Dampak pengiring : Interaksi antara Keterampilan Proses Sains
masuk akal. Informasi, pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang
selalu berfikir ilmiah akan berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar
yang
digunakan hingga
muncul pandangan atau pendapat tersebut.
c. Bersifat terbuka Seseorang yang berfikir ilmiah selalu
memposisikan diri bagaikan wadah yang terbuka sehingga masih dapat diisi
kembali. Seseorang yang terbuka adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik
berupa fikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau informasi baru
dari manapun asal tahu sumbernya. Seseorang yang berfikir ilmiah tidak
menutup diri atau tidak beranggapan bahwa hanya pendapatnya sendiri yang
benar dan mengabaikan pendapat orang lain.
d. Berorientasi pada kebenaran Seseorang yang berfikir ilmiah selalu
berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada menang atau kalah. Seorang yang
berfikir ilmiah sanggup merasa kalah tatkala buah fikirannya memang salah,
kekalahan itu tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan
menjadikan dirinya merasa rendah. Seseorang yang berfikir ilmiah lebih
mengedepankan kebenaran dari pada sekedar kemenangan karena kebenaran
menjadi tujuan utama, oleh karena itu seseorang yang berfikir ilmiah dalam
suasana
apapun harus
mampu mengendalikan diri agar tidak bersikap
emosional, subyektif, dan tertutup.
PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING
Terdapat beberapa pengertian tentang model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah
suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan
masalah dalam suatu penelitian ilmiah Ngalimun, 2014.
Inkuiri yang dalam bahasa inggris “inquiry” mempunyai arti pertanyaan, pemeriksaan, atau
penyelidikan. Metode Inquiry berarti suatu kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis, logis, analitis, sehingga dengan
bimbingan dari guru mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri W.
Gulo, 2008: 84-85. Majid mengemukakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritisilmiah dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan Majid, 2014. Sedangkan menurut
Swasta dkk, Pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan kegiatan belajar
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan kembali penemuannya dengan penuh percaya diri
Swasta, dkk, 2014. Menurut Lestari bahwa pembelajaran inkuiri menekankan pada proses
mencari dan menemukan Lestari, 2013. Proses pembelajaran berbasis inkuiri ada tiga tahap. Tahap
pertama, adalah belajar diskoveri, yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif. Tahap kedua, inkuiri terbimbing Guided
Inquiry
, yaitu guru mengajukan masalah dan siswa menentukan penyelesaian dan prosesnya. Tahap
ketiga, adalah inkuiri terbuka Open Inquiry, yaitu guru hanya memberikan konteks masalah sedangkan
siswa mengindentifikasi dan memecahkannya Surya Dharma, 2008: 24. Metode pembelajaran inkuiri pada
hakikatnya merupakan proses penemuan atau penyelidikan. Tujuan utamanya adalah untuk
mendorong
siswa dalam
mengembangkan keterampilan berfikir dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Proses pembelajaranya berubah
dari dominasi guru teacher dominated menjadi dominasi oleh siswa student dominated, karena
dalam metode Guided Inquiry yang lebih aktif belajar adalah siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru
bertindak sebagai fasilitator atau pembimbing saja. Metode Guided Inquiry merupakan bagian dari
kegiatan
pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hanya dari hasil mengingat
fakta-fakta, melainkan
juga dari
menemukan sendiri Syaiful Sagala, 2010: 89. Dalam prosesnya, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima materi pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran tersebut Wina Sanjaya, 2010: 197. Beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi
pembelajaran inkuiri menurut Lestari:
a. Strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari
sesuatu yang
dipertanyakan sehingga dihrapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.
c. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental Lestari, 2013.
Menurut Majid bahwa ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru dalam
menggunakan pembelajaran inkuiri antara lain : a. Berorientasi pada pengembangan intelektual.
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berfikir
dengan demikian pembelajaran inkuiri selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip interaksi.
