Prestasi Belajar Indikator Kinerja Adapun tolok ukur ukur keberhasilan penelitian ini dilihat
PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING MATERI KLASIFIKASI BENDA TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS VII SMP
Ridwan Hamzah
1
Netty Martha Arumisore
2
Endah Pratiwi Isa
3
1,2,3
Mahasiswa Program Studi Sains Pascasarjana Unesa E-mail: ridwan.ipagmail.com
ABSTRAK
SMP Negeri 4 Lolak Kabupaten Bolaang Mangondouw, memperlihatkan bahwa penggunaan buku siswa belum memberikan hasil yang optimal untuk peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa dalam
memahami suatu konsep . Hasil belajar siswa untuk materi Klasifikasi Benda masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan LKS berbasis scientific approach pada pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan penggunaan buku siswa untuk materi klasifikasi benda terhadap hasil belajar dan motivasi siswa kelas VII SMP Negeri 4 Lolak . Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran
dapat memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen sungguhan true eksperiment yang melibatkan kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.Pemilahan kelompok dilakukan secara acak.Metode ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat yang terjadi pada kedua kelompok. Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran
dapat memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dapat terjadi jika siswa
menggunakan LKS. Kata Kunci:
LKS Berbasis Scientific Aprroach, Inkuiri terbimbing, Hasil belajar Siswa.
PENDAHULUAN
Perubahan zaman adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat. Perubahan zaman
telah memberikan dampak yang besar terhadap seluruh segi kehidupan masyarakat tidak terkecuali dalam segi
pendidikan. Pendidikan mencoba untuk menyikapi dan mengemasnya dalam sebuah konsep perubahan
kurikulum. Isu-isu perubahan, fakta dan realita kehidupan masyarakat serta isu-isu tantangan zaman
dikemas sedemikian rupa sebagai dasar untuk mengembangkan sebuah kurikulum baru yang
mencoba untuk menjawab tantangan zaman tersebut. Hal inilah yang coba dilakukan pemerintah melalui
pengembangan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk dapat mengembangkan
kemampuan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap ilmiah dalam memahami suatu konsep. Pengembangan kemampuan dilakukan
dengan menggunakan seluruh panca indera yang dimiliki siswa. Konsep yang masuk akan diolah dan
diadaptasi oleh siswa untuk memperoleh pemahaman secara utuhholistik. Siswa diharapkan dapat lebih
kreatif, inovatif, dan berpikir kritis dalam menggunakan konsep yang telah dipahami untuk
menyelesaikan masalah-masalah sosial masyarakat. Menurut Sunendra 2013, generasi Indonesia harus
memiliki minat luas dalam kehidupan, kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakatminatnya,
dan rasa tanggung-jawab terhadap lingkungan.
Muatan pembelajaran
di SMPMTs
Kemendikbud, 2013 adalah berbasis pada konsep keterpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang
tergabung dalam mata pelajaran IPA. Hakikat IPA dikembangkan sebagi mata pelajaran yang terintegrasi
yaitu integrated science. Muatan IPA bersumber dari disiplin ilmu biologi, fisika, dan kimia. Mata pelajaran
IPA merupakan program pendidikan yang dirancang agar siswa dapat mengaplikasikan, mengembangkan
kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar. Tujuan pendidikan IPA menekankan pada pemahaman
tentang lingkungan dan alam sekitar beserta kekayaan yang dimilikinya yang perlu dilestarikan dan dijaga
dalam perspektif biologi, fisika, dan kimia.Integrasi berbagai
konsep dalam
matapelajaran IPA
menggunakan batas-batas disiplin ilmu yang tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena konsep-konsep
disiplin ilmu berbaur danatau terkait dengan permasalahan-permasalahan
yang dijumpai
di sekitarnya.Kondisi
tersebut memudahkan
pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang kontekstual.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses inkuiri selama pembelajaran merupakan tuntutan dasar dalam
pembelajaran IPA. Harapan pembelajaran IPA mampu menanamkan dan membudayakan kebiasaan berpikir
dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari
penyampai pengetahuan menjadi agen pendidikan dalam pembelajaran IPA yang lebih memfokuskan
pada aktivitas siswa.Siswa yang terbiasa aktif memecahkan masalah merupakan modal untuk
memiliki kompetensi dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, lebih mandiri dalam
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya dan mandiri dalam pekerjaan.
Kegiatan inkuiri mendorong siswa terlibat aktif dalam
melakukan pengamatan
observasi, mengajukan pertanyaan, merencanakan penyelidikan,
melakukan percobaan, menggunakan perangkat untuk mengumpulkan,
menganalisis dan
menginterpretasikan data, menemukan jawaban, penjelasan,
dan melakukan
prediksi serta
mengkomunikasikan hasil yang diperoleh. Inkuiri memerlukan asumsi, menggunakan ketrampilan
berpikir logis dan kritis, dan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah. Kemampuan siswa
dalam melakukan inkuiri dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan jenjang
pendidikannya hingga siswa dapat melakukan proses inkuiri dengan lengkap. Melibatkan proses inkuiri
secara berkesinambungan dalam pembelajaran IPA akan mengembangkan ketrampilan berinkuiri bagi
siswa yang pada gilirannya dapat diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Penguasaan konsep terhadap suatu materi tidak terlepas dari keberadaan bahan ajar.Kurikulum 2013
telah menyiapkan bahan ajar dalam bentuk buku siswa. Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti
pada sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013, dalam hal ini sekolah yang ditunjuk sebagai uji coba
Kurikulum 2013, yaitu SMP Negeri 1 Lolak Kabupaten Bolaang Mangondouw, memperlihatkan
bahwa penggunaan buku siswa belum memberikan hasil yang optimal untuk peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa dalam memahami suatu konsep .Hasil belajar siswa untuk materi
Klasifikasi Benda masih belum optimal.
Lembar Kerja Siswa dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar untuk membantu siswa
memahami suatu konsep. Penggunaan Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran diharapkan dapat
memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap ilmiah siswa. Lembar Kerja Siswa berisi sekumpulan
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa sesuai dengan
indikator yang
terdapat dalam
kurikulum.Setiap kegiatan yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa dikembangkan dengan
menggunakan scientific approach. Menurut Wieman 2007, fasilitas pembelajaran dikatakan efektif
apabila dapat membimbing siswa untuk berpikir kritis tentang suatu konsep agar menjadi seorang ahli.
Scientific approach
pada Kurikulum
2013 meliputi ranah pengetahuan yang mengajarkan siswa
tentang “apa”, ranah ketrampilan yang mengajarkan siswa tentang “bagaimana”, dan ranah sikap yang
mengajarkan siswa tentang “mengapa”. Scientific approach
meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring.Melalui scientific
approach diharapkan siswa memiliki kemampuan
sesuai standar kompetensi, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan berwawasan luas, memiliki
ketrampilan yang kreatif, dan memiliki sikap yang mulia.Scientific approach dapat digambarkan pada
diagram berikut :
Materi ajar dalam penelitian adalah tentang Klasifikasi Benda.Materi Klasifikasi Benda sangat
erat dalam kehidupan sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada di sekitar kita terdiri atas benda-
benda.Kekurangan pemahaman
siswa untuk
mengklasifikasikan benda sampai pada tingkat unsur menjadi acuan dalam penelitian ini.
SMP Negeri 1 Lolak merupakan sekolah yang sudah terakreditasi, memiliki sarana dan prasarana
yang belum lengkap untuk menunjang kebutuhan belajar siswa.Laboratorium IPA di SMP Negeri 4
Lolak belum standar, karena alat dan bahan yang terbatas
dan tidak
lengkap.Tahun pelajaran
20142015, SMP Negeri 4 Lolak dituntut untuk melaksanakan Kurikulum 2013.Bahan ajar yang
relevan sangat diperlukan dalam implementasi Kurikulum 2013.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian eksperimen yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan LKS Berbasis Scientific Approach pada Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Materi Klasifikasi Benda terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP
”. PEMBAHASAN
Lembar Kerja Siswa LKS
LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi
visual, seperti yang diungkapkan oleh Azhar Arsyad 2004: 29.LKS berisikan antara lain: uraian singkat
ISBN 978-602-72071-1-0 materi, tujuan kegiatan, alat bahan yang diperlukan
dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan –
pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan. LKS dapat dikatakan
sebagai perangsang pikiran bagi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada,bukan untuk
tambahan nilai rapor, karena kebanyakan para guru menggunakan nilai latihan siswa sebagai tambahan
nilai rapor. LKS menurut Indrianto 1998 adalah lembar
kerja siswa yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan keterampilan
proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang perlu dikuasainya. LKS student
worksheet
adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya
berupa petunjuk,
langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kaitannya dengan kompetensi yang akan dicapai Depdiknas, 2008. Untuk mengerjakan tugas-tugas
dalam sebuah LKS, siswa dapat menggunakan dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi
tugasnya.Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-
lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan
menguasai materi.
Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa digunakan sebagai media yang efektif dalam pembelajaran karena merupakan
media yang sederhana dan dapat menjangkau semua kalangan pelajar.Setiap media pasti memiliki
keunggulan
dan kekurangan.Andriani
2003 mengemukakan keunggulan dan kekurangan dari
media pembelajaran Lembar Kerja Siswa LKS sebagai berikut:
1. Keunggulan media Lembar Kerja Siswa a. Dari aspek penggunaan: merupakan media
yang paling mudah. Dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus
menggunakan alat khusus. b. fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip
umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang realistis.
c. Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran yaitu mampu memaparkan
kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram dengan
proses yang sangat cepat.
d. Dari aspek ekonomi: secara ekonomis lebih murah dibandingkan dengan media
pembelajaran yang lainnya. 2. Kekurangan media Lembar Kerja Siswa
a. Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi bersifat linear, tidak
mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.
b. Sulit memberikan
bimbingan kepada
pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.
c. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki
banyak kemungkinan
jawaban atau
pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
d. Tidak mengakomodasi
siswa dengan
kemampuan baca terbatas karena media ini ditulis pada tingkat baca tertentu.
e. Memerlukan pengetahuan prasyarat agar siswa dapat memahami materi yang
dijelaskan. Siswa yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan
mengalami kesulitan dalam memahami.
f. Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagian guru yang menuntut siswanya untuk
menghafal data, fakta dan angka.Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk
alat menghafal.
g. Kadangkala memuat
terlalu banyak
terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar
kepada siswa. h. Presentasi satu arah karena bahan ajar ini
tidak interaktif
sehingga cenderung
digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.
Scientific Approach
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah scientific appoach dalam pembelajaran semua mata
pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan,
bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau
informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian
menyimpulkan, dan
mencipta Kemendikbud, 2013.Untuk mata pelajaran, materi,
atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau
sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat- sifat non-ilmiah. Pendekatan ilmiah pembelajaran
disajikan berikut ini:
Pendekatan ilmiah ini mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka
yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran. f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara
sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.
Langkah pembelajaran pada scientific approach
menggamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran.
