ISBN 978-602-72071-1-0
Tabel 2 Hasil Analisis Reliabilitas Keterlaksanaan Pembelajaran Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
RPP - 01 sd RPP - 04
ISBN 978-602-72071-1-0
ISBN 978-602-72071-1-0
No Aspek yang diamati
Keterlaksanaan Rata-
rata Kategori
RPP 01
RPP 02
RPP 03
RPP 04
I Fase I Memotivasi dan
menyampaikan tujuan 4,00
4,00 3,50
4,00 3,87
Baik 2
Fase II Menyajikan materi pembelajaran sebagai
langkah awal pengetahuan siswa.
3,50 4,00
3,75 3,75
3,75 Baik
3 Fase III Mengorganisasikan
siswa kedalam
kelompok belajar
3,85 3,50
3,90 3,90
3,78 Baik
4 Fase IV Membimbing kelompok
belajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
4,00 4,00
4,00 4,00
4,00 Baik
5 Fase V Evaluasi
3,96 4,00
3,50 3,50
3,74 Baik
6 Fase VI. Membuat Kesimpulan
dan Memberikan Penghargaan
3.50 4,00
3,50 3,50
3.62 Baik
7 Pengelolaan Waktu
3,75 4,00
3,75 3,75
3,81 Baik
8 Suasana Kelas
4,00 4,00
4,00 4,00
4,00 Baik
Reliabilitas 99,56
98,24 97,77
99,56 98,78
Baik
ISBN 978-602-72071-1-0
Berdasarkan tabel 4.5 data hasil pengamatan yang diperoleh,
Kemampuan guru
dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah baik, dengan proporsi
ketuntasan untuk RPP 01 adalah 99,56 , RPP 02 adalah 98,24 , RPP 03 adalah 97,77 dan RPP 04 adalah
99,56. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil tersebut melebihi proporsi ketuntasa
n yaitu P ≥ 75.
ISBN 978-602-72071-1-0
2. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar
ISBN 978-602-72071-1-0
ISBN 978-602-72071-1-0
Tabel 3 Hasil Analisis Ketuntasan Indikator Hasil Belajar
No Indikator
No soal
Proporsi P
Ketuntasan UI
U2
1 Menjelaskan hukum kekekalan energi.
1 0,2
0,84 0,75
TUNTAS 2
0,2 0,8
3 0,1
0,88 4
0,04 0,68 2
Membedakan sistem dan lingkungan 5
0,1 0,78
0,77 TUNTAS
6 0,1
0,8 7
0,04 0,76 3
Menghitung kalor reaksi 8
0,3 0,76
0,78 TUNTAS
9 0,2
0,8 4
Membedakan reaksi endoterm dan eksoterm melalui percobaan.
10 0,1
0,76 0,76
TUNTAS 11
0,2 0,72
12 0,08 0,80
13 0,3
0,76 5
Menjelaskan jenis persamaan termokimia.
14 0,1
0,88 0,86
TUNTAS 15
0,04 0,84 6
Menentukan cara kerja kalorimeter dan bagian-bagian dari Kalorimeter
16 0,2
0,76 0,80
TUNTAS 17
0,08 0,76 18
0,1 0,72
19 0,98
7 Menjelaskan Hukum Hess
20 0,08 0,76
0,76 TUNTAS
8 Menentukan
reaksi berdasarkan hukum Hess melalui percobaan.
21 0,2
0,72 0,77
TUNTAS 22
0,1 0,72
23 0,0
0,88 9
Menetukan reaksi berdasarkan data
entalpi pembentukan standar 24
0,3 0,80
0,81 TUNTAS
25 0,2
0,82
10 Menentukan hubungan energi ikatan
dan energi ikatan rata-rata dengan perubahan entalpi suatu reaksi kimia.
26 0,04 0,80
0,80 TUNTAS
11 Menentukan
reaksi berdasarkan data energi ikatan
27 0,2
0,84 0,75
TUNTAS 28
0,08 0,84 29
0,3 0,56
30 0,2
0,76 12
Menghitung energi bahan bakar
melalui percobaan
31 0,2
0,72 0,75
TUNTAS
ISBN 978-602-72071-1-0
31 0,2
0,72 0,75
ISBN 978-602-72071-1-0
ISBN 978-602-72071-1-0
Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, semua indikator dinyatakan tuntas karena nilai P untuk setiap
indikator ≥ 0,75.