ISBN 978-602-72071-1-0 Proses pembelajaran pada dasarnya adalah
proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan
interaksi antara siswa dengan lingkungan.
c. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam
pembelajaran inkuiri adalah bahwa guru sebagai penanya. Dalam setiap pertanyaan
guru berharap siswa dapat menjawab, dan dari jawaban siswa maka guru dapat
mengetahui proses berfikir siswa, karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
d. Prinsip belajar untuk berfikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi
belajar adalah proses berfikir learning how to think
, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak.
e. Prinsip keterbukaan. Belajar adalah suatu proses mencoba
berbagai kemungkinan. Peserta didik perlu diberi kebebasan untuk mencoba sesuai
dengan perkembangan kemampuan logika Majid, 2014
Menurut Sanjaya proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki dan mendorong siswa untuk mencari jawaban yang tepat. Dikatakan
teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
b. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan
berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara.
c. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data
adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan
peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
d. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
e. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan
adalah proses
mendeskripsikan temuan
yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis Sanjaya, 2011.
Menurut Ali terdapat tiga macam cara pelaksanaan strategi pembelajaran inkuiri yaitu.
a. Inkuiri Terbimbing Pada
inkuiri terpimpin
pelaksanaan penyelidikan
dilakukan oleh
siswa berdasarkan
petunjuk-petunjuk guru.Petunjuk yang diberikan pada umumnya
berbentuk pertanyaan
membimbing.Pelaksanaan pengajaran
dimulai dari suatu pertanyaan inti.Dari jawaban yang dikemukakan siswa, guru
mengajukan berbagai pertanyaan melacak, dengan tujuan mengarahkan siswa ke suatu
titik
kesimpulan yang
diharapkan.Selanjutnya siswa
siswa melakukan
percobaan-percobaan untuk
membuktikan pendapat
yang dikemukakannya.
b. Inkuiri Bebas Pembelajaran dilakukan dengan cara siswa
melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientist. Masalah dirumuskan
sendiri, ekperimen penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan konsep diproleh
sendiri.
c. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasi Pembelajaran
dilakukan berdasarkan
masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami.Siswa
melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya Ali Muhammad, 2004.
TEORI BELAJAR
PENDUKUNG PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING
1. Teori Penemuan Jerome Bruner Jerme Bruner memberikan dukungan teoritis
dalam pembelajaran dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Menurut
teori ini proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
Suciati, 2005.
Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami
suatu kebenaran umum. Menurut Brunner dalam Dahar 2011 belajar penemuan
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya
memperoleh hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah
serta pengetahuan yang menyertainya , menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna Dahar, R.H, 2011.
2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetic, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan system syaraf
dan makin
meningkat pula
kemampuannya Budiningsih, 2005. Daya piker atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Budiningsih menyatakan juga
bahwa Piaget membagi perkembangan kognitif menjadi 4 yaitu :
Tahap sensori motor, umur 0
– 2 tahun Tahap preoperasional, umur 2
– 78 tahun
Tahap operasional formal, umur 11 –18
tahun 3. Teori Belajar Vygotsky
Menurut Vygotsky dalam komalasari 2010, perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif seseorang sesuai dengan teori sosiogenesis. Demensi kesadaran social
bersifat
primer, sedangkan
demensi individualnya bersifat derivative atau
merupakan turunan dan bersifat skunder. Artinya pengetahuan dan perkembangan
kognitif individual berasal dari sumber –
sumber social diluar dirinya. Hal ini perkembangan kognitifnya. Tetapi Vygotsky
juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang
dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. 4. Teori Kontruktivisme
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut
teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Setiap tahap
perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan
ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan Ruseffendi, 1988: 132.
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama Dahar, 1989: 159
menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.
Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya
informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat Ruseffendi 1988:133.
Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi
pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema
yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu Suparno, 1996: 7.
