Prestasi Belajar Indikator Kinerja Adapun tolok ukur ukur keberhasilan penelitian ini dilihat

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MATERI KLASIFIKASI BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP Ridwan Hamzah 1 Netty Martha Arumisore 2 Endah Pratiwi Isa 3 1,2,3 Mahasiswa Program Studi Sains Pascasarjana Unesa E-mail: ridwan.ipagmail.com ABSTRAK SMP Negeri 4 Lolak Kabupaten Bolaang Mangondouw, memperlihatkan bahwa penggunaan buku siswa belum memberikan hasil yang optimal untuk peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa dalam memahami suatu konsep . Hasil belajar siswa untuk materi Klasifikasi Benda masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan LKS berbasis scientific approach pada pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penggunaan buku siswa untuk materi klasifikasi benda terhadap hasil belajar dan motivasi siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lolak . Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen sungguhan true eksperiment yang melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.Pemilahan kelompok dilakukan secara acak.Metode ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat yang terjadi pada kedua kelompok. Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran dapat memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dapat terjadi jika siswa menggunakan LKS. Kata Kunci: LKS Berbasis Scientific Aprroach, Inkuiri terbimbing, Hasil belajar Siswa. PENDAHULUAN Perubahan zaman adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat. Perubahan zaman telah memberikan dampak yang besar terhadap seluruh segi kehidupan masyarakat tidak terkecuali dalam segi pendidikan. Pendidikan mencoba untuk menyikapi dan mengemasnya dalam sebuah konsep perubahan kurikulum. Isu-isu perubahan, fakta dan realita kehidupan masyarakat serta isu-isu tantangan zaman dikemas sedemikian rupa sebagai dasar untuk mengembangkan sebuah kurikulum baru yang mencoba untuk menjawab tantangan zaman tersebut. Hal inilah yang coba dilakukan pemerintah melalui pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah dalam memahami suatu konsep. Pengembangan kemampuan dilakukan dengan menggunakan seluruh panca indera yang dimiliki siswa. Konsep yang masuk akan diolah dan diadaptasi oleh siswa untuk memperoleh pemahaman secara utuhholistik. Siswa diharapkan dapat lebih kreatif, inovatif, dan berpikir kritis dalam menggunakan konsep yang telah dipahami untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial masyarakat. Menurut Sunendra 2013, generasi Indonesia harus memiliki minat luas dalam kehidupan, kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakatminatnya, dan rasa tanggung-jawab terhadap lingkungan. Muatan pembelajaran di SMPMTs Kemendikbud, 2013 adalah berbasis pada konsep keterpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tergabung dalam mata pelajaran IPA. Hakikat IPA dikembangkan sebagi mata pelajaran yang terintegrasi yaitu integrated science. Muatan IPA bersumber dari disiplin ilmu biologi, fisika, dan kimia. Mata pelajaran IPA merupakan program pendidikan yang dirancang agar siswa dapat mengaplikasikan, mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Tujuan pendidikan IPA menekankan pada pemahaman tentang lingkungan dan alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya yang perlu dilestarikan dan dijaga dalam perspektif biologi, fisika, dan kimia.Integrasi berbagai konsep dalam matapelajaran IPA menggunakan batas-batas disiplin ilmu yang tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena konsep-konsep disiplin ilmu berbaur danatau terkait dengan permasalahan-permasalahan yang dijumpai di sekitarnya.Kondisi tersebut memudahkan pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang kontekstual. Siswa terlibat secara aktif dalam proses inkuiri selama pembelajaran merupakan tuntutan dasar dalam pembelajaran IPA. Harapan pembelajaran IPA mampu menanamkan dan membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan menjadi agen pendidikan dalam pembelajaran IPA yang lebih memfokuskan pada aktivitas siswa.Siswa yang terbiasa aktif memecahkan masalah merupakan modal untuk memiliki kompetensi dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, lebih mandiri dalam mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya dan mandiri dalam pekerjaan. Kegiatan inkuiri mendorong siswa terlibat aktif dalam melakukan pengamatan observasi, mengajukan pertanyaan, merencanakan penyelidikan, melakukan percobaan, menggunakan perangkat untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data, menemukan jawaban, penjelasan, dan melakukan prediksi serta mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Inkuiri memerlukan asumsi, menggunakan ketrampilan berpikir logis dan kritis, dan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan siswa dalam melakukan inkuiri dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan jenjang pendidikannya hingga siswa dapat melakukan proses inkuiri dengan lengkap. Melibatkan proses inkuiri secara berkesinambungan dalam pembelajaran IPA akan mengembangkan ketrampilan berinkuiri bagi siswa yang pada gilirannya dapat diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Penguasaan konsep terhadap suatu materi tidak terlepas dari keberadaan bahan ajar.Kurikulum 2013 telah menyiapkan bahan ajar dalam bentuk buku siswa. Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013, dalam hal ini sekolah yang ditunjuk sebagai uji coba Kurikulum 2013, yaitu SMP Negeri 1 Lolak Kabupaten Bolaang Mangondouw, memperlihatkan bahwa penggunaan buku siswa belum memberikan hasil yang optimal untuk peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa dalam memahami suatu konsep .Hasil belajar siswa untuk materi Klasifikasi Benda masih belum optimal. Lembar Kerja Siswa dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar untuk membantu siswa memahami suatu konsep. Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa. Lembar Kerja Siswa berisi sekumpulan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa sesuai dengan indikator yang terdapat dalam kurikulum.Setiap kegiatan yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa dikembangkan dengan menggunakan scientific approach. Menurut Wieman 2007, fasilitas pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat membimbing siswa untuk berpikir kritis tentang suatu konsep agar menjadi seorang ahli. Scientific approach pada Kurikulum 2013 meliputi ranah pengetahuan yang mengajarkan siswa tentang “apa”, ranah ketrampilan yang mengajarkan siswa tentang “bagaimana”, dan ranah sikap yang mengajarkan siswa tentang “mengapa”. Scientific approach meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.Melalui scientific approach diharapkan siswa memiliki kemampuan sesuai standar kompetensi, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki ketrampilan yang kreatif, dan memiliki sikap yang mulia.Scientific approach dapat digambarkan pada diagram berikut : Materi ajar dalam penelitian adalah tentang Klasifikasi Benda.Materi Klasifikasi Benda sangat erat dalam kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada di sekitar kita terdiri atas benda- benda.Kekurangan pemahaman siswa untuk mengklasifikasikan benda sampai pada tingkat unsur menjadi acuan dalam penelitian ini. SMP Negeri 1 Lolak merupakan sekolah yang sudah terakreditasi, memiliki sarana dan prasarana yang belum lengkap untuk menunjang kebutuhan belajar siswa.Laboratorium IPA di SMP Negeri 4 Lolak belum standar, karena alat dan bahan yang terbatas dan tidak lengkap.Tahun pelajaran 20142015, SMP Negeri 4 Lolak dituntut untuk melaksanakan Kurikulum 2013.Bahan ajar yang relevan sangat diperlukan dalam implementasi Kurikulum 2013. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh Penggunaan LKS Berbasis Scientific Approach pada Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Materi Klasifikasi Benda terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP ”. PEMBAHASAN  Lembar Kerja Siswa LKS LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual, seperti yang diungkapkan oleh Azhar Arsyad 2004: 29.LKS berisikan antara lain: uraian singkat ISBN 978-602-72071-1-0 materi, tujuan kegiatan, alat bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan. LKS dapat dikatakan sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada,bukan untuk tambahan nilai rapor, karena kebanyakan para guru menggunakan nilai latihan siswa sebagai tambahan nilai rapor. LKS menurut Indrianto 1998 adalah lembar kerja siswa yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan keterampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang perlu dikuasainya. LKS student worksheet adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kaitannya dengan kompetensi yang akan dicapai Depdiknas, 2008. Untuk mengerjakan tugas-tugas dalam sebuah LKS, siswa dapat menggunakan dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa adalah lembaran- lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan menguasai materi.  Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media yang efektif dalam pembelajaran karena merupakan media yang sederhana dan dapat menjangkau semua kalangan pelajar.Setiap media pasti memiliki keunggulan dan kekurangan.Andriani 2003 mengemukakan keunggulan dan kekurangan dari media pembelajaran Lembar Kerja Siswa LKS sebagai berikut: 1. Keunggulan media Lembar Kerja Siswa a. Dari aspek penggunaan: merupakan media yang paling mudah. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus menggunakan alat khusus. b. fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis. c. Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan proses yang sangat cepat. d. Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya. 2. Kekurangan media Lembar Kerja Siswa a. Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan. b. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu. c. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam. d. Tidak mengakomodasi siswa dengan kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu. e. Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami. f. Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagian guru yang menuntut siswanya untuk menghafal data, fakta dan angka.Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat menghafal. g. Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar kepada siswa. h. Presentasi satu arah karena bahan ajar ini tidak interaktif sehingga cenderung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.  Scientific Approach Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta Kemendikbud, 2013.Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat- sifat non-ilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini: Pendekatan ilmiah ini mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Langkah pembelajaran pada scientific approach menggamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.Ranah ketrampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.  Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing guided inquiry yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Winarni 2009 menyatakan bahwa melalui inkuiri, guru mengajak siswa untuk lebih aktif baikfisik maupun mental dalam proses belajar. Penerapan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kualitas pemahaman konsep siswa dan mampu tertanam karakter pada siswaJannah dkk, 2012.Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan perhatian siswa Handika, 2009.Pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan kepada guru untuk tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing guided inquiry yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Winarni 2009 menyatakan bahwa melalui inkuiri, guru mengajak siswa untuk lebih aktif baik fisik maupun mental dalam proses belajar. Penerapan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kualitas pemahaman konsep siswa dan mampu tertanam karakter pada siswaJannah dkk, 2012.Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan perhatian siswa Handika, 2009.Pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan kepada guru untuk tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan inkuiri terbimbing, siswa memperoleh konsep-konsep dengan cara menemukan sendiri. Siswa diharapkan dapat menyelidiki sendiri untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Metode pembelajaran ini lebih menekankan pada pencarian pengetahuan search, daripada perolehan pengetahuan acquisition . Proses pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan pengetahuan sendiri sehingga siswa dapat berlatih untuk mandiri. Peran siswa dalam metode inkuiri adalah: 1. Mengambil prakarsa dalam menemukan masalah dan merancang alternatif pemecahan 2. Aktif dalam mencari informasi dan sumber- sumber belajar 3. Menyimpulkan dan menganalisis informasi ISBN 978-602-72071-1-0 4. Melakukan eksplorasi untuk memecahkan masalah Dalam pembelajaran, guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Peran guru dalam metode inkuiri terbimbing adalah: 1. Menciptakan suasana yang memberi peluang kepada siswa untuk berpikir bebas dalam bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah 2. Sebagai fasilitator 3. Rekan diskusi dalam pencarian alternatif pemecahan masalah 4. Pembimbing dan pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah. Piaget mengemukakan bahwa model inkuiri adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin mencari jawaban sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,kemudian membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan siswa lainnya. Sintaks model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut Karli dan Yuliariatiningsih, 2003: 1. Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka teki.Guru membawa situasi masalah kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman pada siswa, biasanya pada tahap ini dengan menunjukan contoh fenomena ataupun demonstrasi. 2. Pengumpulan dan verifikasi data.Siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat dan alami pada tahap penyajian masalah. 3. Eksperimen. Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung. Kegiatan yang dilakukan berupa pengujian secara langsung mengenai hipotesis atau teori yang sudah diketahui sebelumnya. Peran guru dalam tahap ini adalah untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. 4. Mengorganisir data dan merumuskan penjelasan.Guru mengajak siswa merumuskan penjelasan, kemungkinan besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh yang berbentuk uraian penjelasan. Siswa-siswa yang demikian didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail. 5. Mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka yang berupa kesimpulan.Siswa dapat menuliskan kekurangan dan kelebihan selama kegiatan berlangsung dan dengan bantuan guru diperbaiki secara sistematis. Pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti langkah-langkah sebagai berikut Sanjaya, 2008: 200: 1. Orientasi. Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. 2. Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. 3. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. 4. Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh. 6. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Model inkuiri terbimbing memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model- model pembelajaran lain. Tedjo Susanto 1999: 23 - 24 mengemukakan kelebihan dari metode inkuiri terbimbing adalah: 1. Dapat mengembangkan potensi intelektual pada siswa. 2. Dapat memberi kepuasan belajar pada siswa sehingga akan memberikan dorongan untuk maju. 3. Pelajaran dapat diingat lebih lama. 4. Proses belajar berpusat pada siswa. 5. Memungkinkan siswa untuk membentuk self- concepts , sehingga siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya. 6. Melatih siswa untuk berpikir sendiri, sehingga menimbulkan kepercayaan atas kemampuannya sendiri. 7. Memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. Metode inkuiri terbimbing juga mempunyai kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Momi Sahromi 1986: 54-55, yaitu : 1. Kesulitan untuk mengerti tanpa dasar pengetahuan factual dimana pengetahuan secara efisien diperoleh dengan pembelajaran deduktif. 2. Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang pasif hanya diam menunggu adanya siswa yang menyatakan prinsip umum tersebut. 3. Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan waktu lebih dari satu pertemuan. 4. Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan.  Hasil Belajar Nana Sudjana 2005: 5 menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upayamemperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.Sutratinah Tirtonegoro 2001: 43 mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.Syaiful Bahri Djamarah 1996: 23 mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.Eko Putro Widoyoko 2009: 1, mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes.Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki.Evaluasi didahului dengan penilaian assessment, sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Menurut Bloom dalam Dimyati 2006 ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu: 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. 3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas. Hasil belajar mengajar adalah suatu proses tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai. Suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila Djamarah dan Zain, 2002: 1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. 2. Perilaku yang digariskan dalamtujuanpembelajaran telah tercapai oleh siswa, baik individu maupun kelompok. PENUTUP Simpulan Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS berbasis Scientific Approach Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memungkinkan siswa membentuk self- concepts , sehingga siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya. Melatih siswa untuk berpikir sendiri, sehingga menimbulkan kepercayaan atas kemampuannya sendiri. DAFTAR PUSTAKA Andriani, Durri. 2003. Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar dalam Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Andriani, N., Husaini, I., Nurliyah, L. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang . Bandung: Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 SNIPS 2011 ISBN : 978-602-19655-0-4. Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Depdiknas.2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Direktorat. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran .Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Azwar. 2002. StrategiBelajar Mengajar . Jakarta: Rineka Cipta. Handika, J. 2009. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Aktivitas dan Perhatian Mahasiswa . JP2F Vol. 1 1: 9-23. Indrianto.1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa dalam Pengajaran Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar . Semarang: IKIP Semarang. Jannah, M, dkk.2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Nilai Karakter Melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama . Journal of Innovative Science Education Vol. 1 1: 54-60. Karli, H., dan Yuliariatiningsih, S.M. 2003. Implementasi KBK Edisi 2 . Bandung: Bina Media Informasi. Kemendikbud.2013. Dokumen Kompetensi Dasar untuk Sekolah Menengah Pertama sebagai Salah Satu Perangkat Kelengkapan Dokumen Kurikulum 2013 . Jakarta: Kemendikbud. ISBN 978-602-72071-1-0 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Ilmu Pengetahuan AlamKementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah . Yogyakarta: Kanisius. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sahromi, Momi. 1986. Pengelolaan Pengajaran Biologi . Jakarta: Penerbit Karunika Universitas Terbuka. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung: Sinar Baru Algesindo Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar . Bandung: CV Maulana. Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY.2003-2004. Pedoman Pengembangan Instrument dan Penilaian Ramah Afektif . Yogyakarta: UNY. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu . Bandung: PT Imperial Bhakti Utama. Tirtonegoro, Sutratinah. 1989. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya . Jakarta: Bumi Aksara. Wieman, Carl. 2007. Why Not Try a Scientific Approach to Science Education ? Change. Winarni, E. 2009.Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Masyarakat Belajar untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Life Skill Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 10 1: 1-7. PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN MENGGUNAKAN MEDIA SIRKUIT TRANSPORTASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIA Asri Fahmiati 1 Ristati Ningsih 2 Bahariyah Umar 3 1,2,3 Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya E-mail :asrifahmiatigmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem transportasi pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi di kelas VIII SMP Al Hikmah pada tahun ajaran 20132014.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas VIII SMP Al Hikmah yang berjumlah 23 orang.Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pada siklus pertama 1 ketuntasan individu 9 orang, ketuntasan klasikal 39,13 dan nilai rata-rata kelas individu 67,1. Pada siklus kedua II ketuntasan individu meningkat 16 orang, ketuntasan klasikal 69,57 dan nilai rata-rata 79,9. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi berhasil meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi sistem transportasi dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Kata kunci : Bermain peran, sirkuit transportasi, pemahaman konsep ABSTRACT This researchaims to improvestudents understanding ofthe topic ofthe transportsystemin science subjectsby applying the method role playing use transport circuitsinclassVIIISMPAlHikmahin academic year 20132014. This type of researchis Classroom Action Research, which consists oftwocycles, each cycle consistingof2 meetings. Research Subjectisstudentin class VIII SMP AlHikmahwhich amounts to23 people. The results obtainedin this studyisthe first cycle1 completenessof individualsis 9 people, classical completeness 39.13, and the average value of the class is67.1. In thesecondcycleII completenessof individuals increasedbecome16 people, classical completeness69.57, andthe average value is79.9. This indicatesthat theapplication ofthe method role playing use transport circuitsmanaged to increasestudentsunderstanding ofthe conceptof thesubjectseen from thetransportation system learning outcomes wereachieved by students. Keywords : role playing, transport circuits, understanding of the concept Surabaya, 23 Januari 2016 ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Kurikulum 2013 menuntut siswa dapat belajar dalam segala aspek melalui proses belajar secara keseluruhan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada prakteknya, proses pembelajaran di sekolah lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif intelektual yang dilaksanakan melalui berbagai bentuk pendekatan, strategi, dan model pembelajaran tertentu Sagala, 2011. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah saat ini yaitu rendahnya daya serap siswa yang dibuktikan dengan rerata hasil belajar siswa yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.Penyebabnya yaitu kondisi siswa yang tingkat visualisasinya rendah. Hasil observasi proses pembelajaran kelas VIII yang telah dilakukan peneliti, ditemukan permasalahan sebagai berikut: : a Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran sebesar 50 ; b Siswa ramai saat pembelajaran 55 ; c Siswa tidak aktif dalam mengikuti pelajaran IPA sebesar 58 ; d Siswa jenuh dan bosan pada pembelajaran yang monoton sebesar 62 . Keadaan seperti itu membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA merupakan pelajaran yang membosankan dan susah dimengerti jika tidak ada media pembelajaran dalam menyampaikan materi. Siswa kurang mengerti bila tidak dijelaskan terlebih dahulu sementara bila penjelasan terlalu lama akan menurunkan konsentrasi belajar. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal tanpa adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif memerlukan sarana dan media pembelajaran. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,dan bersemangat. Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat bertahan untuk mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media yang digunakan dalam menyampaikan materi. Interaksi siswa dengan lingkungannya dalam pembelajaran IPA merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan. Pelajaran IPA yang hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa tidak akan mampu menggunakan pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan guru. Pembelajaran IPA akan lebih bermakna jika memungkinkan siswa memahami konsep materi yang mereka pelajari daripada sekedar menghafal materi. Agar tercipta pembelajaran IPA yang efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA sebagai berikut: a. Student centered learning pembelajaran berpusat pada siswa b. Learning by doing belajar dengan melakukan sesuatu c. Joyful learning pembelajaran yang menyenangkan d. Meaningful learning pembelajaran yang bermakna e. The daily life problem solving pemecahan masalah sehari-hari Salah satu prinsip yang dapat diterapkan untuk lebih memotivasi siswa agar mengikuti pembelajaran adalah joyful learning pembelajaran yang menyenangkan.Joyful learning ini dapat diterapkan dengan cara pemberian kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil. Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Pica,2004 yang dikutip oleh A’la, 2011 mengemukakan bahwa simulasi merupakan suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Hardini dkk 2012 mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok seperti yang dikemukakan oleh Hamalik 2001berikut ini ; 1 Sosiodrama : semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu, 2 Psikodrama : hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan terletak pada penekannya. Sosia drama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya dan 3 Role-Playing : role playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa lampau. MenurutSanjaya 2006 juga membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti berikut ini : 1 permainan simulasi simulation games yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, 2 bermain peran role playing yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarahperistiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan atau waktu tertentu, dan 3 sosiodramasociodrama yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran tokoh yang terlibat dalam proses sejarah. Kelebihan dan Kelemahan Metode ini: 1. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja. 2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan. 3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa. 4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis. 5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran. Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya : 1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan. 2. Pengelolaan yang kurang baik.sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan. 3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa dalam melakukan simulasi. Penulis berusaha memecahkan masalah tersebut dengan memberikan alternatifpenerapan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi yang berjudul “Seandainya Aku Jadi....”. Metode ini merupakan gabungan dari sirkuit simulasi dan model komponen darah yang diperankan oleh tiap siswa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem transportasi. Metode ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami konsep dengan benar, mudah diingat, menyenangkan, dan dapat ditangkap secara visual walaupun materi sistem transportasi tersebut adalah materi yang abstrak. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelas VIII SMP Al Hikmah.Jenis penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas dimana untuk mengetahui peningkatanpemahaman siswa terhadap konsep sistem transportasimenggunakan media sirkuit transportasi menggunakan metode bermain peran Role Playing pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA.Subjek Penelitian adalah peserta didik Kelas VIIISMP Al Hikmah yang berjumlah 23 orang. Adapun desain atau model penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri 2 kali pertemuan dan berarti pelaksanaan penelitian dengan 4 kali pertemuan dan dilakukan dalam empat tahap yakni yang secara garis besar terdapat empat tahap yaitu : 1. Rencana, 2. Tindakan, 3. Observasi, dan 4. Refleksi.Kemudian data yang dianalisis adalah yang diperoleh dari hasil belajar siswa dengan teknik statistik deskriptif.Djamarah 1997:13 menyatakan yang dimaksud dengan statisik deskriptif adalah berusaha melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa maksud menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang aktifitas siswa yang akan diamati. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan metode bermain peran menggunakan media sirkuit transportasi ,kegiatan selanjutnya adalah pemberian posttest siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa.Bentuk tes hasil belajar yang diberikan adalah essay sebanyak 10 soal.Hasil analisis posttest siklus I secara singkat dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus 1 Skor tertinggi 100 3 0rang 2 Skor terendah 25 2 orang 3 Banyaknya siswa yang belum tuntas 14 orang 4 Banyaknya siswa yang tuntas 9 orang 4 Presentase tuntas klasikal 39,13 5 Presentase daya serap klasikal 39,13 Dari posttest yang dilakukan dihasilkan nilai rata-rata kelas yaitu 67,1. Dengan persentasi ketuntasan kelas sebesar 39,13 . Dimana dari 23 siswa hanya ada 9 siswa yang nilainya memenuhi KKM KKM = 75, dan masih ada 14 siswa yang nilainya belum mencapai KKM, hal ini mungkin dikarenakan siswa belum terbiasa dengan metode yang digunakan sehingga siswa belum bisa terlibat sepenuhnya dalam aktivitas pembelajaran, mereka hanya memainkan peran sesuai skenario yang dibuat tanpa memahami dan memaknai secara mendalam tentang maksud dari peran yang dimainkannya dalam pembelajaran. Selain itu siswa juga hanya menganggap metode ini sebagai ajang untuk bermain-main, sehingga tujuan awal dari pembelajaran dengan metode ini belum bisa terlaksana secara maksimal, maka dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Siklus II Setelah pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi, kegiatan selanjutnya adalah memberikan posttest yang diberikan dalam bentuk ISBN 978-602-72071-1-0 essay sebanyak 10 soal,hasil analisis posttest siklus II secara singkat dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2.Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus II 1 Skor tertinggi 100 8 orang 2 Skor terendah 20 1 orang 3 Banyaknya siswa yang belum tuntas 7 orang 4 Banyak siswa yang tuntas 16 orang 5 Presentase tuntas klasikal 69,57 6 Presentase daya serap klasikal 69,57 Dari hasil posttest pada siklus 2 terlihat perbedaan nilai siswa yaitu nilai rata-rata kelas yang meningkat menjadi 79,9. Dari nilai rata-rata tersebut terdapat 16 orang siswa yang nilainya sudah memenuhi KKM.Adanya peningkatan ini dikarenakan pada siklus 2, siswa sudah mengetahui secara jelas aturan permainan dalam kegiatan pembelajaran bercermin dari pembelajaran siklus I, selain itu juga guru telah memperbaiki media sirkuit sirkulasi yang digunakan dan untuk menambah kegiatan yang dibuat secara terpisah. Pada siklus pertama, pembelajaran difokuskan pada satu episode yaitu Energi Hidup yang menggambarkan tentang proses penghasil energi dalam tubuh yang terdiri dari gabungan sistem pencernaan dan sistem pernafasan, sehingga diperlukan waktu lebih lama dibandingkan 2 episode lainnya.Siklus 2 ada tambahan berupa dua episode tersendiri yaitu episode Perban Ilahi tentang proses proses penutupan luka dan episode Tentara Siaga tentangproses pagositosis untuk membunuh kuman dalam tubuh. Sehingga konsep yang diserap siswa tidak saling tumpang tindih dan lebih mudah dipahami oleh siswa. Namun, dibalik peningkatan itu, masih ada sebanyak 7 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM, sehingga secara klasikal, persentase ketuntasannya masih bisa dibilang agak rendah cukup yaitu 69,57 . Hal ini dikarenakan dalam kelompok tidak semua siswa dapat menjiwai dan memahami perannya, selain juga kadang ada siswa yang hanya senang saat beraktivitas, tapi tidak pada saat menelaah kajian materi di sumber belajar.Selain itumungkin juga dipengaruhi kurangnya pengawasan dan pengarahan dari guru.Disamping ada beberapa siswa yang tidak terbiasa tampil di depan umum yang merasa minder sehingga kegiatan dalam kelompoknya juga kurang efektif. Nilai postes II diperoleh siswa setelah dievaluasi bahwa nilai rata-rata kelas posttest I yaitu 67,1 belum mencapai KKM 75 ketika belum menerapkan “Seandainya Aku Jadi ….” sehingga siswa diberi waktu untuk berdiskusi dan melatih diri lebih mahir untuk menerapkan “Seandainya Aku Jadi…”sehingga setelah semua siswa melakukan diadakan postes II, yang hasilnya 79,9. Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi menunjukkan respon yang baik. Tabel 3. Angket Respon Siswa terhadap pembelajaran dengan metode bermain peran menggunakan media sirkuit transportasi No. Pernyataan Tanggapan Ya Tidak 1. Saya menjadi lebih tertarik belajar sistem transportasi menggunakan metode ini 86,96 13,04 2. Saya merasa lebih paham setelah belajar menggunakan metode ini 73,91 26,09 3. Saya menjadi lebih termotivasi mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode ini 73,91 26,09 Berdasarkan data pada tabel 3, dapat dilihat siswa merasa lebih tertarik saat mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran menggunakan media sirkuit transportasi yaitu sebanyak 86,96 . Hal ini dikarenakan metode ini merupakan hal baru, siswa sebelumnya hanya bisa mengamati gambar sirkulasi darah dan komponen-komponen darah di buku siswa, pada metode ini siswa membuat komponen-komponen penyusun darah dalam bentuk 4 dimensi dai barang bekas di sekitar siswa sehingga mereka merasa memiliki medianya. Siswamemainkan peran mereka yang seolah-olah bisa menjelajahi langsung sistem transportasi di dalam tubuh merupakan pengalaman yang baru dan sangat berkesan bagi siswa. Dari segi pemahaman konsep, siswa yang menyatakan bahwa metode ini dapat membantu mereka lebih mudah dalam memahami konsep sistem transportasi sebanyak 73,91. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran siswa terlibat aktif dalam bermain peran, secara tidak langsung mereka seolah berinteraksi dan beradadalam sistem transportasi dan komponen-komponen di dalamnya. Sehingga pembelajaran pun jadi lebih bermakna dan mudah dipahami oleh siswa. Sementara untuk motivasi siswa, 73,91 siswa menyatakan termotivasi untuk belajar setelah menggunakan metode ini. Hal ini dikarenakan siswa dapat membuat model komponen-komponen darah sendiri sesuai dengan kreasi dan imajinasinya serta kompleknya proses transportasi di dalam tubuh. Siswa jadi termotivasi karena pembelajaran langsung berhubungan dengan sistem yang terjadi dalam diri mereka sendiri, dan dipelajari dengan cara yang menarik sehingga sepertinya mereka masuk ke dalam diri mereka sendiri.Selain itu juga menjadikan siswa bersyukur atas anugerah Allah yang telah menciptakan makhluk hidup dan segala komponen di dalamnya yang begitu komplek dan sempurna. Keunggulan dari pembelajaran iniadalah : 1. Meningkatkan pemahaman konsep siswa yang dapat dilihat dari peningkatan nilai siswa dari 67,09 menjadi 79,87 2. Bahan yang digunakan untuk pembuatan media berasal dari barang bekas dan mudah didapat sehingga dapat diterapkan di mana saja dan di segala kondisi. 3. Siswa lebih mudah mengingat konsep karena disimulasikan dalam metode bermain peran sehingga konsep yang dipelajari lebih bermakna. 4. Meningkatkan nilai spiritual siswa karena lebih bersyukur setelah menjalani pembelajaran bermain peran dalam sistem transportasi. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan media pembelajaran sirkuit transportasi dapat disimpulkan bahwa media ini dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas VIII SMP AlHikmah Surabaya pada materi sistem transportasi. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan sirkuit transportasi dengan metode bermain peran sebanyak 89,96 sangat tertarik belajar menggunakan metode ini. Siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar yang diketahui dari angket siswa sebanyak 73,91. Adanya peningkatan motivasi siswa berdampak pada meningkatnya pemahaman konsep tentang sistem transportasi sebesar 73,91. Saran 1. Diharapkan kepada para guru sebelum melakukan pembelajaran dengan metode yang baru bagi siswa, perlu adanya penjelasan kepada siswa sebagai persiapan, agar siswa mengerti dan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik dan lebih aktif. 2. Karena keterbatasan waktu, peneliti tidak bisa melanjutkan siklus selanjutnya, karena itu diharapkan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian serupa agar kiranya mengulang siklus apabila ketuntasan siswa belum mencapai hasil yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA A’la, Miftahun. 2011. Quantum Teaching. Yogjakarta: Diva Press. Buzan, Tony. 1999. Gunakan Kepala Anda. Jakarta: Pustaka Delataprasa. Djamarah, SB. 1997. Bermain Peran Sebuah Metode Pembelajaran. Jakarta : Cempaka Putih. Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Bandung: Bumi Aksara Hardini, Israni dan Dewi Puspiasari.2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia. Kartono, B dan Rusdi.2008. Seribu Pena Biologi untuk SMP MTs Kelas VIII . Jakarta: PT Erlangga. Pica,R. 2004. Experience in Movement: Brith to Age Eight . Clifton park NY: Delmar. Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembalajaran.Jakarta ; Media Grup Wijaya, Agung, dkk. 2008. IPA Terpadu VIII A. Jakarta: PT Grasindo. Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak . Jakarta: PT Indeks. ISBN 978-602-72071-1-0 PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA METODE EKSPERIMEN DIPADUKAN DENGAN MODEL TTW THINK, TALK, AND WRITE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SMPN 2 LOSARI PADA MATERI TEKANAN Indah Hartanti 1 Rosdiana 2 Sabria Ulfa 3 Program Studi S2 Pendidikan Sains UNESA E-mail: indah.hartanti2gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tekanan dengan mengkombinasikan metode eksperimen dan model TTW Think, Talk and Write, penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Losari kota Brebes, dengan subyek kelas VIII I berjumlah 42 siswa.Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan implementasi, pengamatan dan refleksi.Pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata siswa 64, sedangkan di siklus II diperoleh nilai rata-rata 69, dan di siklus III diperoleh nilai rata-rata 73.Selain nilai rata-rata, keterampilan mengeluarkan pendapat, keaktifan dalam diskusi dan menjawab pertanyaan dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan. Kata kunci : metode eksperimen, TTWThink, Talk and Write, hasil belajar ABSTRACT This research aims to improve student learning outcomes in the material pressure by combining experimental methods and models TTW Think, Talk and Write, the study was conducted in SMP Negeri 2 Losari Brebes, with the subject of class VIII I numbered 42 students. This study was conducted three cycles where each cycle consists of four phases: planning, action implementation, observation and reflection. In the first cycle, the value of the average 64 students, while in the second cycle obtained by the average value of 69, and in the third cycle obtained by the average value of 73. In addition to the average value, the skills of speech, active in discussions and answer questions cycle I, II and III increased. Keywords : experimental method, TTW Think, Talk and Write, learning outcomes Surabaya, 23 Januari 2016 PENDAHULUAN Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum 2013 di desain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa yang berbasis peradaban dan kompetensi. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Losari Kabupaten Brebes, peneliti menemukan permasalahan pada proses pembelajaran IPA. Proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Losari belum maksimal karena sarana dan prasarana pembelajaran IPA belum memadai, guru cenderung kekurangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan menggunakan metode ceramah biasa, sehingga hasil belajar anak kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pelajaran IPA yang cukup rendah.Pemilihan model dan metode pembelajaran yang baik diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menumbuhkan minat belajar IPA, sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.Metode eksperimen, sudah sering peneliti gunakan pada proses pembelajaran Tekanan, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan.Rata-rata nilai yang diperoleh siswa dengan hanya menggunakan metode ekperimen berkisar pada angka 58.Nilai ini belum signifikan dengan metode yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk memadukan Metode Eksperimen dengan Model TTW Think, Talk and Write yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa,siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, setidaknya mencapai nilai rata-rata 70. Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatakan hasil belajar pada materi tekanan dengan menggunakan Metode Eksperimen yang dipadukan dengan Model TTW Think, Talk and Write . Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Losari Kabupaten Brebes, tahun ajaran 20132014 semester genap, subyek yang diteliti adalah siswa kelas VIII I yang berjumlah 42 siswa, prosedur penelitian di laksanakan sebanyak tiga siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan implementasi, pengamatan dan refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 3 siklus pada materi yang sama. Siklus I Siklus I berlangsung selama 2x40 menit 1 x pertemuan. Dari hasil tes pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 64 Tabel 1. Ketuntasan kerja kelompok dalam menjawab pertanyaan LKS di siklus I masih ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 17 siswa, yang sudah menjawab dengan benar sebanyak 25 siswa sehingga persentase yang belum bisa menjawab dengan benar sebesar 40,47. Faktor tidak tercapainya indikator keberhasilan yang dilihat dari nilai hasil tes tersebut di atas adalah kurang maksimalnya metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran, terutama pemberi konstribusi yang cukup besar terhadap kurang berhasilnya penelitian ini adalah banyak siswa 16 orang yang memperoleh nilai kurang 61 dan hanya26 orang siswa yang memperoleh nilai 61. Siswa baru mengenal metode Think, Talk and Write. Hasil penelitian, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument, hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut: Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar kategori kurang dengan prosentase sebesar 55, kelancaran mengemukaan ide dalam memecahkan masalah kategori kurang dengan prosentase sebesar 57, keaktifan siswa dalam diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 55, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 57, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 57, keaktifan siswa dalam bertanya kategori kurang dengan prosentase sebesar 59, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar kategori kurang dengan prosentase sebesar 56 dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kategori kurang dengan prosentase sebesar 57. Keaktifan dari delapan kelompok hanya mendapat 5 kelompok yang aktif melakukan percobaan atau 62,5 dan 5 kelompok yang aktif melakukan diskusi atau 62,5. Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 85 siswa merasa senang, 40 yang merasa kesulitan belajar, 50 siswa ada keberanian mengemukakan pendapat,80 mendorong siswa lebih kreatif. Prestasi belajar siswa pada siklus I, mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 64 tabel 1, dan masih terdapat 69,1 siswa yang nilainya dibawah KKM yang telah ditentukan disekolah. Tahap berikutnya yang dilakukan peneliti adalah merefleksi pada siklus I. Refleksi terhadap nilai post tes belum memuaskan karena hanya 39,1 saja ketuntasan yang siswa dalam kelas tersebut dan rata- rata nilai 64. Sehingga perlu adanya perbaikan di siklus berikutnya, seperti pengadaan tes awal pre tes.Penambahan jumlah alokasi waktu pada saat siswa melakukan eksperimen dan mendiskusikannya dengan teman sekelompoknya.Melihatdarihasilpengamatanpadasikl usI,antusias,keaktifan,kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih dalam kategori cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi, keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapatkan nilai kurang dengan rentang nilai 60, ISBN 978-602-72071-1-0 ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap karena baru mengenal model pembelajaran think, talk and write . Disisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40 yang masih kesulitan memahami materi dan 50 kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada siklus II perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih antusias dengan memberikan penghargaan, menyediakan sumber belajar berupa fotokopi materi, dan meminjami buku ajar. Berdasarkan siklus I didapat nilai rata-rata prestasi siswa 64 padahalsebelumnya dengan 59 yang berarti ada kenaikan 5point dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II. Siklus II Siklus II berlangsung selama 2 x 40 menit 1xpertemuan.Dalam perencanaan peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, rencana pembelajaran yang hampir sama dengan siklus pertama akan tetapi ditambah dengan pengadaan pretes sebelum siswa melakukan ekperimen karena dengan adanya pretes awal diharapkan siswa lebih termotivasi untuk belajar atau mempersiapkan diri sebelum proses belajar dimulai. Selain itu alokasi waktu untuk eksperimen pada siklus I hanya 15 menit pada siklus II waktu ditambah menjadi 25 menit. Setelah proses pembelajaran pada siklus II selesai, selanjutnya pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah dibahas. Dari hasil tes pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 69 Tabel 1. Ketuntasan kerja kelompok dalam menjawab pertanyaan LKS di siklus II masih ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 5 siswa, yang sudah menjawab dengan benar sebanyak 37 orang sehingga persentase yang belum bisa menjawab dengan benar sebesar 11,90. Faktor tercapainya indikator keberhasilan yang dilihat dari nilai hasil tes tersebut di atas adalah siswa sudah mengenal metode Think, Talk and Write karena pada saat siklus pertama telah dilaksanakan dengan metode yang sama dilaksanakan dalam pembelajaran. Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah disiapkan, yang meliputi pengamatan kegiatan guru, siswa saat kegiatan saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar kategori cukup dengan prosentase sebesar 65, kelancaran mengemukaan ide dalam memecahkan masalah kategori kurang dengan prosentase sebesar 62, keaktifan siswa dalam diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 68, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 69, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 67, keaktifan siswa dalam bertanya kategori kurang dengan prosentase sebesar 65, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar kategori kurang dengan prosentase sebesar 63 dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kategori kurang dengan prosentase sebesar 64. Keaktifan dari delapan kelompok hanya mendapat 7 kelompok yang aktif melakukan percobaan atau 87,5 dan 7 kelompok yang aktif melakukan diskusi atau 87,5.Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90 siswa merasa senang, 30 yang merasa kesulitan belajar, 65 siswa ada keberanian mengemukakan pendapat, 90 mendorong siswa lebih kreatif . Tahap refleksi pada siklus 2 adalah mengamati hasil yang diperoleh peneliti dan kolaborator bahwa metode Think, Talk and Write mampu meningkatkan hasil belajar dari siklus I dengan ketuntasan belajar 61 menjadi 88. Rata- rata nilai siswa siklus I yaitu 61 meningkat menjadi 64. Serta keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat, ini terlihat dari aspek yang diamati kolaborator dari yang sebelumnya kurang rentang nilai 60 menjadi cukup 60-70. Nilai rata-rata belum mencapai yang diharapkan yaitu 70.Dengan hasil refleksi tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan peneletian satu siklus lagi, untuk mencapai nilai rata-rata 70. Siklus III Siklus III berlangsung selama 2 x 40 menit 1x pertemuan.Dalam perencanaan peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, rencana pembelajaran yang hampir sama dengan siklus kedua, untuk menambah motivasi belajar siswa ada pemberian reward penghargaan berupa alat tulis terhadap tiga kelompokterbaik. Setelah proses pembelajaran pada siklus III selesai, selanjutnya pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi yang telah dibahas. Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah disiapkan, yang meliputi pengamatan kegiatan guru, siswa saat kegiatan saat kegiatan belajar mengajar, dan angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut. Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar kategori cukup dengan prosentase sebesar 90, kelancaran mengemukaan ide dalam memecahkan masalah kategori kurang dengan prosentase sebesar 75, keaktifan siswa dalam diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 85, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 80, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 78, keaktifan siswa dalam bertanya kategori kurang dengan prosentase sebesar 80, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar kategori kurang dengan prosentase sebesar 84 dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kategori kurang dengan prosentase sebesar 82. Tahap refleksi pada siklus 3 adalah mengamati hasil yang diperoleh peneliti dan kolaborator bahwa metode Think, Talk and Write mampu meningkatkan hasil belajar dari siklus II dengan ketuntasan belajar 88 menjadi 95. Rata- rata nilai siswa siklus I yaitu 64 meningkat menjadi 73. Serta keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat, ini terlihat dari aspek yang diamati kolaborator dari yang sebelumnya cukup rentang nilai 60-70 menjadi baik 71-85. Ketuntasan kerja kelompok dalam menjawab pertanyaan LKS di siklus III semua siswa bisa menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 42 siswa, sehingga persentase yang sudah bisa menjawab dengan benar sebesar 100.Hal ini menunjukkan tidak ada satu siswapun yang tidak dapat menjawab pertanyaan pada LKS, artinya indikator telah tercapai. Faktor tercapainya indikator keberhasilan yang dilihat dari nilai hasil tes tersebut di atas adalah siswa sudah tidak canggung lagi, siswa sudah mahir dengan metode Think, Talk and Write karena pada saat siklus I dan II telah dilaksanakan dengan metode yang sama. Keaktifan dari delapan kelompok mendapat 8 kelompok yang aktif melakukan percobaan atau 100 dan 8 kelompok yang aktif melakukan diskusi atau 100.Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 100 siswa merasa senang, 2 yang merasa kesulitan belajar,80 siswa ada keberanian mengemukakan pendapat, 90 mendorong siswa lebih kreatif . Jika dilihat dari keseluruhan aktivitas siswa pada saat pembelajaran, maka data yangdiperoleh menunjukkan peningkatan hasil belajar dari siklus kesiklus sebagaimana terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata nilai siswa setiap siklus Rata-rata nilai Siklus Sebelum I II III 51 64 69 73 Ketercapaian indikator seperti antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, kelancaran mengemukaan ide dalam memecahkan masalah, keaktifan siswa dalam diskusi ,kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan peningkatan dari siklus I ke siklus II, siklus II ke siklus III. PENUTUP Simpulan Penelitian tindakan kelas ini mendapat simpulan antara lain : Pembelajaran melalui metode ekperimen yang dipadukan dengan Model Think, Talk and Write menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran IPA kelas VIII I SMPN 2 Losari pada materi Tekanan. Metode pembelajaran ekperimen dipadukan dengan Model Think, Talk, and Write dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VIII I SMPN 2 Losari Kabupaten Brebes. DAFTAR PUSTAKA Nugroho, Edi K. 2004. Pembelajaran danPengajaranKontekstual . Jurusan Biologi FMIPA UNNES. Rosyid, Ainur. 2005.Proposal Penelitian Tindakan Kelas . Brebes. Sudrajat, A. 2011.Tesis Keefektivan PembelajaranMatematikaDenganMenggunak anMetode Pembelajaran Think-Talk-write TTW Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XI .www.scrib.com. Sunyono dan Siti Marinah.2002.Optimalisasi Pembelajaran Kimia Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar Melalui Penerapan Metode Eksperimen Berwawasan Lingkungan. Laporan PTK. Universitas Lampung. Sutusia, 2006.Peningkatan Minat Belajar dan Aktivitas Siswa Pokok BahasanKeanekaragaman Hayati Kelas X Melalui Pembelajaran Think,Talk, Write, Laporan PTK Zainal Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan kelas Untuk guru SMP, SMA danSMK . Bandung: Yrama Widya. ISBN 978-602-72071-1-0 MENUMBUHKAN KREATIVITAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK Ria Wulandari Dosen Program Studi Pendidikan IPA FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo E-mail: riawulandari.rw46gmail.com ABSTRAK Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Di era globalisasi saat ini, berpikir kreatif sangat diperlukan oleh semua orang sehingga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Produk dari berpikir kreatif adalah kreativitas. Kreativitas harus senantiasa dikembangkan karena berperan penting dalam kehidupan seseorang. Manfaat kreativitas adalah mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan jaman. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan referensi cara menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme. Pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajarannya, pendidik melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan permasalahan yang menantang sehingga menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan tugas investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri ataupun kelompok. Kata Kunci: Berpikir kreatif, Kreativitas, dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ABSTRACT Creative thinking is a part of highlevel thinking. In this globalization era, creative thinking is needed by everyone so that they can create products that are beneficial to humans. Product of creative thinking is creativity. Creativity must constantly be developed because it plays an important role in a persons life. The benefit of creativity is able to adapt to the various demands of the times. The purpose of writing this article is to provide references how to cultivate and develop the creativity of learners through learning based on constructivism. Learning based on project can be applied to build the learners’ creativity. This is due in the learning process, teacher involves project work containing complex tasks based on the problems that challenge and requires students to design, solve problems, make decisions, carry out the task of investigation, as well as providing opportunities for learners to work independently or in groups. Keywords : Creative Thinking, Creativity, Learning Based on Project PENDAHULUAN Belajar adalah aktivitas mental dan psikis yang dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dengan cara berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku dapat meliputi kecakapan hidup, kognitif, sikap, dan keterampilan. Perubahan tingkah laku akan bersifat permanen apabila didukung oleh lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga pebelajar dapat lebih aktif membangun pengetahuannya. Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah meningkatkan percaya diri, rasa ingin tahu, berkomunikasi dengan sesama, serta berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Di era globalisasi saat ini, berpikir kreatif sangat diperlukan oleh semua orang sehingga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang logis dan divergen sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru. Produk dari berpikir reatif adalah kreativitas. Kreativitas merupakan aktivitas kognitif yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Kreativitas harus senantiasa dikembangkan karena berperan penting dalam kehidupan seseorang. Dengan kreativitas yang tinggi, seseorang dapat mengembangkan potensi diri secara maksimal, menggunakan ide-idenya untuk menciptakan kreasi baru, menimbulkan kepuasan diri yang tak terhingga nilainya, menghasilkan berbagai alternatif pemecahan masalah, dan sebagai bekal menghadapi era globalisasi yang bergerak cepat dan dinamis. Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan peran dari lingkungan sekitar terutama lingkungan sekolah. Salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah pendidik. Pendidik merupakan ujung tombak berlangsungnya kegiatan Surabaya, 23 Januari 2016 pembelajaran sehingga memiliki peran dan fungsi penting sebagai sumber belajar dan bahkan kerapkali mendominasi proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik Agung, 2010. Proses pembelajaran lebih mengacu pada pelaksanaan tugas dan fungsi mengajar. Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif sehingga peserta didik berminat mempelajari materi pelajaran, senang bertanya, berani mengajukan pendapat, mengungkapkan ide-ide baru, dan melakukan berbagai percobaan ilmiah yang menuntut pengalaman baru. Persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran IPA dapat dilihat pada Tabel 1. Hakikat IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus ada dalam diri seorang ilmuan atau akademisi dalam menghadapi persoalan- persoalan ilmiah. Sikap ilmiah meliputi jujur, terbuka, toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif. Proses ilmiah merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh oleh para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah- langkah ini tersusun sistematis dan disebut metode ilmiah. Produk ilmiah adalah hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dan sudah teruji kebenarannya secara empiris dan eksperimen. Penekanan dari ketiga komponen ini adalah pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui pembelajaran yang interaktif dan inovatif sehingga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik dapat menunjukkan hasil yang baik. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan referensi cara menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran. PEMBAHASAN Pergeseran Pandangan Tentang Pembelajaran Pesatnya perkembangan jaman mengakibatkan terjadinya pergeseran pandangan tentang pembelajaran. Awalnya pembelajaran dipandang sebagai suatu kegiatan mentransfer informasi dari pendidik. Pendidik memegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Isi materi dan langkah penyampaian materi ditentukan oleh pendidik. Akibatnya proses belajar mengajar tidak optimal karena peserta didik bersikap pasif. Peserta didik hanya mendengarkan dengan seksama, mencatat bagian-bagian penting yang disampaikan pendidik, dan hanya menerima hal-hal yang disampaikan pendidik. Hal ini tidak relevan dengan kondisi saat ini. Perkembangan IPTEK yang pesat menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara mengubah pembelajaran menjadi berpusat kepada peserta didik. Peserta didik tidak lagi menjadi seseorang yang menerima informasi secara pasif melainkan menjadi seseorang yang aktif dalam proses pembelajaran, memproduksi berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta lebih kolaboratif dengan peserta didik lain dalam pembelajaran. Peran pendidik juga mengalami pergeseran. Pendidik tidak lagi menjadi sumber informasi dan pengendali pembelajaran tetapi menjadi fasilitator, motivator, dan mitra belajar bagi peserta didik. Tabel 1. Persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran IPA Persoalan dalam pembelajaran IPA Tema yang akan dibahas 1. Bagaimanakah pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik selama ini? Pembelajaran sebagian besar dilakukan satu arah yang mengakibatkan kreativitas peserta didik tidak berkembang dengan baik. Pembelajaran berpusat kepada peserta didik perlu diterapkan dalam proses pembelajaran. Peserta didik menjadi lebih aktif dan melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2. Apakah kreativitas selalu dimunculkan dalam pembelajaran? Kreativitas jarang dimunculkan dalam pembelajaran. Kreativitas perlu dilatihkan dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat kreativitas adalah menghasilkan produk inovatif. 