93, 233-245. Profil tipe model mental mahasiswa calon guru

ISBN 978-602-72071-1-0 EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division STAD MATERI POKOK TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA KATOLIK FRATERAN PODOR-LARANTUKA Carolus P.F Aliandu 1 Theresia Wariani 2 Aloisius M. Kopon 3 1 Prodi Pendidikan Sains, Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya 2,3 Prodi Pendidikan Sains, Dosen Pendidikan kimia Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Email: alianduannoyahoo.co.id ABSTRAK Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah usaha untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa difasilitasi dengan berbagai pengalaman belajar. Siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya sehingga siswa dapat memperoleh keterampilan sosial dan akademik. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan ganda sebagai siswa dan sebagai guru. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar pada materi termokimia di SMAK Frateran Podor Larantuka. Desain penelitian yang digunakan adalah One group pretest posttest yaitu eksperimen yang dilakukan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Di dalam desain ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen. Instrumen yang digunakan adalah 1 Lembar Pengamatan Pelaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Lembar Pengamatan Kemampuan Psikomotor Siswa. 2 Kisi-kisi dan Tes hasil Belajar Produk. 3 Angket Kemampuan Afektif Siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD baik dan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, pada materi pokok termokimia. Hal ini ditunjukkan oleh 1 Guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik dengan menggunakan perangkat yang telah disiapkan. 2 12 indikator yang disiapkan tuntas dengan proporsi ketuntasan indikator sebesar 0,78. 3 hasil belajar siswa semuanya baik, dengan proporsi ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 80,16. Untuk itu, disarankan agar guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Kata kunci : Efektivitas, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ketuntasan indikator hasil belajar, dan ketuntasan hasil belajar. ISBN 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan secara terus - menerus sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. Hal ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan peraturan pemerintah yang mengamanatkan adanya gdgdstandar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. Upaya penyempurnaan kurikulum guna mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan, keadaan daerah dan sekolah yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Adanya KTSP akan lebih mempermudah mewujudkan semua kompetensi yang harus dimiliki peserta didik. Pada dasarnya tujuan KTSP adalah menuntut guru menjadi fasilitator pembelajaran yang dapat mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif dan siswa harus bekerja atau belajar dengan lebih aktif. Dengan demikian siswa akan menemukan keseluruhan aspek – aspek yang baik untuk memenuhi tuntutan peningkatan mutu pribadinya yang relevan dengan perkembangan global. Untuk mengukur adanya peningkatan mutu pendidikan maka dapat ditunjukkan dengan data kelulusan Ujian Nasional khususnya SMA Se-Kabupaten Flores Timur pada program studi IPA dalam 3 tahun terakhir yaitu pada tahun ajaran 20092010 persentase kelulusan 39.80, tahun ajaran 20102011 persentase kelulusan 97,97 dan tahun ajaran 20112012 persentase kelulusan 88,51 Sumber Dinas PPO Kabupaten Flores Timur. Sedangkan secara khusus untuk nilai Ujian Nasional mata pelajaran kimia di SMA Se – Kabupaten Flores Timur dalam 3 tahun terakhir yaitu pada tahun ajaran 20092010 persentase kelulusan 77,85, tahun ajaran 20102011 persentase kelulusan 73,43 dan tahun ajaran 20112012 persentase kelulusan 79,90 Sumber Dinas PPO Kabupaten Flores Timur. Data ini menunjukkan kualitas mutu pendidikan khususnya Kabupaten Flores Timur masih rendah walaupun secara kuantitatif persentase kelulusan Tinggi. Berdasarkan tuntutan diatas maka guru pun harus pandai menentukan model pembelajaran yang tepat agar perannya sebagai fasilitator yang baik dapat tercapai. Kebiasaan yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran pun masih saja berlangsung. Akibatnya metode ceramah saja yang digunakan dalam pembelajaran sehingga tujuan KTSP yang sebenarnya tidak tercapai. Peserta didik menjadi pendengar saja tanpa pernah menjadi aktif menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri karena guru telah mengambil semua bagian pembelajarannya. Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran kimia di SMA Katolik Frateran Podor – Larantuka bahwa ketidakseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran kimia khususnya materi Termokimia sangat tinggi. Faktor penyebabnya antara lain karena guru kurang mengaktifkan siswa sebagai akibat dari penggunaan metode ceramah yang lebih dominan sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Selain itu kurang intensifnya penggunaan laboratorium sehingga yang sebenarnya siswa dapat aktif melalui praktek atau melakukan beberapa eksperimen menjadi terhambat. Kondisi ini turut mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas XI IPA menjadi rendah yang ditandai dengan nilai rata-rata ulangan harian pada kelas XI IPA tahun ajaran 20112012 yaitu 63 masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM Sedangkan nilai KKM sekolah yaitu 70. Selain data diatas berikut data persentase nilai ujian nasional untuk mata pelajaran kimia 3 tahun terakhir untuk SMA Katolik Frateran Podor yang ditunjukkan melalui tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Persentase Nilai Ujian Nasional Mata pelajaran Kimia 3 tahun terakhir di SMA Katolik Frateran Podor - Larantuka Nilai Ujian Nasional Mata Pelajaran Kimia Tahun 20092010 Tahun 20102011 Tahun 2011 2012 Klasifikasi C B C Rata-rata 6,47 7,01 6,45 Terendah 4,50 5,50 3,50 Tertinggi 8,00 8,75 9,75 Persentase kelulusan 100 100 98,33 Sumber Dinas PPO Kabupaten Flores Timur. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa untuk nilai klasifikasi masih tergolong cukup dan rentangan nilai terendah dengan nilai tertinggi masih menunjukan jarak yang jauh walaupun untuk nilai rata-rata sudah melebihi standar nilai ketuntasan dan memiliki persentase kelulusan banyak. Berdasarkan uraian di atas, guru dituntut untuk memberikan variasi-variasi dalam proses belajar mengajar, dimana proses pembelajaran berpusat pada siswa, dapat melayani perbedaan individu siswa, dan mengaktifkan siswa dan guru. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division STAD Materi Pokok Termokimia Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Katolik ISBN 978-602-72071-1-0 Frateran Podor-Larantuka Tahun Ajaran 20122013 ” Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang maka permasalahan umum pada penelitian ini adalah bagaimana efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pokok termokimia pada siswa kelas XI IPA SMA Frateran Podor – Larantuka Tahun Ajaran 20122013 ? Secara khususnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pokok Termokimia pada siswa kelas XI IPA SMA Frateran Podor – Larantuka tahun ajaran 20122013 ? 2. Bagaimana ketuntasan indikator dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pokok termokimia pada siswa kelas XI IPA SMA Katolik Frateran Podor – Larantuka tahun ajaran 20122013 ? 3. Bagaimana hasil belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD materi pokok Termokimia pada siswa kelas XI IPA SMA Katolik Frateran Podor – Larantuka tahun ajaran 20122013 ? Kajian Pustaka 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Wena Made 2011 : 189. Eggen dan Kauchack 1993 : 319 mendefenisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu oleh karena itu pembelajaran kooperatif ini juga dinamakan ”belajar teman sebaya” Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan bahan ajar, tetapi juga sesama siswa Wena Made 2011 : 189. Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh suatu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok- kelompok pembelajar yang didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain Huda Miftahul 2011:29. Singkatnya pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang siswa memiliki kemampuan heterogen dan berbeda latar belakang, ras, agama, suku dan jenis kelamin. 2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan ganda sebagai siswa dan sebagai guru. Tiga tujuan pembelajaran penting dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: a. Hasil Belajar Akademik Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam sasaran sosial, juga bertujuan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya. b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Penerimaan secara luas dari orang- orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. c. Pengembangan Keterampilan Sosial Mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak siswa yang masih kurang dalam keterampilan-keterampilan tersebut. 3. Lingkungan Belajar Dalam Sistem Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan Trianto, 2007: 45, yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat mengajarkan proses demokratis secara langsung. Proses demokrasi dan peran aktif merupakan ciri khas pembelajaran kooperatif. Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan suatu struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefenisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif akan efektif, apabila materi pembelajaran disiapkan secara lengkap dan tersedia di ruangan guru ataupun di perpustakaan, serta keberhasilan pembelajaran ini guru harus secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok. Kooperatif selain unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep ISBN 978-602-72071-1-0 sulit, model ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan kemampuan membantu teman. Menurut Arends Trianto, 2009: 65 menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi ajar. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, rendah. c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam. d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu. Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antar siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok. 4. Keterampilan dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 1. Keterampilan Pembelajaran Kooperatif Keterampilan-keterampilan kooperatif secara terinci tersusun dalam tiga tingkatan keterampilan. Tingkatan tersebut antara lain keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir Trianto, 2009; 64. 