ISBN 978-602-72071-1-0
Teknik Analisis Data
Data prestasi belajar mahasiswa ditentukan berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada ranah kognitif. Hasil tes
kognitif mahasiswa ditentukan dari skor tes yang dilakukan sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.
Data hasil belajar ini dianalis dengan menggunakan metode analisa statistik inferensial Sugiyono,2012:148-
149 Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut: a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling
penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistic prametrik atau non parametric. Uji normalitas
ini untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data pada sampel.Dan penelituan ini pengujian normalitas
datanya dengan rumus Chi-Kuadrat. Langkah-langkah uji normalitas dengan rumus Chi-
Kuadrat adalah sebagai berikut: 1. Merangkum data seluruh variabel yang akan di uji
normalitasnya. 2. Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan
terendah. 3. Menentukan banyak kelas.
4. Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
5. Menghitung rata-rata. 6. Menghitung simpangan baku.
7. Menetukan hipotesis. 8. Menentukan taraf signifikasi.
9. Menentukan taraf pengujian dan menghitung nilai z
dari setiap batas batas kelas dengan rumus: Z =
x- ͞͞x SD
Keterangan S
adalah simpangan baku X adalah rata-rata sampel
Kemudian mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan table.
j. Menghitung frekuensi harapan bersama kurva k.Menghitung Chi-kuadrat table dengan taraf signifikan
5 dan dk=k-1 l. Membandingkan harga Chi-kuadrat hitung dengan
Chi-kuadrat table dengan menarik kesimpulan, jika x hitungx table, maka data berdistribusi normal dan
bila lebih besar dinyatakan tidak normal Sugiyono, 1998:172.
b.Uji Hipotesis
Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis Arikunto, 1998:300.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
penilaian validator
terhadap perangkat
pembelajaran yang terdiri dari silabus,RPP dan media pembelajaran dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
No Aspek
Penilaian Rata-rata
Penilaian Kategori
1 Silabus
4,2 Sangat Baik
2 RPP
4,2 Sangat Baik
3 Media
Pembelajaran 4,3
Sangat Baik Validator 1: Dr.Abdul Wahid,M.Pd
Validator 2 : Zainuddin M.Pd Adapun dari pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah
berhasil mengumpulkan data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes. Data yang
diperoleh disajikan sebagai berikut :
Tabel 2. Nilai Pretest Materi Global Warming Kelas I B Prodi Pend.Matematika STKIP PGRI
Bangkalan
NO NAMA
PRETEST 1.
M.Muamalah 72
2. M.Badrus
48 3.
Nikmatun 48
4. Nurul Izzah
48 5.
Nurul K 64
6. Nurul Sukma
64 7.
Poppy 64
8. Rara Israwati
56 9.
Renita 60
10. Rendaus
60 11.
Riskillah 76
12. Siti Aminah
56 13.
Siti Masithoh 40
14. Siti Nurdiana
60 15.
Sri Listiyah 72
16 Sri Wahyuni
52 17.
Sulimah 68
18. Tri Nurfadilah
56 19.
Vetty 40
20. Vidya
52 21.
Yulia 56
22. Ach Rofii
56 23.
Nurul Komariah 72
24. Suriyah
68 25.
Tri Sulistiana 68
Tabel 3. Data Nilai Posttest Materi Gobal Warming Kelas I B Prodi Pend.Matematika STKIP PGRI
Bangkalan
NO NAMA
PRETEST 1.
M.Muamalah 88
2. M.Badrus
84 3.
Nikmatun 88
4. Nurul Izzah
84
ISBN 978-602-72071-1-0
5. Nurul K
88 6.
Nurul Sukma 68
7. Poppy
88 8.
Rara Israwati 84
9. Renita
84 10.
Rendaus 88
11. Riskillah
84 12.
Siti Aminah 76
13. Siti Masithoh
84 14.
Siti Nurdiana 92
15. Sri Listiyah
84 16
Sri Wahyuni 88
17. Sulimah
88 18.
Tri Nurfadilah 92
19. Vetty
92 20.
Vidya 84
21. Yulia
92 22.
