mencitai alam sekitar terlebih lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah agar terpelhara kebersihan dan nantinya siswa mampu mengolah potensi kimia lingkungan dengan baik. Untuk lebih mendapatkan manfaat yang lebih baik di harapkan nantinya akan ada banyak indikator-indikator alam yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA kimia materi asam, basa dan garam. Di sekitar kita masih banyak indikator yang ada tapi belum digunakan oleh pendidik dalam pembelajaran IPA. DAFTAR PUSTAKA Hadeli, M. Najib, K. Syuhendri 2011. Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru. Palembang. Universitas Sriwijaya. Purba, M. 2006. IPA Kimia. Jakarta. Erlangga. Rumlus, L. Lapian, B. Porajow, S. 2006. Pembuatan Dan Pengujian Prototipe Catu Daya Teregulasi Dengan Beberapa Keluaran Tegangan Tunggal, Ganda dan Dapat Diatur sebagai Sarana Praktikum Fisika Dan Elektrodinamika Dasar. Manado. Universitas Negeri Manado. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Prenda Media Group. Sa’ud, U. S. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta. ISBN 978-602-72071-1-0 IMPLEMENTASI MINUTE PAPER UNTUK OPTIMALISASI PEMBELAJARAN AKTIF DAN ASESMEN OTENTIK Sussi Widiastuti SMKN 1 Kediri E-mail: sussiwidiastutiyahoo.co.id ABSTRAK Pembelajaran seharusnya memperhatikan kondisi individu siswa dikarenakan setiap siswa merupakan individu yang berbeda. Supaya dapat mengenali dan mengembangkan potensi siswa dalam proses pembelajaran maka diperlukan pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran aktif Active Learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Minute Paper merupakan sebuah cara untuk menggali ide-ide dalam pikiran siswa, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan memberi informasi kepada guru tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. Minute Paper dapat digunakan sebagai asesmen otentik. Tulisan berikut ini akan menggambarkan peran Minute Paper sebagai strategi yang potensial untuk mengoptimalkan pembelajaran aktif dan asesmen otentik. Kata kunci : Minute Paper, pembelajaran aktif, asesmen otentik ABSTRACT Learning should pay attention to the condition of individual students because each student is an individual. To be able to recognize and develop the potential of students in the learning process certainly is required active learning. Active learning is intended to optimize the use of all the potential students, so that all students can achieve a satisfactory learning outcomes in accordance with their personal characteristics. Minute Paper is a way to explore ideas in the minds of students, develop critical thinking skills, and inform teachers about the learning that has been implemented. Minute Paper can be used as assesment authentic. The following article will describe the role of the Minute Paper as potential strategies to optimize active learning and authentic assessment. Key word : Minute Paper, active learning, authentic assessment PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga siswa dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran seharusnya memperhatikan kondisi individu siswa. Siswa merupakan individu yang berbeda satu sama lain, sehingga pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan individual siswa. Selama ini perbedaan individu siswa kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik, sebagian guru cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Kenyataan bahwa banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual siswa dan didasarkan pada keinginan guru, mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara siswa yang cerdas dan siswa yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran aktif active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran lebih sering diartikan sebagai guru menjelaskan materi pembelajaran dan siswa mendengarkan secara pasif. “Mengubah Karya Akademik Menjadi Karya Bernilai Ekonomi Tinggi” Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 Telah banyak ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika siswa memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Pengetahuan baru tersebut cenderung dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik. Pembelajaran aktif yaitu suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Siswa secara aktif menggunakan otak mereka untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata Hisyam Zaini, 2002. Silberman 2010 menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Salah satu metode pada pembelajaran aktif adalah Minute Paper Felder and Brent, 1994. Minute Paper adalah sebuah teknik dalam pembelajaran aktif dimana siswa dilatih untuk menulis. Guru menyuruh siswa untuk menulis kalimat pendek mengenai beberapa aspek yang telah dipelajari pada hari itu. Teknik ini melatih siswa membuat respon tertulis. Angelo dan Cross 1993 mengemukakan bahwa Minute Paper adalah suatu aktivitas menulis pendek dalam sebuah kelas dimana siswa menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi yang baru saja diajarkan. Pertanyaan yang diajukan oleh guru akan merangsang siswa untuk merefleksikan pelajaran yang baru saja diajarkan sehingga dapat membantu guru untuk merencanakan pelajaran selanjutnya. Minute Paper dapat digunakan di laboratorium, grup studi, pekerjaan rumah, dan ujian. Minute Paper dapat dilaksanakan di awal ataupun akhir pelajaran, karena kemudahannya tersebut, Minute Paper dapat digunakan pada skala besar. Menurut Toleffson 2015 keuntungan menggunakan Minute Paper adalah: 1. memperoleh feedback bagi guru dan respon yang cepat dari siswa, 2 sangat sesuai diterapkan pada keadaan yang waktunya terbatas, 3. respon yang diperoleh dari siswa dapat dibaca, ditabulasi, dan dianalisa dengan cepat, 4. meningkatkan kemampuan aktif mendengarkan siswa, yang mungkin tidak terakomodasi pada kelas besar, 5. memfasilitasi siswa untuk membandingkan respon mereka dengan teman yang lainnya. Adapun kelemahan yang terdapat pada Minute Paper adalah: 1. tidak semua pengalaman belajar bermakna dapat dinilai menggunakan instrumen yang menanyakan kepada siswa tentang poin-poin yang penting dalam suatu topik, dengan kata lain, teknik ini fleksibel namun tidak berlaku secara umum, 2. respon terhadap Minute Paper seringkali memakan waktu yang lebih lama dari pada yang diperkirakan, dikarenakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengarah ke pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada tingkat berpikir yang lebih tinggi. Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam penyeleggaraan pendidikan. Menurut Mardapi 2004, penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian. Sistem penilaian yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik Pantar, 2009. Selain itu penilaian mempunyai kekuatan untuk mengarahkan apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkannya di sekolah Kato, 2009. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang diterapkan. Selain sebagai strategi dalam pembelajaran, Minute Paper dapat digunakan sebagai asesmen otentik. Minute Paper dapat digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang baru dilaksanakan sehingga guru mengetahui konsep-konsep mana yang belum dipahami siswa, yang pada akhirnya guru dapat menilai tingkat pemahaman siswa. Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar siswa, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah. Asesmen autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan siswa, serta keterampilan belajar. Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran sehinga guru dan siswa berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja, dalam beberapa kasus, siswa bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas- tugas yang harus mereka lakukan. Asesmen autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan siswa, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Pembelajaran dan penilaian merupakan hal yang tak terpisahkan. Penilaian yang dilakukan dengan baik dan benar dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar, dikarenakan kegiatan asesmen dapat membantu guru untuk memperbaiki cara mengajar dan membantu siswa dalam meningkatkan cara belajarnya. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mencoba menggambarkan peran Minute Paper untuk optimalisasi pembelajaran aktif dan asesmen otentik. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan peran minute paper untuk optimalisasi pembelajaran aktif dan asesmen otentik. ISBN 978-602-72071-1-0 Populasi dan sampel penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMKN 1 Kediri 20142015. Sampel pada penelitian ini diambil secara cluster random sampling. Langkah- langkah penentuan sampel adalah dipilih secara random 1 paket keahlian dari 5 paket keahlian, yaitu Teknik Instalasi Tenaga Listrik TITL 3 kelas, Teknik Kendaraan Ringan TKR 4 kelas, Teknik Pemesinan TPM 4 kelas, Teknik Audio Video AV 2 kelas, Teknik Gambar Bangunan GB 2 kelas. Prosedur Penelitian. Prosedur pelaksanaan penelitian deskriptif ini adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan instrumen penelitian b. Menguji instrumen c. Menyebarkan angket respon siswa d. Melakukan analisis data e. Membuat laporan Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan adalah: a. Minute Paper yang diberikan di akhir pelajaran. b. Angket respon siswa terhadap peran Minute Paper dalam pembelajaran aktif dan asesmen otentik dengan memberikan tanda √ pada kolom yang telah disediakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI TKR 1, XI TKR 2, XI TKR 3, dan XI TKR 4 dengan jumlah siswa 128 siswa pada materi Senyawa Karbon. Materi ini disampaikan dalam tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan I Senyawa Alkohol dan Eter, pertemuan II Senyawa Aldehid dan Keton, serta pertemuan III Senyawa Ester dan Asam Karboksilat. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan dan motivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, membimbing kelompok bekerja mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS, memberikan evaluasi dan penghargaan. Minute Paper diberikan di akhir pelajaran dengan pertimbangan guru ingin mengetahui pemahaman siswa tentang sebuah konsep. Pertanyaan dasar yang diajukan guru kepada siswa adalah : 1. Hal-hal penting apa saja yang telah kalian pelajari hari ini, 2. Konsep apa yang belum kalian pahami ? Hasil rata-rata nilai LKS yang diberikan kepada siswa tentang materi Senyawa Karbon disajikan dalam diagram berikut: Tabel 1. Rata-Rata Nilai LKS LKS Kelas XI TKR 1 XI TKR 2 XI TKR 3 XI TKR 4 I 73,34 73,78 74,53 72,94 II 80,69 79,16 79,59 77,63 III 87,63 85,16 84,84 84,16 Berdasarkan tabel di atas, rata-rata nilai LKS yang diperoleh kelas XI TKR 1 pada LKS I Senyawa Alkohol dan Eter adalah 73,34; LKS II Senyawa Aldehid dan Keton 80,69; LKS III Senyawa Ester dan Asam Karboksilat 87,63; rata-rata nilai kelas XI TKR 2 pada LKS I adalah 73,78; LKS II 79,16; LKS III 85,16; rata- rata nilai kelas XI TKR 3 pada LKS I adalah 74,53; LKS II 79,59; LKS III 84,84; dan rata-rata nilai kelas XI TKR 4 pada LKS I adalah 72,94; LKS II 77,63; LKS III 84,16. Nampak bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata LKS pada semua kelas XI TKR. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Minute Paper yang diberikan guru kepada siswa setelah pembelajaran memberikan feedback mengenai pemahaman siswa tentang sebuah konsep. Guru dapat mendeteksi pemahaman konsep siswa dan reaksi siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari. Guru memberikan pertanyaan terbuka dalam Minute Paper sehingga siswa dapat menceritakan hal-hal apa saja yang belum dipahami oleh mereka. Informasi tersebut kemudian akan digunakan guru untuk melakukan refleksi yang pada akhirnya guru akan memperbaiki kualitas pembelajaran. Angelo dan Cross 1993 mengatakan bahwa Minute Paper merupakan alat yang efisen untuk memperoleh feedback dari siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam Minute Paper mampu menggali hal-hal yang terdapat dalam pikiran siswa. Stead 2005 mengatakan bahwa jawaban siswa pada Minute Paper membantu guru untuk memastikan berada di mana tingkat pemahaman konsep siswa sehingga dapat menentukan kecepatan pembelajaran. Minute Paper juga memberikan refkleksi kepada guru apakah model pembelajaran yang telah dilakukan sudah tepat. Minute paper dibagikan seteleh pembelajaran I yaitu Senyawa Alkohol dan Eter. Hasil Minute Paper I merupakan refleksi bagi guru untuk memperbaiki pembelajaran II yaitu Senyawa Aldehid dan Keton. Demikian juga hasil Minute Paper II merupakan refleksi bagi guru untuk memperbaiki pembelajaran III yaitu Senyawa Ester dan Asam Karboksilat. Hasil Minute Paper III digunakan guru untuk refleksi pada pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil Minute Paper I siswa, guru mengklasifikasikan jawaban siswa menjadi: 1. tidak paham isomer alkohol dan eter, 2. tidak paham semua konsep, dan 3. paham konsep. Isomer alkohol dan eter merupakan konsep yang banyak tidak dipahami oleh siswa pada semua kelas, yaitu kelas XI TKR 1 37,50; XI TKR 2 46,89; XI TKR 3 56,25; XI TKR 4 62,50. Minute Paper I memberikan informasi kepada guru bahwa konsep isomer alkohol dan eter masih merupakan konsep yang belum banyak dipahami oleh siswa. Konsep isomer alkohol dan eter kemudian akan