ISBN: 978-602-72071-1-0
konseptual, dan prosedural, tentang suatu hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Melalui
kegiatan bertanya dikembangkan kreatifitas dan rasa ingin tahu, serta kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk critical minds. Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan
diskusi atau kerja kelompok.
c. Mengumpulkan informasi Eksperimen Mencoba
Mengumpulkan informasimencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik
dalam mengembangkan
kreativitas dan
keterampilan berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas,
kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan
hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar. Selain itu juga kegiatan tersebut dapat melatih
peserta didik untuk mengambangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengugkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahsa
yang baik dan benar.
d. Mengasosiasi Mengolah informasi
Mengasosiasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan
melalui
berbagai aktivitas
antara lain
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi
mengestimasi. Mengambangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
e. Mengomunikasikan
Komunikasi merupakan
sarana untuk
menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambarsketsa, diagram, atau
grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu
mengomunikasikan pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya dengan memiliki sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengugkapkan pendapat dengan singkat
dan jelas,
dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
MODEL PEMBELAJARAN
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Model pembelajaran merupakan
suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery
learning , project-based learning, problem-based
learning , inquiry learning.
1. Pembelajaran Berbasis Penemuan Discovery
Learning
Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu tentang suatu
permasalahan dan menemukan solusinya berdasarkan kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan
dikumpulkannya sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya
dalam memecahkan persoalan yang relevan.
Langkah model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut;
a. Stimulation memberi stimulus; b. Problem Statement mengidentifikasi masalah
c. Data Collecting mengumpulkan data; d. Data Processing mengolah data;
e. Verification memverifikasi; f. Generalization menyimpulkan;
2. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem
Based Learning Model pembelajaran ini bertujuan merangsang
peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya, misalnya tentang pengaturan lalu-
lintas.
Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut:
a. Mengorientasi peserta didik pada masalah ; b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran ;
c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok ;
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya ; e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project
Based Learning Model pembelajaran ini bertujuan untuk
pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik untuk
memahami pembelajaran
melalui investigasi,
berkolaborasi dan bereksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek
materi dalam kurikulum. Langkah pembelajaran dalam project based
learning adalah sebagai berikut;
a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek ; b. Mendesain perencanaan proyek ;
c. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek ;
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek ; e. Menguji hasil ;
f. Mengevaluasi kegiatanpengalaman. 4.
Model Pembelajaran
Inquiry Inquiry
Learning Model pembelajaran Inkuiri merupakan suatu
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
ISBN: 978-602-72071-1-0
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan meyelidiki secara sistemik, kritis, logis, dan analisis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.
Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
a. Mengamati berbagi fenomena alam yang akan memberikan pengalaman belajar kepada peserta
didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena.
b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi
untuk melatih
peserta didik
mengeksplorasi fenomena melalui berbagai sumber.
c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat melatih peserta didik dalam mengasosiasi
atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga peserta
didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu
kesimpulan.
e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga
peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
TUJUAN PENGEMBANGAN
MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran dikembangkan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran berkaitan
dengan pengembangan kompetensi peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Sesuai dengan
karakteristik pembelajaran yang dijelaskan dalam Permendikbud
Nomor 103 Tahun 2014, maka sebuah model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan
antara lain: 1. Mendorong peserta didik untuk interaktif dalam
pembelajarannya, baik dengan gurunya, antar sesamanya, maupun antar dirinya dengan sumber
belajar. 2. Memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk
lebih meningkatkan kreativitas dan keinginan tahuannya terhadap pemahaman suatu konsep dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.
3. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi maupun dalam kegaiatan lain,
dan dapat meningkatkan sifat percaya diri. 4. Memberikan
pengalaman belajar
yang kontekstual dan kolaboratif
5. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik
6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat, kemampuan,
dan perkembangan fisik serta psikologis. Dit. Pembinaan SMA:2015
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yaitu
penelitian yang
dilaksanakan untuk
mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang keadaan
secara deskriptif Sugiyono,
2015. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri
atas pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup dan terbuka untuk dijawab oleh responden Nawawi,
2011.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016, dengan responden 25 guru fisika dari 10 SMA