Ach Rofii 84
23. Nurul Komariah
88 24.
Suriyah 84
25. Tri Sulistiana
92
Pembahasan Validasi yang dilakukan terhadap perangkat
pembelajaran menunjukkan penlaian dengan kriteria sangat baik sehingga dengan demikian perangkat
pembelajaran yang dibuat peneliti layak untuk digunakan dalam penelitian.
Adapun data penelitian yang diperoleh dari nilai pretest dan post test selanjutnya dilakukan pengujian
persyaratan analisis ,dalam hal ini uji yang dilakukan adalah uji normalitas dengan tujuan untuk megetahui
apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika X2 hitung ˃ X2 tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal danJika X2 hitung X2 tabel,
artinya Data Berdistribusi Normal. Dari hasil Uji Normalitas dengan metode Chi-
Kuadrat terhadap data pretest diperoleh bahwa nilai chi- kuadrat hitung = 9,92 sedangkan nilai chi-kuadrat pada
table menunjukkan angka 11,07 dengan demikian maka Chi-kuadrat hitung lebih kecil dari nilai chi-kuadrat table.
Jadi data Pretest Mahasiswa IB dengan Materi Global WarmingBerdistribusi
Normal
sehingga dapat
dilanjutkan ke uji hipotesis. Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai
berikut : 1 menentukan hipotesis, 2 menentukan taraf signifikan, 3 menentukan kriteria pengujian, dan 4
menghitung nilai t. Menentukan hipotesis Ho : µ1 = µ2 prestasi
belajar mahasiswa pada nilai postes dan nilai pretes adalah sama dan H1 : µ1 ≠ µ2 prestasi belajar mahasiswa
pada nilai postes lebih baik daripada nilai pretes. Menentukan taraf signifikan yaitu α = 0,05, menentukan
kriteria pengujian Ho : - Ho diterima jika -t 1-
½α t hit t 1-½α dengan d.b = N-1 dan Ho ditolak jika t tidak terdapat
pada interval tersebut.
Tabel 4. Uji Hipotesis Pretest dan Posttest One Group Design
No Prett
est Postte
st DPas
t- Pret
Md Xd
Xd
2
1. 40
68 28
25,9 2
2,08 4,33
2. 40
76 36
25,9 2
10,0 8
101,6 1
3. 48
84 36
25,9 2
10,0 8
101,6 1
4. 48
84 36
25,9 2
10,0 8
101,6 1
5. 52
84 32
25,9 2
6,08 36,97
6. 52
84 32
25,9 2
6,08 36,97
7. 56
84 28
25,9 2
2,08 4,33
8. 56
84 28
25,9 2
2,08 4,33
9. 56
84 28
25,9 2
2,08 4,33
10. 56
84 28
25,9 2
2,08 4,33
11. 56
84 28
25,9 2
2,08 4,33
12. 60
88 24
25,9 2
- 1,92
3,69 13.
60 88
28 25,9
2 2,08
3,69 14.
60 88
28 25,9
2 2,08
3,69 15.
64 88
24 25,9
2 -
1,92 3,69
16. 64
88 24
25,9 2
- 1,92
35,05 17.
64 88
24 25,9
2 -
1,92 35,05
18. 68
88 24
25,9 2
- 5,92
35,05 19.
68 88
20 25,9
2 -
5,92 35,05
20. 72
92 20
25,9 2
- 5,92
35,05 21.
72 92
20 25,9
2 -
5,92 98,41
22. 72
92 20
25,9 -
98,41
ISBN 978-602-72071-1-0
No Prett
est Postte
st DPas
t- Pret
Md Xd
Xd
2
2 5,92
23 76
92 20
25,9 2
- 9,92
98,41 24
76 92
16 25,9
2 -
9,92 98,41
25 76
92 16
25,9 2
- 9,92
98,41 Jumlah
618 88,84
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
saintifik berbantuan multimedia sebaiknya dapat diterapkan pada proses belajar mengajar karena terbukti
dapat memberikan prestasi mahasiswa yang lebih baik. Saran
Pembelajaran saintifik berbantuan multimedia sebaiknya dapat diterapkan pada proses belajar mengajar
karena terbukti dapat memberikan prestasi mahasiswa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek . Jakarta : Rineka Cipta.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontektual dalam Pembelajaran abad 21
. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Kurniasih Ima. 2014. Implementasi kurikulum 2013: Konsep Penerapan.