diklarifikasi oleh ISBN 978-602-72071-1-0 guru pada pembelajaran berikutnya agar siswa terhindar dari miskonsepsi yang lebih luas. Minute paper yang dibagikan setelah pembelajaran II Senyawa Aldehid dan Keton menunjukkan hasil bahwa konsep isomer aldehid dan keton masih merupakan konsep yang tidak dimengerti oleh siswa, walaupun sudah terjadi penurunan yang signifikan. Sebanyak 18,75 siwwa XI TKR1; XI TKR 2 18,75; XI TKR 3 31,25; XI TKR 4 40,63 yang menganggap konsep isomer aldehid dan keton adalah konsep yang masih membingungkan. Guru memberikan scaffolding yang optimal kepada siswa-siswa yang masih belum memahami konsep isomer aldehid dan keton. Scaffolding adalah pemberian bantuan guru kepada siswa. Tabel 1. Hasil Minute Paper Minute Paper Kelas XI TKR 1 XI TKR 2 XI TKR 3 XI TKR 4 I Tidak paham konsep isomer alkohol dan eter 37,50 46,89 56,25 62,50 Tidak paham semua konsep 18,75 9,38 12,50 21,88 Paham konsep 43,75 43,75 31,25 15,63 II Tidak paham konsep isomer aldehid dan keton 18,75 18,75 31,25 40,63 Tidak paham semua konsep 12,50 3,13 9,38 9,38 Paham konsep 68,75 78,13 59,38 50,00 III Tidak paham konsep isomer ester dan asam karboksilat 6,25 12,50 9,38 6,25 Tidak paham semua konsep 3,13 3,13 Paham konsep 93,75 87,50 87,50 90,63 Minute Paper III menunjukkan hasil bahwa ketidakpahaman konsep isomer ester dan karboksilat mengalami penurunan. 6,25 siwwa XI TKR1; XI TKR 2 12,50; XI TKR 3 9,38; XI TKR 4 6,25 belum memahami konsep isomer ester dan karboksilat. Berdasarkan hasil Minute Paper tersebut guru masih akan memberikan scaffolding kepada siswa dan akan mengevalusi kegiatan pembelajaran. Secara keseluruhan terjadi peningkatan pemahaman konsep di setiap kelas. Minute Paper dapat meningkatkan partisipasi siswa yang sama di dalam kelas, artinya siswa yang pemalu atau takut mengungkapkan ide secara verbal mempunyai partisipasi yang sama dengan temannya. Setiap siswa mempunyai sesuatu yang penting dalam berkontribusi di dalam kelas, bagaimanapun latar belakang dan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Hasil ini juga didukung oleh data angket respon siswa terhadap strategi Minute Paper pada pembelajaran aktif menunjukkan bahwa 89.66 siswa berminat mengikuti pembelajaran dengan Minute Paper, artinya siswa antusias dengan penggunaan Minute Paper dalam pembelajaran aktif. Minute Paper juga merupakan cara yang efektif untuk mempromosikan kemampuan menulis siswa. Apa yang ditulis siswa merupakan refleksi dan hasil pemikiran yang lebih mendalam daripada sekedar menghafal materi. Bagi guru, Minute Paper bermanfaat agar ke depannya guru berpikir lebih hati-hati dalam hal memprioritaskan konten dan mengidentifikasi konsep- konsep inti dimana siswa ingin mempelajari suatu konsep lebih dalam. Minute Paper dapat digunakan sebagai asesmen Angelo and Cross, 1993, dengan menyuruh siswa menjawab pertanyaan guru, maka asesmen ini merupakan tugas yang terintegrasi. Siswa mulai dengan mengorganisasikan apa yang ada dalam pikiran mereka, membuat hierarki konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif mereka, dan akhirnya memutuskan pertanyaan apa yang akan diajukan. Semua proses tersebut dapat dikatakan sebagai asesmen otentik, dimana asesmen otentik cenderung fokus pada tugas-tugas kontekstual. Selain itu Minute Paper juga menilai proses dan hasil belajar. . ISBN 978-602-72071-1-0 Gambar 1. Contoh Minute Paper pada Materi Senyawa Alkohol dan Eter Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ditulis siswa, akan nampak bagaimana proses belajar yang baru saja mereka lalui dapat menjelaskan sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Minute Paper berhasil mengungkapkan bahwa konsep isomer adalah konsep yang paling banyak tidak dipahami oleh siswa. Hal ini dapat dipahami karena isomer mempunyai tiga jenis, yaitu isomer rantaikerangka, isomer posisi, dan isomer gugus fungsi. Ketiga jenis isomer tersebut seringkali membingungkan siswa, sehingga guru dapat mengklarifikasi ketiga konsep tersebut. Pada akhirnya data asesmen autentik Minute Paper dapat digunakan untuk menentukan kelayakan pembelajaran di kelas. Berdasarkan data Minute Paper siswa, guru dapat mengetahui kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Apa yang dituliskan siswa pada Minute Paper dapat mendeskripsikan capaian hasil belajar siswa, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, dan keberanian berpendapat. Nampak jelas bahwa Minute Paper dapat