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar
melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.Ranah ketrampilan menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi
atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills
dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skills
dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
Inkuiri Terbimbing
Pembelajaran inkuiri terbimbing guided inquiry
yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan
atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Winarni 2009 menyatakan bahwa melalui inkuiri, guru mengajak
siswa untuk lebih aktif baikfisik maupun mental dalam proses belajar. Penerapan inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan kualitas pemahaman konsep siswa dan mampu tertanam karakter pada
siswaJannah dkk, 2012.Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dan perhatian siswa Handika, 2009.Pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan kepada guru untuk
tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran inkuiri terbimbing guided inquiry
yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan
atau petunjuk cukup luas kepada siswa.Winarni 2009 menyatakan bahwa melalui inkuiri, guru mengajak
siswa untuk lebih aktif baik fisik maupun mental dalam proses belajar. Penerapan inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan kualitas pemahaman konsep siswa dan mampu tertanam karakter pada
siswaJannah dkk, 2012.Penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dan perhatian siswa Handika, 2009.Pembelajaran inkuiri terbimbing mengarahkan kepada guru untuk
tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan inkuiri terbimbing,
siswa memperoleh konsep-konsep dengan cara
menemukan sendiri. Siswa diharapkan dapat menyelidiki sendiri untuk mencari jawaban atas
pertanyaan yang diberikan. Metode pembelajaran ini lebih menekankan pada pencarian pengetahuan
search,
daripada perolehan
pengetahuan acquisition
. Proses pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing memberikan kesempatan luas
kepada siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan pengetahuan sendiri sehingga siswa dapat berlatih
untuk mandiri. Peran siswa dalam metode inkuiri adalah:
1. Mengambil prakarsa dalam menemukan masalah dan merancang alternatif pemecahan
2. Aktif dalam mencari informasi dan sumber- sumber belajar
3. Menyimpulkan dan menganalisis informasi
ISBN 978-602-72071-1-0 4. Melakukan eksplorasi untuk memecahkan
masalah Dalam pembelajaran, guru lebih banyak
menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan.
Peran guru dalam metode inkuiri terbimbing adalah: 1. Menciptakan suasana yang memberi peluang
kepada siswa untuk berpikir bebas
dalam
bereksplorasi dalam
penemuan dan
pemecahan masalah 2. Sebagai fasilitator
3. Rekan diskusi dalam pencarian alternatif pemecahan masalah
4. Pembimbing dan pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah.
Piaget mengemukakan bahwa model inkuiri adalah model yang mempersiapkan siswa pada situasi
untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin mencari jawaban
sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang
lain,kemudian membandingkan apa yang ditemukan dengan yang
ditemukan siswa lainnya. Sintaks model pembelajaran inkuiri
adalah sebagai
berikut Karli
dan Yuliariatiningsih, 2003:
1. Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka teki.Guru membawa situasi
masalah kepada siswa. Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana
yang dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman
pada siswa, biasanya pada tahap ini dengan menunjukan contoh fenomena ataupun
demonstrasi.
2. Pengumpulan dan verifikasi data.Siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa
yang mereka lihat dan alami pada tahap penyajian masalah.
3. Eksperimen. Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen untuk menguji secara langsung.
Kegiatan yang dilakukan berupa pengujian secara langsung mengenai hipotesis atau teori
yang sudah diketahui sebelumnya. Peran guru dalam tahap ini adalah untuk
memperluas informasi yang telah diperoleh.
4. Mengorganisir data dan merumuskan
penjelasan.Guru mengajak
siswa merumuskan penjelasan, kemungkinan besar
akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi
yang diperoleh yang berbentuk uraian penjelasan. Siswa-siswa yang demikian
didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail.
5. Mengadakan analisis tentang proses inkuiri. Siswa diminta untuk menganalisis pola-pola
penemuan mereka yang berupa kesimpulan.Siswa dapat menuliskan
kekurangan dan kelebihan selama kegiatan berlangsung dan dengan bantuan guru
diperbaiki secara sistematis. Pembelajaran inkuiri terbimbing mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut Sanjaya, 2008: 200: 1. Orientasi. Pada tahap ini guru melakukan
langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif.
2. Merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. 3. Merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data. Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5. Menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh.
6. Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Model inkuiri
terbimbing memiliki
keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan model- model pembelajaran lain. Tedjo Susanto 1999: 23 -
24 mengemukakan kelebihan dari metode inkuiri terbimbing adalah:
1.
Dapat mengembangkan potensi intelektual pada siswa.
2.
Dapat memberi kepuasan belajar pada siswa sehingga akan memberikan dorongan untuk
maju.
3.
Pelajaran dapat diingat lebih lama.
4.
Proses belajar berpusat pada siswa.
5.
Memungkinkan siswa untuk membentuk self- concepts
, sehingga siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya.
6.
Melatih siswa untuk berpikir sendiri, sehingga menimbulkan kepercayaan atas kemampuannya
sendiri.
7.
Memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Metode inkuiri terbimbing juga mempunyai kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Momi
Sahromi 1986: 54-55, yaitu :
1.
Kesulitan untuk mengerti tanpa dasar pengetahuan factual dimana pengetahuan secara
efisien diperoleh dengan pembelajaran deduktif.
2.
Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan
prinsip umum dan siswa yang pasif hanya diam menunggu adanya siswa yang menyatakan
prinsip umum tersebut.
3.
Relatif memerlukan waktu yang banyak dan sering memerlukan waktu lebih dari satu
pertemuan.
4.
Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas
semua yang dipermasalahkan.
Hasil Belajar
Nana Sudjana 2005: 5 menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upayamemperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah
laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup
bidang kognitif,
afektif dan
psikomotorik.Sutratinah Tirtonegoro 2001: 43 mengemukakan hasil belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.Syaiful Bahri Djamarah
1996: 23 mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh berupa
kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.Eko Putro Widoyoko
2009: 1, mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu
penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes.Pengukuran, penilaian dan evaluasi
bersifat hirarki.Evaluasi didahului dengan penilaian assessment, sedangkan penilaian didahului dengan
pengukuran. Menurut Bloom dalam Dimyati 2006 ada tiga
taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:
1.
Ranah Kognitif Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku,
yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2.
Ranah Afektif Ranah afektif terdiri dari lima perilaku yaitu:
penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3.
Ranah Psikomotor Ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis
perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.
Hasil belajar mengajar adalah suatu proses tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil
apabila tujuan pembelajaran dapat tercapai. Suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila
Djamarah dan Zain, 2002:
1.
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok.
2.
Perilaku yang
digariskan dalamtujuanpembelajaran telah tercapai oleh
siswa, baik individu maupun kelompok.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS berbasis Scientific
Approach Mendorong dan menginspirasi
siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memungkinkan siswa membentuk self-
concepts , sehingga siswa dapat mengenal
kekuatan dan kelemahannya. Melatih siswa untuk
berpikir sendiri,
sehingga menimbulkan
kepercayaan atas
kemampuannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Andriani, Durri. 2003. Kelebihan dan Kelemahan
Bahan Ajar dalam Pengembangan Bahan Ajar .
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Andriani, N., Husaini, I., Nurliyah, L. 2011. Efektifitas
Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Guided Inquiry pada Mata Pelajaran Fisika
Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang
. Bandung: Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011
SNIPS 2011 ISBN : 978-602-19655-0-4. Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Depdiknas.2008. Panduan Pengembangan Bahan
Ajar . Jakarta: Direktorat.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran
.Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Azwar. 2002.
StrategiBelajar Mengajar . Jakarta: Rineka
Cipta. Handika, J. 2009. Pembelajaran Fisika Melalui
Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau dari Aktivitas dan
Perhatian Mahasiswa . JP2F Vol. 1 1: 9-23.
Indrianto.1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa dalam Pengajaran Sebagai Upaya Peningkatan
Prestasi Belajar . Semarang: IKIP Semarang.
Jannah, M, dkk.2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Nilai Karakter
Melalui Inkuiri Terbimbing Materi Cahaya pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama . Journal of Innovative Science
Education Vol. 1 1: 54-60. Karli, H., dan Yuliariatiningsih, S.M. 2003.
Implementasi KBK Edisi 2 . Bandung: Bina
Media Informasi. Kemendikbud.2013. Dokumen Kompetensi Dasar
untuk Sekolah Menengah Pertama sebagai Salah Satu Perangkat Kelengkapan Dokumen
Kurikulum 2013 . Jakarta: Kemendikbud.
ISBN 978-602-72071-1-0 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Ilmu
Pengetahuan AlamKementerian Pendidikan dan
Kebudayaan . Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar
Siswa di Sekolah . Yogyakarta: Kanisius.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sahromi, Momi. 1986. Pengelolaan Pengajaran Biologi
. Jakarta: Penerbit Karunika Universitas Terbuka.
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar
. Bandung: Sinar Baru Algesindo Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. 2001.
Strategi Belajar Mengajar . Bandung: CV
Maulana. Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY.2003-2004.
Pedoman Pengembangan Instrument dan Penilaian Ramah Afektif
. Yogyakarta: UNY. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007.
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu
. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Tirtonegoro, Sutratinah. 1989. Anak Supernormal dan Program
Pendidikannya . Jakarta: Bumi
Aksara. Wieman, Carl. 2007. Why Not Try a Scientific
Approach to Science Education ? Change.
Winarni, E.
2009.Pengembangan Model
Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dan
Masyarakat Belajar untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Life Skill Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 10
1: 1-7.
PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN MENGGUNAKAN MEDIA SIRKUIT TRANSPORTASI
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM TRANSPORTASI
PADA MANUSIA
Asri Fahmiati
1
Ristati Ningsih
2
Bahariyah Umar
3
1,2,3
Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya E-mail :asrifahmiatigmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sistem transportasi pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi di kelas VIII SMP
Al Hikmah pada tahun ajaran 20132014.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas VIII
SMP Al Hikmah yang berjumlah 23 orang.Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pada siklus pertama 1 ketuntasan individu 9 orang, ketuntasan klasikal 39,13 dan nilai rata-rata kelas individu 67,1. Pada siklus
kedua II ketuntasan individu meningkat 16 orang, ketuntasan klasikal 69,57 dan nilai rata-rata 79,9. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode bermain peran menggunakan sirkuit transportasi berhasil
meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap materi sistem transportasi dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa.
Kata kunci
: Bermain peran, sirkuit transportasi, pemahaman konsep
ABSTRACT
This researchaims to improvestudents understanding ofthe topic ofthe transportsystemin science subjectsby applying the method role playing use transport circuitsinclassVIIISMPAlHikmahin academic year 20132014.
This type of researchis Classroom Action Research, which consists oftwocycles, each cycle consistingof2 meetings. Research Subjectisstudentin class VIII SMP AlHikmahwhich amounts to23 people. The results
obtainedin this studyisthe first cycle1 completenessof individualsis 9 people, classical completeness 39.13, and the average value of the class is67.1. In thesecondcycleII completenessof individuals
increasedbecome16 people, classical completeness69.57, andthe average value is79.9. This indicatesthat theapplication ofthe method role playing use transport circuitsmanaged to increasestudentsunderstanding
ofthe conceptof thesubjectseen from thetransportation system learning outcomes wereachieved by students. Keywords
: role playing, transport circuits, understanding of the concept
Surabaya, 23 Januari 2016
ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 menuntut siswa dapat belajar dalam segala aspek melalui proses belajar secara
keseluruhan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada prakteknya, proses pembelajaran
di sekolah lebih cenderung menekankan pada pencapaian perubahan aspek kognitif intelektual
yang
dilaksanakan melalui
berbagai bentuk
pendekatan, strategi, dan model pembelajaran tertentu Sagala, 2011.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah saat ini yaitu rendahnya daya serap siswa yang
dibuktikan dengan rerata hasil belajar siswa yang senantiasa
masih sangat
memprihatinkan.Penyebabnya yaitu kondisi siswa yang tingkat visualisasinya rendah.