Surabaya: Kata Pena. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R D . Bandung: Alfabeta.
Surya. 2014. Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENGARUH KEDALAMAN SARANG TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PENETASAN TELUR
PENYU LEKANG LEPIDOCHELYS OLIVACEA
Rois Amrullah Akbar
1
Hendri Kurniawan
2
Enki Dani Nugroho
3
1,2,3
Magister Pendidikan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember E-mail: roisamrullah94gmail.com
ABSTRAK
Penyu Lekang Lepidochelys olivaceae adalah satu satunya penyu yang mempunyai lubang infra marginal berderet yang berkembang secara baik dan lengkap. Apabila dilihat dari bentuk luarnya Penyu Lekang
Lepidochelys olivaceae mempunyai ciri yang unik, karena mempunyai Lateral Scutes yang dilengkapi dengan Prefrontal Scutes serta karapasnya yang saling tumpang tindih. Sehingga dengan keunikan yang
dimiliki Penyu Lekang Lepidochelys olivaceae sangatlah cocok untuk digunakan sebagai sumber belajar biologi sub pokok bahasan pelestarian in situ. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh
kedalaman sarang terhadap tingkat keberhasilan penetasan telur penyu lekang Lepidochelys olivacea di pantai Ngagelan Banyuwangi yang dijadikan sumber belajar biologi kelas X semester II pokok bahasan
keanekaragaman hayati sub pokok bahasan pelestarian in situ. Metode penelitian dengan menggunakan uji statistik Anava. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam perlakuan P3 memberikan pengaruh berbeda
nyata terhadap tingkat keberhasilan penetasan telur penyu lekang dengan taraf kepercayaan 5. Berdasarkan rata-rata P3 ukuran kedalaman 38 memiliki nilai tinggi yaitu 81 ekor dan yang terendah pada P1 memiliki
nilai rata-rata 46 ekor. Kata Kunci
: kedalaman sarang, penyu lekang, sumber belajar
ABSTRACT
Enduring turtle Lepidochelys olivaceae is the only turtle that has infra-marginal row of holes that develop good and complete. When viewed from the outer shape Enduring Turtles Lepidochelys olivaceae have
unique characteristics, because it has equipped with lateral scutes and prefrontal scutes overlapping carapace. So that the uniqueness of Enduring Turtles Lepidochelys olivaceae is suitable for use as a
learning resource conservation biology sub subject in situ. The purpose of this research is to know the influence of the depth of the nest to egg hatching success rate ridley turtle Lepidochelys olivacea in
Banyuwangi Ngagelan beach which is used as a source of learning the second term of the tenth grade biology subject. The sub subject is the biodiversity preservation in situ. The research method by using
statistical tests Anova. The results showed that a variety of treatment P3 significantly different effect on the success rate of hatching turtle eggs cracked with a level of 5. Based on the average P3 size depth 38 has
a value as high as 81 tails and the lowest in the P1 has an average value of 46 birds. Keywords
: the depth of the nest, olive ridley turtles, learning resources
ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN
Salah satu masalah dalam pendidikan IPA dimasa ini adalah kurangnya pemakaian sumber belajar
untuk mendukung suatu kegiatan belajar mengajar. Biasanya sumber belajar selalu dikaitkan dengan alat dan
bahan yang harus dibeli di tempat tertentu, sehingga alat dan bahan kadang-kadang menjadi sandungan bagi guru
untuk menciptakan iklim belajar yang ideal. Akibatnya siswa hanya dijejali dengan hafalan dan tugas yang
membuat mereka menjadi jenuh dan tidak tertarik terhadap mata pelajaran IPA tidak terkecuali mata
pelajaran Biologi.
