Keterlaksanaan RPP Ketuntasan Indikator Hasil Belajar

ISBN 978-602-72071-1-0 Tabel 2 Hasil Analisis Reliabilitas Keterlaksanaan Pembelajaran Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD RPP - 01 sd RPP - 04 ISBN 978-602-72071-1-0 ISBN 978-602-72071-1-0 No Aspek yang diamati Keterlaksanaan Rata- rata Kategori RPP 01 RPP 02 RPP 03 RPP 04 I Fase I Memotivasi dan menyampaikan tujuan 4,00 4,00 3,50 4,00 3,87 Baik 2 Fase II Menyajikan materi pembelajaran sebagai langkah awal pengetahuan siswa. 3,50 4,00 3,75 3,75 3,75 Baik 3 Fase III Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar 3,85 3,50 3,90 3,90 3,78 Baik 4 Fase IV Membimbing kelompok belajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran. 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 Baik 5 Fase V Evaluasi 3,96 4,00 3,50 3,50 3,74 Baik 6 Fase VI. Membuat Kesimpulan dan Memberikan Penghargaan 3.50 4,00 3,50 3,50 3.62 Baik 7 Pengelolaan Waktu 3,75 4,00 3,75 3,75 3,81 Baik 8 Suasana Kelas 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 Baik Reliabilitas 99,56 98,24 97,77 99,56 98,78 Baik ISBN 978-602-72071-1-0 Berdasarkan tabel 4.5 data hasil pengamatan yang diperoleh, Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah baik, dengan proporsi ketuntasan untuk RPP 01 adalah 99,56 , RPP 02 adalah 98,24 , RPP 03 adalah 97,77 dan RPP 04 adalah 99,56. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil tersebut melebihi proporsi ketuntasa n yaitu P ≥ 75. ISBN 978-602-72071-1-0

2. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar

ISBN 978-602-72071-1-0 ISBN 978-602-72071-1-0 Tabel 3 Hasil Analisis Ketuntasan Indikator Hasil Belajar No Indikator No soal Proporsi P Ketuntasan UI U2 1 Menjelaskan hukum kekekalan energi. 1 0,2 0,84 0,75 TUNTAS 2 0,2 0,8 3 0,1 0,88 4 0,04 0,68 2 Membedakan sistem dan lingkungan 5 0,1 0,78 0,77 TUNTAS 6 0,1 0,8 7 0,04 0,76 3 Menghitung kalor reaksi 8 0,3 0,76 0,78 TUNTAS 9 0,2 0,8 4 Membedakan reaksi endoterm dan eksoterm melalui percobaan. 10 0,1 0,76 0,76 TUNTAS 11 0,2 0,72 12 0,08 0,80 13 0,3 0,76 5 Menjelaskan jenis persamaan termokimia. 14 0,1 0,88 0,86 TUNTAS 15 0,04 0,84 6 Menentukan cara kerja kalorimeter dan bagian-bagian dari Kalorimeter 16 0,2 0,76 0,80 TUNTAS 17 0,08 0,76 18 0,1 0,72 19 0,98 7 Menjelaskan Hukum Hess 20 0,08 0,76 0,76 TUNTAS 8 Menentukan reaksi berdasarkan hukum Hess melalui percobaan. 21 0,2 0,72 0,77 TUNTAS 22 0,1 0,72 23 0,0 0,88 9 Menetukan reaksi berdasarkan data entalpi pembentukan standar 24 0,3 0,80 0,81 TUNTAS 25 0,2 0,82 10 Menentukan hubungan energi ikatan dan energi ikatan rata-rata dengan perubahan entalpi suatu reaksi kimia. 26 0,04 0,80 0,80 TUNTAS 11 Menentukan reaksi berdasarkan data energi ikatan 27 0,2 0,84 0,75 TUNTAS 28 0,08 0,84 29 0,3 0,56 30 0,2 0,76 12 Menghitung energi bahan bakar melalui percobaan 31 0,2 0,72 0,75 TUNTAS ISBN 978-602-72071-1-0 31 0,2 0,72 0,75 ISBN 978-602-72071-1-0 ISBN 978-602-72071-1-0 Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, semua indikator dinyatakan tuntas karena nilai P untuk setiap indikator ≥ 0,75. 3. Hasil Belajar Siswa Tabel 4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Kimia Pada Materi Pokok Termokimia Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. No Nama siswa Nilai pretest Nilai posttest Kriteria 1 Agnes Lamoren 19 75 T 2 Aloysia Lengari 3,8 82 T 3 Anastasia Y. Pera 3 84 T 4 Antonia S. Kleden 3,8 80 T 5 Amelia De Ornay 5,7 61 TT 6 Arnoldus Atapukan 17 80 T 7 Elfida I. B. Laga 9,6 84 T 8 Emanuel B. Daton 9,6 94 T 9 Elisabet F. Awa 13 80 T 10 Faustina Goantryani 19 92 T 11 Ferdinandus F. Kaona 1,9 80 T 12 Maria. A. Matutina 11 82 T 13 Maria D. L. Mangan 17 82 T 14 Maria E. Sabu sugi 13 86 T 15 Maria F. P. Aran 3,8 82 T 16 Maria I. P. Ruma 19 75 T 17 Maria Monika Muron 3,8 78 T 18 Maria Lamanepa 1,9 80 T 19 Margaretha V. Kleden 1,6 61 TT 20 Matildis Tokan 3,8 82 T 21 Luciana Wada 15 82 T 22 Sebastianus Fernandez 1,9 82 T 23 Vivi Lomi 15 84 T 24 Yohanes B. 3,8 78 T E. Bediona 25 Yosephina Leto Lapilia 15 78 T Rata-rata Kelas 6,92 80,16 Berdasarkan data pada tabel 5, menunjukkan bahwa perolehan nilai pada posttest lebih besar daripada pretest. Persentase rata-rata kelas pada pretest adalah 6,92 sedangkan Persentasi rata-rata kelas pada posttest adalah 80,16. Selain itu, dari 25 siswa yang mengikuti tes 23 siswa yang dinyatakan tuntas karena mencapai nilai KKM sekolah yaitu ≥ 70 sedangkan 2 siswa dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai nilai KKM sekolah. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan pada materi pokok Termokimia untuk siswa kelas XI IPA semester ganjil di SMA Katolik Frateran Podor - Larantuka yang berjumlah 25 orang. Dari kesimpulan umum di atas maka yang menjadi kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kimia materi pokok termokimia pada siswa kelas XI IPA SMA Katolik Frateran Podor - Larantuka melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division STAD yang mecakup: pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan suasana kelas adalah termasuk dalam kategori baik. Guru mengelola pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disiapkan. 2. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar KIHB dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dinyatakan tuntas dengan rata-rata proporsi ketuntasan indikator produk kognitif sebesar 0,78. 3. Hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA Katolik Frateran Podor- Larantuka pada materi Termokimia dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah tuntas. Tes Hasil Belajar THB kognitif produk, dari keseluruhan tes hasil belajar siswa yang belajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dinyatakan tuntas den gan P ≥ 75 yang ditunjukan oleh nilai rata- rata proporsi dari setiap siswa yaitu 80,16. Saran Demi terwujudnya suatu suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai guru perlu lebih banyak menguasai strategi serta ISBN 978-602-72071-1-0 metode,model,pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat membangkitkan semangat belajar dalam diri siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat baik dan efektif dalam pembelajaran sains, karena itu disarankan agar guru mata pelajaran kimia dapat menerapkannya dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang baik pada materi pokok lain yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1999. Teknik penyusunan soal. Jakarta : Gramedia. Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Ghufron M Nur S.Rini Risnawati. 2011. Gaya Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Huda Miftahul, 2011. Cooperative LearningMetode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan . Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Sugiyono.2010.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif Dan RD. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Slavin, E. Robert. 2005. Cooperative Learning,Teori,Riset,Dan Praktik . Bandung: Nusa Media. Slavin, E. Robert, 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik Edisi Kesembilan, Jilid 1. Jakarta :PT Permata Puri Media. Slavin, E. Robert, 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik Edisi Kesembilan, Jilid 2. Jakarta :PT Permata Puri Media. Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2011. Himpunan PP 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta : Pustaka Yustisia. Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka. Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif-Konsep-Landasan Dan Implementasi Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Wena Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi AksaraUndang- undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan ISBN 978-602-72071-1-0 STUDI KOMPARASI HASIL PENERAPAN BERBAGAI TYPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK SISTEM KOLOID Vinsensia H. B. Hayon 1 Theresia Wariani 2