HUBUNGAN ANTARA
PEMBELAJARAN INKUIRI
TERBIMBING DENGAN BERFIKIR ILMIAH
Teori konstruktivisme berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan membangun atau menciptakan
pengetahuan dengan cara mencoba member makna pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya Ali,
Muhammad, 2004. Menurut Budiningsih 2005 , proses belajar konstruktivistik merupakan pemberian
makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutakhiran struktur kognitifnya. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep
dan member makna tentang hal-hal yang dipelajari. Siswa dipandang sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajri sesuatu. Peran guru dalam konstruktivistik yaitu membantu agar
proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan
lancer, guru
tidak menstranferkan
pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya
sendiri. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran
yang termasuk rumpun pemrosesn informasi, model ini menekankan pada bagaimana seseorang berfikir
dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Al-Tabany juga menjelaskan
bahwa pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran itu. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang
dipertanyakan,
sehingga diharapkan
dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Tujuan dari
pembelajaran inkuiri
yaitu mengembangkan
kemampuan berfikir secara sistematis, logis, kritis, dan mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental. Adapun komponen pembelajaran inkuiri yaitu :
Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif yaitu menjelaskan topic,
tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, pokok-pokok
kegiatan yang harus dilakukan siswa mulai dari langkah merumuskan masalah hingga
merumuskan
kesimpulan agar
tujuan pembelajaran tercapai
Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah
membawa siswa pada suatu persoalan yang membawa
teka-teki. Persoalan
yang disajikan adalah persoalan yang menantang
siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka- teki dalam rumusan masalah tentu ada
jawabannya. Dalam menemukan jawaban siswa akan memperoleh pengalaman yang
sangat
berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses
berfikir ilmiah. Merumuskan hipotesis
ISBN 978-602-72071-1-0 Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan memprediksi hipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan
berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
Mengumpulkan data Mengumpulkan
data adalah
aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berfikir ilmiah.
Menguji hipotesa Menguji hipotesis adalah menentukan
jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti juga mengembangkan
kemampuan berfikir ilmiah yaitu rasional, artinya kebenaran jawaban bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses
mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk
mencapai kesimpulan yang akiurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
Berfikir ilmiah adalah suatu cara berfikir yang logis atau masuk akal dan empiris atau secara
mendalam berdasarkan fakta-fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Berfikir ilmiah merupakan
proses berfikir atau aktivitas seseorang dalam menemukanmendapatkan suatu kesimpulan hingga
dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Berfikir ilmiah memiliki cirri-ciri yaitu: obyektif, rasional, terbuka,
dan berorientasi pada kebenaran yang bisa dipertanggung jawabkan.
Dalam pembelajaran inkuiri secara langsung maupun tidak langsung siswa harus bisa berfikir
ilmiah karena saat mengikuti tahapan pembelajaran inkuiri siswa ditunut untuk menemukan jawaban,
dalam menemukan jawaban siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berfikir ilmiah. Saat merumuskan hipotesis siswa harus dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Begitu
juga
pada saat
pengumpulan data,
proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berfikir ilmiah. Pada saat
menguji hipotesis berarti juga mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah yaitu rasional, artinya
kebenaran jawaban bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. SIMPULAN
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia yang tentunya merupakan pembeda dengan makhluk
lain, karena berfikir merupakan proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan
menjadi berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis, empiris atau
berdasarkan fakta dan kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.
Berfikir ilmiah memiliki ciri-ciri yaitu obyektif, rasional, berorientasi pada kebenaran.
Obyektif yaitu apa adanya sesuai dengan fakta, rasional atau logis atau masuk akal. Seorang yang
berfikir ilmiah harus mampu menggunakan logika yang benar, dalam melihat suatu kejadian harus
mengenali kejadian atau peristiwa itu mulai dari apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya. Segala
sesuatu selalu mengikuti hukum sebab akibat. rasional yaitu segala sesuatu pasti ada sebab dan akibatnya.
Seseorang yang berfikir ilmiah selalu memposisikan diri bagaikan wadah yang terbuka sehingga masih
dapat diisi kembali, siap mendapatkan masukan, baik berupa fikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga
data atau informasi baru dari manapun asal tahu sumbernya.
Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu permasalahan secara sistematis, logis, analitis,
sehingga dengan bimbingan dari guru mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Pembelajaran inkuiri memiliki tiga tahapan. Tahap pertama, adalah belajar diskoveri,
yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
hasil alternatif. Tahap kedua, inkuiri terbimbing yaitu guru mengajukan masalah dan siswa menentukan
penyelesaian dan prosesnya. Tahap ketiga, adalah inkuiri terbuka yaitu guru hanya memberikan konteks
masalah sedangkan siswa mengindentifikasi dan memecahkannya.
Teori belajar yang mendukung pembelajaran inkuiri terbimbing antaralain yaitu :
Teori penemuan Jerome Bruner Teori perkembangan kognitif Piaget
Teori belajar Vygotsky Teori belajar konstruktivisme
Pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan
ketrampilan berfikir ilmiah sangat erat hubungannya karena setiap tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing
diperlukan untuk berfikir ilmiah. Adapun tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu orientasi,
merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, T.IB.