Sumber belajar merupakan sumber yang dapat dipakai oleh siswa baik sendiri-sendiri atau bersama-
sama dengan siswa lainnya untuk memudahkan belajar Hamalik, 2008. Lingkungan disekitar siswa harus
dioptimalkan sebagai media dalam pengajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa
dalam mempelajari biologi. Dari pendapat di atas jelaslah bahwa sumber belajar tidaklah harus berbentuk bahan
cetak atau buku saja tetapi bisa pula dalam bentuk yang lain. Yang jelas bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai
sumber belajar jika keberadaannya dapat dimanfaatkan baik oleh guru maupun siswa untuk mempermudah
jalannya proses pembelajaran Lely, 2008.
Lingkungan memberikan bahan-bahan konkrit mengenai kehidupan sehari-hari untuk dijadikan bahan
pelajaran. Contoh lingkungan yang dapat dijadikan sumber belajar misalnya halaman sekolah, kebun
disekitar sekolah, pasar, supermarket, musium, kebun binatang, tempat pembungan sampah akhir TPA, kebun
raya, kolam, sawah, danau dan sungai Komarayanti, 2007.
Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi dalam jarak yang jauh di sepanjang
kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara. Keberadaannya telah lama terancam, baik dari
alam maupun kegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung.
penyu merupakan salah satu dari kekayaan laut, dan di Indonesia sendiri terdapat enam jenis penyu dari
tujuh jenis penyu yang ada di dunia. Enam jenis penyu tersebut antara lain: Penyu Hijau Chelonia mydas,
Penyu Belimbing Dermochelys coreaceae, Penyu Tempayan Carreta carreta, Penyu Sisik Eretmochelys
imbricata
, Penyu Pipih Natator depressa, dan Penyu Lekang Lepidochelys olivaceae. Keenam jenis penyu
yang ada di Indonesia telah dilindungi Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
SDA Hayati dan Ekosistemnya dengan aturan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Pantai selatan kawasan taman Nasional Alas Purwo dikenal sebagai salah satu habitat pendaratan
penting untuk beberapa jenis penyu yang ada di indonesia. Menyadari hal tersebut Balai Taman Nasional
Alas Purwo, sebagai pengelola yang diberi kewenangan pengelolaan
kawasan TNAP,
melakukan upaya
konservasi penyu melalui pembentukan unit pengelolaan khusus yaitu unit pengelolaan penyu semi alami di
Ngagelan. Pada pantai Ngagelan terdapat beberapa jenis
penyu yang mendarat pada setiap tahunnya yang paling banyak adalah penyu lekang dari pada penyu lain seperti
penyu hijau, penyu sisik, dan penyu belimbing. Penyu lekang menduduki peringkat tertinggi dari pada penyu
lainnya.
Untuk menjaga tercapainya kelestarian Penyu Lekang Lepidochelys olivaceae, kegiatan pengelolaan
yang cepat sangat diperlukan sehingga populasinya dapat dipertahankan. Didalam upaya pengelolaan perlu
diketahui kondisi populasi, struktur umur, sex ratio, dan keanekaragaman genetiknya sehingga dapat menjamin
kelestarian Penyu Lekang Lepidochelys olivaceae pada kawasan tersebut. Disamping itu teknik pengembangan
populasi dan upaya pengendalian dari gangguan tehadap populasi dikawasan konservasi juga menjadi bagian
penting dalam kegiatan pengelolaan Penyu Lekang Fadhoil 2012: 07.
Melalui kajian
objek Penyu
Lekang Lepidochelys
olivaceae ini
diharapkan dapat
mengetahui bagaimana cara melestarikan Penyu Lekang Lepidochelys olivaceae agar tidak punah. Lebih lanjut
proses dan produk penelitian ini dapat digunakan sebagai Sumber Belajar Biologi di SMA.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
eksperimental. Alat yang dipergunakan pada penelitian ini adalah thermometer, meteran, ember atau kotak
sterofoam, sendok pasir, alat penggali, senter, selang dan spidol. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah telur
penyu abu-abu lekang, jaring kawat,dan kertas label.