1,2

Staf pengajar pada Program studi pendidikan Kimia FKIP, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang E-mail: vinsensiahayongmail.com ABSTRAK Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa type dalam teknis pelaksanaannya, diantaranya adalah type Numbered Heads Togethers NHT dan Think Pair Share TPS Student Teams Achievement Divisions STAD, dan Jigsaw. Keempat type ini memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif type NHT, TPS, STAD, dan Jigsaw dalam pembelajaran Kimia Materi pokok Sistim Koloid. Perbandingan yang dilakukan meliputi aspek keterampilan kooperatif, ketuntasan indikator dan hasil belajar siswa. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1, 2, 3 dan 4 SMAN 5 Kota Kupang. Instrumen yng digunakan untuk memperoleh data Keterampilan kooperatif adalah Lembar Observasi Keterampilan Kooperatif Siswa. Ketuntasan indikator dan hasil belajar diambil datanya dengan Tes Hasil Belajar. Dari hasil analisis deskriptif, diperoleh hasil deskripsi keterampilan kooperatif siswa sebagai berikut. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif type STAD menunjukkan persentasi keterampilan kooperatif mendengar dengan aktif, bersepakat dan berada dalam tugas lebih tinggi dari pada type yang lain. Pada type Jigsaw keterampilan yang dominan adalah mengambil giliran dan berbagi tugas. Pada type NHT, persentase keterampilan yang lebih optimal adalah membandingkan jawaban, pada type TPS, keterampilan yang lebih dominan adalah bertanya. Ketuntasan indikator pada type NHT, TPS, STAD dan Jigsaw tercapai, dengan proporsi berturut- turut 85, 84, 80,2, dan 82. Ketuntassan hasil belajar pada type NHT, TPS, STAD dan Jigsaw tercapai, dengan proporsi berturut-turut 83. 83, 82,2 dan 83. Produk lain yang dihasilkan mahasiswa adalah petunjuk praktikum pembuatan berbagai sistim koloid emulsi cair, emulsi padat, busa, sol cair, sol padat, busa padat, aerosol cair dan aerosol padat dengan sumber belajar dari lingkungan. Model pembelajaran kooperatif terbukti efektif diterapkan dalam pembelajaran kimia. Disarankan agar guru dapat menerapkan berbagai type pembelajaran koooperatif untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran berupa ketercapaian konsep, hasil belajar dan keterampilan kooperatif siswa. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, NHT, TPS, STAD, Jigsaw, Keterampilan Kooperatif, Ketuntasan Indikator, Hasil belajar. ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Dalam Pembelajaran Kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pandapat orang lain dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, serta meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalahMenurut Slavin, dalam pembelajaran Kooperatif sekelompok kecil siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kelompoknya. Menurut Killen, Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya. Ada berbagai type model pembelajaran kooperatif, doantaranya STAD, Jigsaw, NHT dan TPS. Type-type ini seluruhnya menerapkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan yang sama untuk berhasil, namun dilakukan dengan cara yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD, Jigsaw NHT, dan TPS, dalam pembelajaran Kimia Materi pokok Sistim Koloid. Perbandingan yang dilakukan meliputi aspek keterampilan kooperatif, ketuntasan indikator dan hasil belajar siswa. LANDASAN TEORI Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Model Pembelajaran Kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing- masing anggota atau kelompok. Untuk mencapai tujuan ini, tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok. Beberapa unsur penting dalam Cooperative learning meliputi kerja sama dalam menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerja sama yang terstruktur, tanggung jawab individu dan kelompok yang heterogen. Cooperative learning digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerja sama dalam menyelesaikan tugas. Dua perbedaan struktur tugas yang biasa digunakan adalah spesialisasi tugas dan kelompok belajar. Dalam spesialisasi tugas, beberapa anggota kelompok memberikan respon untuk bagian yang unik pada setiap aktivfitas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok bekerjasama dan tidak memiliki respon yang terpisah. Dengan demikian, Cooperative learning diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerja sama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas. Kegiatan bekerja sama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap bertoleransi terhadap individu. Dalam Cooperative Learninng, siswa berkesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, Hal ini berguna karena menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri sesorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran Kooperatif terdapat tingkahlaku mengajar sintaks yaitu terdapat pada tabel sebagai berikut: ISBN 978-602-72071-1-0 Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase-Fase Tingkahlaku guru Fase I : Menyampaikan Tujuan dan Motivasi Siswa. Fase II: Menyajikan Informasi Fase III: Mengorganisasikan Siswa Dalam Kelompok Belajar Fase IV: Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar Fase V : Evaluasi Fase VI: Memberikan Penghargaan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyampaikan informasi kepada siswa kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien. Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari, atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok. ISBN 978-602-72071-1-0 Keterampilan – Keterampilan Kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif terdapat keterampilan - keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut Lungdren,1994:

1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal a.