negeriswasta di Situbondo . Kemudian data yang diperoleh
dianalisis menggunakan
deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan bantuan
program MS Excel. Kriteria yang digunakan dalam penelitin ini adalah
berdasarkan rubrik materi pelatihan implementasi kurikulum 2013 sebagai berikut :
Rata-rata Predikat
91 s.d 100 Amat baik
81 s.d 90 Baik
71 s.d 80 Cukup
≤ 70 Kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran tentang pemahaman terhadap
pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 1. Pemahaman tentang pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran guru
fisika SMA di Situbondo
NO VARIABEL
JAWABAN JML
1 MENGENAL
ISTILAH PENDEKATAN
SAINTIFIK YA
25 100
TIDAK 2
MEMAHAMI LANGKAH-
LANGKAH PENDEKATAN
SAINTIFIK 5M MENJAWAB
BENAR 7
28 MENJAWAB
SALAH 18
72 3
MELAKSANAKA N PENDEKATAN
SAINTIFIK DALAM PBM
YA 25
100 TIDAK
4 KENDALA
PELAKSANAAN SAINTIFIK
WAKTU LAMA
14 56
SARANA KURANG
MENDUKUNG 8
32 INTAKE
SISWA RENDAH
12 48
PENILAIAN RUMIT
3 12
LAIN2 1
4 5
METODE YANG SERING
DIGUNAKAN CERAMAH
12 48
ISBN: 978-602-72071-1-0
DLM PBM DISKUSI
19 76
TANYA JAWAB
11 44
LAIN2 3
12 PRAKTIKUM
10 40
DEMONSTRA SI
1 4
6 MENGENAL
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
YANG DIREKOMENDASI
KAN DALAM K- 13
SKOR PEROLEHAN :
65 SKOR
TOTA L : 100
65 TIDAK
LENGKAP SKOR
35 35
7 INTEGRASI
MODEL PEMBELAJARAN
KE DALAM RPP YA
20 80
TIDAK 5
20
8 KENDALA
DALAM MELAKSANAKA
N MODEL- MODEL
PEMBELAJARAN SINTAKS
RUMIT SUSAH
DIHAFAL 6
24 SARANA
KURANG MENDUKUNG
13 52
KEMAMPUAN SISWA
18 72
9 MENCOBA
MENGEMBANGK AN MODEL
SENDIRI YA
8 32
TIDAK 17
68
10 MODEL
PEMBELAJARAN YANG
SERING DIGUNAKAN
INQUIRY 6
24 DISCOVERY
4 16
PBL 16
64 PJBL
2 8
PENDEKATAN SAINTIFIK
5 20
Kurikulum 2013 mewajibkan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan saintifik dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah Kemdikbud, 2015. Pada tabel
1 digambarkan tentang pemahaman pendekatan saintifik guru fisika SMA di Situbondo, khususnya
variabel 1 sampai dengan variabel 4. Dari variabel 1, terlihat bahwa 100 guru fisika SMA di Situbondo
sudah mengenal istilah pendekatan saintifik. Hal ini berarti menunjukkan bahwa seluruh guru fisika SMA
di Situbondo sudah familiar dengan istilah pendekatan saintifik. Namun, dari variabel 2, tergambar bahwa
hanya 28 guru fisika SMA di Situbondo yang memahami langkah-langkah pendekatan saintifik.
Mengacu pada kriteria diatas maka pemahaman tentang langkah-langkah pendekatan saintifik guru
fisika SMA di Situbondo tergolong kurangrendah. Namun demikian guru fisika SMA di Situbondo 100
menyatakan sudah melaksanakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran seperti tergambar pada
variabel 3.
Fakta diatas merupakan hal yang menarik untuk kita bahas, karena walaupun guru belum
memahami langkah-langkah pendekatan saintifik tetapi sudah melaksanakan pendekatan saintifik dalam
proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan terjadi, mengingat dalam PBM guru dibantu oleh RPP dan
buku guru sebagai panduan yang dibawa saat PBM berlangsung.
Dari hasil kuesioner juga didapatkan gambaran kendala-kendala yang dialami oleh guru
fisika SMA di Situbondo dalam melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan
saintifik, diantaranya : membutuhkan waktu yg lama 56,
sarana kurang mendukung 32, kemampuan siswa rendah 48, penilaian rumit 12, lain-lain 4.
Fakta menarik lainnya adalah terdapat satu orang guru 4 yang menyampaikan kendala dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yakni terlalu banyak siswa. setelah dilakukan kroscek oleh
penulis, ternyata fakta diatas benar. Ada salah satu sekolah swasta yang masih dalam kompleks pondok
pesantren yang jumlah siswanya berkisar antara 90- 100 siswa per kelas. Akibatnya pendekatan saintifik
kurang begitu berjalan dengan baik karena pengawasan yang kurang akibat kebanyakan siswa.
Hal ini perlu segera dicari solusi untuk semua fihak yang berkompeten agar pembelajaran berjalan dengan
optimal. Gambaran tentang pemahaman pendekatan saintifik guru fisika SMA di Situbondo ditampilkan
grafik 1. sebagai berikut:
Pembelajaran pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan model pembelajaran antara lain
discovery learning, project based learning, problem based learning dan inquiry learning
Suharto, 2015. Dari tabel 1. Khususya variabel 5 sampai dengan 9
didapatkan data pemahaman tentang model-model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo, sebagai
berikut : mengenal model-model pembelajaran 65, integrasi model pembelajaran ke dalam RPP
80,
mencoba mengembangkan
model pembelajaran secara mandiri 32. Untuk lebih
jelasnya ditampilkan dalam grafik 2. berikut : 100
28 100
56 32
48 12
4 20
40 60
80 100
ME N
GE N
AL…
ME MAH
AMI… ME
LAK “ANAK…
WAK T
U L
AMA “A
RAN A…
IN TA
KE “
I“WA… PE
N ILAI
AN …
LAIN 2
1 2
3 4
p e
rsen tase
Grafik 1. Memahami Pendekatan Saintifik
ISBN: 978-602-72071-1-0
Dari grafik 2. Diatas, masih ditemukan juga kendala-kendala
dalam penerapan
model pembelajaran, diantaranya : sintaks rumit susah
dihafal 24, sarana yang tersedia kurang 52, kemampuan siswa 72. Hal ini tentu menjadi
pemikiran semua pihak yang berkompeten untuk segera dicari jalan keluarnya.
Mengacu pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, maka guru disarankan untuk dapat
menggunakan model-model pembelajaran tertentu atau dapat mengembangkan model pembelajaran
khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik serta disesuaikan dengan
kompetensi yang akan dipelajari peserta didik yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Hal ini juga
berarti bahwa guru tidak mutlak menganut salah satu model tertentu yang sudah ada, namun dapat
mengembangkan model-model baru hasil kreativitas yang
disesuaikan dengan
situasi, kondisi,
karakteristik peserta didik serta kompetensi yang akan dipelajari berdasarkan prinsip pendekatan
saintifik seperti yang dijelaskan oleh Joyce dan Weil. Dari grafik 2. Diatas ada hal menarik yang perlu
kita cermati, yakni variabel 8. Dari data tersebut kita mengetahui bahwa sudah ada upaya dari guru untuk
mengembangkan model pembelajaran secara mandiri yakni sebesar 32. Tentu hal tersebut merupakan
upaya yang positif dalam rangka meningkatkan kreativitas dan memperkaya model-model yang sudah
ada.