Hasil observasi proses pembelajaran kelas VIII yang
telah dilakukan
peneliti, ditemukan
permasalahan sebagai berikut: : a Siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru
pada saat
pembelajaran sebesar 50 ; b Siswa ramai saat pembelajaran 55 ; c Siswa tidak aktif dalam
mengikuti pelajaran IPA sebesar 58 ; d Siswa jenuh dan bosan pada pembelajaran yang monoton sebesar
62 . Keadaan seperti itu membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA merupakan
pelajaran yang membosankan dan susah dimengerti jika tidak ada
media pembelajaran dalam menyampaikan materi. Siswa kurang mengerti bila
tidak dijelaskan terlebih dahulu sementara bila penjelasan terlalu lama akan menurunkan konsentrasi
belajar.
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata
tidak akan membuahkan hasil belajar yang maksimal tanpa adanya kegiatan belajar aktif. Belajar aktif
memerlukan sarana dan media pembelajaran. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,dan bersemangat.
Sehingga siswa akan lebih mudah menyerap ilmu pengetahuan dan dapat bertahan untuk mengikuti
proses pembelajaran dengan adanya media yang digunakan dalam menyampaikan materi.
Interaksi siswa dengan lingkungannya dalam pembelajaran IPA merupakan hal yang tidak dapat
dikesampingkan. Pelajaran IPA yang hanya diajarkan dengan hafalan, maka siswa tidak akan mampu
menggunakan pengetahuan mereka selama proses pembelajaran yang dikembangkan guru. Pembelajaran
IPA akan lebih bermakna jika memungkinkan siswa memahami konsep materi yang mereka pelajari
daripada sekedar menghafal materi.
Agar tercipta pembelajaran IPA yang efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran IPA sebagai berikut: a. Student centered learning pembelajaran berpusat
pada siswa b. Learning by doing belajar dengan melakukan
sesuatu c. Joyful
learning pembelajaran
yang menyenangkan
d. Meaningful learning
pembelajaran yang
bermakna e. The daily life problem solving pemecahan
masalah sehari-hari Salah satu prinsip yang dapat diterapkan untuk
lebih memotivasi siswa agar mengikuti pembelajaran adalah
joyful learning
pembelajaran yang
menyenangkan.Joyful learning ini dapat diterapkan dengan cara pemberian kesempatan pada siswa untuk
berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil. Metode bermain peran adalah salah satu proses
belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Pica,2004 yang dikutip oleh
A’la, 2011 mengemukakan bahwa simulasi merupakan
suatu istilah umum berhubungan dengan menyusun dan mengoperasikan suatu model yang mereplikasi
proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Hardini dkk 2012 mengemukakan bahwa metode simulasi
adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan.
Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok seperti yang dikemukakan oleh Hamalik
2001berikut ini ; 1 Sosiodrama : semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan
menganalisa situasi sosial tertentu, 2 Psikodrama : hampir mirip dengan sosiodrama . Perbedaan terletak
pada penekannya. Sosia drama menekankan kepada permasalahan
sosial, sedangkan
psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya dan 3
Role-Playing : role playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa
lampau.
MenurutSanjaya 2006 juga membagi metode pengajaran simulasi menjadi 3 kelompok seperti
berikut ini : 1 permainan simulasi simulation games yakni
suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak
seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan atau
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk
mereka,
2 bermain peran role playing yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti
berdasarkan kejadian
terdahulu, yang
dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarahperistiwa
masa lalu,
menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang
akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada
suatu tempat dan atau waktu tertentu, dan
3 sosiodramasociodrama yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan
pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan
menjadi perhatian kelompok.
Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di
dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari siswa yang terlihat dan atau peniruan situasi dari
tokoh-tokoh sejarah sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang
melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran tokoh yang terlibat dalam proses sejarah.
Kelebihan dan Kelemahan Metode ini: 1. Dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam
menghadapi situasi yang sebenarnya kelak; baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun
menghadapi dunia kerja. 2. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa,
karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik
yang disimulasikan. 3. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya
diri siswa. 4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di
lapangan. 2. Pengelolaan yang kurang baik.sering simulasi
dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
Penulis berusaha memecahkan masalah tersebut dengan memberikan alternatifpenerapan metode
bermain peran menggunakan sirkuit transportasi yang berjudul
“Seandainya Aku Jadi....”. Metode ini merupakan gabungan dari sirkuit simulasi dan model
komponen darah yang diperankan oleh tiap siswa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi sistem transportasi. Metode ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami
konsep dengan benar, mudah diingat, menyenangkan, dan dapat ditangkap secara visual walaupun materi
sistem transportasi tersebut adalah materi yang abstrak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelas VIII SMP Al Hikmah.Jenis penelitian ini adalah jenis
Penelitian Tindakan Kelas dimana untuk mengetahui peningkatanpemahaman siswa terhadap konsep sistem
transportasimenggunakan media sirkuit transportasi menggunakan metode bermain peran Role Playing
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA.Subjek Penelitian adalah peserta didik Kelas
VIIISMP Al Hikmah yang berjumlah 23 orang. Adapun desain atau model penelitian tindakan kelas
ini adalah penelitian terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri 2 kali pertemuan dan berarti pelaksanaan
penelitian dengan 4 kali pertemuan dan dilakukan dalam empat tahap yakni yang secara garis besar
terdapat empat tahap yaitu : 1. Rencana, 2. Tindakan, 3. Observasi, dan 4. Refleksi.Kemudian data yang
dianalisis adalah yang diperoleh dari hasil belajar siswa dengan teknik statistik deskriptif.Djamarah
1997:13 menyatakan yang dimaksud dengan statisik deskriptif
adalah berusaha
melukiskan dan
menganalisis kelompok yang diberikan tanpa maksud menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok
yang lebih besar. Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang aktifitas siswa yang
akan diamati. HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I dengan
menerapkan metode bermain peran menggunakan media sirkuit transportasi ,kegiatan selanjutnya adalah
pemberian posttest siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa.Bentuk tes hasil belajar yang diberikan
adalah essay sebanyak 10 soal.Hasil analisis posttest siklus I secara singkat dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus
1 Skor tertinggi 100 3 0rang
2 Skor terendah 25 2 orang
3 Banyaknya siswa yang belum tuntas
14 orang 4 Banyaknya siswa yang tuntas 9 orang
4 Presentase tuntas klasikal 39,13
5 Presentase daya serap klasikal 39,13 Dari posttest yang dilakukan dihasilkan nilai rata-rata
kelas yaitu 67,1. Dengan persentasi ketuntasan kelas sebesar 39,13 . Dimana dari 23 siswa hanya ada 9
siswa yang nilainya memenuhi KKM KKM = 75, dan masih ada 14 siswa yang nilainya belum mencapai
KKM, hal ini mungkin dikarenakan siswa belum terbiasa dengan metode yang digunakan sehingga
siswa belum bisa terlibat sepenuhnya dalam aktivitas pembelajaran, mereka hanya memainkan peran sesuai
skenario yang dibuat tanpa memahami dan memaknai secara mendalam tentang maksud dari peran yang
dimainkannya dalam pembelajaran. Selain itu siswa juga hanya menganggap metode ini sebagai ajang
untuk bermain-main, sehingga tujuan awal dari pembelajaran dengan metode ini belum bisa terlaksana
secara maksimal, maka dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II dengan menerapkan metode bermain peran menggunakan
sirkuit transportasi, kegiatan selanjutnya adalah memberikan posttest yang diberikan dalam bentuk
ISBN 978-602-72071-1-0 essay sebanyak 10 soal,hasil analisis posttest siklus II
secara singkat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus II
1 Skor tertinggi 100 8 orang
2 Skor terendah 20 1 orang
3 Banyaknya siswa yang belum tuntas
7 orang 4 Banyak siswa yang tuntas
16 orang 5 Presentase tuntas klasikal
69,57 6 Presentase daya serap klasikal 69,57
Dari hasil posttest pada siklus 2 terlihat perbedaan nilai siswa yaitu nilai rata-rata kelas yang meningkat
menjadi 79,9. Dari nilai rata-rata tersebut terdapat 16 orang siswa yang nilainya sudah memenuhi
KKM.Adanya peningkatan ini dikarenakan pada siklus 2, siswa sudah mengetahui secara jelas aturan
permainan dalam kegiatan pembelajaran bercermin dari pembelajaran siklus I, selain itu juga guru telah
memperbaiki media sirkuit sirkulasi yang digunakan dan untuk menambah kegiatan yang dibuat secara
terpisah. Pada siklus pertama, pembelajaran difokuskan pada satu episode yaitu Energi Hidup yang
menggambarkan tentang proses penghasil energi dalam tubuh yang terdiri dari gabungan sistem
pencernaan dan sistem pernafasan, sehingga diperlukan waktu lebih lama dibandingkan 2 episode
lainnya.Siklus 2 ada tambahan berupa dua episode tersendiri yaitu episode Perban Ilahi tentang proses
proses penutupan luka dan episode Tentara Siaga tentangproses pagositosis untuk membunuh kuman
dalam tubuh. Sehingga konsep yang diserap siswa tidak saling tumpang tindih dan lebih mudah dipahami
oleh siswa.
Namun, dibalik peningkatan itu, masih ada sebanyak 7 siswa yang nilainya belum memenuhi
KKM, sehingga
secara klasikal,
persentase ketuntasannya masih bisa dibilang agak rendah
cukup yaitu 69,57 . Hal ini dikarenakan dalam kelompok tidak semua siswa dapat menjiwai dan
memahami perannya, selain juga kadang ada siswa yang hanya senang saat beraktivitas, tapi tidak pada
saat menelaah kajian materi di sumber belajar.Selain itumungkin juga dipengaruhi kurangnya pengawasan
dan pengarahan dari guru.Disamping ada beberapa siswa yang tidak terbiasa tampil di depan umum yang
merasa minder sehingga kegiatan dalam kelompoknya juga kurang efektif.
Nilai postes II diperoleh siswa setelah dievaluasi bahwa nilai rata-rata kelas posttest I yaitu 67,1 belum
mencapai KKM 75 ketika belum menerapkan “Seandainya Aku Jadi ….” sehingga siswa diberi
waktu untuk berdiskusi dan melatih diri lebih mahir untuk menerapkan “Seandainya Aku Jadi…”sehingga
setelah semua siswa melakukan diadakan postes II, yang hasilnya 79,9.
Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode bermain peran
menggunakan sirkuit transportasi menunjukkan respon yang baik.
Tabel 3. Angket Respon Siswa terhadap pembelajaran dengan metode bermain peran
menggunakan media sirkuit transportasi
No. Pernyataan
Tanggapan Ya
Tidak 1.