3.
Hasil Belajar Siswa Tabel 4
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Kimia Pada Materi Pokok Termokimia Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
No Nama siswa Nilai
pretest Nilai
posttest Kriteria
1 Agnes
Lamoren 19
75 T
2 Aloysia
Lengari 3,8
82 T
3 Anastasia Y.
Pera 3
84 T
4 Antonia S.
Kleden 3,8
80 T
5 Amelia De
Ornay 5,7
61 TT
6 Arnoldus
Atapukan 17
80 T
7 Elfida I. B.
Laga 9,6
84 T
8 Emanuel B.
Daton 9,6
94 T
9 Elisabet F.
Awa 13
80 T
10 Faustina
Goantryani 19
92 T
11 Ferdinandus
F. Kaona 1,9
80 T
12 Maria. A.
Matutina 11
82 T
13 Maria D. L.
Mangan 17
82 T
14 Maria E.
Sabu sugi 13
86 T
15 Maria F. P.
Aran 3,8
82 T
16 Maria I. P.
Ruma 19
75 T
17 Maria
Monika Muron
3,8 78
T 18
Maria Lamanepa
1,9 80
T
19 Margaretha
V. Kleden 1,6
61 TT
20 Matildis
Tokan 3,8
82 T
21 Luciana
Wada 15
82 T
22 Sebastianus
Fernandez 1,9
82 T
23 Vivi Lomi
15 84
T 24
Yohanes B. 3,8
78 T
E. Bediona 25
Yosephina Leto Lapilia
15 78
T
Rata-rata Kelas 6,92
80,16
Berdasarkan data pada tabel 5, menunjukkan bahwa perolehan nilai pada posttest lebih besar daripada pretest.
Persentase rata-rata kelas pada pretest adalah 6,92 sedangkan Persentasi rata-rata kelas pada posttest adalah
80,16. Selain itu, dari 25 siswa yang mengikuti tes 23 siswa yang dinyatakan tuntas karena mencapai nilai
KKM sekolah yaitu ≥ 70 sedangkan 2 siswa dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai nilai KKM sekolah.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif diterapkan pada materi pokok Termokimia untuk siswa kelas XI IPA
semester ganjil di SMA Katolik Frateran Podor - Larantuka yang berjumlah 25 orang.
Dari kesimpulan umum di atas maka yang menjadi kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
kimia materi pokok termokimia pada siswa kelas XI IPA SMA Katolik Frateran Podor - Larantuka
melalui penerapan
model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division
STAD yang mecakup: pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu dan
suasana kelas adalah termasuk dalam kategori baik. Guru mengelola pembelajaran sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang disiapkan.
2. Ketuntasan Indikator Hasil Belajar KIHB
dalam proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
dinyatakan tuntas dengan rata-rata proporsi ketuntasan indikator produk kognitif sebesar
0,78.
3. Hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA
Katolik Frateran Podor- Larantuka pada materi Termokimia
dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah tuntas.
Tes Hasil Belajar THB kognitif produk, dari keseluruhan tes hasil belajar siswa yang belajar
dengan menerapkan
model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dinyatakan tuntas den
gan P ≥ 75 yang ditunjukan oleh nilai rata- rata proporsi dari setiap siswa yaitu 80,16.
Saran
Demi terwujudnya suatu suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, maka beberapa
saran yang dapat diberikan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai guru perlu lebih banyak
menguasai strategi
serta
ISBN 978-602-72071-1-0
metode,model,pendekatan pembelajaran yang tepat sehingga dapat membangkitkan semangat
belajar dalam diri siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Model pembelajaran kooperatif
tipe STAD sangat baik dan efektif dalam pembelajaran sains, karena itu disarankan agar
guru mata pelajaran kimia dapat menerapkannya dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil
yang baik pada materi pokok lain yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1999. Teknik penyusunan soal.
Jakarta : Gramedia. Depdiknas. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Ghufron M Nur S.Rini Risnawati. 2011. Gaya Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Huda Miftahul, 2011. Cooperative LearningMetode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan
. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Sugiyono.2010.Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif Dan RD.
Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Stategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Slavin, E.
Robert. 2005.
Cooperative Learning,Teori,Riset,Dan Praktik
. Bandung: Nusa Media.
Slavin, E. Robert, 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik Edisi Kesembilan, Jilid 1.
Jakarta :PT Permata Puri Media.