Dengan demikian dapat dihitung rata-rata pemahaman guru fisika SMA di Situbondo dengan
formulasi : var.5 + var.6 + var.83 = 65+80+323 = 59, mengacu pada kriteria, maka pemahaman tentang
model penbelajaran guru fisika SMA di Situbondo masih kurang.
Untuk melengkapi data diatas Pada tabel 3. Dibawah ini diberikan informasi mengenai model-
model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru fisika SMA di Situbondo.
Dari grafik 3 diatas, terlihat bahwa penggunaan model-model pembelajaran yang direkomendasikan
pada kurikulum 2013, sudah digunakan secara merata oleh guru fisika SMA di Situbondo. Penggunaan
model paling bayak yaitu PBL 64, inquiry 24, discovery 16, PjBL 8. Yang menarik adalah
terdapat sekitar 20 guru yang tidak menggunakan model pembelajaran yang direkomendasikan diatas,
namun tetap menggunakan langkah-langkah sesuai pendekatan saintifik.
Untuk melengkapi data diatas, gambaran penggunaan metode yang sering digunakan guru fisika
SMA di kabupaten Situbondo dalam PBM disajikan pada grafik 4 berikut :
Dari grafik 4 diatas, nampak bahwa metode yang digunakan guru fisika SMA di Situbondo dalam
proses pembelajaran cukup bervariasi. Namun secara berurutan dari metode yang paling banyak digunakan
adalah diskusi 76, ceramah 48, tanya jawab 44, praktikum 40, lain-lain demonstrasi
12. Hal ini menunjukkan bahwa perlu metode pembelajaran yang bervariasi dengan mengurangi
metode ceramah yang digunakan oleh 48 guru fisika SMA di Situbondo agar siswa tidak merasa bosan,
menyenangkan dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
PENUTUP 65
80 24
52 72
32 20
40 60
80 100
ME N
G E
N AL
MOD EL-
MOD EL…
IN T
E G
RASI MOD
EL…
SIN T
AKS R
U MIT
S U
SA H
D IH
A FAL
SA RAN
A KU RAN
G
ME N
DU K
U N
G
KE MAM
PUA N
SIS WA
ME N
COB A
ME N
GE MB
AN G…
5 6
7 8
p ro
sen tase
grafik 2. pemahaman tentang model pembelajaran
64 8
24 16
20 20
40 60
80 100
p ro
sen tase
Grafik 3. Model Pembelajaran yang sering digunakan
48 76
44 12
40 20
40 60
80 100
p ro
sen tase
Grafik 4. Metode yang sering digunakan dalam PBM
ISBN: 978-602-72071-1-0
Simpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang pendekatan saintifik dan model-
model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo masih kurang.
Saran
Kepada pihak yang berkompeten sebaiknya diadakan
berbagai pelatihan
intensif untuk
meningkatkan pemahaman tentang pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran serta
pengembangannya agar
dihasilkan proses
pembelajaran bermutu sesuai amanat kurikulum 2013. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat PSMA.
2015. Model-Model
Pembelajaran SMA
Naskah bahan
pendampingan Implementasi
Kurikulum 2013
. Jakarta : Kemdikbud. Indrawati, 2011. Model-Model Pembelajaran
implementasinya dalam pembelajaran fisika .
FKIP Universitas Jember. Modul. Tidak diterbitkan.
Joyce, B Weil, M 1996. Models of Teaching fifth Edition. United States of America. Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data. Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tahun
2014 tentang
Pembelajaran pada
Dikdasmen. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Nawawi, Hadari. 2011. Metodologi Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gajah Mada University Prees.
PISA. 2009. Take the Test sample Questions from OECD’s PISA Assessments. OECD.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD.
Bandung: Alfabeta. Suharto,
2015. Materi
Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 Mapel Fisika. Jakarta : BPSDMP Kemdikbud
Wasis., 2015. Hasil Pembelajaran Sains di Indonesa
, Makalah utama Prosiding Semnas Pendidikan Sains 24 Januari 2015, PPs
Pendidikan Sains Unesa, ISBN 978-602- 72071-0-3, vi.
ISBN: 978-602-72071-1-0
PENGEMBANGAN E-MODULE FISIKA BERVISI SETS SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY
PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI UNTUK SMK
Weny Septiani
1
Muchlas
2
1,2
Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan Email: wyseptianigmail.com
ABSTRAK
Pembelajaran fisika yang diberikan saat ini melalui berbagai metode, masih banyak menggunakan modul yang bersifat konvensional. Akibatnya, pembelajaran menjadi kurang menarik dan kurang memotivasi
siswa. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah memberikan peluang yang besar bagi pengembangan media pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan menghasilkan
E-Module
Fisika yang dilengkapi dengan fasilitas simulasi dan kandungan visi SETS science, environment, technology, society
. E-Module divalidasi oleh ahli yang terdiri atas: ahli media, ahli materi, dan ahli pembelajaran fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa E-module yang dikembangkan, menurut para ahli
memiliki validasi dalam kategori baik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran fisika tersebut. Kata Kunci:
E-Module, SETS, Getaran, Gelombang, dan Bunyi
ABSTRACT
Learning physics today through a variety of methods still use the conventional module. Consequently, learning becomes less attractived and less motivated students. The rapidly of information technology
development presents a great opportunity for media learning development that more interesting to students. This research aims to produce physics E-Module equipped with simulation and content of the vision SETS
science, environment, technology, society. E-Module was validated by experts comprising: a media expert, a material expert, and a learning physics expert. The results showed that the E-Module which was
developed has validated in good categories according to experts so this product proper to used in the physics learning.
