Data Hasil Posttest Problem Solving

ISBN 978-602-72071-1-0 ditemukan sehari-hari dengan dipandu lembar kerja siswa LKS yang menarik. Nilai rata-rata posttest kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen Tabel 4.1. Penulis berpendapat bahwa tingginya nilai rata-rata posttest di kelas kontrol dapat dikarenakan oleh angka drop-out yang cukup tinggi di kelas tersebut. Dari 21 orang siswa yang mengikuti pretest, hanya 17 orang siswa saja yang mengikuti posttest hanya 16 yang masuk perhitungan, sebab satu orang diantaranya tidak memiliki nilai pretest. Lima orang dari jumlah yang 21 tersebut tidak mengikuti posttest sedangkan terdapat satu orang yang tidak mengikuti pretest namun mengikuti posttest. Dari kelima orang yang tidak mengikuti posttest tersebut, hanya Ahmad Paezal dan Muhammad Hidayat yang menunjukkan nilai di atas rata-rata, sedangkan tiga orang lainnya menjadi penyumbang nilai rendah. Dengan hilangnya tiga orang penyumbang nilai rendah tersebut, maka tentunya berpengaruh positif pada pergeseran nilai rata-rata posttestnya Lampiran 28. Sedangkan pada kelas eksperimen, dari 22 orang siswa yang mengikuti pretest, terdapat 21 orang siswa yang mengikuti posttest. Terdapat tiga orang yang mengikuti pretest namun tidak pada posttest, sedangkan dua orang yang mengikuti posttest namun tidak pada pretest kedua orang yang tidak memiliki nilai pretest ini tidak dimasukkan dalam analisis hasil belajar. Nilai pretest siswa yang tidak mengikuti posttest cukup rendah. Namun demikian, dengan hilangnya hanya dua orang yang memiliki nilai rendah tersebut dari analisis hasil belajar, penulis beranggapan bahwa sumbangan yang diberikan pada pergeseran nilai rata-rata posttest tidak terlalu signifikan. 4. Data Hasil Observasi Kerjasama Lembar observasi yang telah diisin oleh observer dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara singkat, persentase kelancaran proses pembelajaran berdasarkan aktivitas guru dan siswa tergambar pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Persentase Kelancaran Proses Pembelajaran berdasarkan Aktivitas Guru Pertemuan ke- Persentase Kategori 1 75 Baik 2 66,67 Baik 3 75 Baik Tabel 5 Persentase Kelancaran Proses Pembelajaran berdasarkan Aktivitas Siswa Pertemuan ke- Persentase Kategori 1 65,45 Baik 2 61,81 Sedang 3 67,27 Baik Dari segi perhatian, kelas eksperimen menunjukkan perhatian yang sangat rendah selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini tergambar dari hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua yang menunjukkan angka cukup jauh, yakni 61,81 dibandingkan pada pertemuan pertama yang menunjukkan angka 65,45 dan pertemuan ketiga 67,27. Ketidak-seriusan tersebut juga tergambar dari catatan observer yang mengatakan, “Dari awal guru masuk kelas, hampir semua siswa terlihat tidak siap untuk menerima pelajaran kimia. Tidak ada satupun siswa yang membawa LKS yang sudah dibagikan pada pertemuan sebelumnya.” PENUTUP Simpulan Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray TSTS dengan pendekatan brain- based learning tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada metode konvensional ceramah dan diskusi terhadap hasil belajar kimia materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur pada siswa kelas X SMAN 1 Kediri. Hal ini terjadi karena beberapa hal, yakni faktor internal dan fakor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar, baik berupa keseriusan, minat dan perhatian, maupun jadwal sekolah. Hal lain yang juga turut mempengaruhinya adalah kurang optimalnya penerapan perencanaan pembelajaran yang dilakukan. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu: 1. Agar hasil belajar lebih maksimal perlu dilakukan usaha lain dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, seperti kesiapan siswa, perhatian, dan minat siswa terhadap pelajaran kimia. 2. Perlu diterapkan model pembelajaran lain pada materi pokok struktur atom dan sistem periodik unsur. DAFTAR PUSTAKA Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya . Rineka Cipta, Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. ISBN 978-602-72071-1-0 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013 . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jensen, Eric. 2011. Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru . Jakarta: PT Indeks. Gulpinar, Mehmet A. 2005. The Principles of Brain- Based Learning and Constructivist Models in Education . Educational Science: Theory Practice Vol. 5, No. 2: 299-306. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R D . Bandung: Alfabeta. Campbell DT, dan Cook TD. 1979.Quasi- Experimentation Design Analysis Issues for Fields Settings . Chicago: Rand McNally College Publishing Company. Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Penyusunan Perangkat Penilaian Afektif di SMA . Jakarta: Direktorat Pendidikan SMA. Nola, DG, Rery RU dan Erviyenni. 2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TeknikTwo Stay Two Stray TSTS untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran Kimia di Kelas X-6 SMAN 12 Pekanbaru . Skripsi S1. Universitas Riau. ISBN 978-602-72071-1-0 PENERAPAN MEDIAPEMBELAJARAN TRADISIONAL BOY-BOYAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PAWYATAN DAHA KEDIRI PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR Frisca Syamsiana 1 Gebby, Aprina T 2 , Ririn Octavi S 3