2014. Mendesain
Model Pembelajaran
zinovatif, Progresif, dan
Kontekstua l. Jakarta: Prenadamedia Group.
Ali, Muhammad. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar
. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Baharuddin Wahyuni, E.N. 2010. Teori belajar
Pembelajaran . Cetakan V. Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Dahar, R.H. 2011. Teori-Teori Belajar Pembelajaran. Jakarta
: Erlangga. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual
Konsep dan Aplikasi . Bnadung: refika
Aditama. Lestari. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi . Padang: kademia
Majid A. 2014. Strategi Pembelajaran. Cetakan lll. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mardewanti, E. 2015. Melatihkan Keterampilan Berpikir
Kritis dengan
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Siswa
SMA . Makalah disampaikan dalam Seminar
Nasional Pendidikan Sains tahun 2015 dengan tema”Pembelajaran dan Penilaian Sains sesuai
tuntutan Kurikulum 2013”, 24 Januari 2015. Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran.
Cetakan III. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Polya, G. 1985. How to solve it: A new aspect of
mathematics method 2nd ed . Princeton, New
Jersey: Princeton University Press. Pratami, T.D., Maharani, L.S., dan Nurmariza, A.
2015. Implementasi Model Pembelajaran ARIAS pada Pembelajaran IPA dalam
Kurikulum 2013 . Makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2015 Unesa.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Edisi Pertama. Jakarta: Kencana. Surya Dharma, 2008. Strategi Pembelajaran MIPA,
Jakarta: Depdiknas. Sugiman, Wulandari, A.N., dan Sukestiyarno, YL.
2013. Pengembangan
Karakter dan
Pemecahan Masalah Malalui Pembelajaran Matematika dengan Model TAPPS. Unnes
Journal of Mathematics Education. ISSN No
2252 – 6927.
Trianto, 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Kontruktivisme,
Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser
W. Gulo, 2008. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Gramedia.
1063
ISBN 978-602-72071-1-0
PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MENGOPTIMALKAN KONSEP MULTIPLE INTELLIGENCE
DAN BLOOM’S TAXONOMY UNTUK DESAIN PEMBELAJARAN IPA TERPADU SMP
Dwi Wahyuniati
Program Studi Pendidikan Matematika, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun wahyuniati.dwigmail.com
ABSTRAK
Pembelajaran IPA terpadu tingkat SMP saat ini masih belum terjadi perubahan yang signifikan. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat, meskipun telah banyak dikaji berbagai inovasi model pembelajaran
yang diharapkan memperbaiki mutu pembelajaran. Selama ini dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP, peserta didik masih belajar dalam taraf hafalan remember tanpa memahami understand apa yang
dipelajari dan belum mampu menciptakan create suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat serta pembangunan bangsa. Guru kurang memperhatikan cara penyampaian materi. Materi IPA terpadu disajikan
dalam sekumpulan rumus dan konsep yang wajib dihafal peserta didik. Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang mengoptimalkan konsep M
ultiple Intelligence dan Bloom’s Taxonomy untuk desain pembelajaran IPA terpadu SMP, diharapkan guru mampu menerapkannya dalam
pembelajaran IPA terpadu di SMP. Yang mana selama ini peserta didik hanya belajar dalam taraf hafalan remember yang merupakan tingkat paling rendah kemudian dapat diperbaiki sampai tingkat yang paling
tinggi yaitu mampu menciptakan create. Perlunya mengoptimalkan kecerdasan pada masing-masing individu dan penggunaan seluruh panca indera. Sebaiknya seorang guru mampu mempertimbangkan
penggunaan gaya belajar masing-masing peserta didik sesuai dengan kecerdasan dominan pada masing- masing peserta didik. Tujuan akhirnya mampu memperbaiki proses pembelajaran selama ini dan mampu
mencetak peserta didik yang kritis, kreatif, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu menciptakan karya yang inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.
Kata kunci :
M ultiple Intelligence, Bloom’s Taxonomy, Problem Based Learning, Pembelajaran IPA
ABSTRACT
Integrated science teaching in junior level has not provided a significant change. The use of learning models that
are less precise, although it has been studied a variety of innovative learning model that is expected to improve the quality of learning. So far in integrated science teaching in junior high school, students are still
learning the rote level remember without understanding understand what is learned and have not been able to create create a work that is beneficial to society and nation building. Teachers lacking attention to
delivery of a material. Integrated science materials presented in a set of formulas and concepts that must be memorized learners. By using the Problem Based Learning teaching model that optimizes the concept of
Multiple Intelligence and Blooms Taxonomy to design an integrated science teaching junior high, teachers are expected to be able to apply in integrated science teaching in junior high. As long as the students are just
learning the rote level remember which is the lowest level can then be repaired to the highest level that is able to create create. The need to optimize the intelligence of each individual and the use of all five senses.