Keywords:
E-Module, SETS, vibration, wave, and sound
ISBN: 978-602-72071-1-0
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk melakukan belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, yaitu memiliki
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan serta keterampilan yang
diperlukan diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara Prayitno, 2009. Pendidikan dilaksanakan
dalam bentuk formal dan non formal. Dalam nonformal terjadi di lingkungan sekitar misalnya
pendidikan
norma masyarakat.
Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di sekolah dengan
mata pelajaran matematika, sejarah, fisika, dan yang lainnya.
Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang paling dasar diantara ilmu pengetahuan
lainnya. Materi-materi fisika yang dipelajari salah satunya adalah mempelajari gejala alam dan sudah
diperkenalkan sejak bangku sekolah dasar SD. Menurut Ledoux 2002 yang dikutip dari Arlitasari
2013, berpendapat bahwa:” Natural Scinces as disciplines that deal only with natural events i.e.,
independent and dependent variables in nature using scientific methods
” hlm 34. Artinya yaitu ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai
disiplin ilmu yang bergantung dengan alam baik itu bergantung maupun tidak dalam kejadannya di alam
yang menggunakan metode pendekatan secara ilmiah.
Kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di SMK Teknologi Boja menggunakan metode
ceramah dengan memakai fasilitas yang seadanya. Guru hanya menjelaskan materi-materi fisika
dengan contoh-contoh soal yang dituliskan di papan tulis, di mana guru menulis di papan tulis kemudian
disalin oleh paserta didik dan kemudian dijelaskan oleh guru. Pembelajaran ini masih sangat monoton
dan tidak menarik serta hasil belajar peserta didik juga belum memuaskan. Peserta didik menganggap
fisika itu sulit dengan persamaan-persamaan yang banyak, rumit, dan tidak mudah untuk dihafalkan.
Hal ini diketahui dari observasi yang telah dilakukan dengan cara wawancara kepada guru dan murid
SMK Teknologi Boja. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika perlu
diberikan dengan metode yang lebih menarik untuk meningkatkan minat peserta didik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini sangatlah pesat, misalnya di dunia
gadget yaitu berupa HP, Laptop, komputer.
Penggunaan komputer sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu
pekerjaan manusia. Meskipun sudah banyak dan terus meningkat dalam menggunakan komputer di
dunia pendidikan, tetapi masih sedikit tenaga pendidik memanfaatkan fasilitas-fasilitas komputer
untuk media pembelajaran. Menurut Schramm yang dikutip dalam Susilana 2009, media pembelajaran
merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Selain
itu media pembelajaran merupakan sarana berupa fisik atau nyata untuk menyampaikan isi atau materi
pembelajaran seperti dalam bentuk buku, film, video, slide dan lainnya.
Menurut Mikdar yang dikutip dari Esmiyati 2013, modul merupakan salah satu bahan ajar
berupa materi, digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pembelajaran fisika yang diberikan
saat ini melalui berbagai metode, masih banyak menggunakan modul yang bersifat konvensional.
Sehingga pembelajaran masih kurang menarik dan kurang memotivasi siswa. Guru dapat menggunakan
kegiatan belajar yang inovatif dan menyenangkan untuk mendapatkan hasil belajar fisika menjadi lebih
baik. Salah satu kegiatan pembelajaran inovatif tersebut adalah dengan
menggunakan pola pembelajaran bervisi SETS Science, Enviorenmant,
Technology, and Society . Pola pembelajaran SETS
merupakan pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan pola
belajar bervisi SETS materi pembelajaran fisika tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga lebih bersifat
aplikatif dalam permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Selain itu juga
dapat menanamkan dan mengembangkan sikap pentingnya
melestarikan lingkungan
untuk kepentingan
masyarakat. Materi
getaran, gelombang, dan bunyi perlu dijelaskan dengan
visualisasi sehingga membutuhkan alat bantu atau media pembelajaran. Dalam materi getaran,
gelombang, dan bunyi terdapat beberapa aspek yaitu 1 sains, bunyi hanya dapat mermbat melalui
medium, 2 lingkungan, bunyi memiliki dampak negative jika berlebihan pada lingkungan missal
kebisingan, 3 masyarakat, dengan adanya bunyi manusia
bisa berkomunikasi
untuk hidup
bermasyarakat, 4 teknologi. Untuk itu perlu dikembangkan modul pembelajaran dalam bentuk E-
Modul e fisika bervisi SETS pada materi getaran,
gelombang, dan bunyi. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang
digunakan pada saat proses belajar mengajar. Manfaat dari media yaitu dapat mempermudah
dalam menyampaikan materi dari guru kepada siswa. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan efisien dan mudah. Selain itu manfaat media adalah sebagai pembelajaran individual yang
memiliki kedudukan untuk melayani kebutuhan belajar siswa. Menurut Daryanto 2010:5 kata
media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Ciri-ciri media
pembelajaran menurut Arsyad 2013:15, ada 3 yaitu 1 ciri fiksatif fixative property,
menggambarkan
kemampuan media
dalam merekam,
menyimpan, melestarikan,
dan merekonstruksi peristiwa atau objek, 2 ciri
minipulatif manipulative property, merupakan kemampuan menyajikan data atau rekaman yang
proses aslinya berhari-hari tetapi dapat disadikan
ISBN: 978-602-72071-1-0
hanya dua atau tiga menit kepada siswa, 3 ciri distributive distributive property, memungkinkan
suatu objek atau kejadian tertentu ditransportasikan melalui ruang secara bersamaan.