Saya menjadi lebih tertarik belajar sistem transportasi
menggunakan metode ini 86,96 13,04
2. Saya merasa lebih paham
setelah belajar menggunakan metode ini
73,91 26,09
3. Saya
menjadi lebih
termotivasi mengikuti
pembelajaran dengan
menggunakan metode ini 73,91 26,09
Berdasarkan data pada tabel 3, dapat dilihat siswa merasa lebih tertarik saat mengikuti pembelajaran
dengan metode bermain peran menggunakan media sirkuit transportasi yaitu sebanyak 86,96 . Hal ini
dikarenakan metode ini merupakan hal baru, siswa sebelumnya hanya bisa mengamati gambar sirkulasi
darah dan komponen-komponen darah di buku siswa, pada metode ini siswa membuat komponen-komponen
penyusun darah dalam bentuk 4 dimensi dai barang bekas di sekitar siswa sehingga mereka merasa
memiliki medianya. Siswamemainkan peran mereka yang seolah-olah bisa menjelajahi langsung sistem
transportasi di dalam tubuh merupakan pengalaman yang baru dan sangat berkesan bagi siswa.
Dari segi pemahaman konsep, siswa yang menyatakan bahwa metode ini dapat membantu
mereka lebih mudah dalam memahami konsep sistem transportasi sebanyak 73,91. Hal ini disebabkan
karena dalam proses pembelajaran siswa terlibat aktif dalam bermain peran, secara tidak langsung mereka
seolah
berinteraksi dan
beradadalam sistem
transportasi dan komponen-komponen di dalamnya. Sehingga pembelajaran pun jadi lebih bermakna dan
mudah dipahami oleh siswa. Sementara untuk motivasi siswa, 73,91 siswa
menyatakan termotivasi untuk belajar setelah menggunakan metode ini. Hal ini dikarenakan siswa
dapat membuat model komponen-komponen darah sendiri sesuai dengan kreasi dan imajinasinya serta
kompleknya proses transportasi di dalam tubuh. Siswa jadi termotivasi karena pembelajaran langsung
berhubungan dengan sistem yang terjadi dalam diri mereka sendiri, dan dipelajari dengan cara yang
menarik sehingga sepertinya mereka masuk ke dalam diri mereka sendiri.Selain itu juga menjadikan siswa
bersyukur atas anugerah Allah yang telah menciptakan makhluk hidup dan segala komponen di dalamnya
yang begitu komplek dan sempurna. Keunggulan dari pembelajaran iniadalah :
1. Meningkatkan pemahaman konsep siswa yang
dapat dilihat dari peningkatan nilai siswa dari 67,09 menjadi 79,87
2. Bahan yang digunakan untuk pembuatan media berasal dari barang bekas dan mudah didapat
sehingga dapat diterapkan di mana saja dan di segala kondisi.
3. Siswa lebih mudah mengingat konsep karena disimulasikan dalam metode bermain peran
sehingga konsep yang dipelajari lebih bermakna. 4.
Meningkatkan nilai spiritual siswa karena lebih bersyukur setelah menjalani pembelajaran bermain
peran dalam sistem transportasi. PENUTUP
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan media
pembelajaran sirkuit transportasi dapat disimpulkan bahwa media ini dapat meningkatkan pemahaman
konsep siswa kelas VIII SMP AlHikmah Surabaya pada materi sistem transportasi. Respon siswa
terhadap
pembelajaran menggunakan
sirkuit transportasi dengan metode bermain peran sebanyak
89,96 sangat tertarik belajar menggunakan metode ini. Siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar
yang diketahui dari angket siswa sebanyak 73,91. Adanya peningkatan motivasi siswa berdampak pada
meningkatnya pemahaman konsep tentang sistem transportasi sebesar 73,91.
Saran 1. Diharapkan kepada para guru sebelum melakukan
pembelajaran dengan metode yang baru bagi siswa, perlu adanya penjelasan kepada siswa
sebagai persiapan, agar siswa mengerti dan bisa mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik
dan lebih aktif.
2. Karena keterbatasan waktu, peneliti tidak bisa melanjutkan siklus selanjutnya, karena itu
diharapkan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian serupa agar kiranya mengulang siklus
apabila ketuntasan siswa belum mencapai hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA A’la,
Miftahun. 2011.
Quantum Teaching.
Yogjakarta: Diva Press. Buzan, Tony. 1999. Gunakan Kepala Anda. Jakarta:
Pustaka Delataprasa. Djamarah, SB. 1997. Bermain Peran Sebuah Metode
Pembelajaran. Jakarta : Cempaka Putih.
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.Bandung:
Bumi Aksara Hardini, Israni dan Dewi Puspiasari.2012. Strategi
Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia.
Kartono, B dan Rusdi.2008. Seribu Pena Biologi untuk SMP MTs Kelas VIII
. Jakarta: PT Erlangga.
Pica,R. 2004. Experience in Movement: Brith to Age Eight
. Clifton park NY: Delmar. Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembalajaran.Jakarta ; Media Grup
Wijaya, Agung, dkk. 2008. IPA Terpadu VIII A. Jakarta: PT Grasindo.
Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains Berdasarkan Cara Kerja Otak
. Jakarta: PT Indeks.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA METODE EKSPERIMEN DIPADUKAN DENGAN MODEL TTW THINK, TALK, AND
WRITE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
IPA SMPN 2 LOSARI PADA MATERI TEKANAN
Indah Hartanti
1
Rosdiana
2
Sabria Ulfa
3
Program Studi S2 Pendidikan Sains UNESA E-mail: indah.hartanti2gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tekanan dengan mengkombinasikan metode eksperimen dan model TTW Think, Talk and Write, penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Losari kota
Brebes, dengan subyek kelas VIII I berjumlah 42 siswa.Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan implementasi, pengamatan dan refleksi.Pada
siklus I, diperoleh nilai rata-rata siswa 64, sedangkan di siklus II diperoleh nilai rata-rata 69, dan di siklus III diperoleh nilai rata-rata 73.Selain nilai rata-rata, keterampilan mengeluarkan pendapat, keaktifan dalam diskusi
dan menjawab pertanyaan dari siklus I, II dan III mengalami peningkatan. Kata kunci
: metode eksperimen, TTWThink, Talk and Write, hasil belajar
ABSTRACT
This research aims to improve student learning outcomes in the material pressure by combining experimental methods and models TTW Think, Talk and Write, the study was conducted in SMP Negeri 2 Losari Brebes, with
the subject of class VIII I numbered 42 students. This study was conducted three cycles where each cycle consists of four phases: planning, action implementation, observation and reflection. In the first cycle, the value of the
average 64 students, while in the second cycle obtained by the average value of 69, and in the third cycle obtained by the average value of 73. In addition to the average value, the skills of speech, active in discussions and answer
questions cycle I, II and III increased. Keywords
: experimental method, TTW Think, Talk and Write, learning outcomes
Surabaya, 23 Januari 2016
PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu unsur sumber daya pendidikan yang memberikan kontribusi
signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum 2013 di
desain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa yang berbasis peradaban dan kompetensi. Berdasarkan
hasil observasi yang dilaksanakan pada pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Losari Kabupaten Brebes,
peneliti menemukan permasalahan pada proses pembelajaran IPA.
Proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Losari belum maksimal karena sarana dan prasarana
pembelajaran IPA belum memadai, guru cenderung kekurangan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
pengajar dengan menggunakan metode ceramah biasa, sehingga hasil belajar anak kurang maksimal. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata pelajaran IPA yang cukup
rendah.Pemilihan model
dan metode
pembelajaran yang baik diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menumbuhkan minat belajar IPA,
sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.Metode eksperimen, sudah sering peneliti
gunakan pada proses pembelajaran Tekanan, namun hasilnya belum sesuai dengan harapan.Rata-rata nilai
yang diperoleh siswa dengan hanya menggunakan metode ekperimen berkisar pada angka 58.Nilai ini
belum signifikan dengan metode yang digunakan. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan untuk
memadukan Metode Eksperimen dengan Model TTW Think, Talk and Write yang diharapkan dapat
menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman siswa,siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, setidaknya mencapai nilai rata-rata 70.
Tujuan dari
penelitian ini
adalah meningkatakan hasil belajar pada materi tekanan
dengan menggunakan Metode Eksperimen yang dipadukan dengan Model TTW Think, Talk and
Write . Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2
Losari Kabupaten Brebes, tahun ajaran 20132014 semester genap, subyek yang diteliti adalah siswa
kelas VIII I yang berjumlah 42 siswa, prosedur penelitian di laksanakan sebanyak tiga siklus dimana
setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan implementasi, pengamatan
dan refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 3 siklus pada materi yang sama.
Siklus I
Siklus I berlangsung selama 2x40 menit 1 x pertemuan. Dari hasil tes pada siklus I diperoleh nilai
rata-rata siswa sebesar 64 Tabel 1. Ketuntasan kerja kelompok dalam menjawab pertanyaan LKS di siklus
I masih ada siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 17 siswa, yang
sudah menjawab dengan benar sebanyak 25 siswa sehingga persentase yang belum bisa menjawab
dengan benar sebesar 40,47. Faktor
tidak tercapainya
indikator keberhasilan yang dilihat dari nilai hasil tes tersebut di
atas adalah kurang maksimalnya metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran, terutama pemberi
konstribusi yang cukup besar terhadap kurang berhasilnya penelitian ini adalah banyak siswa 16
orang yang memperoleh nilai kurang 61 dan hanya26 orang siswa yang memperoleh nilai 61. Siswa baru
mengenal metode Think, Talk and Write.
Hasil penelitian, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument, hasil yang
didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut: Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar kategori kurang dengan prosentase sebesar 55,
kelancaran mengemukaan
ide dalam
memecahkan masalah kategori kurang dengan prosentase sebesar 57, keaktifan siswa dalam
diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 55, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil
diskusi kategori kurang dengan prosentase sebesar 57, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi
kategori kurang dengan prosentase sebesar 57, keaktifan siswa dalam bertanya kategori kurang
dengan prosentase sebesar 59, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar kategori kurang
dengan prosentase sebesar 56 dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kategori kurang dengan
prosentase sebesar 57.
Keaktifan dari delapan kelompok hanya mendapat 5 kelompok yang aktif melakukan
percobaan atau 62,5 dan 5 kelompok yang aktif melakukan diskusi atau 62,5.
Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 85 siswa merasa senang, 40
yang merasa kesulitan belajar, 50 siswa ada keberanian mengemukakan pendapat,80 mendorong
siswa lebih kreatif. Prestasi belajar siswa pada siklus I, mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 64 tabel
1, dan masih terdapat 69,1 siswa yang nilainya dibawah KKM yang telah ditentukan disekolah.
Tahap berikutnya yang dilakukan peneliti adalah merefleksi pada siklus I. Refleksi terhadap nilai
post tes belum memuaskan karena hanya 39,1 saja ketuntasan yang siswa dalam kelas tersebut dan rata-
rata nilai 64. Sehingga perlu adanya perbaikan di siklus berikutnya, seperti pengadaan tes awal pre
tes.Penambahan jumlah alokasi waktu pada saat siswa melakukan eksperimen dan mendiskusikannya
dengan
teman sekelompoknya.Melihatdarihasilpengamatanpadasikl
usI,antusias,keaktifan,kemampuan menghimpun data, kelancaran mengemukakan pendapat masih dalam
kategori cukup dan kelancaran mengemukakan ide atau pendapat ketelitian menghimpun hasil diskusi,
keaktifan bertanya, keaktifan mencari sumber belajar, mendapatkan nilai kurang dengan rentang nilai 60,
ISBN 978-602-72071-1-0 ini menunjukkan siswa masih kesulitan dan belum siap
karena baru mengenal model pembelajaran think, talk and write
. Disisi lain, siswa merasa senang dan terdorong untuk lebih kreatif walaupun terdapat 40
yang masih kesulitan memahami materi dan 50 kurang berani berpendapat. Dengan demikian, pada
siklus II perlu adanya motivasi yang dapat mendorong siswa lebih antusias dengan memberikan penghargaan,
menyediakan sumber belajar berupa fotokopi materi, dan meminjami buku ajar. Berdasarkan siklus I
didapat
nilai rata-rata
prestasi siswa
64 padahalsebelumnya dengan 59 yang berarti ada
kenaikan 5point dari sebelum tindakan. Hal ini yang mendorong dilanjutkan pada siklus II.