Slavin, E. Robert, 2011. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik Edisi Kesembilan, Jilid 2.
Jakarta :PT Permata Puri Media.
Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2011. Himpunan PP 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan. Jakarta : Pustaka Yustisia.
Trianto, 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif-Konsep-Landasan Dan Implementasi
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Wena Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.
Jakarta : Bumi AksaraUndang- undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan
ISBN 978-602-72071-1-0
STUDI KOMPARASI HASIL PENERAPAN BERBAGAI TYPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA MATERI POKOK SISTEM KOLOID
Vinsensia H. B. Hayon
1
Theresia Wariani
2
1,2
Staf pengajar pada Program studi pendidikan Kimia FKIP, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang E-mail: vinsensiahayongmail.com
ABSTRAK
Model Pembelajaran Kooperatif memiliki beberapa type dalam teknis pelaksanaannya, diantaranya adalah type Numbered Heads Togethers NHT dan Think Pair Share TPS Student Teams Achievement
Divisions STAD, dan Jigsaw. Keempat type ini memiliki perbedaan dalam pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif type NHT, TPS,
STAD, dan Jigsaw dalam pembelajaran Kimia Materi pokok Sistim Koloid. Perbandingan yang dilakukan meliputi aspek keterampilan kooperatif, ketuntasan indikator dan hasil belajar siswa. Subjek dari penelitian
ini adalah siswa kelas XI IPA 1, 2, 3 dan 4 SMAN 5 Kota Kupang. Instrumen yng digunakan untuk memperoleh data Keterampilan kooperatif adalah Lembar Observasi Keterampilan Kooperatif Siswa.
Ketuntasan indikator dan hasil belajar diambil datanya dengan Tes Hasil Belajar. Dari hasil analisis deskriptif, diperoleh hasil deskripsi keterampilan kooperatif siswa sebagai berikut. Penerapan Model
pembelajaran Kooperatif type STAD menunjukkan persentasi keterampilan kooperatif mendengar dengan aktif, bersepakat dan berada dalam tugas lebih tinggi dari pada type yang lain. Pada type Jigsaw
keterampilan yang dominan adalah mengambil giliran dan berbagi tugas. Pada type NHT, persentase keterampilan yang lebih optimal adalah membandingkan jawaban, pada type TPS, keterampilan yang lebih
dominan adalah bertanya. Ketuntasan indikator pada type NHT, TPS, STAD dan Jigsaw tercapai, dengan proporsi berturut- turut 85, 84, 80,2, dan 82. Ketuntassan hasil belajar pada type NHT, TPS, STAD
dan Jigsaw tercapai, dengan proporsi berturut-turut 83. 83, 82,2 dan 83. Produk lain yang dihasilkan mahasiswa adalah petunjuk praktikum pembuatan berbagai sistim koloid emulsi cair, emulsi
padat, busa, sol cair, sol padat, busa padat, aerosol cair dan aerosol padat dengan sumber belajar dari lingkungan. Model pembelajaran kooperatif terbukti efektif diterapkan dalam pembelajaran kimia.
Disarankan agar guru dapat menerapkan berbagai type pembelajaran koooperatif untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran berupa ketercapaian konsep, hasil belajar dan keterampilan kooperatif siswa.
Kata Kunci:
Model Pembelajaran Kooperatif, NHT, TPS, STAD, Jigsaw, Keterampilan Kooperatif, Ketuntasan Indikator, Hasil belajar.
ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN
Dalam Pembelajaran Kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling
membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pandapat orang lain dan bekerja
dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran,
serta
meningkatkan kemampuan
berfikir dalam
memecahkan masalahMenurut
Slavin, dalam
pembelajaran Kooperatif sekelompok kecil siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada
kelompoknya. Menurut Killen, Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi
pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil, guna
memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya.
Ada berbagai type model pembelajaran kooperatif, doantaranya STAD, Jigsaw, NHT dan TPS.
Type-type ini seluruhnya menerapkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan yang sama
untuk berhasil, namun dilakukan dengan cara yang berbeda.
Tujuan dari
penelitian ini
adalah membandingkan hasil penerapan model pembelajaran
kooperatif type STAD, Jigsaw NHT, dan TPS, dalam pembelajaran Kimia Materi pokok Sistim Koloid.