Modul merupakan bahan belajar yang dirancang secara utuh dan sistematis berdasarkan kurikulum
tertentu, dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil, serta dapat dipelajari secara mandiri dalam
satuan waktu tertentu Purwanto dkk, 2007:9. Terdapat beberapa bentuk modul, misalnya dalam
bentuk cetak, video, dan lain-lain. E-module merupakan modul berbentuk media nteraktif dengan
menggunakan software macromedia flash.
Menurut Mikdar yang dikutip oleh Esmiyati 2013, modul merupakan salah satu bahan ajar
berupa materi, digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Modul merupakan bahan belajar yang
dirancang secara utuh dan sistematis berdasarkan kurikulum tertentu, dikemas dalam bentuk satuan
pembelajaran terkecil, serta dapat dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu Purwanto
et.al
, 2007:9. Terdapat beberapa bentuk modul, misalnya dalam bentuk cetak, video, dan lain-lain.
Modul sebagai bahan ajar memiliki beberapa karakter menurut Joko Sutrisno yang dikutip oleh
Anwar 2014, yaitu: 1 bersifat self-instructional maksudnya adalah siswa dapat mandiri dalam
belajar melalui modul, 2 bersifat self contained maksudnya adalah seluruh kompetensi yang
dipelajari terdapat dalam satu modul, 3 bersifat stand alone
maksudnya adalah berdiri sendiri yaitu modul yang disusun tidak tergantung dengan bahan
ajar yang lain, 4 adaptif maksudnya adalah modul memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 5 user friendly
maksudnya adalah modul bersahabat atau akrab dengan pemakainya.
Pembelajaran fisika yang diberikan saat ini melalui
berbagai metode,
masih banyak
menggunakan modul yang bersifat konvensional. Sehingga pembelajaran masih kurang menarik dan
kurang memotivasi siswa. Guru dapat menggunakan kegiatan belajar yang inovatif dan menyenangkan
untuk mendapatkan hasil belajar fisika menjadi lebih baik. Salah satu kegiatan pembelajaran
inovatif tersebut adalah menggunakan E-Module dengan pola pembelajaran bervisi SETS Science,
Enviorenmant, Technology, and Society
. E-Module
merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. E-
Module sama dengan modul perbedaannya terletak
pada produk akhirnya. Produk modul pada umumnya dalam bentuk cetak, sedangkan E-Modul
dalam bentuk video atau media pembelajaran. Menurut Suarsana 2013, E-Modul merupakan
modul yang berbasis TIK, kelebihan E-Module dibandingkan dengan modul cetak adalah sifatnya
yang interaktif memudahkan dalam navigasi, memungkinkan menampilkan atau memuat gambar,
audio, video, dan animasi serta dilengkapi tes atau kuis formatif yang memungkinkan umpan balik
otomatis dengan segera. Pola
pembelajaran SETS
merupakan pendekatan
yang melibatkan
unsur sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan pola belajar bervisi SETS materi pembelajaran
fisika tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga lebih bersifat aplikatif dalam permasalahan yang nyata
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Selain itu juga dapat menanamkan dan mengembangkan
sikap pentingnya melestarikan lingkungan untuk kepentingan masyarakat.
Ciri-ciri khusus program SETS menurut Sumaji yang dikutip oleh Budiharti et.al 2011, yaitu: 1
fokus pada masalah dan isu sosial di masyarakat, 2 pelaksanaan sesuai strategi pembuatan keputusan
baik untuk mencapai keputusan tentang kehidupan sehari-hari
maupun tentang
kepentingan masyarakat, 3 tanggap terhadap kesadaran akan
karier masa depan yang berhubungan dengan IPA dan teknologi, 4 sejalan dan sesuai dengan
masyarakat serta lingkungan sekitar, 5 penerapan IPA dalam teknologi dapat membawa pada
pertimbangan IPA sebagai pengetahuan murni, 6 lebih difokuskan pada kerjasama dalam menghadapi
masalah nyata untuk mendapatkan pemecahan masalah, 7 dimensi IPA lebih ditekankan yaitu
dimensi histori, filosofi, dan sosiologi, 8 evaluasi ditujukan pada kemampuan untuk memperoleh dan
menggunakan informasi.
Materi getaran, gelombang, dan bunyi perlu dijelaskan
dengan visualisasi
sehingga membutuhkan alat bantu atau media pembelajaran.
Dalam materi gelombang bunyi terdapat beberapa aspek yaitu 1 sains dimana bunyi hanya dapat
mermbat melalui medium, 2 lingkungan dimana bunyi memiliki dampak negative jika berlebihan
pada lingkungan missal kebisingan, 3 masyarakat, dengan adanya bunyi manusia bisa berkomunikasi
untuk
hidup bermasyarakat,
4 teknologi,
pemanfaatan sifat bunyi pada bidang teknologi, misalnya untuk mengukur kedalaman laut. Untuk
itu perlu dikembangkan modul pembelajaran dalam bentuk E-Module fisika bervisi SETS pada materi
getaran, gelombang, dan bunyi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian
pengembangan atau Research and Development R D
. Penelitian R D Research and Development
merupakan aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengguna Need
assessment , kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
development untuk menghasilkan sebuah produk.
Menurut Borg dan Gall dalam Handayani, 2013 menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan
merupakan metode
yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang
ISBN: 978-602-72071-1-0
akan digunakan
dalam pendidikan
dan pembelajaran.