Siklus II
Siklus II berlangsung selama 2 x 40 menit 1xpertemuan.Dalam perencanaan peneliti telah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, rencana pembelajaran yang hampir sama dengan siklus
pertama akan tetapi ditambah dengan pengadaan pretes sebelum siswa melakukan ekperimen karena
dengan adanya pretes awal diharapkan siswa lebih termotivasi untuk belajar atau mempersiapkan diri
sebelum proses belajar dimulai. Selain itu alokasi waktu untuk eksperimen pada siklus I hanya 15 menit
pada siklus II waktu ditambah menjadi 25 menit.
Setelah proses pembelajaran pada siklus II selesai, selanjutnya pada akhir siklus dilakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap
materi yang telah dibahas. Dari hasil tes pada siklus II diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 69 Tabel 1.
Ketuntasan kerja kelompok dalam menjawab pertanyaan LKS di siklus II masih ada siswa yang
belum bisa menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 5 siswa, yang sudah menjawab dengan benar
sebanyak 37 orang sehingga persentase yang belum bisa menjawab dengan benar sebesar 11,90.
Faktor tercapainya indikator keberhasilan yang dilihat dari nilai hasil tes tersebut di atas adalah
siswa sudah mengenal metode Think, Talk and Write karena pada saat siklus pertama telah dilaksanakan
dengan metode yang sama dilaksanakan dalam pembelajaran.
Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi pengamatan kegiatan guru, siswa saat kegiatan saat kegiatan belajar mengajar, dan
angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar kategori cukup dengan prosentase sebesar
65,
kelancaran mengemukaan
ide dalam
memecahkan masalah kategori kurang dengan prosentase sebesar 62, keaktifan siswa dalam diskusi
kategori kurang dengan prosentase sebesar 68, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi
kategori kurang dengan prosentase sebesar 69, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi kategori
kurang dengan prosentase sebesar 67, keaktifan siswa dalam bertanya kategori kurang dengan
prosentase sebesar 65, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar kategori kurang dengan
prosentase sebesar 63 dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kategori kurang dengan
prosentase sebesar 64.
Keaktifan dari delapan kelompok hanya mendapat 7 kelompok yang aktif melakukan
percobaan atau 87,5 dan 7 kelompok yang aktif melakukan diskusi atau 87,5.Hasil angket siswa
setelah kegiatan belajar mengajar terdapat 90 siswa merasa senang, 30 yang merasa kesulitan belajar,
65 siswa ada keberanian mengemukakan pendapat, 90 mendorong siswa lebih kreatif .
Tahap refleksi pada siklus 2 adalah mengamati hasil yang diperoleh peneliti dan
kolaborator bahwa metode Think, Talk and Write mampu meningkatkan hasil belajar dari siklus I
dengan ketuntasan belajar 61 menjadi 88. Rata- rata nilai siswa siklus I yaitu 61 meningkat menjadi
64. Serta keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat, ini terlihat dari aspek yang diamati
kolaborator dari yang sebelumnya kurang rentang nilai 60 menjadi cukup 60-70. Nilai rata-rata
belum mencapai yang diharapkan yaitu 70.Dengan hasil refleksi tersebut, peneliti terdorong untuk
melakukan peneletian satu siklus lagi, untuk mencapai nilai rata-rata 70.
Siklus III
Siklus III berlangsung selama 2 x 40 menit 1x pertemuan.Dalam perencanaan peneliti telah
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, rencana pembelajaran yang hampir sama dengan siklus kedua,
untuk menambah motivasi belajar siswa ada pemberian reward penghargaan berupa alat tulis
terhadap tiga kelompokterbaik.
Setelah proses pembelajaran pada siklus III selesai, selanjutnya pada akhir siklus dilakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap
materi yang telah dibahas.
Pada saat yang sama, kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrument yang sudah
disiapkan, yang meliputi pengamatan kegiatan guru, siswa saat kegiatan saat kegiatan belajar mengajar, dan
angket siswa setelah kegiatan berakhir. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah sebagai berikut.
Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar kategori cukup dengan prosentase sebesar
90,
kelancaran mengemukaan
ide dalam
memecahkan masalah kategori kurang dengan prosentase sebesar 75, keaktifan siswa dalam diskusi
kategori kurang dengan prosentase sebesar 85, kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi
kategori kurang dengan prosentase sebesar 80, ketelitian dalam menghimpun hasil diskusi kategori
kurang dengan prosentase sebesar 78, keaktifan siswa dalam bertanya kategori kurang dengan
prosentase sebesar 80, keaktifan siswa dalam mencari sumber belajar kategori kurang dengan
prosentase sebesar 84 dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan kategori kurang dengan
prosentase sebesar 82. Tahap refleksi pada siklus 3 adalah
mengamati hasil yang diperoleh peneliti dan kolaborator bahwa metode Think, Talk and Write
mampu meningkatkan hasil belajar dari siklus II dengan ketuntasan belajar 88 menjadi 95. Rata-
rata nilai siswa siklus I yaitu 64 meningkat menjadi 73. Serta keaktifan siswa dalam pembelajaran juga
meningkat, ini terlihat dari aspek yang diamati kolaborator dari yang sebelumnya cukup rentang nilai
60-70 menjadi baik 71-85.
Ketuntasan kerja kelompok dalam menjawab pertanyaan LKS di siklus III semua siswa bisa
menjawab pertanyaan dengan benar sebanyak 42 siswa, sehingga persentase yang sudah bisa menjawab
dengan benar sebesar 100.Hal ini menunjukkan tidak ada satu siswapun yang tidak dapat menjawab
pertanyaan pada LKS, artinya indikator telah tercapai.
Faktor tercapainya indikator keberhasilan yang dilihat dari nilai hasil tes tersebut di atas adalah
siswa sudah tidak canggung lagi, siswa sudah mahir dengan metode Think, Talk and Write karena pada saat
siklus I dan II telah dilaksanakan dengan metode yang sama.
Keaktifan dari delapan kelompok mendapat 8 kelompok yang aktif melakukan percobaan atau
100 dan 8 kelompok yang aktif melakukan diskusi atau 100.Hasil angket siswa setelah kegiatan belajar
mengajar terdapat 100 siswa merasa senang, 2 yang merasa kesulitan belajar,80 siswa ada
keberanian
mengemukakan pendapat,
90 mendorong siswa lebih kreatif .
Jika dilihat dari keseluruhan aktivitas siswa pada saat pembelajaran, maka data yangdiperoleh
menunjukkan peningkatan hasil belajar dari siklus kesiklus sebagaimana terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata nilai siswa setiap siklus
Rata-rata nilai
Siklus Sebelum
I II
III 51
64 69
73 Ketercapaian indikator seperti antusias siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, kelancaran mengemukaan ide dalam memecahkan
masalah, keaktifan siswa dalam diskusi ,kemampuan siswa dalam menghimpun hasil diskusi, ketelitian
dalam menghimpun hasil diskusi, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan siswa dalam mencari
sumber belajar dan kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan peningkatan dari siklus I ke siklus II, siklus
II ke siklus III. PENUTUP
Simpulan
Penelitian tindakan kelas ini mendapat simpulan antara lain : Pembelajaran melalui metode
ekperimen yang dipadukan dengan Model Think, Talk and Write
menjadikan siswa lebih kreatif dan aktif dalam pembelajaran IPA kelas VIII I SMPN 2 Losari
pada materi Tekanan. Metode pembelajaran ekperimen dipadukan dengan Model Think, Talk, and
Write dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VIII
I SMPN 2 Losari Kabupaten Brebes.
DAFTAR PUSTAKA Nugroho,
Edi K.
2004. Pembelajaran
danPengajaranKontekstual . Jurusan Biologi
FMIPA UNNES. Rosyid, Ainur. 2005.Proposal Penelitian Tindakan
Kelas . Brebes.
Sudrajat, A.
2011.Tesis Keefektivan
PembelajaranMatematikaDenganMenggunak anMetode Pembelajaran Think-Talk-write
TTW Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XI
.www.scrib.com. Sunyono dan Siti Marinah.2002.Optimalisasi
Pembelajaran Kimia Kelas XI Semester 1 SMA Swadhipa Natar Melalui Penerapan
Metode Eksperimen
Berwawasan Lingkungan.
Laporan PTK.
Universitas Lampung.
Sutusia, 2006.Peningkatan Minat Belajar dan Aktivitas
Siswa Pokok
BahasanKeanekaragaman Hayati Kelas X Melalui Pembelajaran Think,Talk, Write,
Laporan PTK Zainal Aqib, dkk. 2009. Penelitian Tindakan kelas
Untuk guru SMP, SMA danSMK . Bandung:
Yrama Widya.
ISBN 978-602-72071-1-0
MENUMBUHKAN KREATIVITAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Ria Wulandari
Dosen Program Studi Pendidikan IPA FKIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo E-mail: riawulandari.rw46gmail.com
ABSTRAK
Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Di era globalisasi saat ini, berpikir kreatif sangat diperlukan oleh semua orang sehingga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia.
Produk dari berpikir kreatif adalah kreativitas. Kreativitas harus senantiasa dikembangkan karena berperan penting dalam kehidupan seseorang. Manfaat kreativitas adalah mampu beradaptasi dengan berbagai
tuntutan jaman. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan referensi cara menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan pembelajaran berbasis konstruktivisme.
Pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajarannya, pendidik melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas
kompleks berdasarkan permasalahan yang menantang sehingga menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan tugas investigasi, serta memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri ataupun kelompok. Kata Kunci:
Berpikir kreatif, Kreativitas, dan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
ABSTRACT
Creative thinking is a part of highlevel thinking. In this globalization era, creative thinking is needed by everyone so that they can create products that are beneficial to humans. Product of creative thinking is
creativity. Creativity must constantly be developed because it plays an important role in a persons life. The benefit of creativity is able to adapt to the various demands of the times. The purpose of writing this article
is to provide references how to cultivate and develop the creativity of learners through learning based on constructivism. Learning based
on project can be applied to build the learners’ creativity. This is due in the learning process, teacher involves project work containing complex tasks based on the problems that
challenge and requires students to design, solve problems, make decisions, carry out the task of investigation, as well as providing opportunities for learners to work independently or in groups.
Keywords
: Creative Thinking, Creativity, Learning Based on Project
PENDAHULUAN
Belajar adalah aktivitas mental dan psikis yang dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang bersifat permanen dengan cara berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah
laku dapat meliputi kecakapan hidup, kognitif, sikap, dan keterampilan. Perubahan tingkah laku akan bersifat
permanen apabila didukung oleh lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar harus dapat menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga pebelajar dapat lebih aktif membangun pengetahuannya. Manfaat lain yang
dapat diperoleh adalah meningkatkan percaya diri, rasa ingin tahu, berkomunikasi dengan sesama, serta berpikir
kritis dan kreatif.