Perbandingan yang
dilakukan meliputi
aspek keterampilan kooperatif, ketuntasan indikator dan hasil
belajar siswa. LANDASAN TEORI
Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran
Kooperatif Cooperative
learning merupakan
suatu model
pembelajaran yang
mengutamakan siswa untuk saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk memahami dan mengerjakan
segala tugas belajar mereka. Model Pembelajaran Kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam
pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-
masing anggota atau kelompok. Untuk mencapai tujuan ini, tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi
dalam kelompok.
Beberapa unsur penting dalam Cooperative learning
meliputi kerja sama dalam menyelesaikan tugas, mendorong untuk bekerja sama yang terstruktur,
tanggung jawab individu dan kelompok yang heterogen. Cooperative learning
digunakan dalam kelas yang selalu diliputi kerja sama dalam menyelesaikan tugas. Dua
perbedaan struktur tugas yang biasa digunakan adalah spesialisasi tugas dan kelompok belajar. Dalam
spesialisasi tugas,
beberapa anggota
kelompok memberikan respon untuk bagian yang unik pada setiap
aktivfitas. Dalam kelompok belajar, semua anggota kelompok bekerjasama dan tidak memiliki respon yang
terpisah.
Dengan demikian,
Cooperative learning
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerja
sama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya
untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas.
Kegiatan bekerja sama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi
yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap bertoleransi terhadap
individu.
Dalam Cooperative
Learninng, siswa
berkesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun
pengertian, Hal ini berguna karena menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri sesorang. Dengan
pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam Pembelajaran
Kooperatif terdapat tingkahlaku mengajar sintaks yaitu terdapat
pada tabel
sebagai berikut:
ISBN 978-602-72071-1-0
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase-Fase
Tingkahlaku guru
Fase I : Menyampaikan Tujuan dan Motivasi Siswa.
Fase II: Menyajikan Informasi
Fase III: Mengorganisasikan Siswa Dalam Kelompok Belajar
Fase IV:
Membimbing Kelompok
Bekerja dan Belajar Fase V : Evaluasi
Fase VI: Memberikan Penghargaan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyampaikan informasi kepada siswa kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efesien. Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari, atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.
ISBN 978-602-72071-1-0
Keterampilan – Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat keterampilan - keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan
kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut Lungdren,1994:
1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal a.
Menggunakan kesepakatan Yang dimaksud dengan menggunakan kesepakatan
adalah menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.
b. Menghargai kontribusi
Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota
lain. c.
Mengambil giliran dan berbagi tugas Ini mengandung arti bahwa setiap anggota kelompok
bersedia menggantikan dan bersedia mengembang tugas atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
d. Berada dalam kelompok
Maksudnya adalah setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
e. Berada dalam tugas Yang dimaksud berada dalam tugas adalah
meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai Waktu yang
dibutuhkan.
f. Mendorong partisipasi Mendorong partisipasi artinya mendorong semua
anggota kelompok untuk memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok.
g. Mengundang orang lain Maksudnya adalah meminta orang lain untuk
berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.
h. Menghormati perbedaan individu Menghormati perbedaan individu berarti bersikap
menghormati budaya, suku, ras, agama, atau pengalaman dari semua siswa.
i. Menyelesaikan tugas pada waktunya 2. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah meliputi mengajukan penghargaan
dan simpati,
mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima,
mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan,
menafsirkan, mengorganisir,
dan mengurangi ketegangan.
3. Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran,
menetapkan tujuan, dan berkompromi.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievment Divition STAD
Student Team Achievement Division STAD
dikembangkan oleh Slavin 1978 merupakan Model Pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Dalam
pelaksanaan tipe ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam kelompok yang terdiri dari 4-6 orang setelah guru
menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Disini siswa
diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok kemudian dibahas bersama dan dipresentasikan secara
berkelompok, Siswa juga harus membantu semua anggota
kelompok dalam
kelompoknya secara
berkelompok untuk menguasai semua materi yang diperoleh. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap
kelompok akan diberikan ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk
memperoleh nilai kelompok untuk mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus
membantu kelompoknya.
Pada Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya
berdasarkan pengalaman dan kerja sama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang
telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerja sama dan bertanggung jawab
terhadap tugasnya sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses
belajar.
Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan yang paling penting, karena sangat
berperan dalam aktualisasi kelompok untuk mencapai hasil yang terbaik. Langkah-langkah pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-6 orang, dari kumpulan heterogen.
