Pembelajaran Berbasis Penemuan Discovery Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project

ISBN: 978-602-72071-1-0 konseptual, dan prosedural, tentang suatu hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan kreatifitas dan rasa ingin tahu, serta kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk critical minds. Proses menanya dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi atau kerja kelompok.

c. Mengumpulkan informasi Eksperimen Mencoba

Mengumpulkan informasimencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan berkomunikasi. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui membaca, mengamati aktivitas, kejadian atau objek tertentu, memperoleh informasi, mengolah data, dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan, lisan, atau gambar. Selain itu juga kegiatan tersebut dapat melatih peserta didik untuk mengambangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengugkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahsa yang baik dan benar.

d. Mengasosiasi Mengolah informasi

Mengasosiasi dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi mengestimasi. Mengambangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

e. Mengomunikasikan

Komunikasi merupakan sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambarsketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya dengan memiliki sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengugkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. MODEL PEMBELAJARAN Permendikbud No. 103 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning , project-based learning, problem-based learning , inquiry learning.

1. Pembelajaran Berbasis Penemuan Discovery

Learning Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari tahu tentang suatu permasalahan dan menemukan solusinya berdasarkan kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam memecahkan persoalan yang relevan. Langkah model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut; a. Stimulation memberi stimulus; b. Problem Statement mengidentifikasi masalah c. Data Collecting mengumpulkan data; d. Data Processing mengolah data; e. Verification memverifikasi; f. Generalization menyimpulkan;

2. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem

Based Learning Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya, misalnya tentang pengaturan lalu- lintas. Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: a. Mengorientasi peserta didik pada masalah ; b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran ; c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok ; d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya ; e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project