Berpikir kreatif merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi. Di era globalisasi saat ini, berpikir kreatif
sangat diperlukan oleh semua orang sehingga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia.
Berpikir kreatif merupakan cara berpikir yang logis dan divergen sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru.
Produk dari berpikir reatif adalah kreativitas. Kreativitas merupakan aktivitas
kognitif yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat digunakan untuk pemecahan masalah.
Kreativitas harus senantiasa dikembangkan karena berperan penting dalam kehidupan seseorang.
Dengan kreativitas yang tinggi, seseorang dapat mengembangkan
potensi diri
secara maksimal,
menggunakan ide-idenya untuk menciptakan kreasi baru, menimbulkan kepuasan diri yang tak terhingga nilainya,
menghasilkan berbagai alternatif pemecahan masalah, dan sebagai bekal menghadapi era globalisasi yang bergerak
cepat dan dinamis. Untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan peran dari lingkungan sekitar terutama
lingkungan sekolah.
Salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah pendidik. Pendidik
merupakan ujung tombak berlangsungnya kegiatan
Surabaya, 23 Januari 2016
pembelajaran sehingga memiliki peran dan fungsi penting sebagai sumber belajar dan bahkan kerapkali mendominasi
proses transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik Agung, 2010. Proses pembelajaran lebih mengacu pada
pelaksanaan tugas dan fungsi mengajar.
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan kondusif sehingga peserta didik berminat mempelajari materi pelajaran, senang bertanya,
berani mengajukan pendapat, mengungkapkan ide-ide baru, dan melakukan berbagai percobaan ilmiah yang
menuntut pengalaman baru.
Persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran IPA dapat dilihat pada Tabel 1.
Hakikat IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu
sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap yang harus ada dalam diri seorang
ilmuan atau akademisi dalam menghadapi persoalan- persoalan ilmiah. Sikap ilmiah meliputi jujur, terbuka,
toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan kreatif. Proses ilmiah merupakan langkah-langkah yang harus ditempuh
oleh para ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah-
langkah ini tersusun sistematis dan disebut metode ilmiah. Produk ilmiah adalah hasil-hasil penemuan dari
berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dan sudah teruji kebenarannya secara empiris dan eksperimen.
Penekanan dari ketiga komponen ini adalah pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
melalui pembelajaran yang interaktif dan inovatif sehingga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta didik dapat menunjukkan hasil yang baik.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk memberikan referensi cara menumbuhkan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik
sebagai subyek pembelajaran. PEMBAHASAN
Pergeseran Pandangan Tentang Pembelajaran Pesatnya perkembangan jaman mengakibatkan
terjadinya pergeseran pandangan tentang pembelajaran. Awalnya pembelajaran dipandang sebagai suatu kegiatan
mentransfer informasi dari pendidik. Pendidik
memegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Isi materi dan langkah penyampaian materi
ditentukan oleh pendidik. Akibatnya proses belajar mengajar tidak optimal karena peserta didik bersikap
pasif. Peserta didik hanya mendengarkan dengan seksama, mencatat bagian-bagian penting yang
disampaikan pendidik, dan hanya menerima hal-hal yang disampaikan pendidik. Hal ini tidak relevan dengan
kondisi saat ini. Perkembangan IPTEK yang pesat menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara mengubah pembelajaran menjadi
berpusat kepada peserta didik.
Peserta didik tidak lagi menjadi seseorang yang menerima informasi secara pasif melainkan menjadi
seseorang yang aktif dalam proses pembelajaran, memproduksi berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi
serta lebih kolaboratif dengan peserta didik lain dalam pembelajaran. Peran pendidik juga mengalami
pergeseran. Pendidik tidak lagi menjadi sumber informasi dan pengendali pembelajaran tetapi menjadi
fasilitator, motivator, dan mitra belajar bagi peserta didik.
Tabel 1. Persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran IPA
Persoalan dalam pembelajaran IPA Tema yang akan dibahas
1. Bagaimanakah pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik selama ini?
Pembelajaran sebagian besar dilakukan satu arah yang mengakibatkan kreativitas peserta didik tidak
berkembang dengan baik. Pembelajaran berpusat kepada peserta didik perlu diterapkan dalam proses
pembelajaran. Peserta didik menjadi lebih aktif dan melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Apakah kreativitas selalu dimunculkan dalam pembelajaran?
Kreativitas jarang dimunculkan dalam pembelajaran. Kreativitas
perlu dilatihkan
dalam proses
pembelajaran. Salah satu manfaat kreativitas adalah menghasilkan produk inovatif.
3. Mengapa kreativitas perlu dimunculkan dalam pembelajaran?
Kreativitas merupakan kemampuan berarti dalam kehidupan seseorang. Kreativitas sangat diperlukan
agar mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Manfaat lain yang diperoleh adalah memberikan
peluang bagi seseorang untuk mengaktualisasikan diri sehingga dapat melakukan perubahan dalam hidupnya.
Perubahan hidup yang lebih baik merupakan indikator keberhasilan belajar.
4. Bagaimanakah cara yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran? Penggunaan model pembelajaran yang dilandasi teori
belajar konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun
pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri
ISBN 978-602-72071-1-0 Pembelajaran berpusat kepada peserta didik
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menurut ketertarikannya, kemampuan pribadi, dan gaya
belajar. Tugas belajar yang harus diselesaikan bersifat terbuka dan menantang sehingga peserta didik terlibat
dalam berpikir tingkat tinggi high order thinking. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 2.
Manfaat Kreativitas dalam Pembelajaran Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir tingkat
tinggi dapat terjadi ketika seseorang mampu menghubungkan informasi, menata kembali, dan
memperluas informasi untuk menemukan pemecahan masalah atau menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir
kreatif disebut juga berpikir divergen karena terdapat banyak jawaban yang diajukan untuk memecahkan
persoalan yang muncul
.
Setiap individu memiliki potensi untuk kreatif, tergantung cara
menumbuhkan dan mengembangkan potensi kreatif tersebut. Ciri individu yang kreatif adalah imajinatif,
mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa ingin tahu yang kuat, ingin
mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan energik, percaya diri, bersedia mengambil resiko serta
berani dalam pendapat dan memiliki keyakinan diri Munandar, 2009.
Hubungan Berpikir Kreatif dan Kreativitas Kreativitas berkaitan erat dengan berpikir
kreatif karena kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif yang dilakukan oleh seseorang.
Menurut kamus Webster dalam Anik Pamilu 2007: 9 kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat imajinatif. Solso, Maclin
Maclin 2007: 444 mendefinisikan kreativitas sebagai suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu
pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang
pragmatis selalu dipandang menurut penggunaannya.
Menurut Semiawan 2009 kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru.
Dengan kata lain, terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. Menurut
Santrock 2008 kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tidak biasa
sehingga menghasilkan solusi yang unik atas suatu masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kreativitas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah
kemampuan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada baik
berupa gagasan ataupun karya yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran berpusat kepada peserta didik menuntut kreativitas dan kemandirian diri peserta didik
sehingga memungkinkan
peserta didik
dapat mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Kreativitas memberikan manfaat dalam lingkup luas ataupun sempit. Dalam lingkup luas, kreativitas dapat
digunakan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad 21. Sedangkan dalam lingkup sempit,
kreativitas dapat mengembangkan potensi peserta didik dalam pembelajaran.
Manfaat kreativitas
dalam menghadapi
tantangan kehidupan modern di abad 21 adalah Suyanto dan Djihad, 2012: 210:
1. Kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan diri.
2. Kreativitas memungkinkan
seseorang dapat
menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah.
3. Kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup. 4. Kreativitas memungkinkan seseorang meningkatkan
kualitas hidup. 5. Kreativitas memungkinkan seseorang meningkatkan
inovasi dan perubahan hidupnya. Manfaat kreativitas dalam pembelajaran bagi
peserta didik adalah: 1. Dapat mengaitkan berbagai pengetahuan untuk
mendapatkan alternatif pemecahan masalah. 2. Dapat memecahkan masalah secara efektif dan
efisien. 3. Melatih keterampilan berpikir ilmiah melalui
kegiatan eksperimen.
Tabel 2. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
No Aspek
Berpusat kepada pendidik Berpusat kepada peserta didik
1. Aktivitas kelas
Pendidik sebagai sentral dan bersifat didaktis
Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
2. Peran pendidik
Menyampaikan fakta-fakta, pendidik sebagai ahli
Kolaboratif, kadang-kadang peserta didik sebagai ahli.
3. Penekanan pembelajaran
Mengingat fakta-fakta Hubungan antara informasi dan
temuan. 4.
Konsep pengetahuan Akumulasi fakta secara kuantitas
Transformasi fakta-fakta secara kontekstual
5. Penampilan keberhasilan
Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman, penilaian
acuan patokan 6.
Penilaian format Soal-soal pilihan berganda
Portofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
7. Penggunaan teknologi
Latihan dan praktek Komunikasi, akses, jaringan,
kolaborasi, dan ekspresi Sumber: Suyanto dan Djihad 2012:209
4. Menghasilkan produk dan media pembelajaran yang inovatif.
Pengaruh
Kreativitas Terhadap
Keberhasilan Belajar
Kreativitas seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor. Faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi keterbukaan, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-
bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi- kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.
Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan keluarga
merupakan sumber pertama dan utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada lingkungan
sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam
menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan
yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu Munandar, 2009.
Dari segi kognitif, kreativitas merupakan kemampuan berpikir yang memiliki kelancaran,
keluwesan, keaslian, dan keterincian Anwar, 2012 dalam Mursidik dkk, 2015.
1. Aspek kelancaran
Aspek kelancaran terkait dengan cara peserta didik membangun ide. Kelancaran dalam kreativitas
mengacu kepada berbagai jawaban benar. Peserta didik memberikan lebih dari satu jawaban atas
permasalahan yang diberikan. Dalam aspek ini, jawaban yang berbeda belum tentu dianggap
beragam.
2. Aspek keluwesan Aspek keluwesan dalam kreativitas mengarah pada
kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dengan beragam cara penyelesaian yang berbeda.
Penggunaan cara yang berbeda ini diawali dengan memandang permasalahan yang diberikan dari sudut
pandang yang berbeda.
3. Aspek keaslian Keaslian jawaban atau cara penyelesaian terkait
dengan jumlah peserta didik yang memberikan jawaban atau cara penyelesaian tersebut. Semakin
sedikit peserta didik memberikan suatu jawaban yang sama atau cara penyelesaian yang sama, semakin
tinggi tingkat keaslian jawaban tersebut. Namun aspek ini juga tetap mempertimbangkan kesesuaian
dan kemanfaatan jawaban.
4. Aspek keterincian Aspek keterincian terkait dengan kemampuan siswa
untuk menjelaskan secara runtut, rinci, dan saling terkait antara satu langkah dengan langkah yang lain.
Penggunaan konsep, istilah, dan notasi yang sesuai juga dipertimbangkan dalam aspek ini.
Dari segi afektif, kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas
dan tantangan majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa
humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain Suyanto dan
Djihad, 2012. Belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu yang dapat diamati
langsung maupun tidak langsung sebagai pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan. Hasil yang
diperoleh dari kegiatan belajar disebut hasil belajar. Hasil belajar dapat dipandang sebagai ukuran tercapainya
tujuan pembelajaran. Menurut Uno 2006, tujuan pembelajaran secara umum didasarkan pada taksonomi
pembelajaran.