1, 2, 3

S-2 Pendidikan Sains, PPs Universitas Negeri Surabaya, e-mail: frisca_adwyahoo.com ABSTRAK Pendidikan yang diselenggarakan pada satuan pendidikan harus bisa memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif mengembangkan kreativitas peserta didik. Oleh sebab itu, diperlukan suatu media yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas X.1 SMA Pawyatan Daha Kediri tahun pelajaran 20142015. Pada penelitian ini digunakan media permainan tradisional Boy-boyan yang diterapkan dengan model TGT Teams-Games- Tournament .Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media permainan Boy-boyan yang diterapkan menggunakan model TGT Teams-Games-Tournament pada materi sistem periodic unsur yang dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan kemampuan afektif siswa kelas X SMA Pawyatan Daha Kediri. Kata Kunci: Media pembelajaran, Hasil Belajar, Sistem Periodik Unsur ABSTRACT Education must be motivate students to develop students’s creativity. Therefore, required an media which is improve students learning outcomes. This research is classroom action research. The subject of research was grade 10 science students of SMA Pawyatan Daha Kediri. This research is used traditional media Boy- boyan apllied by TGT Teams-Games-Tournament model. Result results showed that traditional media Boy-boyan that applied by TGT Teams-Games-Tournament model can improve the teacher’s activity, students’s activity, students learning outcomes, and the affective ability of grade 10 science students of SMA Pawyatan Daha Kediri. Keywords: learning media, student learning outcomes, a periodic system element ISBN 978-602-72071-1-0 ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Proses pendidikan pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik Depdiknas, 2005. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah pendidikan harus dilakukan secara menyenangkan agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Media mempunyai peran yang strategis dalam pembelajaran modern yang lebih diarahkan ke paradigma konstruktivisme. Dalam proses pembelajaran media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber guru menuju penerima siswa. Berkaitan dengan hal tersebut media hendaknya dikembangkan sendiri oleh guru dengan memperhatikan karakteristik pebelajar, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sesuai dengan karakteristik materi pelajaran dan sesuai dengan kondisi lingkungan. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan induktif namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses kerja ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses Depdiknas, 2006. Penyediaan media pembelajaran merupakan salah satu contoh penting dari penyediaan sarana pendidikan. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan guru dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi Arief. S. Sadiman, dkk, 1986. Briggs 1970 dalam Sadiman, dkk 1986 mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar sehingga media pembelajaran dapat membantu siswa saat belajar. Jika di lihat secara lebih mendalam, beragam permainan tadisional memang mampu menjadi media untuk mengoptimalkan jenis kecerdasan anak seperti kecerdasan kognitif, kecerdasan kinestetik, kecerdasan naturalis, kecerdasan linguistik, kecerdasan spiritual, hingga mengajarkan berbagai nilai positif dan menyehatkan badan Achroni, 2012: 8. Karakteristik Media Pembelajaran Tradisional antara lain dapat melatihkan kerjasama, melatihkan kemampuan motorik, melatihkan kemampuan kognitif, melatihkan kemampuan afektif, melatihkan kemampuan bahasa serta dapat melatihkan kemampuan sosial Rifa, 2012: 13.Boy- boyan merupakan salah satu permainan tradisional yang sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat jawa. Boy- boyan merupakan permainan yang dapat melatihkan kerja sama antara pemain dan mengasah kemampuan anak untuk menyusun strategi untuk memenangkan permainan Achroni, 2012: 89. Berdasarkan hasil penelitian Rizky 2012 menyatakan bahwa Media Permainan Tradisional Selibur yang dikembangkan sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran materi pokok Struktur Atom. Kelayakan Media Permainan Tradisional Selibur pada materi pokok Struktur Atom dapat digunakan sebagi media pembelajaran dapat dilihat dari ketuntasan hasil belajar klasikal hasil pretest sebesar 64 menjadi 92 pada hasil posttest. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diterapkan suatu permainan tradisional Boy-boyan untuk pembelajaran kimia terutama pada materi Sistem Periodik Unsur yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Pawyatan Daha Kediri. METODE PENELITIAN a. Metode Penelitian Rancangan penelitian ini berupa rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Tindakan yang dilakukan adalah penerapan media permainan Boy-boyan menggunakan model TGT Teams-Games-Tournaments untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Pawyatan Daha. b. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas X.1 tahun pelajaran 20142015 berjumlah 26 orang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. c. Variabel Penelitian V. manipulasi : Media Permainan V. Reson : Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Pawyatan Daha Kediri V. Kontrol : Jumlah Siswa d. Rencana Tindakan Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, sedangkan siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan sehingga untuk dua siklus terdapat tiga kali pertemuan. Setiap kali pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran 2 x 45 menit. Setiap siklus terdiri dari tahapan-tahapan ; 1 Menyusun Rancangan Tindakan I Planning, meliputi penyusunan perangkat pembelajaran dan menyiapkan media permainan Boy-boyan. 2 Perencanaan Tindakan I Acting, merupakan penerapan rancangan tindakan I, yaitu penerapan media permainan Boy-boyan menggunakan model TGT. Tahap-tahap model pembelajaran TGT, meliputi pengajaran oleh guru, teams belajar kelompok, games dan tournaments , dan penghargaan 3 Pengamatan I Observation, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. 4 Refleksi , dilakukan ketika guru telah selesai melakukan tindakan I, kemudian berdiskusi ISBN 978-602-72071-1-0 P erse ntas e mengenai implementasi rancangan tindakan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan peneliti dalam memperbaiki kelemahan pada siklus I dan merencanakannya pada siklus II Pembelajaran siklus II hanya difokuskan pada materi yang belum dikuasai oleh siswa pada evaluasi siklus I. Pada siklus II juga dilaksanakan refleksi pembelajaran yang belum dikuasai oleh siswa dari evaluasi pada siklus I.

e. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan serangkaian soal kepada siswa dan instrumen soal yang digunakan berbentuk objektif. Teknik non tes dilakukan dengan melaksanakan observasi dan angket skala sikap siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan menggunakan angka-angka kemudian dijelaskan secara terperinci. Analisis data kuantitatif digunakan untuk membandingkan hasil belajar kimia sebelum dan sesudah penerapan perangkat permainan Boy-boyan menggunakan model pembelajaran TGT Teams-Games- Tournament.

a. Aktivitas Guru

Data perbandingan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dengan siklus II ditunjukkan pada gambar berikut. Keterangan aspek yang diamati: 1 Memeriksa kesiapan dan kehadiran siswa 2 Memberikan apersepsi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari 3 Menyampaikan tujuan pembelajaran. 4 Menginfornasikan model pembelajaran yang digunakan. 5 Mengorganisir siswa ke dalam kelompoknya. 6 Mempresentasikan pelajaran melalui penjelasan singkat. 7 Membagikan LKS kepada tiap kelompok 8 Mengorganisir siswa ke dalam permainan akademik untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran. 9 Mengamati dan membimbing siswa dalam kegiatan permainan. 10 Membimbing siswa dalam mengerjakan soal dalam permainan. 11 Mengamati dan membimbing siswa dalam menyimpulkan jawaban. 12 Membimbing siswa jika menemui kesulitan. 13 Mengklarifikasi jawaban yang benar. 14 Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi. 15 Membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran 16 Memberikan soal latihan dan tugas rumah.