3. Mengapa kreativitas perlu dimunculkan dalam pembelajaran? Kreativitas merupakan kemampuan berarti dalam kehidupan seseorang. Kreativitas sangat diperlukan agar mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Manfaat lain yang diperoleh adalah memberikan peluang bagi seseorang untuk mengaktualisasikan diri sehingga dapat melakukan perubahan dalam hidupnya. Perubahan hidup yang lebih baik merupakan indikator keberhasilan belajar. 4. Bagaimanakah cara yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran? Penggunaan model pembelajaran yang dilandasi teori belajar konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri ISBN 978-602-72071-1-0 Pembelajaran berpusat kepada peserta didik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut ketertarikannya, kemampuan pribadi, dan gaya belajar. Tugas belajar yang harus diselesaikan bersifat terbuka dan menantang sehingga peserta didik terlibat dalam berpikir tingkat tinggi high order thinking. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Manfaat Kreativitas dalam Pembelajaran Berpikir Kreatif Berpikir kreatif merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi dapat terjadi ketika seseorang mampu menghubungkan informasi, menata kembali, dan memperluas informasi untuk menemukan pemecahan masalah atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kreatif disebut juga berpikir divergen karena terdapat banyak jawaban yang diajukan untuk memecahkan persoalan yang muncul . Setiap individu memiliki potensi untuk kreatif, tergantung cara menumbuhkan dan mengembangkan potensi kreatif tersebut. Ciri individu yang kreatif adalah imajinatif, mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa ingin tahu yang kuat, ingin mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan energik, percaya diri, bersedia mengambil resiko serta berani dalam pendapat dan memiliki keyakinan diri Munandar, 2009. Hubungan Berpikir Kreatif dan Kreativitas Kreativitas berkaitan erat dengan berpikir kreatif karena kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif yang dilakukan oleh seseorang. Menurut kamus Webster dalam Anik Pamilu 2007: 9 kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat imajinatif. Solso, Maclin Maclin 2007: 444 mendefinisikan kreativitas sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis selalu dipandang menurut penggunaannya. Menurut Semiawan 2009 kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. Menurut Santrock 2008 kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tidak biasa sehingga menghasilkan solusi yang unik atas suatu masalah. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kreativitas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada baik berupa gagasan ataupun karya yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Pembelajaran berpusat kepada peserta didik menuntut kreativitas dan kemandirian diri peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya. Kreativitas memberikan manfaat dalam lingkup luas ataupun sempit. Dalam lingkup luas, kreativitas dapat digunakan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad 21. Sedangkan dalam lingkup sempit, kreativitas dapat mengembangkan potensi peserta didik dalam pembelajaran. Manfaat kreativitas dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad 21 adalah Suyanto dan Djihad, 2012: 210: 1. Kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan diri. 2. Kreativitas memungkinkan seseorang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah. 3. Kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup. 4. Kreativitas memungkinkan seseorang meningkatkan kualitas hidup. 5. Kreativitas memungkinkan seseorang meningkatkan inovasi dan perubahan hidupnya. Manfaat kreativitas dalam pembelajaran bagi peserta didik adalah: 1. Dapat mengaitkan berbagai pengetahuan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah. 2. Dapat memecahkan masalah secara efektif dan efisien. 3. Melatih keterampilan berpikir ilmiah melalui kegiatan eksperimen. Tabel 2. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran No Aspek Berpusat kepada pendidik Berpusat kepada peserta didik 1. Aktivitas kelas Pendidik sebagai sentral dan bersifat didaktis Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif 2. Peran pendidik Menyampaikan fakta-fakta, pendidik sebagai ahli Kolaboratif, kadang-kadang peserta didik sebagai ahli. 3. Penekanan pembelajaran Mengingat fakta-fakta Hubungan antara informasi dan temuan. 4. Konsep pengetahuan Akumulasi fakta secara kuantitas Transformasi fakta-fakta secara kontekstual 5. Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman, penilaian acuan patokan 6. Penilaian format Soal-soal pilihan berganda Portofolio, pemecahan masalah, dan penampilan 7. Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses, jaringan, kolaborasi, dan ekspresi Sumber: Suyanto dan Djihad 2012:209 4. Menghasilkan produk dan media pembelajaran yang inovatif. Pengaruh Kreativitas Terhadap Keberhasilan Belajar Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor. Faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi keterbukaan, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk- bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi- kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu Munandar, 2009. Dari segi kognitif, kreativitas merupakan kemampuan berpikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan keterincian Anwar, 2012 dalam Mursidik dkk, 2015. 1. Aspek kelancaran Aspek kelancaran terkait dengan cara peserta didik membangun ide. Kelancaran dalam kreativitas mengacu kepada berbagai jawaban benar. Peserta didik memberikan lebih dari satu jawaban atas permasalahan yang diberikan. Dalam aspek ini, jawaban yang berbeda belum tentu dianggap beragam. 2. Aspek keluwesan Aspek keluwesan dalam kreativitas mengarah pada kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dengan beragam cara penyelesaian yang berbeda. Penggunaan cara yang berbeda ini diawali dengan memandang permasalahan yang diberikan dari sudut pandang yang berbeda. 3. Aspek keaslian Keaslian jawaban atau cara penyelesaian terkait dengan jumlah peserta didik yang memberikan jawaban atau cara penyelesaian tersebut. Semakin sedikit peserta didik memberikan suatu jawaban yang sama atau cara penyelesaian yang sama, semakin tinggi tingkat keaslian jawaban tersebut. Namun aspek ini juga tetap mempertimbangkan kesesuaian dan kemanfaatan jawaban. 4. Aspek keterincian Aspek keterincian terkait dengan kemampuan siswa untuk menjelaskan secara runtut, rinci, dan saling terkait antara satu langkah dengan langkah yang lain. Penggunaan konsep, istilah, dan notasi yang sesuai juga dipertimbangkan dalam aspek ini. Dari segi afektif, kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas dan tantangan majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain Suyanto dan Djihad, 2012. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar disebut hasil belajar. Hasil belajar dapat dipandang sebagai ukuran tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Uno 2006, tujuan pembelajaran secara umum didasarkan pada taksonomi pembelajaran. Hasil belajar pada taksonomi pembelajaran dikelompokkan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif didasarkan pada taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom mengalami revisi dengan pertimbangan bahwa berpikir merupakan proses yang aktif bukan suatu produk. Anderson dan Krathwohl dalam Ratumanan dan Laurens 2011 membedakan ranah kognitif dalam dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, metakognitif dan dimensi proses kognitif mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi. 1. Mengingat memanggil atau mengingat kembali pengetahuan- pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. 2. Memahami Mengkonstruksi pemahaman dari pesan yang disampaikan termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun secara grafik. 3. Menerapkan melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan. 4. Menganalisis memisahkan materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian tersebut. 5. Mengevaluasi membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar melalui mengecek dan mengkritisi. 6. Mengkreasi menempatkan unsur-unsur bersama untuk membentuk suatu kesatuan yang koheren, mengatur kembali bagian-bagian ke dalam suatu pola atau susunan yang baru. Ranah afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Krathwohl dkk dalam Ratumanan dan Laurens 2011 tingkatan ranah afektif mulai dari yang sederhana sampai kompleks adalah: 1. Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya stimulus dari luar yang datang pada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi, gejala, serta kesadaran dan kesediaan menerima stimulus tersebut. 2. Partisipasi mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan turut serta dalam suatu kegiatan. 3. Penilaian ISBN 978-602-72071-1-0 mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut. 4. Organisasi Mencakup kemampuan yang mengacu pada membawa nilai-nilai berbeda secara bersama, menyelesaikan konflik diantara mereka, dan mulai membangun suatu sistem nilai yang konsisten. 5. Karakterisasi Individu memiliki sistem nilai yang mengontrol perilakunya. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang. Ranah psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik. Menurut Simpson dalam Suprihatiningrum 2013 tingkatan dari yang paling sederhana sampai kompleks adalah: 1. Persepsi mencakup kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan antara sesuatu tersebut. 2. Kesiapan mencakup kemampuan utuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan. 4. Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh. 5. Gerakan yang kompleks mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancer, efisien, dan tepat. 6. Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku. 7. Kreativitas mencakup kemampuan menciptakan pola gerak baru atas dasar prakarsa sendiri. Apabila diamati, tingkatan tertinggi dimensi proses kognitif pada revisi taksonomi Bloom dan tingkatan tertinggi ranah psikomotorik adalah mengkreasi dan kreativitas. Suatu kemampuan yang dapat menciptakan pola baru atas inisiatif sendiri. Kemampuan ini dapat dicapai apabila telah menguasai kemampuan-kemampuan yang berada di tingkat sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan membangun, merencanakan, dan menghasilkan suatu produk baru membutuhkan pemikiran yang kompleks. Seseorang dapat mencipta apabila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada suatu produk dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis. Peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi bila ditinjau dari segi kognitif akan mampu memberikan berbagai alternatif jawaban terhadap masalah yang dihadapi, mampu menyelesaikan msalah dengan cara yang berbeda, mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi, dan mampu menjelaskan secara rinci langkah-langkah penyelesaian yang digunakan. Hal ini membawa dampak positif bagi peserta didik. Peserta didik dapat melakukan aktivitas kognitif secara sistematis, logis, dan kreatif yang sangat bermanfaat saat diterapkan dalam kehidupan nyata. Bila ditinjau dari segi afektif, peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi akan menunjukkan rasa ingin tahu dan termotivasi saat mendapat stimulus dari lingkungan, tertarik dengan tugas dan tantangan majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain. Sikap ini sangat diperlukan saat berinteraksi di dalam lingkungan sosial. Seseorang akan lebih menghargai dan menghayati nilai-nilai kehidupan sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Ditinjau dari segi psikomotorik, peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi akan selalu menghasilkan berbagai karya inovatif yang sesuai dengan perkembangan jaman dan bersifat orisinil. Kreativitas merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi yang memuat ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah ini merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar atau disebut hasil belajar. Kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam tatanan revisi taksonomi Bloom. Oleh sebab itu apabila peserta didik mampu mencapai kreativitas, maka hasil belajar peserta didik dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2010 bahwa semakin tinggi kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik maka semakin tinggi pula hasil belajar PLC yang akan dicapai oleh peserta didik tersebut. Indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat dilihat dari dua hal berikut ini: 1. Proses pembelajaran a. Peserta didik menguasai konsep dan keterampilan yang dipelajari dengan baik. b. tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh pendidik. 2. Kehidupan nyata a. mampu menghadapi tuntutan jaman b. memiliki sikap dan perilaku yang baik di lingkungan sosial. c. mengambil keputusan yang tepat untuk masalah yang dihadapi. d. menghasilkan karya inovatif sesuai perkembangan jaman Upaya Menumbuhkan Kreativitas dalam Pembelajaran Pembelajaran berpusat kepada peserta didik menekankan kemampuan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Belajar dipandang sebagai suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental peserta didik secara aktif. Konstruktivisme merupakan respon dari pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Konstruktivisme memandang belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan dan bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses pembelajaran peserta didik bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri Aunurrahman, 2013. Konstruktivisme menjadi landasan teori terbentuknya model pembelajaran yang menekankan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas- tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan tugas investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri ataupun kelompok Thomas dalam Wena 2009. Karakteristik model pembelajaran berbasis proyek adalah Wena, 2009: 1. Peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. 2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. 3. Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil. 4. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. 5. Peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu. 6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,. 7. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya. 8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan Langkah-langkah dalam model pembelajaran berbasis proyek seperti yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation 2005 dalam Nurohman terdiri dari : 1. Start With the Essential Question penentuan pertanyaan mendasar Pembelajaran dimulai dengan pemberian pertanyaan esensial yang dapat menuntun peserta didik melakukan aktivitas. 2. Design a Plan for the Project mendesain perencanaan proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik sehingga peserta didik merasa “memiliki” proyek tersebut. 3. Create a Schedule menyusun jadwal Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. 4. Monitor the Students and the Progress of the Project memonitor peserta didik dan kemajuan proyek Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. 5. Assess the Outcome menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. 6. Evaluate the Experience mengevaluasi pengalaman Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Menurut Moursund dalam Wena 2009, kelebihan model pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut: 1. Meningkatkan motivasi, peserta didik berusaha keras untuk menyelesaikan proyek dan bersemangat dalam pembelajaran. 2. Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif, dan berhasil memecahkan masalah yang bersifat kompleks. 3. Keterampilan peserta didik mencari dan mengolah informasi meningkat. 4. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek mengakibatkan peserta didik mampu mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi peserta didik, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. 5. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata. 6. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber- sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Kreativitas dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek Model pembelajaran berbasis proyek memiliki 6 sintaks pembelajaran. Setiap sintaks memiliki kegiatan yang dapat meningkatkan peran aktif peserta didik, terlibat langsung dalam pembelajaran, dan menumbuhkan kreativitas. Berdasarkan hasil penelitian Adnyawati 2011 pada mahasiswa Jurusan PKK-Tata Boga FTK Undiksha, menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis proyek dengan bantuan portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar hidangan Bali, mahasiswa selalu dapat berkreasi pada ketentuan yang berlaku, melakukan kerjasama antara teman dengan baik sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar antar mahasiswa dalam kelompok kecil maupun kelas. Menumbuhkan kreativitas dalam model pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kreativitas dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek No Sintaks model pembelajaran berbasis proyek Aktivitas yang dilakukan Kreativitas 1. Penentuan pertanyaan mendasar Memberikan pertanyaan sesuai dengan realitas dunia nyata dan relevan dengan kehidupan peserta didik. Ditinjau dari segi afektif: a. muncul rasa ingin tahu b. termotivasi untuk mencari jawaban c. tertarik dengan tugas dan tantangan Ditinjau dari segi kognitif: peserta didik akan mencari alternatif jawaban benar melalui ISBN 978-602-72071-1-0 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa kreativitas dapat dilakukan di setiap sintaks model pembelajaran berbasis proyek. Melalui pembelajaran berbasis proyek, kreativitas dan motivasi peserta didik akan meningkat Clegg, 2001; Clegg Berch, 2001 dalam Wena 2009. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas diperlukan peran aktif pendidik dan peserta didik. Peran pendidik adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran berdasarkan keunikan dan gaya belajar peserta didik, fasilitator, motivator, membuat portofolio pekerjaan peserta didik, dan menilai proyek secara transparan dengan penilaian yang sesuai. Sedangkan peran peserta didik adalah aktif bertanya, melakukan riset sederhana, mempelajari ide dan konsep baru, belajar mengatur waktu dengan baik, melakukan kegiatan belajar sendirikelompok, dan melakukan interaksi sosial Kemdikbud, 2013. Lanjutan Tabel 3. Kreativitas dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek No Sintaks model pembelajaran berbasis proyek Aktivitas yang dilakukan Kreativitas 5. Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Ditinjau dari segi afektif: a. menghargai pendapat orang lain b. tidak mudah putus asa c. selalu ingin mencari pengalaman baru d. berani menghadapi resiko e. menghargai keindahan Ditinjau dari segi kognitif a. peserta didik menentukan cara yang tepat untuk penyelesaian proyek aspek keaslian. b. peserta didik menjelaskan secara rinci dan sistematis langkah-langkah penyelesaian proyek aspek keterincian. Ditinjau dari segi psikomotorik Peserta didik dapat menghasilkan karya baru yang kreatif dan orisinil. 6. Mengevaluasi pengalaman Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pendidik dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Ditinjau dari segi afektif: a. menghargai pendapat orang lain b. tertarik dengan tugas dan tantangan majemuk c. tidak mudah putus asa d. selalu ingin mencari pengalaman baru e. berani menghadapi resiko f. menghargai keindahan Ditinjau dari segi kognitif a. peserta didik mencari alternatif penyelesaian dari pertanyaan yang diberikan aspek kelancaran. b. peserta didik menyelesaikan proyek dengan beragam cara yang berbeda aspek keluwesan. c. peserta didik menentukan cara yang tepat untuk penyelesaian proyek aspek keaslian. d. peserta didik menjelaskan secara rinci dan sistematis langkah-langkah penyelesaian proyek aspek keterincian. Ditinjau dari segi psikomotorik Peserta didik dapat menghasilkan karya baru yang kreatif dan orisinil. PENUTUP Simpulan Kreativitas perlu dilatihkan melalui pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Kreativitas memberi manfaat yang besar bagi kehidupan peserta didik. Manfaat kreativitas diantaranya adalah dapat mengaitkan berbagai pengetahuan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, dapat memecahkan masalah secara efektif dan efisien, melatih keterampilan berpikir ilmiah melalui kegiatan eksperimen dan menghasilkan produk dan media pembelajaran yang inovatif. Selain itu kreativitas berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik karena kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam tatanan revisi taksonomi Bloom. Sehingga apabila peserta didik mampu mencapai kreativitas, maka hasil belajar peserta didik dapat tercapai dengan baik. Penggunaan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dengan baik. Model pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajarannya, pendidik melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan pertanyaan dan permasalahan yang menantang sehingga menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan tugas investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri ataupun kelompok. DAFTAR PUSTAKA Adnyawati, Ni Desak Made Sri. 2011. Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Tentang Hidangan Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran , Online, 441-3: 52-59, http:download.portalgaruda.org, diakses 10 Januari 2016. Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru . Jakarta Timur: Bestari Buana Murni. Anik, Pamilu. 2007. Mengembangkan Kreativitas Dan Kecerdasan Anak . Jakarta : Buku Kita. Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Kemdikbub. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 . Jakarta: BPSDMPK dan PMP. Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat . Jakarta: PT Rineka Cipta. Mursidik, dkk. 2015. Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Open-Ended Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 41: 23-33. Nurohman, Sabar. Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika , Online http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfiles 132309687project-based-learning.pdf, diakses 10 Januari 2016. Ratumanan dan Laurens. 2011. Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan . Surabaya: Unesa University Press. Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran . Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA. Suyanto dan Djihad, Asep. 2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional. Yogyakarta: Multi Pressindo. Semiawan, Conny R. 2009. Kreativitas Kebebakatan . Jakarta: PT. Indeks. Solso, R.L., Maclin, O.H., Maclin, M.K. 2007. Psikologi Kognitif edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga. Uno, Hamzah B. 2006. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara. Wulandari, Novi. 2010. Hubungan Kreativitas Siswa dengan Hasil Belajar Mata Diklat PLC di SMK Negeri 5 Jakarta Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Negeri 5 Jakarta . Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional . Jakarta: Bumi Aksara ISBN 978-602-72071-1-0 DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TOPIK PERISTIWARESPIRASI MANUSIA Cintya D. Purba 1 Jodelin Muninggar 2 Debora N. Sudjito 3 1 Mahasiswa S1 PendidikanFisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Dosen S1 Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana 3 Dosen S1 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana E-mail: tyapurba91gmail.com ABSTRAK Memadukan materi biologi, kimia dan fisika secara terpadu merupakan masalah yang ditemukan oleh guru, sekalipun pemerintah telah membuat RPP namun, RPP tersebut tidak dibuat secara terperinci dan tidak saling berhubungan. Penelitian ini menyelidiki 1 bagaimana desain pembelajaran IPA Terpadu tentang repirasi manusia dan 2 bagaimana efektivitas desain pembelajaran tersebut terhadap pemahaman siswa. Penelitian ini b ertujuan membuat contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP IPA Terpadu “Peristiwa Respirasi Manusia”. RPP ini akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan digunakan untuk mengetahui hasil akhir pembelajaran siswa. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas tipe guru sebagai peneliti. Sampel yang digunakan adalah siswa SMP LAB Satya Wacana, Salatiga Kelas VIII sebanyak 23 orang. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar kuisioner, dan soal evaluasi. Hasil tes evaluasi, lembar observasi dan kuesioner dianalisa secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 82 siswa berhasil mendapatkan nilai tes ≥ 70 dan 90 siswa antusias terlibat dalam proses kegiatan pembelajaran. Desain pembelajaran IPA Ter padu dengan topik “Peristiwa Respirasi Manusia” efektif membantu siswa lebih aktif belajar dan dapat memadukan biologi, kimia, dan fisika sehingga membantu siswa memahami materi pembelajaran IPA Terpadu.Dengan demikian desain pembelajaran ini efektif digunakan untuk pembelajaran IPA Terpadu. Kata Kunci : Desain Pembelajaran, IPA Terpadu, Respirasi Manusia ABSTRACT Integrating biological materials, chemistry and physics has been considered a problem by teachers.Even though the government has created lesson plan, itdoesn’t record the details of the lesson and isunrelated. This study analyzed 1 the design of Integrated Science learning about respiration system and 2 the effectiveness oftheinstructional designforstudent understanding. This study aims to make an example of Integrated Science Human Respiration Process lesson plan RPP. The lesson plan will be applied in a classroom learning activities and used to determine student learning outcomes. The research method used was a Class Action Research, where teacher acted as a researcher. The samples observed were the 8th grade junior high school students ofLab Satya Wacana, Salatiga 23 people in number. The data were collected through observation sheets, sheet questionnaires, and evaluation questions, and later wereanalyzed by a descriptive qualitative method. The data showed 82 students managed to score ≥ 70 and 90 students enthusiastically involved in the learning activities. The design of Integrated science on the topic of Human Respiration Process effectively helps students to actively involve in the learning activity, and are able to integrate biology, chemistry, and physics to help students understand the Integrated Science learning materials. Thus this instructional design is effective to be used for Integrated Science teaching. Keywords: Learning Design, Integrated Science, Human Respiration. PENDAHULUAN Penyempurnaan kurikulum merupakan langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang berdasar pada UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 3, maka pada tahun 2013 Pemerintah melakukan perubahan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menjadi Kurikulum 2013 Imas dkk., 2014:21. Dalam pedoman pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran IPA dilaksanakan berbasis keterpaduan yaitu memadukan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan Kemendikbud,2013.Konsep keterpaduan ini dinyatakan dalam Kompetensi Inti KI dan Surabaya, 23 Januari 2016 Kompetensi Dasar KD pembelajaran IPA.Jadi di dalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu fisika, kimia, dan biologi karena IPA Terpadu merupakan pengetahuan IPA yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pembelajaran IPA Terpadu menuntut guru IPA yang profesional, mampu menguasai materi IPA secara terpadu, mampu mengemas dan mengembangkan materi dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan konsep pembelajaran yang mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA dengan pengetahuan yang dimilikinya serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari.Pembelajaran IPA terpadu mengangkat suatu topik tertentu untuk menghubungkan beberapa konsep dari Fisika, Kimia, dan Biologi yang dikemas menjadi sebuah kesatuan yang utuh, sehingga para siswa mendapatkan pengetahuan IPA yang menyeluruh dan berhubungan satu sama lain. Pembelajaran IPA Terpadu di SMP merupakan hal yang masih baru untuk para guru dan siswa, sehingga dalam proses pelaksanaannya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Masalah yang dihadapi yaitu guru hanya mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu Fisika saja, Kimia saja, atau Biologi saja Kemendiknas 2011: 10.Faktor inilah yang menyebabkan para guru masih mengalami kesulitan dalam mengaitkan dan memadukan materi ajar dari ketiga bidang ilmu alam tersebut. Untuk membantu guru memadukan bahan ajar dari ketiga mata pelajaran tersebut, Pemerintah telah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP tetapi RPP ini masih belum terperinci, sehinggapenelitian ini bertujuan mendesain pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran Kurikulum 2013. Penelitian ini menyelidiki 1 Bagaimana desain pembelajaran IPA Terpadu tentang repirasi manusia dan 2 Bagaimana efektivitas desain pembelajaran tersebut terhadap pemahaman siswa? Desain pembelajaran IPA Terpadu yang dirancangkan lebih mendetail dengan membuat contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yangdetail terperinciyaitu memasukkan persiapan catatan ke dalam RPP, agar kerja ilmiah yang merupakan ciri pembelajaran IPA Terpadu dapat terlihat jelas. Desain pembelajaran ini dapat menjadi contoh bagi guru untuk membuat RPP yang lebih detail dan membantu mempermudah guru melaksanakan kegiatan pembelajaran khususnya pada topik Peristiwa Respirasi manusia. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas PTK tipe guru sebagai peneliti.Sampel yang digunakan adalah 23 siswa kelas VIII SMP Laboratorium Satya Wacana, Salatiga. penelitian dilaksanakan pada tanggal 19, 21 dan 26 Oktober 2015 pada saat jam pelajaran di sekolah. Instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, lembar observasi, kuesioner, dan soal evaluasi. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu 1 Persiapan, 2 Pelaksanaan,3 Observasi, dan 4 Refleksi. Tahap persiapan yaitu pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan topik Peristiwa Respirasi Manusia, lembar observasi, soal evaluasi, dan kuesioner. Pada tahap pelaksanaan dan observasi, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang sudah disusun, kemudian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, lembar observasi diisi oleh observer lain, dan setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberi soal evaluasi dan kuesioner untuk diisi. Pada tahap refleksi, semua data dari lembar observasi, soal evaluasi, dan kuesioner yang terkumpul dianalisa. Jika kriteria keberhasilan penelitian tercapai, maka penelitian dikatakan berhasil dan dihentikan. Jika kriteria keberhasilan penelitian belum tercapai, maka penelitian harus diulang di siklus berikutnya sampai penelitian berhasil. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan rekaman Kegiatan Belajar Menagajar KBM yang berisi jumlah siswa yang antusias merespon langkah pembelajaran. Jika minimal 70 siswa 16 orang antusias merespon setiap langkah pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan langkah 5M, maka desain pembelajaran ini dikatakan berhasil membuat siswa antusias dan dapat memahami materi yang diajarkan guru. 2. Lembar Kuesioner Jika minimal 70 siswa16 orang menyatakan senang, tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan serta tidak mengalami kesulitan saat mengikuti kegiatan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa desain pembelajaran IPA Terpadu ini efektif membantu siswa memahami materi dan memadukan IPA dalam satu topik pembelajaran. 3. Lembar Evaluasi Jika minimal 70 siswa 16 orang mendapatkan nilai minimal 70 pada tes evaluasi, maka dapat dikatakan bahwa siswa memahami materi yang disajikan dan desain pembelajaran ini efektif membantu siswa memahami materi . HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan 1:Alat Pernapasan Manusia dan Fungsinya  Mengamati Kegiatan pembelajaran dimulai dengan seluruh siswa melakukan kegiatan pengamatan, siswa ditugaskan untuk bernapas dengan 3 jenis perlakuan yaitu: hidung terbuka dan mulut tertutup, hidung tertutup dan mulut terbuka, mulut tertutup dan hidung tertutup, kemudian siswa mengamati apakah hidung dan mulut dapat digunakan sebagai alat pernapasan, jika hidung dan mulut dapat digunakan untuk bernapas, organ mana yang lebih baik digunakan untuk bernapas. Seluruh siswa 100 menjawab bahwa organ yang lebih baik digunakan untuk bernapas adalah hidung. Siswa bersemangat melakukan kegiatan pengamatan dan menjawab ISBN 978-602-72071-1-0 semua pertanyaan yang diberikan. Hal ini berarti siswa antusias mengikuti pembelajaran.Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa langkah mengamati dalam RPP ini efektif menarik perhatian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Siswa diberi masalah yaitu “apa saja alat–alat pernapasan manusia dan fungsinya?”. Sebanyak 17 siswa 74 menjawab alat - alat pernapasan manusia adalah hidung dan paru –paru; beberapa siswa yang lain menjawab hidung, faring, laring, brounkus dan alveolus. Akan tetapi beberapa siswa belum dapat menjawab dengan benar fungsi dari faring, laring, trakea, bronkiolus karena jawaban tentang fungsi alat pernapasan terbolak –balik.Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa atau prakonsep siswa tentang alat pernapasan dan fungsinya.  Mencoba Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil kemudian diberikan potongan –potongan gambar alat pernapasan manusia.Siswa ditugaskan untuk menyusun alat pernapasan manusia dan mendiskusikan fungsi dari setiap alat pernapasan tersebut dengan teman –teman sekelompoknya. Siswa diarahkan dengan diberikan pertanyaan menggiring mengamati “Bagaimana susunan alat pernapasan manusia?, Bagaimana fungsi dari alat- alat tersebut?”. Siswa dan teman sekelompoknya bersama –sama mencoba menyusun potongan gambar. Dalam proses penyusunan gambar, 2 dari 6 kelompok masih salah menyusun : urutan faring, laring, dan trakea terbolak- balik. Hal ini terjadi karena gambar ketiganya mirip. Sebagian besar siswa dapat menyusun gambar alat pernapasan manusia dengan lancar, sebagian lainnya masih kebingungan menyusun gambar. Siswa yang dapat menyusun dengan benar susunan alat pernapasan manusia dapat membayangkan gambaran jalannya udara yang melewati alat pernapasan, sehingga mereka dapat menyebutkan fungsi alat-alat pernapasan dengan benar, sedangkan di kelompok yang belum dapat menyusun gambar dengan benar, walaupun mereka salah menyusun susunan gambarnya terbolak balik, ternyata di dalam kelompok tersebut, ada siswa yang dapat menyebutkan fungsi alat pernapasan dengan benar. Jadi kegiatan mencoba ini efektif untuk memfasilitasi siswa belajar bekerja sama dalam kelompok dan melihat konsep awal siswa tentang susunan alat pernapasan manusia dan fungsinya.  Menalar Setelah menyusun dan mendapatkan jawaban melalui diskusi dengan teman sekelompoknya, siswa ditugaskan melakukan studi pustaka dengan buku IPA Terpadu dan mencocokkan hasil jawabannya dengan teori yang ada didalam buku IPA Terpadu. Saat terdapat kesalahan jawaban, siswa mengganti dengan jawaban yang benar sesuai dengan teori dalam buku. Dari hasil mencocokkan jawaban dengan buku, seluruh siswa 100 dapat menjelaskan alat pernapasan manusia beserta fungsinya dengan benar.Hal ini berarti siswa dapat menentukan kebenaran jawaban mereka dan mengoreksi jawaban yang salah.Jadi kegiatan menalar ini efektif untuk memfasilitasi siswa menentukan kebenaran jawaban mereka dan merekonstruksi pemahaman mereka yang salah. Kegiatan 2 :Jalannya Udara Melewati Alat Pernapasan  Mengamati Siswa melakukan pengamatan pada gambar susunan alat pernapasan manusia untuk melihat jalannya udara saat melewati alat pernapasan saat manusia bernapas.Seluruh siswa 100 melakukan kegiatan pengamatan terhadap susunan gambar alat pernapasan manusia.Hal ini berarti siswa antusias melakukan kegiatan pengamatan. Jadi dapat disimpulkan kegiatan mengamati efektif untuk merangsang siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Setelah melihat gambar susunan alat pernapasan manusia, siswa diberikan sebuah masalah yaitu: “Bagaimana jalannya udara melewati alat pernapasan saat kita bernapas?”. Seluruh siswa 100 menjawab saat manusia bernapas, udara yang masuk akan melewati hidung – tenggorokan faring – laring – trakea – paru-paru broukus – brounkiolus – alveoulus. Hal ini berarti seluruh siswa memberikan hipotesa mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menanya efektif menggali hipotesa siswa.  Mencoba Siswa ditugaskan untuk mengamati video jalannya udara saat manusia bernapas, bersamaan dengan itu siswa digiring dengan pertanyaan mengamati : “Melalui apakah udara dapat masuk ke dalam tubuh manusia? Setelah melewati hidung, ke manakah udara bergerak? Saat di tenggorokan, organ apa saja yang dilewati udara? Setelah melewati tenggorokan ke manakah udara bergerak lagi? Saat di paru-paru, organ apa saja yang dilewati udara? Berdasarkan gambar dalam video, ke mana udara bergerak setelah melewati bronkus?Kemudian ke mana udara bergerak setelah dari bronkiolus? Dari hasil pengamatan terhadap video jalannya udara saat bernapas, didapatkan jawaban siswa: urutan jalannya udara pada proses pernapasan yaitu : hidung → tenggorokan faring → laring → trakea → paru-paru bronkus → bronkiolus → alveolus. Saat melakukan kegiatan ini seluruh siswa 100 sangat antusias memperhatikan video sehingga siswa dapat menjawab pertanyaan penggiring mengamati yang diberikan dan memahami urutan jalannya pernapasan. Hal ini berarti siswa antusias melakukan pengamatan untuk melihat proses jalannya udara saat bernapas. Jadi kegiatan mencoba ini sangat efektif untuk menarik perhatian siswa melakukan kegiatan pembelajaran.  Menalar Setelah mendapatkan hasil pengamatan, siswa ditugaskan untuk melakukan studi pustaka dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk mencocokkan hasil pengamatan mereka dengan buku IPA Terpadu.Dari hasil mencocokkan hipotesa mereka dengan teori yang ada di dalam buku IPA Terpadu,seluruh siswa 100 dapat menjawab dengan benar jalannya udara saat melewati alat pernapasan. Hal ini berarti hipotesa yang mereka berikan sesuai dengan teori yang ada di dalam buku IPA Terpadu dan siswa dapat menjelaskan urutan jalannya udara sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa urutan jalannya udara pada proses pernapasan yaitu: hidung → tenggorokan faring → laring → trakea → paru-paru bronkus → bronkiolus → alveolus. Jadi kegiatan menalar ini efektif membantu siswa untuk mengkonfirmasi kebenaran prakonsep sebelum mengamati video dan konsep yang didapat ketika mengamati video pernapasan manusia. Kegiatan 3 :Hukum Boyle Gay Lussac pV=nRT  Mengamati Siswa melakukan kegiatan pengamatan terhadap tabung erlemeyer yang ditutup dengan balon kemudian dipanaskan dan ditugaskan untuk mengamati apa yang akan terjadi saat dipanaskan. Saat siswa mengamati, siswa diarahkan dengan diberikan pertanyaan menggiring “Apa yang terjadi pada balon sebelum elemeyer dipanaskan?Apa yang terjadi pada balon setelah erlenmeyer dipanaskan? Bagaimana volume udara dalam balon saat erlemeyer dipanaskan?Bagaimana suhu udara dalam balon saat erlemeyer dipanaskan?Bagaimana tekanan udara dalam balon saat erlemeyer dipanaskan?Saat melakukan kegiatan pengamatan ini seluruh siswa 100 antusias memperhatikan perubahan yang terjadi pada balon saat tabung erlemeyer dipanaskan dan mereka dapat menjawab semua pertanyaan penggiring yang diberikan. Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Dari kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa langkah mengamati efektif untuk merangsangantusiasme siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Setelah melakukan kegiatan pengamatan selanjutnya, siswa diberi masalah yaitu “Bagaimana hubungan suhu, volume, dan tekanan pada gas ideal? Sebanyak 20 siswa 80 menjawab bahwa perubahan suhu yang semakin tinggi menyebabkan volume gas dalam balon membesar, sedangkan sisanya menjawab suhu yang semakin tinggi menyebabkan perubahan tekanan gas. Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa siswa.  Mencoba 3A : Hubungan tekanan terhadap volume pada suhu konstan Dalam kegiatan ini siswa ditugaskan mengamati simulasi Physics in Flash Gas Law yang dioperasikan oleh guru. Siswa diarahkan untuk menyelidiki hubungan tekanan terhadap volume pada suhu konstan dengan melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhinya. Siswa diberikan pertanyaan penggiring merancang percobaan “Variabel apa yang dibuat tetap variabel kontrol? Variabel apa yang diubah-ubah variabel bebas? Variabel apa yang diamati variabel terikat? Setelah mengatur variabel kontrol suhu, variabel bebas tekanan, dan variabel terikat volume, kemudian guru mengoperasikan simulasi Physics in Flash serta mengubah-ubah variabel bebasnya tekanan, sedangkan siswa mengamati hubungannya dengan variabel yang diamati volume dan varibel yang dikontrol suhu. Untuk mendapatkan jawaban dari hubungan antara variabel bebas, variabel yang diamati dan variabel kontrol, siswa diarahkan dengan diberikan pertanyaan menggiring mengamati “Bagaimana volume gas V 1 saat tekanannya rendah p 1 ?Bagaimana volume gas V 2 saat tekanannya tinggi p 2 ?Dari hasil percobaan ini seluruh siswa 100 menjawab bahwa saat p 1 rendah, maka V 1 besar dan saat p 2 tinggi, maka V 2 kecil.Hal ini berarti siswa teliti melakukan pengamatan untuk melihat hubungan tekanan terhadap volume pada suhu konstan.Jadi kegiatan mencoba efektif untuk membantu siswa menemukan hubungan variabel –variabel yang diamati oleh mereka dan menarik perhatian siswa untuk mempelajarinya.  Menalar 3A Setelah menemukan hubungan antara variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol, siswa diarahkan untuk menarik kesimpulan dengan diberi pertanyaan menarik kesimpulan “Bagaimana hubungan antara tekanan p terhadap volume V pada suhu T konstan, berbanding lurus atau berbanding terbalik?Bagaimana tepatnya hubungan antara tekanan p terhadap volume V pada suhu T konstan? Seluruh siswa 100 menjawab pada suhu konstan : semakin besar tekanan, semakin kecil volumenya secara matematis: p~ V .Hal ini berarti siswa dapat menemukan hubungan tekanan terhadap volume pada suhu konstan. Jadi kegiatan menalar efektif untuk membantu siswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan dari simulasi Physics in Flash.  Mencoba 3B : Hubungan volume terhadap suhu pada tekanan konstan Siswa kembali diberikan pertanyaan penggiring merancang percobaan yang sama seperti kegiatan sebelumnya 3A untuk menyelidiki hubungan volume terhadap suhu pada tekanan konstan. Siswa ditanya untuk menentukan lagi variabel apa yang menjadi variabel kontrol tekanan, variabel bebas suhu danvariabel terikat volume. Kemudian guru mengoperasikan simulasi Physics in Flash dengan mengubah-ubah variabel bebasnya suhu dan para siswa mengamati hubungannya dengan variabel yang diamati volume dan varibel kontrolnya tekanan. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati: “Bagaimana volume gas V 1 saat suhunya rendah T 1 ? Bagaimana volume gas V 2 saat suhunya tinggi T 2 ? ”Dari hasil percobaan ini seluruh siswa 100 menjawab saat T 1 rendah maka V 1 kecil dan saat T 2 tinggi maka V 2 besar.Hal ini berarti siswa ISBN 978-602-72071-1-0 teliti melakukan pengamatan untuk melihat hubungan volume terhadap suhu pada tekanan konstan.Jadi kegiatan mencoba efektif untuk membantu siswa menemukan hubungan variable-variabel yang diamati oleh mereka dan menarik perhatian siswa untuk mempelajarinya.  Menalar 3B Dari hasil pengamatan yang didapat tadi siswa digiring untuk menarik kesimpulan dengan diberikan pertanyaan menggiring menarik kesimpulan: “Bagaimana hubungan antara volume V terhadap suhu T pada tekanan p konstan, berbanding lurus atau berbanding terbalik? Bagaimana tepatnya hubungan antara volume V terhadap suhu T pada tekanan p konstan?Semakin tinggi suhu, semakin besar volumenya. Seluruh siswa 100 menjawab pada tekanan konstan : semakin besar suhu, semakin besar volumenya secara matematis: V~ T. Hal ini berarti siswa dapat menemukan hubungan volume terhadap suhu pada tekanan konstan. Jadi kegiatan menalar efektif untuk membantu siswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan saat percobaan mengamati simulasi Physics in Flash .  