Hasil belajar
pada taksonomi
pembelajaran dikelompokkan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ranah kognitif
merupakan kemampuan
intelektual yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif
didasarkan pada taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom mengalami revisi dengan pertimbangan bahwa berpikir
merupakan proses yang aktif bukan suatu produk. Anderson dan Krathwohl dalam Ratumanan dan Laurens
2011 membedakan ranah kognitif dalam dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, metakognitif dan dimensi proses kognitif
mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi.
1. Mengingat memanggil atau mengingat kembali pengetahuan-
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
2. Memahami Mengkonstruksi pemahaman dari pesan yang
disampaikan termasuk komunikasi lisan, tulisan maupun secara grafik.
3. Menerapkan melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam
situasi yang diberikan. 4. Menganalisis
memisahkan materi
menjadi bagian-bagian
penyusunnya dan menentukan hubungan antar bagian tersebut.
5. Mengevaluasi membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar
melalui mengecek dan mengkritisi. 6. Mengkreasi
menempatkan unsur-unsur
bersama untuk
membentuk suatu kesatuan yang koheren, mengatur kembali bagian-bagian ke dalam suatu pola atau
susunan yang baru. Ranah afektif adalah kemampuan yang
berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi. Menurut Krathwohl dkk dalam Ratumanan dan Laurens
2011 tingkatan ranah afektif mulai dari yang sederhana sampai kompleks adalah:
1. Penerimaan
mencakup kepekaan akan adanya stimulus dari luar yang datang pada peserta didik dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, serta kesadaran dan kesediaan menerima stimulus tersebut.
2. Partisipasi mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara
aktif dan turut serta dalam suatu kegiatan. 3. Penilaian
ISBN 978-602-72071-1-0 mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut.
4. Organisasi Mencakup kemampuan yang mengacu pada
membawa nilai-nilai berbeda secara bersama, menyelesaikan konflik diantara mereka, dan mulai
membangun suatu sistem nilai yang konsisten.
5. Karakterisasi Individu memiliki sistem nilai yang mengontrol
perilakunya. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang.
Ranah psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau
motorik. Menurut Simpson dalam Suprihatiningrum 2013 tingkatan dari yang paling sederhana sampai
kompleks adalah: 1. Persepsi
mencakup kemampuan mendeskripsikan sesuatu secara khusus dan menyadari adanya perbedaan
antara sesuatu tersebut. 2. Kesiapan
mencakup kemampuan utuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau
rangkaian gerakan. 3. Gerakan terbimbing
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang
diberikan. 4. Gerakan yang terbiasa
mencakup kemampuan melakukan gerakan tanpa contoh.
5. Gerakan yang kompleks mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancer, efisien, dan tepat.
6. Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7. Kreativitas mencakup kemampuan menciptakan pola gerak baru
atas dasar prakarsa sendiri. Apabila diamati, tingkatan tertinggi dimensi
proses kognitif pada revisi taksonomi Bloom dan tingkatan
tertinggi ranah
psikomotorik adalah
mengkreasi dan kreativitas. Suatu kemampuan yang dapat menciptakan pola baru atas inisiatif sendiri.
Kemampuan ini dapat dicapai apabila telah menguasai kemampuan-kemampuan yang berada di tingkat
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan membangun, merencanakan, dan menghasilkan suatu
produk baru membutuhkan pemikiran yang kompleks. Seseorang dapat mencipta apabila telah mampu menilai
adanya kelebihan dan kekurangan pada suatu produk dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi bila ditinjau dari segi kognitif akan mampu memberikan
berbagai alternatif jawaban terhadap masalah yang dihadapi, mampu menyelesaikan msalah dengan cara
yang berbeda, mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi, dan mampu
menjelaskan secara rinci langkah-langkah penyelesaian yang digunakan. Hal ini membawa dampak positif bagi
peserta didik. Peserta didik dapat melakukan aktivitas kognitif secara sistematis, logis, dan kreatif yang sangat
bermanfaat saat diterapkan dalam kehidupan nyata.
Bila ditinjau dari segi afektif, peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi akan menunjukkan rasa ingin
tahu dan termotivasi saat mendapat stimulus dari lingkungan, tertarik dengan tugas dan tantangan
majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu
ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain. Sikap ini sangat diperlukan saat
berinteraksi di dalam lingkungan sosial. Seseorang akan lebih menghargai dan menghayati nilai-nilai kehidupan
sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup.
Ditinjau dari segi psikomotorik, peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi akan selalu
menghasilkan berbagai karya inovatif yang sesuai dengan perkembangan jaman dan bersifat orisinil.
Kreativitas merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi yang memuat ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ketiga ranah ini merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah
melakukan kegiatan belajar atau disebut hasil belajar. Kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam tatanan
revisi taksonomi Bloom. Oleh sebab itu apabila peserta didik mampu mencapai kreativitas, maka hasil belajar
peserta didik dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2010
bahwa semakin tinggi kreativitas yang dimiliki oleh peserta didik maka semakin tinggi pula hasil
belajar PLC yang akan dicapai oleh peserta didik tersebut.
Indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat dilihat dari dua hal berikut ini:
1. Proses pembelajaran a. Peserta didik menguasai konsep dan keterampilan
yang dipelajari dengan baik. b. tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan
oleh pendidik. 2. Kehidupan nyata
a. mampu menghadapi tuntutan jaman b. memiliki sikap dan perilaku yang baik di
lingkungan sosial. c. mengambil keputusan yang tepat untuk masalah
yang dihadapi. d. menghasilkan
karya inovatif
sesuai perkembangan jaman
Upaya Menumbuhkan
Kreativitas dalam
Pembelajaran
Pembelajaran berpusat kepada peserta didik menekankan kemampuan peserta didik mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Belajar dipandang sebagai suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan
fisik dan mental peserta didik secara aktif. Konstruktivisme merupakan respon dari pembelajaran
yang berpusat kepada peserta didik.
Konstruktivisme memandang
belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam upaya
menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan dan bukan
merupakan kegiatan
mekanistik untuk
mengumpulkan informasi atau fakta. Dalam proses
pembelajaran peserta didik bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya sendiri Aunurrahman, 2013.
Konstruktivisme menjadi landasan teori terbentuknya model pembelajaran yang menekankan peran aktif
peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah pembelajaran berbasis
proyek.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-
tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntut
peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan tugas investigasi, serta
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja secara mandiri ataupun kelompok Thomas
dalam Wena 2009.
Karakteristik model pembelajaran berbasis proyek adalah Wena, 2009:
1. Peserta didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
3. Peserta didik merancang proses untuk mencapai hasil. 4. Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan
dan mengelola informasi yang dikumpulkan. 5. Peserta didik melakukan evaluasi secara kontinu.
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,.
7. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya. 8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap
kesalahan dan perubahan Langkah-langkah dalam model pembelajaran
berbasis proyek seperti yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation
2005 dalam Nurohman terdiri dari :
1. Start With the Essential Question penentuan pertanyaan mendasar
Pembelajaran dimulai dengan pemberian pertanyaan esensial yang dapat menuntun peserta didik
melakukan aktivitas.
2. Design a Plan for the Project mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik sehingga peserta didik
merasa “memiliki” proyek tersebut. 3. Create a Schedule menyusun jadwal
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek. 4. Monitor the Students and the Progress of the Project
memonitor peserta didik dan kemajuan proyek Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan
monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
5. Assess the Outcome menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam
mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Evaluate the Experience mengevaluasi pengalaman Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta
didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Menurut Moursund dalam Wena 2009, kelebihan model pembelajaran berbasis proyek antara
lain sebagai berikut: 1. Meningkatkan motivasi, peserta didik berusaha keras
untuk menyelesaikan proyek dan bersemangat dalam pembelajaran.
2. Lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah, membuat siswa lebih aktif, dan berhasil memecahkan masalah yang bersifat kompleks.
3. Keterampilan peserta didik mencari dan mengolah informasi meningkat.
4. Pentingnya kerja
kelompok dalam
proyek mengakibatkan
peserta didik
mampu mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi peserta didik, pertukaran informasi online adalah
aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek.
5. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk
berkembang sesuai dunia nyata. 6. Memberikan pengalaman kepada peserta didik
pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain
seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
Kreativitas dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek Model pembelajaran berbasis proyek memiliki
6 sintaks pembelajaran. Setiap sintaks memiliki kegiatan yang dapat meningkatkan peran aktif peserta didik,
terlibat langsung
dalam pembelajaran,
dan menumbuhkan kreativitas. Berdasarkan hasil penelitian
Adnyawati 2011 pada mahasiswa Jurusan PKK-Tata Boga FTK Undiksha, menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis proyek dengan bantuan portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar hidangan Bali,
mahasiswa selalu dapat berkreasi pada ketentuan yang berlaku, melakukan kerjasama antara teman dengan baik
sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar antar mahasiswa dalam kelompok kecil maupun kelas.
Menumbuhkan kreativitas dalam model pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kreativitas dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek
No Sintaks model pembelajaran
berbasis proyek Aktivitas yang dilakukan
Kreativitas 1.
Penentuan pertanyaan mendasar Memberikan pertanyaan sesuai
dengan realitas dunia nyata dan relevan dengan kehidupan
peserta didik. Ditinjau dari segi afektif:
a. muncul rasa ingin tahu b. termotivasi untuk mencari
jawaban c. tertarik dengan tugas dan
tantangan Ditinjau dari segi kognitif:
peserta didik akan mencari alternatif jawaban benar melalui
ISBN 978-602-72071-1-0 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa kreativitas dapat
dilakukan di setiap sintaks model pembelajaran berbasis proyek. Melalui pembelajaran berbasis proyek,
kreativitas dan motivasi peserta didik akan meningkat Clegg, 2001; Clegg Berch, 2001 dalam Wena 2009.
Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas diperlukan peran aktif pendidik dan peserta didik. Peran
pendidik adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran berdasarkan keunikan dan gaya belajar
peserta didik, fasilitator, motivator, membuat portofolio pekerjaan
peserta didik, dan menilai proyek secara transparan dengan penilaian yang sesuai. Sedangkan peran peserta
didik adalah aktif bertanya, melakukan riset sederhana, mempelajari ide dan konsep baru, belajar mengatur
waktu dengan baik, melakukan kegiatan belajar sendirikelompok, dan melakukan interaksi sosial
Kemdikbud, 2013.
Lanjutan Tabel 3. Kreativitas dalam Model Pembelajaran Berbasis Proyek
No Sintaks model pembelajaran
berbasis proyek Aktivitas yang dilakukan
Kreativitas 5.
Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk
membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing
peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu
pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya. Ditinjau dari segi afektif:
a. menghargai pendapat orang lain
b. tidak mudah putus asa c. selalu ingin mencari
pengalaman baru d. berani menghadapi resiko
e. menghargai keindahan Ditinjau dari segi kognitif
a. peserta didik menentukan cara
yang tepat untuk penyelesaian proyek aspek keaslian.
b. peserta didik menjelaskan secara rinci dan sistematis
langkah-langkah penyelesaian proyek aspek keterincian.
Ditinjau dari segi psikomotorik Peserta didik dapat menghasilkan
karya baru yang kreatif dan orisinil.