Subjek dari penelitian ini melibatkan ahli materi, ahli media dan ahli pembelajaran fisika.
Dilaksanakan di Universitas Ahmad Dahlan pada bulan Desember 2015-Januari 2016. Prosedur
penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan E-Module
fisika bervisi
SETS Science,
Environment, Technology, and Society untuk
materi gelombang bunyi disajikan pada gambar 1. Instrument yang digunakan merupa lembar
penilaian untuk menilai kualitas dari E-Module. Pengembangan E-Module fisika bervisi SETS
dilakukan karena masih kurangnya pemanfaatan media pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar. Selain itu pada materi gelombang bunyi cocok menggunakan pendekatan SETS, dimana
dalam materi gelombang bunyi siswa mendapat informasi lebih tentang gelombang bunyi. Misalnya
tentang pemanfaatan sains dengan adanya bunyi, teknologi yang berkembang dengan memanfaatkan
sifat bunyi, kauntungan dan kerugian dari bunyi di lingkungan dan masyarakat
Gambar 1. Bagan prosdur penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil penelitian pengembangan yang dilakukan adalah berupa terbentuknya E-Modul Fisika Bervisi
SETS Science, Environment, Technology, ans Sosiety
untuk Materi Getaran, Gelombang, dan Bunyi. Pengembangan E-Module ini adalah
perpaduan antara media pembelajaran yang dimanfaatkan untuk menjelaskan materi gelombang
bunyi secara mendalam dan disertai dengan contoh langsung di lingkungan dan masyarakat. E-Module
berisi
dua kompetensi
dasar yaitu:
1 mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang
bunyi dan cahaya, 2 menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam
teknologi, tetapi difokuskan pada gelombang bunyi saja.
Gambar 3. Aplikasi bunyi dalam teknologi Gambar 2 merupakan menu utama pada E-
Module fisika yang terdiri dari judul modul, login
sebagai pengguna yaitu siswa dan guru, kata pengantar, pendahuluan, asumsi dan keterbatasan,
daftar isi, kegiatan belajar, tes akhir, referensi, dan profil pembuat media.
Gambar 3 merupakan contoh materi yang sesuai dengan SETS, dengan sifat bunyi yang dapat
dipantulkan dikembangkan dengan menggunakan teknologi seperti sonar yang dipancarkan dan
dipantulkan kembali untuk ditangkap sensor guna mengetahui kedalaman laut atau keberadaan benda
di dasar laut. Dengan ini memudahkan pencarian kapal yang hilang didasar laut dan ramah
lingkungan.
Validasi Para Ahli
Validasi E-Module dilakukan oleh ahli materi, ahli media dan ahli pembelajaran fisika. Validasi
oleh ahli materi menyatakan bahwa E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology,
and Society untuk materi getaran, gelombang, dan
bunyi memenuhi kriteria isi materi gelombang bunyi sehingga dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Validasi oleh ahli media menyatakan bahwa E-
Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment,
Technology, and Society untuk materi getaran,
gelombang, dan bunyi sudah memenuhi kriteria tampilan media sehingga dapat digunakan sebagai
media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Validasi oleh
ahli pembelajaran
fisika menyatakan bahwa E-Module fisika Bervisi SETS
Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi sudah
memenuhi kriteria tampilan modul dan media serta materi getaran, gelombang, dan bunyi sudah
memenuhi pada materi getaran, gelombang, dan bunyi di Sekolah Menengah Kejuruan.
Pembahasan
Pengembangan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society
untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi telah dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan.
Tahap pengembangan produk awal telah dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang ada kemudian
dilakukan dengan tahap wawancara dan observasi yang berguna untuk membuat E-Module. Tahap
pengembangan E-Module selanjutnya dilakukan
ISBN: 978-602-72071-1-0
validasi terhadap ahli materi, ahli madia, dan ahli pembelajaran fisika guna memperoleh produk yang
layak digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa.
Pengembangan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society
untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi ini dimaksudkan untuk membantu guru dalam
menyampaikan materi sehingga siswa lebih mudah memahami dan menguasai materi gelombng bunyi.
E-Module
disajikan dengan menarik disertai dengan animasi serta penjelasan langsung tentang bunyi di
lingkungan dan masyarakat, sehingga siswa berminat untuk mempelajari fisika.
Kelebihan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society
untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi ini adalah telah berhasil dikembangkan E-Modul
dengan media pembelajaran menggunakan software macromedia
flash .
Dimana E-Module
ini memanfaat media sebagai alat bantu untuk
menjelaskan materi getaran, gelombang, dan bunyi kepada siswa. Sehingga siswa lebih berminat untuk
belajar fisika karena pembelajaran yang tidak monoton.
E-Module fisika juga berisi penerapan ilmu
sains tentang getaran, gelombang, dan bunyi pada produk teknologi, manfaat getaran, gelombang, dan
bunyi pada teknologi untuk masyarakat dan lingkungan,
keuntungan teknologi
getaran, gelomabang, dan bunyi untuk masyarakat dan
lingkungan, serta pemecahan masalah dimasyarakat dan lingkungan. Selain itu materi pada E-Module
disajikan dalam tahap demi tahap dilengkapi dengan gambar dan animasi serta simulasi untuk
mendukung penjelasan materi getaran, gelombang, dan bunyi. Terdapat pula tugas yang harus
dikerjakan untuk mengadakan pengamatan di lapangan sehingga siswa dapat memperoleh
pengalam langsung yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society
untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi adalah materi E-Module tidak dapat digunakan untuk kelas
yang berbeda, karena materi getaran, gelombang, dan bunyi terdapat di kelas XI SMK semester gasal.