digunakan sebagai asesmen otentik. Hal ini juga didukung dengan angket repon yang diberikan kepada siswa. Sebanyak 93,10 siswa berminat menggunakan Minute Paper sebagai asesmen otentik; 86,20 siswa mengatakan bahwa Minute Paper memberikan manfaat belajar; 75,86 siswa setuju Minute Paper merangsang berpikir kritis, dan 86,20 berpendapat bahwa Minute Paper meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Asesmen otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara- cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil belajar, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Cuseo 2008 mengatakan bahwa Minute Paper dapat digunakan untuk validasi siswa secara personal, artinya siswa secara individu terlibat di dalamnya dan siswa dapat mencapai hasil akhir meskipun dengan satuan waktu yang berbeda. Siswa menyuarakan apa yang ada dalam pikiran mereka mengenai pembelajaran yang baru saja mereka ikuti. Guru dapat mengetahui siswa mana yang mempunyai respon yang berwawasan dan siswa merasa tersanjung ketika guru mengumumkan di depan kelas nama siswa yang mempunyai respon yang berwawasan. Pada akhirnya Minute Paper dapat memfasilitasi pembelajaran dan penilaian, dua hal yang berpengaruh pada ketuntasan dalam belajar. PENUTUP Simpulan Minute Paper dapat digunakan untuk mengoptimalisasi pembelajaran aktif dan sebagai asesmen otentik. Kedua hal tersebut dapat berjalan beriringan dalam memfasilitasi guru untuk berkomunikasi secara personal dengan siswa, berbasis humanistik, dan pembelajaran lebih hangat dan dalam. Saran Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh Minute Paper terhadap pemahaman konsep siswa. DAFTAR PUSTAKA Angelo,Thomas A.and K. Patricia Cross. 1993. Classroom Assessment Techniques: A Handbook for College Teachers, 2nd ed. San Francisco: Jossey-Bass, Inc Cuseo, Joe. 2008. The One-Minute Paper: An Efficient and Effective for Promoting Students’ Active Involvement and Personal Refflection . http:oncourseworkshop.comAwareness012 Felder and Brent. 2009. Active Learning: An Introduction . ASQ Higher Brief. 24. Kato, Kentaro. 2009. “Improving Efficiency of Cognitive Diagnosis by Using Diagnostic Items and Adaptive Testing”. Dissertation. University of Minnesota Mardapi, Djemari. 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: UNY Pantar, FH. 2009. “Peranan Penilaian dalam Pendidikan”. Makalah Asesmen Pendidikan Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning Strategi Pembelajaran Aktif . Yogyakarta. Pustaka Insan Mandiri Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta. Pustaka Insan Mandiri Tollefson, Steve. 2015. Gone in Sixty Seconds: The One- Minute Paper as a Tool for Evaluation-of Both Instructor and Students Stead, David R. 2005. A Review of The One-Minute Paper . University of York. Active Learning in Higher Education 6, 2. United Kingdom. ISBN 978-602-72071-1-0 . RANCANG BANGUN TEKNOLOGI PEMURNI AIR THE DESIGN OF WATER PURIFIER TECHNOLOGY Anggara Trisna Nugraha 1 Moh. Agung Prawira Negara 2 Widjonarko Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jember UNEJ E-mail: anggaratnugraha yahoo.co.id ABSTRAK Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Ada beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas air, yaitu parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi. Melihat kondisi ketersediaan air dengan kualitas baik yang mulai berkurang, maka perlu adanya water treatment sebelum air layak digunakan. Oleh karena itu pada penelitan ini dibuat perancangan alat ukur digital yang lebih efektif untuk mengukur kualitas air dari segi PH dan kejernihan air. Perancangan alat berupa filtrasi alami dan alat pengukur PH. Penelitian ini menggunakan beberapa sampel air yaitu air hujan dan air sumur dari lokasi yang berbeda. Berdasarkan hasil pengujian, alat bekerja efektif dengan nilai pH yang sejak awal sudah pada range standard 6,5-9 setelah dilakukan 4 kali filtrasi yaitu berkisar antara 6,82-7,60 sehingga nilai pH air akan tetap terjaga dalam kondisi layak pakai. Untuk pH kategori asam maupun basa memerlukan proses secara berulang kali untuk mendapatkan nilai sesuai standar layak pakai. Sedangkan nilai kejernihan air yang memang kondisi sejak awal bersih dan ketika terfiltrasi menghasilkan nilai berkisar 1,14-2,98 sehingga air tetap terjaga pada kondisi bersih. Kata Kunci : Filtrasi, Nilai Kejernihan, Nilai Ph, Water Treatment. ABSTRACT Water is a basic human needs. There are