2. Siswa memperoleh lembaran tugas akademik untuk
untuk didiskusikan bersama dan saling membantu untuk menguasai materi.
3. Siswa memperoleh tes tentang materi pelajaran
yang dipelajari atau kelompok menyajikan hasil- hasil pekerjaan mereka.
4. Siswa memperoleh kuis secara individu yang
mencakup semua materi yang dipelajari. 5.
Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Jigsaw
dikembangkan oleh Elliot Arronson dan
koleganya 1978. Jigsaw adalah suatu struktur multifungsi struktur kerja sama belajar. Jigsaw dapat
digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai tujuan terutama digunakan untuk presentasi dan
mendapatkan materi baru, struktur ini menciptakan saling ketergantungan.
Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang didasarkan pada bentuk
struktur mulitifungsi kelompok belajar yang dapat digunakan pada semua pokok bahasan dan semua
tingkatan untuk
mengembangkan keahlian
dan keterampilan setiap anggota kelompok. Pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw terdiri dari dua bentuk diskusi yaitu; diskusi kelompok ahli dan kelompok asal sehingga
dalam tipe pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang lain dan menciptakan saling ketergantungan
bagi tiap anggota kelompok.
ISBN 978-602-72071-1-0 Tipe Jigsaw digunakan untuk mengembangkan
keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan
aktivitas yaitu
mendengarkan, menyampaikan, kerja sama, refleksi dan keterampilan
memecahkan masalah. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu metode kerja kelompok untuk belajar dan partisipasi dalam kelompok.
Dengan teknik Jigsaw ini guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja dengan temannya dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampiln komunikasi.
Jigsaw didesain untuk menigkatkan rasa
tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif saling memberi tahu
terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe ini adalah interdepensi
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan
agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.Dalam pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw,
langkah-langkah pokok
yang dilakukan
adalah: pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan
diskusi dan mengadakan kuis. Adapun rencana Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diatur secara
instruksional sebagai berikut: 1.
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan didalamnya dibagi menjadi kelompok ahli
yang berdasarkan pada materi diberikan pada tiap siswa dalam kelompok.
2. Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca
materi tersebut untuk mendapatkan informasi. 3.
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
4. Diskusi kelompok ahli kembali ke kelompok
asalnya untuk menjelaskan pada kelompoknya. 5.
Siswa memperoleh kuis sacara individu yang mencakup semua topik.
6. Perhitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Togethers NHT
NHT pada dasarnya merupakan varians diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk
seorang siswa untuk mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu lebih dulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga sangat baik dalam
meningkatkan tanggung jawab individual. Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor 2.
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap
anggota kelompok
dapat mengerjakannyamengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru
menunjuk nomor yang lain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share TPS
Sebuah struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun sangat berguna disebut Think Pair
Share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Marylang. Pada saat guru mempresentasikan
pelajaran di kelas, siswa duduk perpasangan dengan tim mereka. Guru mengajukan pertanyaan kepada kelas,
siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban, lalu berpasangan , untuk berdiskusi tentang masalah tersebut.
Akhirnya guru meminta siswa berbagi jawaban yang mereka sepakati untuk seluruh kelas.
Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi
yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang
materipermasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya kelompok 2 orang dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1, 2,
3 dan 4 SMAN 5 Kota Kupang. I Instrumen Penelitian
Instrumen yng digunakan: 1. Data Keterampilan kooperatif : menggunakan
Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Kooperatif Siswa.
2. Ketuntasan indikator: menggunakan Instrumen Tes Hasil Belajar
3. Hasil belajar: menggunakan Instrumen Tes Hasil Belajar.
Teknik Analisis Data 1. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif.
Keterampilan kooperatif
mahasiswa dihitung
berdasarkan banyaknya frekwensi dalam persen aspek keterampilan kooperatif yang muncul selama
kegiatan inti.. = Jumlah waktu yang digunakan tiap aspek jumlah waktu keseluruhan kegiatan inti x
100
2. Hasil belajar mahasiswa dinyatakan dalam proporsi yang merupakan perbandingan antara hasil yang
diperoleh mahasiswa terhadap skor maksimal. Siswa dikatakan tuntas jika memiliki proporsi lebih besar
atau sama dengan 0,70.
3. Ketuntasan indikator dinyatakan dalam proporsi yang merupakan perbandingan antara jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan indikatot terhadap jumlah