Mencoba 3C : Hubungan tekanan terhadap suhu pada volume konstan. Siswa kembali diberikan pertanyaan penggiring percobaan yang sama seperti kegiatan 3A dan 3B dan untuk menyelidiki hubungan tekanan terhadap suhu pada tekanan konstan. Siswa mengatur ulang variabel apa yang menjadi variabel kontrol volume, variabel bebas suhu, dan variabel terikat tekanan. Kemudian guru mengoperasikan simulasi Physics in Law dengan mengubah-ubah variabel bebasnya suhu dan para siswa mengamati hubungannya dengan variabel yang diamati tekanan. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati “Bagaimana tekanan gas p 1 saat suhunya rendah T 1 ? Bagaimana tekanan gas p 2 saat suhunya rendah T 2 ?” Dari hasil percobaan ini seluruh siswa 100 mendapatkan hasil pengamatan yaitu : saat T 1 rendah, maka p 2 rendah dan saat T 2 tinggi, maka p 2 tinggi. Hal ini berarti siswa teliti melakukan pengamatan untuk melihat hubungan volume terhadap suhu pada tekanan konstan.Jadi kegiatan mencoba efektif untuk membantu siswa menemukan hubungan variabel – variabel yang diamati oleh mereka dan menarik perhatian siswa mempelajarinya.  Menalar 3C Dari hasil pengamatan yang didapat, siswa digiring untuk menarik kesimpulan dengan diberikan pertanyaan menggiring menarik kesimpulan “Bagaimana hubungan antara tekanan p terhadap suhu T pada volume V konstan, berbanding lurus atau berbanding terbalik? Bagaimana tepatnya hubungan antara tekanan p terhadap suhu T pada volume V konstan?Semakin tinggi suhu, semakin besar tekanannya. Seluruh siswa 100 menjawab pada volume konstan: semakin tinggi suhu, semakin besar tekanannya Secara matematis : p ~ T. Hal ini berarti siswa teliti melakukan pengamatan untuk menemukan hubungan tekanan terhadap suhu pada volume konstan. Seluruh siswa bersama-sama diarahkan untuk merangkum seluruh kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan dengan diberi pertanyaan meng giring merangkum “Bagaimana hubungan tekanan p, Volume V dan suhu T pada gas ideal?” Siswa dapat menjawab bahwa hubungan tekanan p, volume V, dan suhu T pada gas ideal: 1. Pada suhu konstan : semakin besar tekanan, semakin kecil volumenya. 2. Pada tekanan konstan : semakin tinggi suhu, semakin besar volumenya. 3. Pada volume konstan : semakin tinggi suhu, semakin besar tekanannya �~ � … … �~� … … �~� … … Dari ketiga persamaan diatas akan menghasilkan persamaan: ��~ ��� ��� Siswa diberi penjelasan bahwa persamaan ini disebut persamaan gas ideal atau Hukum Boyle-Gay Lussac.Hal ini berarti siswa dapat menemukan hubungan suhu, volume, dan tekanan pada gas ideal.Jadi kegiatan menalar efektif untuk membantu siswa menemukan hubungan suhu T, volume V dan tekanan p dalam gas ideal. Kegiatan 4 :Inspirasi dan Ekspirasi  Mengamati Siswa ditugaskan untuk menyilangkan tangan kiri di depan dada dan tangan kanan ditaruh ke perut agar siswa dapat merasakan adanya pergerakan tulang rusuk saat siswa menarik napas dan menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Setelah itu siswa diberi pertanyaan menggiring “Saat menarik napas, apa yang terjadi pada dada dan tulang rusuk kalian? Saat menghembuskan napas, apa yang terjadi pada dada dan tulang rusuk kalian? Seluruh siswa 100 menjawab saat mereka menarik napas, dada dan tulang rusuk mereka terangkat dan saat mereka menghembuskan napas, dada dan tulang rusuk mereka turun kembali ke posisi semula.Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Jadi kegiatan mengamati efektif untuk merangsang siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Siswa diberi suatu masalah yaitu “Bagaimana proses respirasi pernapasanpada manusia?”.Sebanyak 75 siswa menjawab proses respirasi terjadi karena adanya udara yang masuk ke dalam paru-paru dan dan keluar dari dalam paru-paru. Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa siswa.  Mencoba Siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil kemudian siswa ditugaskan untuk membuat alat peraga sederhana sistem pernapasan sesuai dengan langkah percobaan yang diberikan lihat Gambar 1. Gambar 1. Alat peraga sederhana : Sistem Pernapasan Manusia Seluruh kelompok dapat membuat alat peraga sederhana sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Setelah selesai membuat alat peraga tersebut, siswa ditugaskan untuk menarik plastik pada bagian dasar toples, kemudian siswa diarahkan untuk mengamati apa yang terjadi pada balon dan toples tersebut. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati yaitu “Apa yang akan terjadi pada balon ketika karet pada dasar gelas aqua ditarik ke bawah? Apa yang terjadi pada rongga gelas aqua ketika karet pada dasar gelas aqua ditarik ke bawah? Melalui pengamatan dengan percobaan menggunakan alat peraga sederhana, seluruh siswa 100 menjawab ketika plastik pada bagian bawah toples ditarik ke bawah, balon akan mengembang dan rongga toples juga membesar. Hal ini berarti siswa sangat antusias mencoba membuat alat peraga sistem pernapasan dan mengamati mengapa balon yang berada dalam toples dapat mengembang.Jadi kegiatan mencoba efektif membantu siswa merancang alat peraga sederhana secara mandiri dan dapat menarik perhatian siswa untukmenyelidiki respirasi.  Menalar Siswa diberi informasi bahwa alat peraga sederhana yang dibuat sebelumnya merupakan analogi dari alat pernapasan manusia yaitu: selang: trakea, selang yang bercabang : bronkus, dua balon dalam toples: paru- paru, toples : rongga dada, karet di dasar toples : diafragma. Siswa diarahkan untuk menarik kesimpulan dengan diberi pertanyaan menggiring menyimpulkan “Saat plastik ditarik ke bawah, bagaimana volume udara di dalam balon?bertambah Kalau begitu, berdasarkan Hukum Boyle-Gay Lussac, bagaimana tekanan udara di dalam balon? mengecil Bagaimana tekanan udara di luar toples dibandingkan tekanan udara di dalam toples? tekanan udara di luar lebih besar dari pada tekanan udara di dalam toples. Siswa diberi penjelasan bahwa udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Jadi, udara masuk ke atau keluar dari toples? udara masuk Jika dianalogikan dengan alat pernapasan manusia, bagaimana jalannya udara? udara masuk ke dalam paru – paru. Siswa diberi penjelasan saat udara masuk ke dalam paru-paru, terjadi peristiwa inspirasi. Bagaimana proses inspirasi terjadi? saat terjadi perbedaan tekanan udara, jika tekanan udara di luar paru-paru lebih tinggi daripada tekanan udara di dalam paru-paru, maka udara oksigen masuk ke dalam paru-paru. Saat plastik dilepaskan ke posisi awal, bagaimana volume di dalam toples? berkurang, kalau begitu berdasarkan Hukum Boyle-Gay Lussac, bagaimana tekanan udara di dalam toples? membesar Bagaimana tekanan udara di luar dibandingkan tekanan udara di dalam toples? tekanan udara di luar lebih kecil daripada tekanan udara di dalam toples. Siswa diberi penjelasan bahwa udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.Jadi, udara masuk ke dalam atau keluar dari toples? udara keluar Jika dianalogikan dengan alat pernapasan manusia, bagaimana jalannya udara? udara keluar dari paru- paru. Siswa diberi penjelasan bahwa saat udara keluar dari paru-paru, terjadi peristiwa ekspirasi. Bagaimana proses ekspirasi dapat terjadi? Saat terjadi perbedaan tekanan udara, jika tekanan udara di luar paru-paru lebih kecil daripada tekanan udara di dalam paru-paru maka udara karbon dioksida akan keluar dari dalam paru-paru. Siswa diberi penjelasan bahwa proses respirasi manusia terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Seluruh siswa 100 dapat menjawab pertanyaan penggiring yang diberikandan menarik kesimpulan bahwa proses respirasi manusia terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi : Saat terjadi perbedaan tekanan udara di mana tekanan udara di luar paru-paru lebih tinggi daripada tekanan udara di dalam paru-paru, udara oksigen masuk ke dalam paru-paru. Ekspirasi : Saat terjadi perbedaan tekanan udara di mana tekanan udara di luar paru-paru lebih kecil daripada tekanan udara di dalam paru-paru, udara karbon dioksida akan keluar dari dalam paru-paru. Hal ini berarti siswa dapat menjelaskan proses pernapasan respirasi yang terjadi pada manusia.Di akhir langkah ini siswa diberi informasi bahwa pernapasan yang menggunakan tulang rusuk merupakan pernapasan dada, sedangkan pernapasan yang menggunakan diagfragma merupakan pernapasan perut.Jadi kegiatan menalar ini efektif membantu siswa menemukan mekanisme inspirasi dan ekspirasi melalui percobaan alat peraga sederhana. Pada bagian inilah tampak keterpaduan Fisika dan Biologi.Siswa digiring menjelaskan mekanisme inspirasi dan ekspirasi menggunakan Hukum Boyle-Gay Lusac. Kegiatan 5 : Proses Difusi Oksigen dari Alveolus ke Pembuluh Darah Kapiler  Mengamati Siswa ditugaskan untuk mengamati gambar sistem peredaran darah manusia khususnya saat darah melewati paru-paru dan jantung. Siswa diarahkan dengan diberikan pertanyaan menggiring mengamati “Saat kita melakukan proses inspirasi, maka udara akan masuk kemana? Di paru-paru bagian manakah terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida? Alveoli berbatasan langsung dengan apa? Apa saja pembuluh darah kapiler pada manusia? Seluruh siswa ISBN 978-602-72071-1-0 100 menjawab saat manusia melakukan proses inspirasi, udara akan masuk ke dalam paru-paru kemudian pada bagian alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida, alveolus tersebut berbatasan langsung dengan pembuluh kapiler. Siswa diberikan penjelasan bahwa arteri pulmonari adalah pembuluh darah yang membawa sel-sel darah merah yang banyak mengandung karbon dioksidasedangkan vena pulmonari adalah pembuluh darah yang membawa sel-sel darah merah yang banyak mengandung oksigen. Oksigen yang masuk melalui respirasi akan diikat oleh sel darah merah oleh hemoglobin dalamdarah untuk disebarkan ke seluruh tubuh. Seluruh siswa 100 menjawab semua pertanyaan penggiring yang diberikan. Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran.Jadi kegiatan mengamati efektif membatu siswa untuk menarik perhatian siswa mengikuti kegiatan pembelajaran.  Menanya Dari kegiatan pengamatan terhadap gambar peredaran darah dalam jantung dan paru-paru, siswa diberi masalah yaitu “bagaimana proses pengikatan oksigen ke dalam sel darah merah saat respirasi?” Seluruh siswa 100 menjawab proses pengikatan oksigen ke dalam sel darah merah yaitu saat oksigen masuk ke dalam paru-paru alveolus, akan terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida karena dinding alveolus berbatasan langsung dengan pembuluh kapiler darah. Hal ini berarti siswa dapat memberikan hipotesa mereka.Jadi kegiatan menanya efektif untuk menggali hipotesa siswa.  Mencoba Siswa ditugaskan untuk mengamati kegiatan demonstrasi yang diperagakan di depan kelas menggunakan alat percobaan sederhana yaitu air dan sirup yang dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang dipisah dengan sebuah sekat kaca. Siswa ditugaskan untuk mengamati larutan sirup dan air bening ketika diberi sekat dan sesudah sekat diangkat, apa yang terjadi pada larutan sirup. Siswa diarahkan dengan diberi pertanyaan menggiring mengamati yaitu: “Apa warna air dalam wadah sebelum sekat diangkat? Bagaimana perbedaan konsentrasi sirup dan air sebelum keduanya bercampur?Apa yang terjadi saat sekat diangkat? Apa warna air dalam wadah setelah sekat diangkat? Seluruh siswa 100 sangat antusias memperhatikan kegiatan demonstrasi di depan kelas dan mereka dapat menjawab semua pertanyaan penggiring yang diberi. Seluruh siswa menjawab sebelum sekat diangkat, warna air bening dan sirup berwarna merah, serta ada perbedaan konsentrasi konsentrasi sirupkonsentrasi air.Setelah sekat diangkat, warna air dan sirup bercampur, sehingga warna air yang tadinya bening menjadi merah seperti warna sirup. Hal ini berarti siswa teliti mengamati kegiatan demonstrasi yang dilakukan di depan kelas. Siswa diberikan informasi tentang difusi yaitu difusi merupakan perpindahan zat terlarut dari konsentrasitinggi dan tekanan tinggi ke konsentrasi rendah dan tekanan rendah.Syarat terjadinya difusi adalah ada perbedaan konsentrasi dan perbedaan tekanan.Kemudian siswa kembali ditanya “Apakah peristiwa larutnya sirup saat bercampur dengan air termasuk peristiwa difusi?Ya. Di akhir kegiatan ini siswa diberikan informasi tambahan bahwa percobaan larutan sirup dan air yang dipisahkan dengan sebuah sekat merupakan analogi dari peristiwa difusi oksigen dan karbon dioksida dari alveoli ke darah.Larutan sirup dianalogikan dengan oksigen, air bening dianalogikan dengan karbon dioksida, sedangkan sekat dianologikan dengan perbatasan antara alveoli dan pembuluh kapiler. Jadi kegiatan mencoba efektif untuk membantu siswa mendapatkan gambaran analogi proses difusi secara langsung dan menarik perhatian siswa mempelajarinya.  Menalar Selanjutnya siswa diarahkan untuk menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan demonstrasi yang dilakukan sebelumnya.Siswa diarahkan dengan diberikan pertanyaan menggiring menarik kesimpulan “Bagaimana konsentrasi CO 2 dan konsentrasi O 2 pada sel darah merah di arteri pulmonari? Konsentrasi CO 2 konsentrasi O 2 Bagaimana konsentrasi CO 2 dan konsentrasi O 2 pada alveoli? konsentrasi O 2 konsentrasi CO 2 Siswa diberi penjelasan bahwa tekanan parsial ialah tekanan yang diberikan gas tertentu dalam campuran gas tersebut.Semakin tinggi konsentrasi zat, semakin tinggi tekanan parsialnya.Kemudian siswa kembali ditanya “Apakah tinggi rendahnya konsentrasi zat akan mempengaruhi tekanan parsial dari zat itu sendiri? YaBagaimana dengan tekanan parsial dari CO 2 dan O 2 , jika konsentrasi CO 2 O 2 dalam pembuluh darah arteri pulmonari? tekanan parsial CO 2 O 2 Bagaimana dengan tekanan parsial dari O 2 dan CO 2 , jika konsentrasi O 2 CO 2 dalam alveoli? tekanan parsial O 2 CO 2 Apa yang akan terjadi di dalam alveoli jika konsentrasi dan tekanan parsial CO 2 lebih tinggi di arteri pulmonari pembuluh kapiler ? Saat konsentrasi CO 2 dalam sel darah sangat tinggi maka CO 2 akan berdifusi dari darah dengan O 2 yang berada di dalam alveoli, dan O 2 yang berada di alveoli akan berdifusi ke dalam darah Bagaimana jalannya O 2 setelah berdifusi ke dalam darah? Saat O 2 telah berdifusi ke dalam darah maka sel darah akan banyak mengandung oksigen, yang akan dibawa oleh pembuluh darah vena pulmonari menuju jantung dan akan dipompakan ke seluruh tubuh. Seluruh siswa 100 menjawab semua pertanyaan menggiring menyimpulkan.Hal ini berarti siswa antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Seluruh siswa bersama –sama menarik kesimpulan yaitu : Saat inspirasi yaitu oksigen O 2 masuk ke dalam paru-paru melewati alveolus yang berbatasan dengan pembuluh kapiler darah, konsentrasi O 2 yang masuk ke dalam alveoli lebih tinggi dari pada konsentrasi CO 2 , sedangkan di dalam pembuluh kapiler arteri pulmonari sel-sel darah banyak