several parameters that can be used to determine the water quality, such as the physical parameters, chemical parameters and biological parameters. Seeing the availability of good quality water began to decrease, then the water treatment is very important before the water is used. Hence in this research a design of digital measuring tools is made to measure water quality in terms of pH and water clarity. A tool design is in the form of natural filter and pH gauges. This research uses some samples of water such as rain water and well water from different locations. Based on test results, the tool work effectively with a pH value that has been in the standard range 6,5 to 9 from the beginning, after filtration 4 times ranging from 6.82 to 7.60 with the result that pH value of water will be maintained in feasible condition to be used. Acidic or alkaline pH category requires repeatedly process to obtain the appropriate standard value that worth taking. While water clarity is clean from the beginning and when it is filtered to produce a value ranging from 1,14 to 2,98 so that the water is maintained in a clean condition. Keywords : Filtration , pH Value , Value clarity, Water Treatment . PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Dalam sehari-hari air selalu digunakan untuk minum, mandi, mencuci, dan kebutuhan lain [1]. Namun ketersediaan air yang ada masih kurang memenuhi standar air bersih. Ada beberapa parameter yang dapat dihunakan untuk mengetahui kualitas air, yaitu parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi [2]. Untuk mengatasi kondisi tersebut perlu adanya water treatment sehingga air yang digunakan memenuhi standar air bersih layak pakai. Penelitian mengenai water treatment sudah banyak dilakukan dengan berbagai metode, baik dari segi filtrasi maupun sensor yang digunakan [3]. Pada penelitian ini akan dibuat perancangan alat ukur digital yang lebih efektif untuk mengukur parameter air dari segi pH, kejernihan, serta penggunaan filtrasi alami dan kontrol level air sebagai sistem otomasi. METODE PENELITIAN Penelitian perancangan alat ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM, Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Instrumentasi FMIPA, Laboratorium Fisika Instrumentasi FMIPA, dan Laboratorium Sistem Kendali Fakultas Teknik Universitas Jember. Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 Gambar 1. Blok Diagram Metode perangcangan alat yaitu dengan penyediaan alat dan bahan penunjang penelitian berupa hardware sensor pH, LDR, Elektro Tester, LCD, Arduino uno, Bahan Filtrasi Alami, HC-SR 04, dan Filtrasi UV dan software Eagle PCB dan Arduino IDE. Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan yaitu perancangan perangkat keras, penghubungan antar perangkat keras, pembuatan software, sinkronisasi antar perangkat keras dengan perangkat lunak, dan tahap pengujian serta analisis hasil. Berikut desain hardware perancangan alat pemurni air. Gambar 2. Flowchart Gambar 3. Rencana perancangan alat secara keseluruhan Alur proses pengujian alat pemurni air yaitu insialisasi sensor pH, sensor level air, sensor kejernihan, elektrolisa dalam kondisi on, pompa A dalam kondisi on, pompa B dalam kondisi off, pompa C dalam kondisi off, dan lampu UV dalam kondisi on. Terlihat pada gambar 2. Perancangan alat pemurni air Terlihat pada gambar 3. terdiri dari 4 bagan yaitu bagan 1 sebagai tempat sensor input dan pengambilan nilai awal, bagan 2 sebagai tempat bahan-bahan filtrasi serta sensor level air. Bagan 3 untuk meletakkan sensor input akhir. Berikut ini adalah perancangan alat secara keseluruhan. Pada penelitian ini juga dilakukan kalibrasi pada sensor pH, sensor HC-SR 04 dan sensor kejernihan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan alat yang sudah menjadi patokan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan pada semua sensor yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil pengujian perangcangan alat pemurni air terdiri dari beberapa pembahasan hasil pengujian diantaranya yaitu pengujian sensor, pengujian Arduino Uno R3, pengujian relay, pengujian power supply, sensor dan pengujian sistem kerja secara keseluruhan. Pengujian Perangkat Keras Hardware a. Pengujian Filtrasi Air Tabel 1. Hasil Pengujian Filtrasi Air No Kondisi Air NTU Gambar 1 Air dari kolam Lele 194 2 Air dari kolam Lele 169 3 Air dari kolam Lele 81 4 Terfilter 1 67 5 Terfilter 1 63 6 Terfilter 1 61