Menggunakan kesepakatan Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok. b. Menghargai kontribusi Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain. c. Mengambil giliran dan berbagi tugas Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengembang tugas atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok. d. Berada dalam kelompok Maksudnya adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung. e. Berada dalam tugas Yang dimaksud berada dalam tugas adalah meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai Waktu yang dibutuhkan. f. Mendorong partisipasi Mendorong partisipasi artinya mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok. g. Mengundang orang lain Maksudnya adalah meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas. h. Menghormati perbedaan individu Menghormati perbedaan individu berarti bersikap menghormati budaya, suku, ras, agama, atau pengalaman dari semua siswa. i. Menyelesaikan tugas pada waktunya 2. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah Keterampilan tingkat menengah meliputi mengajukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment Divition STAD Student Team Achievement Division STAD dikembangkan oleh Slavin 1978 merupakan Model Pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Dalam pelaksanaan tipe ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Disini siswa diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok kemudian dibahas bersama dan dipresentasikan secara berkelompok, Siswa juga harus membantu semua anggota kelompok dalam kelompoknya secara berkelompok untuk menguasai semua materi yang diperoleh. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap kelompok akan diberikan ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok untuk mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu kelompoknya. Pada Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerja sama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugasnya sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar. Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan yang paling penting, karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok untuk mencapai hasil yang terbaik. Langkah-langkah pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD sebagai berikut: 1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-6 orang, dari kumpulan heterogen. 2. Siswa memperoleh lembaran tugas akademik untuk untuk didiskusikan bersama dan saling membantu untuk menguasai materi. 3. Siswa memperoleh tes tentang materi pelajaran yang dipelajari atau kelompok menyajikan hasil- hasil pekerjaan mereka. 4. Siswa memperoleh kuis secara individu yang mencakup semua materi yang dipelajari. 5. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Arronson dan koleganya 1978. Jigsaw adalah suatu struktur multifungsi struktur kerja sama belajar. Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai tujuan terutama digunakan untuk presentasi dan mendapatkan materi baru, struktur ini menciptakan saling ketergantungan. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang didasarkan pada bentuk struktur mulitifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua tingkatan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan setiap anggota kelompok. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu; diskusi kelompok ahli dan kelompok asal sehingga dalam tipe pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok. ISBN 978-602-72071-1-0 Tipe Jigsaw digunakan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan aktivitas yaitu mendengarkan, menyampaikan, kerja sama, refleksi dan keterampilan memecahkan masalah. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu metode kerja kelompok untuk belajar dan partisipasi dalam kelompok. Dengan teknik Jigsaw ini guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan temannya dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampiln komunikasi. Jigsaw didesain untuk menigkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif saling memberi tahu terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe ini adalah interdepensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.Dalam pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw, langkah-langkah pokok yang dilakukan adalah: pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan diskusi dan mengadakan kuis. Adapun rencana Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diatur secara instruksional sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan didalamnya dibagi menjadi kelompok ahli yang berdasarkan pada materi diberikan pada tiap siswa dalam kelompok. 2. Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi. 3. Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. 4. Diskusi kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan pada kelompoknya. 5. Siswa memperoleh kuis sacara individu yang mencakup semua topik. 6. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Togethers NHT NHT pada dasarnya merupakan varians diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu lebih dulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga sangat baik dalam meningkatkan tanggung jawab individual. Langkah-langkah : 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannyamengetahui jawabannya 4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share TPS Sebuah struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun sangat berguna disebut Think Pair Share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Marylang. Pada saat guru mempresentasikan pelajaran di kelas, siswa duduk perpasangan dengan tim mereka. Guru mengajukan pertanyaan kepada kelas, siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban, lalu berpasangan , untuk berdiskusi tentang masalah tersebut. Akhirnya guru meminta siswa berbagi jawaban yang mereka sepakati untuk seluruh kelas. Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materipermasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya kelompok 2 orang dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1, 2, 3 dan 4 SMAN 5 Kota Kupang. I Instrumen Penelitian Instrumen yng digunakan: 1. Data Keterampilan kooperatif : menggunakan Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Kooperatif Siswa. 2. Ketuntasan indikator: menggunakan Instrumen Tes Hasil Belajar 3. Hasil belajar: menggunakan Instrumen Tes Hasil Belajar. Teknik Analisis Data 1. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif. Keterampilan kooperatif mahasiswa dihitung berdasarkan banyaknya frekwensi dalam persen aspek keterampilan kooperatif yang muncul selama kegiatan inti.. = Jumlah waktu yang digunakan tiap aspek jumlah waktu keseluruhan kegiatan inti x 100 2. Hasil belajar mahasiswa dinyatakan dalam proporsi yang merupakan perbandingan antara hasil yang diperoleh mahasiswa terhadap skor maksimal. Siswa dikatakan tuntas jika memiliki proporsi lebih besar atau sama dengan 0,70. 3. Ketuntasan indikator dinyatakan dalam proporsi yang merupakan perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan indikatot terhadap jumlah