Also a teacher should be able to consider the use of the learning style of each learner according to the dominant intelligence on each learner. The final objective is able to improve the learning process during this
time and capable of printing learners critical, creative, responsive to the development of science and technology and are able to create innovative works that benefit society and nation building.
Keyword
: Mu ltiple Intelligence, Bloom’s Taxonomy, Problem Based Learning, Natural Science Teaching
Surabaya, 23 Januari 2016
PENDAHULUAN
Beberapa problematika pendidikan masih banyak yang terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah mutu
pendidikan di Indonesia masih sangat rendah dibanding dengan negara-negara di dunia. Hal ini berdasarkan data
yang ditunjukkan oleh UNDP United Nations Development Programme
, bahwa Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index HDI Indonesia
tahun 2014 masih berada pada peringkat 110 dari 188 negara. Dengan nilai HDI sebesar 0,684 masih jauh
dibawah rata-rata dunia yaitu 0,711. Hal ini menempatkan Indonesia
dalam kelompok
Medium Human
Development. Meskipun mengalami kenaikan tingkat dari tahun 2012, Indonesia masih jauh tertinggal dengan
beberapa negara di Asia Tenggara, diantaranya Singapura 11, Brunei Darussalam 31, Malaysia 62, dan Thailand
93 UNDP, 2015. Salah satu faktor yang menyebabkan mutu
pendidikan di Indonesia masih rendah adalah masalah rendahnya
kualitas ketika
proses pembelajaran
berlangsung. Diantaranya kurang tepatnya guru dalam memilih serta menerapkan metode pembelajaran yang
tepat. Kenyataan yang terjadi dalam proses pembelajaran, guru kerap kali masih mengutamakan hafalan remember
dan hanya berorientasi pada hasil belajar yang tinggi. Padahal proses pembelajaran harus dirancang dengan baik
dan tepat agar tercapai tujuan pembelajaran yang di harapkan serta perlunya memperhatikan potensi,
perkembangan kondisi dari peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya BSNP, 2006.
Permasalahan dalam proses pembelajaran ini terjadi pada semua mata pelajaran. Walaupun telah banyak
dikaji berbagai inovasi untuk memperbaiki permasalahan dalam proses pembelajaran dengan metode-metode
pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan mutu pembelajaran, namun kenyataan di lapangan sebagian
besar guru masih menggunakan metode konvensional.
Salah satu
permasalahan dalam
proses pembelajaran terjadi pada pelajaran IPA, khususnya pada
tingkat SMP. Dalam BSNP 2006, IPA SMP merupakan mata pelajaran yang dimaksudkan untuk memperoleh
kemampuan dasar ilmu pengetahuan serta membudayakan berpikir kritis, kreatif dan mandiri. Dengan belajar IPA,
peserta didik diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan, sikap dan nilai ilmiah, tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu menciptakan karya inovatif yang bermanfaat
secara langsung bagi masyarakat terlebih lagi bagi pembangunan bangsa. Pembelajaran IPA di SMP selama
ini seringkali hanya disajikan dalam sekumpulan rumus dan konsep yang wajib dihafal oleh peserta didik tanpa
disertai pemahaman terhadap apa yang mereka pelajari bahkan guru belum bisa memfasilitasi agar peserta didik
belajar sampai tingkatan tertinggi yaitu mampu menciptakan suatu karya inovatif yang bisa bermanfaat
bagi masyarakat dan terutama untuk pembangunan bangsa kedepannya. Pembelajaran masih bersifat teacher
centered
, guru hanya meyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Masalah
lain yang timbul adalah kurangnya guru dalam memperhatikan kemampuan masing-masing siswa.
Dimana guru memperlakukan semua siswa sama tanpa memperhatikan kebutuhan siswa secara individual.Guru
hanya memperhatikan hasil akhir yang diperoleh peserta didik melalui hasil evaluasi yang hanya bersifat hafalan
PEMBAHASAN