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi penyu lekang yang berada di penangkaran semi alami
pantai ngagelan Taman Nasional Alas Purwo. Sampel dalam penelitian ini adalah telur dari penyu lekang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menghitung
persentase keberhasilan
menetas, menghitung persentase tukik yang keluar dari sarang dan
dokumentasi untuk mengabadikan gambar pada saat penelitian.
Teknik analisis data secara statistik dengan menggunakan analisis varians Anava yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan penetasan telur penyu.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Kedalaman Sarang Terhadap Tingkat
Keberasilan Penetasan Telur Penyu Lekang Lepidichelys olivaceae
Pengamatan yang dilakukan untuk menghitung jumlah telur yang menetas berdasarkan hasil analisis
varians atau analisis sidik ragam perlakuan kedalaman sarang terhadap tingkat keberasilan penetasan telur penyu
lekang menunjukkan hasil bahwa perlakuan berbeda nyata signifikan pada taraf kepercayaan 5. Seperti
data yang ada pada tabel 1.
ISBN 978-602-72071-1-0
Tabel 1. Data Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil BNT Parameter Pengaruh Kedalaman Sarang
Terhadap Tingkat Keberasilan Penetasan Telur
Penyu Lekang
Lepidochelys olivaceae
Perlakuan Kedalaman cm
Rata-rata Notasi
P1 30 cm 45,8
A P2 34 cm
70 B
P3 38 cm 80.8
C P4 42 cm
79,6 B
P5 46 cm 74
B Data yang ada pada tabel 1, menunjukkan
bahwa P1 berbeda nyata dengan P2, P3, P4, dan P5. Sedangkan P2, P4, dan P5 berbeda tidak nyata. P2, P4,
dan P5 berbeda nyata dengan P3. Dan P3 berbeda nyata dengan P1, P2, P4, dan P5. Berdasarkan notasi rata-rata
tabel diatas P3 memiliki tingkat penetasan yang tinggi dari pada P1, P2, P4, dan P5. Berarti pada perlakuan
kedalaman ukuran 38 cm memiliki tingkat keberasilan yang Optimal dibandingkan dengan perlakuan kedalaman
yang lain.
Hasil pengamatan yang di lakukan di pantai Ngagelan TNAP pada kedalaman yang ada di semi alami
dengan yang berada pada habitan aslinya itu hampir sama berkisar 37-38 cm, ada yang berkisar sampai 40 cm
untuk ukuran kedalaman sarang penyu lekang namun itu sangat sedikit hampir tidak ada pada habitat aslinya.
Di habitat aslinya itu lebih baik penetasannya tetapi lebih banyak predatornya d bandingkan dengan
semi alami, di semi alami telur penyu lekang lebih di jaga dan penetasannya juga baik hampir sama dengan di
habitat aslinya untuk tingkat penetasannya. Maka dari itu lebih baik di penangkaran semi alami untuk menjaga
pelestariannya.
Menurut Nuitja 1992 kedalaman lubang telur dipengaruhi oleh panjangnya kaki belakang Pore
flipper dengan kedalaman sarang untuk penyu lekang
antara 37-38 cm dan diameter 20-21 cm. Jadi sangat jarang sekali sarang penyu lekang melebihi ukuran
tersebut. Untuk mengetahui jumlah telur yang menetas pada
dilihat pada gambar histogram dibawah ini:
Gambar 1 Histogram Pengaruh Kedalaman Sarang Terhadap Tingkat Keberasilan Penetasan
Telur
Penyu Lekang
Lepidochelys olivaceae yang menetas
Pada gambar di atas menunjukkan bahwa P3 dan P4 hampir memiliki tingkat penetasan yang sama namun
dalam rata-rata P3 lebih tinggi tingkat penetasannya dari pada P4 yaitu 81 ekor dan untuk perlakuan yang lainnya
yang lebih kecil tingkat penetasannya adaah P1 dengan rata-rata 46 ekor. Berdasarkan gambar diatas P3 lebih
ideal
kedalaman sarang
penyu lekang
untuk penetasannya.
B. Jumlah Tukik Penyu Lekang Lepidichelys olivaceae Yang Keluar Dari Sarang.