b. Aktivitas Siswa

Data perbandingan persentase hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada gambar 2. Keterangan aspek yang diamati: 1 Siswa mendengarkan dengan aktif dan memperhatikan penjelasan dari guru 2 Siswa membentuk kelompok sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru. 3 Siswa antusias dan aktif dalam melakukan permainan yang diinstruksikan guru 4 Siswa berdiskusi dalam menyelesaikan soal permainan dalam LKS. 5 Siswa menanyakan materi yang belum dipahami kepada guru. 6 Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran 7 Siswa menyimpulkan materi pelajaran. c. Hasil Belajar Kognitif Siswa Data perbandingan persentase hasil belajar kognitif siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar berikut. P erse ntas e Kogniti f Gambar 1. Perbandingan aktivitas guru pada siklus 1 dan 2 Gambar 2. Perbandingan aktivitas siswa pada siklus 1 dan 2 ISBN 978-602-72071-1-0 Keterangan indikator: - Menjelaskan muatan inti efektif dari atom-atom dalam satu periode dan satu golongan. - Menganalisis data jari-jari atom dan hubungan antara muatan inti efektif dan jumlah kulit dengan jari-jari atom. - Menyajikan hasil analisis hubungan antara muatan inti efektif dan jumlah kulit dengan jari- jari atom. - Menjelaskan pengertian keelektronegatifan dengan tepat. - Menjelaskan pengertian jari-jari ion dengan tepat. - Menjelaskan keteraturan keelektronegatifan dalam sistem periodik unsur dengan tepat. - Menjelaskan keteraturan jari-jari ion dalam sistem periodik unsur dengan tepat. - Menyimpulkan keteraturan keelektronegatifan dengan tepat. - Menyimpulkan keteraturan jari-jari ion dengan tepat. - Menjelaskan pengertian energi ionisasi. - Menjelaskan hubungan muatan inti efektif dengan energi ionisasi. - Menganalisis data energi ionisasi unsur untuk menentukan letaknya dalam sistem periodik unsur. - Menganalisis data afinitas elektron dan hubungan antara konfigurasi elektron dengan afinitas elektron - Menjelaskan hubungan antara afinitas elektron dan konfigurasi elektron dengan energi ionisasi pertama afinitas elektron d. Aspek Afektif Siswa Angket afektif ini terdiri dari 18 pernyataan yang mencakup 6 aspek. Jumlah persentase positif yaitu sangat setuju dan setuju pada penilaian afektif dapat dilihat pada Gambar 4. Keterangan: 1 = Penerimaan yang baik terhadap media permainan Boy-boyan 2 = Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok 3 = Penentuan sikap dalam mengikuti proses pembelajaran 4 = Keikutsertaan aktif dalam proses pembelajaran 5 = Penerimaan yang baik terhadap tata cara mengajar guru 6 = Penerimaan yang baik terhadap model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran PEMBAHASAN a. Aktivitas guru Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap pembelajaran pada siklus I yang telah dilaksanakan, guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Guru telah melaksanakan seluruh aktivitas sesuai rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Guru terampil dalam mengorganisir siswa sehingga tidak ada siswa aktif dalam pembelajaran dan tidak ada jeda waktu siswa untuk ramai ataupun bermain-main pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran pada siklus I masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki terutama dalam mengelola kelas agar siswa lebih aktif berdiskusi baik dalam kelompok maupun diskusi kelas. Pembelajaran pada siklus II, guru sudah mampu dapat melaksanak rencana pembelajaran dengan sangat baik, sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan lancar. Siswa aktif dan antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada siklus II ini guru sudah mampu memperbaiki beberapa hal yang dianggap kurang pada siklus I. Berdasarkan Gambar 1 aktivitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan pada siklus II. Adanya perbaikan pembelajaran melalui kegiatan refleksi terhadap aspek-aspek yang diamati pada saat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas mengakibatkan meningkatnya persentase aktivitas guru pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah guru mampu melakukanapersepsi dengan baik. Guru telah mampu menerapkan media permainan Boy-boyan dengan baik, mampu mengelola kelas pada saat siswa melakukan kegiatan permainan dan menjawab soal dengan baik. Secara umum tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai dan proses pembelajaran berjalan dengan lancar.

b. Aktivitas siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diketahui bahwa kegiatan pembelajaran berlangung baik dan lancar. Siswa sangat antusias dan kegiatan belajar mengajar. Pada siklus II siswa terlihat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa saling berlomba dan antusias dalam kegiatan memikirkan jawabanselama kegiatan permainan berlangsung, siswa juga aktif dalam mendiskusikan masalah yang belum dipahaminya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. A fe kt if Gambar 3. Perbandingan persentase kognitif siswa pada siklus 1 dan 2 Gambar 4. Perbandingan persentase afektif siswa pada siklus 1 dan 2