E-Module
ini belum bisa digunakan sebagai sumber belajar utama, hanya dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam pembelajaran.
PENUTUP Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh dan dilakukan dalam penelitian dapat
disimpulkan bahwa telah berhasil dikembangkan E- Module
fisika bervisi SETS Science, Environment, Technology, and Society
pada tema gelombang bunyi. E-Module fisika yang telah dikembangkan
telah memenuhi kriteria kualitas sehingga dapat dijadikan sumber belajar. kualitas E-Module fisika
bervisi SETS Science, Environment, Technology, and Society
pada tema getaran, gelombang, dan bunyi adalah baik berdasarkan validasi ahli materi,
ahli media, dan ahli pembelajaran fisika. Berdasarkan hasil validasi tersebut, E-Module fisika
bervisi SETS layak digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran fisika.
Saran
Saran saya sebagai penulis adalah sebaiknya E- Module
fisika ini diuji ke siswa sebagai pengguna. Selain itu perlu dikembangkan lagi E-Module fisika
untuk materi-materi fisika yang lain, sehingga siswa dapat berminat untuk mempelajari fisika.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya ucapkan terimakasih banyak kepada kedua orangtua yang telah memberikan dukungan baik
motivasi dan finansial dan bapak Muchlas atas bantuan serta bimbingannya dalam pembuatan
media dan penyusunan makalah ini seta teman- teman yang telah memberikan bantuan dan
motivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Nuril. 2014. “Pengembangan Modul IPA Berbasis Integrasi-Interkoneksi Bermuatan
CTL pada
Pokok Bahasan
Getaran, Gelombang, dan Bunyi untuk Siswa MTs
Kelas VIII”. Skripsi.Yogyakarta.: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Arlitasari, Oni, Pujayanto, dan Rini Budiharti. 2013.”Pengembangan Bahan Ajar IPA
Terpadu Berbasis SALINGTEMAS dengan Tema Biomssa Sumber Energi Alternatif
Terbarukan”. Jurnal Pendidikan Fisika. Solo: Universitas Sebelas Maret.
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Budiharti, Rini, Elvin Yusliana Ekawati, dan Pujayanto. 2011. “Pengembangan Modul IPA
Terpadu Berbasis SETS dengan Tema Pelestarian Lingkungan dalam Tinjauan
Validitas Isi”. Jurnal. Surakarta:UNS. Esmiyati, Sri Haryani, Eling Purwantoyo. 2013.
Pengembangan Modul IPA Terpadu Bervisi SETS Science, Environment, Technology,
and Society pada Tema Ekosistem. Unnes Science Education Journal 2 1.
UNNES. Semarang.
Handayani. 2013.
“Pengembangan Modul
Pembelajaran Pembuatan Bebe Anak Untuk Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pengasih”.
Jurnal . Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. Prayitno, M.Sc, Ed. Prof. Dr. 2009. Dasar Teori dan
Praksis Pendidikan . Padang: Grasindo.
Purwanto, Aristo, Rahadi, dan Soharto Lesmono. 2007.
Pengembangan Modul
. Jakarta:
Dekdiknas Pustekkom.
ISBN: 978-602-72071-1-0
Suarsana, I M dan G. A. Mahayukti. 2013. “Pengembangan
E-Modul Berorientasi
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa”.
Jurnal volume 2, nomor 2 . Singaraja:
universitas Pendidikan Ganesha. Susilana, Drs. Rudi, M.Si dan Cepi Riyana, M.Pd.
2009. Media
Pembelajaran: Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian .
Bandung: CV Wacana Prima.
ISBN: 978-602-72071-1-0
[1]
PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM FISIKA BERBANTUAN KOMPUTER DALAM
PEMBELAJARAN TOPIK GERAK LURUS
[2]
BERBASIS INKUIRI
Rita Hartati
SMK Negeri 13 Bandung
E-mail: mamahfajarcigiringsinggmail.com
ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian untuk mengembangkan alat praktikum fisika topik gerak lurus berubah beraturan berbantuan komputer. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan alat praktikum GLBB
berbantuan komputer berbasis mikrokontroler Atmega, beserta desain pembelajarannya yang berbasis inkuiri sebagai salah satu solusi kendala yang dijumpai pada kegiatan praktikum GLBB menggunakan ticker timer.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran dengan disain Embedded Experimental Model
CreswellClark, 2007. Subyek penelitian adalah Peserta didik Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 13 Kota Bandung. Penelitian ini menghasilkan alat praktikum fisika topik
GLBB berbantuan komputer menggunakan microcontroller dengan menggunakan IC utama keluaran Atmega seri 328p. Hasil ujicoba alat dalam pembelajaran diperoleh peningkatan pengetahuan siswa dengan nilai gain
pre dan postes 1,46. Hasil uji T sebesar 0,00016 dibawah 0,05 sehingga perubahannya signifikan, serta besarnya pengaruh penggunaan alat yang diuji melalui rumus effect size diperoleh 0,635 atau dalam kategori
sedang. 85 siswa merespon positif terhadap penggunaan alat praktikum ini, dan hasil observasi pembelajaran menunjukkan bahwa siswa lebih tertantang dan tertarik dalam melaksanakan praktikum, serta
kegiatan diskusi tercapai pada akhir pembelajaran. Kata Kunci:
alat praktikum, konsep GLBB, microcontroller, Atmega 328p.