6. Mengevaluasi pengalaman
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek. Pendidik dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja
selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Ditinjau dari segi afektif: a. menghargai pendapat orang
lain b. tertarik dengan tugas dan
tantangan majemuk c. tidak mudah putus asa
d. selalu ingin mencari pengalaman baru
e. berani menghadapi resiko f. menghargai keindahan
Ditinjau dari segi kognitif a. peserta didik mencari alternatif
penyelesaian dari pertanyaan yang diberikan aspek
kelancaran. b. peserta didik menyelesaikan
proyek dengan beragam cara yang berbeda aspek
keluwesan. c. peserta didik menentukan cara
yang tepat untuk penyelesaian proyek aspek keaslian.
d. peserta didik menjelaskan secara rinci dan sistematis
langkah-langkah penyelesaian proyek aspek keterincian.
Ditinjau dari segi psikomotorik Peserta didik dapat menghasilkan
karya baru yang kreatif dan orisinil.
PENUTUP Simpulan
Kreativitas perlu
dilatihkan melalui
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik. Kreativitas memberi manfaat yang besar bagi
kehidupan peserta didik. Manfaat kreativitas diantaranya adalah dapat mengaitkan berbagai
pengetahuan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, dapat memecahkan masalah secara efektif
dan efisien, melatih keterampilan berpikir ilmiah melalui kegiatan eksperimen dan menghasilkan produk
dan media pembelajaran yang inovatif. Selain itu kreativitas berpengaruh terhadap hasil belajar peserta
didik karena kreativitas merupakan tingkatan tertinggi dalam tatanan revisi taksonomi Bloom. Sehingga
apabila peserta didik mampu mencapai kreativitas, maka hasil belajar peserta didik dapat tercapai dengan
baik.
Penggunaan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dapat menumbuhkan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dengan baik. Model pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan
untuk menumbuhkan kreativitas peserta didik. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajarannya, pendidik
melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan pertanyaan dan permasalahan
yang menantang sehingga menuntut peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat
keputusan, melakukan tugas investigasi, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bekerja secara mandiri ataupun kelompok. DAFTAR PUSTAKA
Adnyawati, Ni Desak Made Sri. 2011. Pembelajaran
Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Tentang
Hidangan Bali. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
, Online, 441-3: 52-59, http:download.portalgaruda.org, diakses
10 Januari 2016. Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan Kreativitas
Pembelajaran Bagi Guru . Jakarta Timur:
Bestari Buana Murni. Anik, Pamilu. 2007. Mengembangkan Kreativitas
Dan Kecerdasan Anak . Jakarta : Buku Kita.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Kemdikbub. 2013. Materi
Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 . Jakarta:
BPSDMPK dan PMP. Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mursidik, dkk. 2015. Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika
Open-Ended Ditinjau
dari Tingkat
Kemampuan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 41: 23-33.
Nurohman, Sabar. Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya Internalisasi
Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru
Fisika ,
Online http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfiles
132309687project-based-learning.pdf, diakses 10 Januari 2016.
Ratumanan dan Laurens. 2011. Penilaian Hasil Belajar pada Tingkat Satuan Pendidikan
. Surabaya: Unesa University Press.
Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran
. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Suyanto dan Djihad, Asep. 2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional.
Yogyakarta: Multi Pressindo. Semiawan, Conny R. 2009. Kreativitas
Kebebakatan . Jakarta: PT. Indeks.
Solso, R.L., Maclin, O.H., Maclin, M.K. 2007. Psikologi Kognitif edisi kedelapan.
Jakarta : Erlangga. Uno, Hamzah B. 2006. Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif
. Jakarta: Bumi Aksara. Wulandari, Novi. 2010. Hubungan Kreativitas
Siswa dengan Hasil Belajar Mata Diklat PLC di SMK Negeri 5 Jakarta Studi
Eksperimen pada Siswa Kelas XII Kompetensi Keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik di SMK Negeri 5 Jakarta
. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Pendidikan Teknik Elektro Universitas
Negeri Jakarta. Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif
Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional
. Jakarta: Bumi Aksara
ISBN 978-602-72071-1-0
DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN TOPIK PERISTIWARESPIRASI MANUSIA
Cintya D. Purba
1
Jodelin Muninggar
2
Debora N. Sudjito
3
1
Mahasiswa S1 PendidikanFisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
2
Dosen S1 Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
3
Dosen S1 Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana E-mail: tyapurba91gmail.com
ABSTRAK
Memadukan materi biologi, kimia dan fisika secara terpadu merupakan masalah yang ditemukan oleh guru, sekalipun pemerintah telah membuat RPP namun, RPP tersebut tidak dibuat secara terperinci dan tidak saling
berhubungan. Penelitian ini menyelidiki 1 bagaimana desain pembelajaran IPA Terpadu tentang repirasi manusia dan 2 bagaimana efektivitas desain pembelajaran tersebut terhadap pemahaman siswa. Penelitian
ini b
ertujuan membuat contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP IPA Terpadu “Peristiwa Respirasi Manusia”. RPP ini akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan digunakan untuk mengetahui
hasil akhir pembelajaran siswa. Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas tipe guru sebagai peneliti. Sampel yang digunakan adalah siswa SMP LAB Satya Wacana, Salatiga Kelas VIII sebanyak 23
orang. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar kuisioner, dan soal evaluasi. Hasil tes evaluasi, lembar observasi dan kuesioner dianalisa secara deskriptif kualitatif. Berdasarkan data yang
diperoleh, sebanyak 82 siswa berhasil mendapatkan nilai tes ≥ 70 dan 90 siswa antusias terlibat dalam proses kegiatan pembelajaran. Desain pembelajaran IPA Ter
padu dengan topik “Peristiwa Respirasi Manusia” efektif membantu siswa lebih aktif belajar dan dapat memadukan biologi, kimia, dan fisika sehingga
membantu siswa memahami materi pembelajaran IPA Terpadu.Dengan demikian desain pembelajaran ini efektif digunakan untuk pembelajaran IPA Terpadu.
Kata Kunci :
Desain Pembelajaran, IPA Terpadu, Respirasi Manusia
ABSTRACT
Integrating biological materials, chemistry and physics has been considered a problem by teachers.Even though the government has created lesson plan,
itdoesn’t record the details of the lesson and isunrelated. This study analyzed 1 the design of Integrated Science learning about respiration system and 2 the effectiveness
oftheinstructional designforstudent understanding. This study aims to make an example of Integrated Science Human Respiration Process lesson plan RPP. The lesson plan will be applied in a classroom learning
activities and used to determine student learning outcomes. The research method used was a Class Action Research, where teacher acted as a researcher. The samples observed were the 8th grade junior high school
students ofLab Satya Wacana, Salatiga 23 people in number. The data were collected through observation sheets, sheet questionnaires, and evaluation questions, and later wereanalyzed by a descriptive qualitative
method. The data showed
82 students managed to score ≥ 70 and 90 students enthusiastically involved in the learning activities. The design of Integrated science on the topic of Human Respiration Process effectively
helps students to actively involve in the learning activity, and are able to integrate biology, chemistry, and physics to help students understand the Integrated Science learning materials. Thus this instructional design
is effective to be used for Integrated Science teaching. Keywords:
Learning Design, Integrated Science, Human Respiration.
PENDAHULUAN
Penyempurnaan kurikulum merupakan langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang berdasar pada
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 3, maka pada tahun 2013 Pemerintah melakukan perubahan dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP menjadi Kurikulum 2013 Imas dkk., 2014:21. Dalam pedoman
pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran IPA dilaksanakan berbasis keterpaduan
yaitu memadukan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan Kemendikbud,2013.Konsep keterpaduan
ini dinyatakan dalam Kompetensi Inti KI dan
Surabaya, 23 Januari 2016
Kompetensi Dasar KD pembelajaran IPA.Jadi di dalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari
bidang ilmu fisika, kimia, dan biologi karena IPA Terpadu merupakan pengetahuan IPA yang disajikan sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Pembelajaran IPA Terpadu menuntut guru IPA yang profesional, mampu
menguasai materi IPA secara terpadu, mampu mengemas dan mengembangkan materi dengan menggunakan sarana
dan prasarana yang memadai.
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan konsep pembelajaran yang mendorong siswa membuat hubungan
antar cabang IPA dengan pengetahuan yang dimilikinya serta
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari.Pembelajaran IPA terpadu mengangkat suatu topik tertentu untuk menghubungkan beberapa konsep dari
Fisika, Kimia, dan Biologi yang dikemas menjadi sebuah kesatuan yang utuh, sehingga para siswa mendapatkan
pengetahuan IPA yang menyeluruh dan berhubungan satu sama lain.
Pembelajaran IPA Terpadu di SMP merupakan hal yang masih baru untuk para guru dan siswa, sehingga
dalam proses pelaksanaannya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Masalah yang dihadapi yaitu guru hanya
mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu Fisika saja, Kimia saja,
atau Biologi saja Kemendiknas 2011: 10.Faktor inilah yang menyebabkan para guru masih mengalami kesulitan
dalam mengaitkan dan memadukan materi ajar dari ketiga bidang ilmu alam tersebut.
Untuk membantu guru memadukan bahan ajar dari ketiga mata pelajaran tersebut, Pemerintah telah
menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP tetapi RPP ini masih belum terperinci, sehinggapenelitian
ini bertujuan mendesain pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran Kurikulum 2013. Penelitian
ini menyelidiki 1 Bagaimana desain pembelajaran IPA Terpadu tentang repirasi manusia dan 2 Bagaimana
efektivitas desain pembelajaran tersebut terhadap pemahaman siswa? Desain pembelajaran IPA Terpadu
yang dirancangkan lebih mendetail dengan membuat contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
yangdetail terperinciyaitu memasukkan persiapan catatan ke dalam RPP, agar kerja ilmiah yang merupakan
ciri pembelajaran IPA Terpadu dapat terlihat jelas. Desain pembelajaran ini dapat menjadi contoh bagi guru untuk
membuat RPP yang lebih detail dan membantu mempermudah guru melaksanakan kegiatan pembelajaran
khususnya pada topik Peristiwa Respirasi manusia. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas PTK tipe guru sebagai
peneliti.Sampel yang digunakan adalah 23 siswa kelas VIII SMP Laboratorium Satya Wacana, Salatiga.
penelitian dilaksanakan pada tanggal 19, 21 dan 26 Oktober 2015 pada saat jam pelajaran di sekolah.
Instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, lembar observasi, kuesioner, dan
soal evaluasi. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yaitu 1
Persiapan, 2 Pelaksanaan,3 Observasi, dan 4 Refleksi. Tahap persiapan yaitu pembuatan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan topik Peristiwa Respirasi Manusia, lembar observasi, soal evaluasi, dan
kuesioner. Pada tahap pelaksanaan dan observasi, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang sudah
disusun, kemudian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, lembar observasi diisi oleh observer lain, dan
setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diberi soal evaluasi dan kuesioner untuk diisi. Pada tahap refleksi,
semua data dari lembar observasi, soal evaluasi, dan kuesioner yang terkumpul dianalisa. Jika kriteria
keberhasilan penelitian tercapai, maka penelitian dikatakan berhasil dan dihentikan. Jika kriteria
keberhasilan penelitian belum tercapai, maka penelitian harus diulang di siklus berikutnya sampai penelitian
berhasil.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.