1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal meliputi, antara lain : a. Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya. b. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok. c. Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi. d. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi pendapat. 2. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah meliputi, antara lain : a. Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara mengetahui anda secara energik menyerap informasi. b. Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut. c. Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda. d. Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar. 3. Keterampilan Kooperatif Tingkat Mahir meliputi, antara lain : a. Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam” atau “berenang” bersama. b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok. e. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ketrampilan bekerjasama selama belajar. g. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Beberapa karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah : a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadinya hubungan interaksi langsung di antara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya. d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam kelompok belajarnya. e. Guru berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

2.1 Teori-teori Pembelajaran yang Mendukung

Pembelajaran Kooperatif a. Teori Belajar Sosial dan Teori Konstruktivisme Teori kontruktivis constructivist theories of learning menyatakan bahwa ISBN 978-602-72071-1-0 siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Struktur pencapaian tujuan dan pengharapan dalam pembelajaran kooperatif adalah membangun situasi dimana satu-satunya cara agar anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi hanya apabila kelompok itu berhasil. Teori motivasi menyatakan pentingnya penghargaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif untuk memotivasi belajar. Untuk mencapai tujuan, masing- masing anggota kelompok harus membantu teman-teman kelompoknya dalam melakukan apapun yang menunjang kesuksesan kelompok dan melakukan usaha yang maksimal. Adanya interaksi antara siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara elaborasi kognitif siswa yang efektif. Selain itu peran guru hanya memberi anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.Trianto 2009 : 28. b. Teori bermakna David Ausubel Menurut David Ausubel Trianto 2009 : 37 seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan bahwa bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru bagi konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi guru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang dalam proses pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka artinya bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif siswa tersebut. Oleh karena itu, pelajaran yang dipelajari siswa harus dikaitkan dengan konsep- konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa dan dapat juga dipraktekkan, dilatihkan dalam situasi yang nyata dan siswa harus terlibat dalam pemecahan masalahnya. Menurut Ausubel Trianto 2009 : 38, pemecahan masalah yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran. Proses pemecahan masalah yang bermakna dalam pembelajaran ini terletak pada kemampuan siswa yang diberi kebebasan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dalam mengambil peran pada kelompoknya. c. Teori Jean Piaget Piaget berpendapat bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yakni asimilasi, akomodasi dan equilibirasi penyeimbangan. Proses asimilasi adalah proses penyatuan pengintergarisan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.Ghufron Risnawati 2012:19 Teori perkembangan Piaget juga mewakili teori kontruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realita melalui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. Piaget membagi perkembangan kognisi anak-anak dan remaja menjadi empat tahap: sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan operasi formal. Dia percaya bahwa semua anak melewati tahap-tahap tersebut dalam urutan seperti ini dan bahwa tidak seorang anak pun dapat melompati satu tahap, walaupun anak-anak yang berbeda melewati tahap- tahap tersebut dengan kecepatan yang berbeda. Tahapan-tahapan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tahap sensorimotor perkiraan umur saat lahir hingga 2 tahun dan pencapaian utama pada tahapan ini pembentukan konsep kepemilikan obyek dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Tahap praoperasional perkiraan umur 2 tahun hingga 7 tahun dan pencapaian utama dari tahapan ini perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk melambangkan obyek didunia ini. Pemikiran egosentris dan sentrasi. Tahapan operasi konkrit perkiraan umur 7 hingga 11 tahun perkiraan umur dan pencapaian utama pada tahapan ini perbaikan kemampuan berpikir logis Pemikiran tidak terpusat, dan pemecahan masalah kurang dibatasi oleh