ABSTRACT
The research has been done to develop physics experiment tools with computer-assisted for motion topics. The aim of this study is to produce a physics experiment tools with computer-assisted using Atmega
microcontroller-based, along with the design of inquiry-based learning, as one solution to problems encountered on lab activities using the ticker timer in experiment of accelerated motion. The method used in
this study is a mixed methods design with Embedded Experimental Model Creswell Clark, 2007. Subjects were Learners from Teknik Komputer Jaringan computer network technic in SMK Negeri 13 Bandung. The
study produced a tool physics experiment tools with computer-assisted using Atmega microcontroller-based by using main IC microcontroller Atmega series 328p. Learning tools in the test results obtained by
increasing the knowledge of students with pre and post-test gain value of 1.46. T test results of 0.00016 below 0.05 so that the changes are significant, as well as the magnitude of the effect of the use of tools that
are tested through the formula 0.635 or the effect size obtained in the medium category. 85 of students responded positively to the use of this practical tool, and the observation of learning shows that students are
more challenged and interested in performing lab work, as well as discussions reached at the end of learning Keywords:
practicum, the concept of uniformly accelerated motion, microcontroller, ATmega328.
PENDAHULUAN
Terdapat beberapa kendala dalam menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri. Contoh kendala tersebut
adalah terdapat beberapa topik fisika yang bersifat abstrak, juga kendala mahalnya alat dan bahan
eksperimen. Salah satu solusinya adalah topik tersebut perlu disampaikan dengan bantuan teknologi informasi
dan komunikasi. Menurut NSTA AETS 1998 jika pembelajaran lebih menekankan pada strategi mengajar
yang abstrak ditambah dengan kegiatan laboratorium yang bersifat demonstratif maka peserta didik hanya akan
belajar pada permukaannya saja. Apabila keadaan tersebut terus dipertahankan maka pembelajaran akan kurang
bermakna bagi peserta didik. Contoh kendala pembelajaran fisika melalui praktikum terjadi pada topik
gerak lurus. Pada umumnya peserta didik kehabisan
ISBN: 978-602-72071-1-0
waktu dalam melaksanakan praktikum gerak lurus menggunakan ticker timer dalam KIT mekanika. Selama
dua kali 45 menit peserta didik belum dapat membuat grafik dari pita ticker timer. Sehingga rencana kegiatan
diskusi di akhir pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tidak terlaksana.
Hasil studi awal yang telah dilakukan peneliti tentang persepsi guru Fisika di SMKN 13 Bandung melalui
penyebaran angket Pembelajaran Fisika SMK Topik GERAK LURUS. diperoleh hasil bahwa kendala
terbesar yang dihadapi guru Fisika SMKN 13 Kota Bandung dalam pembelajaran topik Gerak Lurus
Berubah Beraturan adalah kurangnya dukungan media berupa alat peraga fisik maupun software. Pembelajaran
yang dilaksanakan guru sudah ideal yaitu dengan menerapkan metode yang mendorong keaktifan siswa
dalam belajar. Guru Fisika SMKN 13 Kota Bandung sangat memerlukan dukungan media berupa alat peraga
fisika dan software yang terintegrasi dalam satu paket, lengkap dengan pedoman bagaimana membelajarkannya
kepada siswa.
Bertolak dari hal tersebut perlu dikembangkan alat peraga praktikum topik Gerak Lurus Berubah Beraturan
misalnya alat praktikum berbantuan komputer yang dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif pada
topik GERAK LURUS dilengkapi dengan pedoman bagi guru dalam pembelajarannya.
Penelitian ini menggunakan metode campuran mixed- method
dengan desain Embedded Experimental Model CreswellClark, 2007. Subyek penelitian adalah peserta
didik Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 13 Kota Bandung. Data kualitatif berupa,
wawancara, observasi, catatan lapangan, dan validasi dokumen dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan
data kuantitatif berupa pretes, postes, dan kuesioner dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan
menghitung rata-rata dan simpangan bakunya. PEMBAHASAN
[3]
Berdasarkan hasil studi awal dan kajian berbagai bahan pustaka diperoleh spesifikasi kebutuhan
alat praktikum fisika untuk topik GLBB yang dapat memberi solusi kendala praktikum menggunakan ticker
timer , sebagai berikut.
1. Alat praktikum yang dapat dirangkai dengan cepat, atau kalau memungkinkan sudah berupa alat terpadu
modul. 2. Alat praktikum yang dapat berkomunikasi dengan
komputer. 3. Data yang dikirim oleh alat praktikum ke komputer
dapat diakuisis oleh software pengolah angka dan grafik yang sudah familier di kalangan pengguna,
misalnya MS-Excel. 4. Tampilan grafik harus menarik dan mudah dipahami
siswa. 5. Harga komponen untuk mengembangkan alat ini
harus relatif murah. 6. Alat praktikum ini harus mudah dipasang dan
dibongkar, serta mudah untuk digunakan. 7. Alat praktikum ini dapat dipadukan penggunaanya
dengan alat praktikum yang sudah ada, misalnya KIT fisika.
Dari spesifikasi tersebut, akhirnya diputuskan untuk mengembangkan alat praktikum berbasis microcontroller
dengan menggunakan IC utama keluaran Atmega seri 328p. Atmega seri ini sangat mudah untuk diisi program
dengan mengunakan lingkungan pemograman berbasis Arduino. Kelebihan lingkungan pemograman ini
dari segi bahasa sangat sederhana dan dikembangkan dengaan
menggunakan bahasa perograman C. Selain itu cukup banyak tersedia library dengan lisensi freeware, yang
dapat digunakan untuk menyingkat proses penulisan script terutama scrip untuk mengakses hardware
komponen berupa sensor.
Setelah dilakukan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah membuat alat prakikum dengan
tahapan sebagai berikut 1.
Perancangan rangkaian elektronik.
Skema rancangan rangkaian adalah sebagai berikut.
2. Pemilihan komponen