Based Learning Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang diperlukan peserta didik untuk memahami pembelajaran melalui investigasi, berkolaborasi dan bereksperimen dalam membuat suatu proyek, serta mengintegrasikan berbagai subjek materi dalam kurikulum. Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut; a. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek ; b. Mendesain perencanaan proyek ; c. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek ; d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek ; e. Menguji hasil ; f. Mengevaluasi kegiatanpengalaman. 4. Model Pembelajaran Inquiry Inquiry Learning Model pembelajaran Inkuiri merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal ISBN: 978-602-72071-1-0 seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan meyelidiki secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas: a. Mengamati berbagi fenomena alam yang akan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena. b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi untuk melatih peserta didik mengeksplorasi fenomena melalui berbagai sumber. c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban dapat melatih peserta didik dalam mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan. d. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga peserta didik dapat memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan. e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya. TUJUAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran dikembangkan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran berkaitan dengan pengembangan kompetensi peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, maka sebuah model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan antara lain: 1. Mendorong peserta didik untuk interaktif dalam pembelajarannya, baik dengan gurunya, antar sesamanya, maupun antar dirinya dengan sumber belajar. 2. Memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan kreativitas dan keinginan tahuannya terhadap pemahaman suatu konsep dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. 3. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi maupun dalam kegaiatan lain, dan dapat meningkatkan sifat percaya diri. 4. Memberikan pengalaman belajar yang kontekstual dan kolaboratif 5. Memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik 6. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis. Dit. Pembinaan SMA:2015 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yaitu penelitian yang dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang keadaan secara deskriptif Sugiyono, 2015. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri atas pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup dan terbuka untuk dijawab oleh responden Nawawi, 2011. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016, dengan responden 25 guru fisika dari 10 SMA negeriswasta di Situbondo . Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif dalam bentuk persentase dengan bantuan program MS Excel. Kriteria yang digunakan dalam penelitin ini adalah berdasarkan rubrik materi pelatihan implementasi kurikulum 2013 sebagai berikut : Rata-rata Predikat 91 s.d 100 Amat baik 81 s.d 90 Baik 71 s.d 80 Cukup ≤ 70 Kurang HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran tentang pemahaman terhadap pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo disajikan dalam tabel berikut : Tabel 1. Pemahaman tentang pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo NO VARIABEL JAWABAN JML 1 MENGENAL ISTILAH PENDEKATAN SAINTIFIK YA 25 100 TIDAK 2 MEMAHAMI LANGKAH- LANGKAH PENDEKATAN SAINTIFIK 5M MENJAWAB BENAR 7 28 MENJAWAB SALAH 18 72 3 MELAKSANAKA N PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PBM YA 25 100 TIDAK 4 KENDALA PELAKSANAAN SAINTIFIK WAKTU LAMA 14 56 SARANA KURANG MENDUKUNG 8 32 INTAKE SISWA RENDAH 12 48 PENILAIAN RUMIT 3 12 LAIN2 1 4 5 METODE YANG SERING DIGUNAKAN CERAMAH 12 48 ISBN: 978-602-72071-1-0 DLM PBM DISKUSI 19 76 TANYA JAWAB 11 44 LAIN2 3 12 PRAKTIKUM 10 40 DEMONSTRA SI 1 4 6 MENGENAL MODEL-MODEL PEMBELAJARAN YANG DIREKOMENDASI KAN DALAM K- 13 SKOR PEROLEHAN : 65 SKOR TOTA L : 100 65 TIDAK LENGKAP SKOR 35 35 7 INTEGRASI MODEL PEMBELAJARAN KE DALAM RPP YA 20 80 TIDAK 5 20 8 KENDALA DALAM MELAKSANAKA N MODEL- MODEL PEMBELAJARAN SINTAKS RUMIT SUSAH DIHAFAL 6 24 SARANA KURANG MENDUKUNG 13 52 KEMAMPUAN SISWA 18 72 9 MENCOBA MENGEMBANGK AN MODEL SENDIRI YA 8 32 TIDAK 17 68 10 MODEL PEMBELAJARAN YANG SERING DIGUNAKAN INQUIRY 6 24 DISCOVERY 4 16 PBL 16 64 PJBL 2 8 PENDEKATAN SAINTIFIK 5 20 Kurikulum 2013 mewajibkan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah Kemdikbud, 2015. Pada tabel 1 digambarkan tentang pemahaman pendekatan saintifik guru fisika SMA di Situbondo, khususnya variabel 1 sampai dengan variabel 4. Dari variabel 1, terlihat bahwa 100 guru fisika SMA di Situbondo sudah mengenal istilah pendekatan saintifik. Hal ini berarti menunjukkan bahwa seluruh guru fisika SMA di Situbondo sudah familiar dengan istilah pendekatan saintifik. Namun, dari variabel 2, tergambar bahwa hanya 28 guru fisika SMA di Situbondo yang memahami langkah-langkah pendekatan saintifik. Mengacu pada kriteria diatas maka pemahaman tentang langkah-langkah pendekatan saintifik guru fisika SMA di Situbondo tergolong kurangrendah. Namun demikian guru fisika SMA di Situbondo 100 menyatakan sudah melaksanakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran seperti tergambar pada variabel 3. Fakta diatas merupakan hal yang menarik untuk kita bahas, karena walaupun guru belum memahami langkah-langkah pendekatan saintifik tetapi sudah melaksanakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan terjadi, mengingat dalam PBM guru dibantu oleh RPP dan buku guru sebagai panduan yang dibawa saat PBM berlangsung. Dari hasil kuesioner juga didapatkan gambaran kendala-kendala yang dialami oleh guru fisika SMA di Situbondo dalam melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, diantaranya : membutuhkan waktu yg lama 56, sarana kurang mendukung 32, kemampuan siswa rendah 48, penilaian rumit 12, lain-lain 4. Fakta menarik lainnya adalah terdapat satu orang guru 4 yang menyampaikan kendala dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yakni terlalu banyak siswa. setelah dilakukan kroscek oleh penulis, ternyata fakta diatas benar. Ada salah satu sekolah swasta yang masih dalam kompleks pondok pesantren yang jumlah siswanya berkisar antara 90- 100 siswa per kelas. Akibatnya pendekatan saintifik kurang begitu berjalan dengan baik karena pengawasan yang kurang akibat kebanyakan siswa. Hal ini perlu segera dicari solusi untuk semua fihak yang berkompeten agar pembelajaran berjalan dengan optimal. Gambaran tentang pemahaman pendekatan saintifik guru fisika SMA di Situbondo ditampilkan grafik 1. sebagai berikut: Pembelajaran pendekatan saintifik dapat dilakukan dengan model pembelajaran antara lain discovery learning, project based learning, problem based learning dan inquiry learning Suharto, 2015. Dari tabel 1. Khususya variabel 5 sampai dengan 9 didapatkan data pemahaman tentang model-model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo, sebagai berikut : mengenal model-model pembelajaran 65, integrasi model pembelajaran ke dalam RPP 80, mencoba mengembangkan model pembelajaran secara mandiri 32. Untuk lebih jelasnya ditampilkan dalam grafik 2. berikut : 100 28 100 56 32 48 12 4 20 40 60 80 100 ME N GE N AL… ME MAH AMI… ME LAK “ANAK… WAK T U L AMA “A RAN A… IN TA KE “ I“WA… PE N ILAI AN … LAIN 2 1 2 3 4 p e rsen tase Grafik 1. Memahami Pendekatan Saintifik ISBN: 978-602-72071-1-0 Dari grafik 2. Diatas, masih ditemukan juga kendala-kendala dalam penerapan model pembelajaran, diantaranya : sintaks rumit susah dihafal 24, sarana yang tersedia kurang 52, kemampuan siswa 72. Hal ini tentu menjadi pemikiran semua pihak yang berkompeten untuk segera dicari jalan keluarnya. Mengacu pada Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, maka guru disarankan untuk dapat menggunakan model-model pembelajaran tertentu atau dapat mengembangkan model pembelajaran khusus yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan karakteristik peserta didik serta disesuaikan dengan kompetensi yang akan dipelajari peserta didik yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Hal ini juga berarti bahwa guru tidak mutlak menganut salah satu model tertentu yang sudah ada, namun dapat mengembangkan model-model baru hasil kreativitas yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, karakteristik peserta didik serta kompetensi yang akan dipelajari berdasarkan prinsip pendekatan saintifik seperti yang dijelaskan oleh Joyce dan Weil. Dari grafik 2. Diatas ada hal menarik yang perlu kita cermati, yakni variabel 8. Dari data tersebut kita mengetahui bahwa sudah ada upaya dari guru untuk mengembangkan model pembelajaran secara mandiri yakni sebesar 32. Tentu hal tersebut merupakan upaya yang positif dalam rangka meningkatkan kreativitas dan memperkaya model-model yang sudah ada. Dengan demikian dapat dihitung rata-rata pemahaman guru fisika SMA di Situbondo dengan formulasi : var.5 + var.6 + var.83 = 65+80+323 = 59, mengacu pada kriteria, maka pemahaman tentang model penbelajaran guru fisika SMA di Situbondo masih kurang. Untuk melengkapi data diatas Pada tabel 3. Dibawah ini diberikan informasi mengenai model- model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru fisika SMA di Situbondo. Dari grafik 3 diatas, terlihat bahwa penggunaan model-model pembelajaran yang direkomendasikan pada kurikulum 2013, sudah digunakan secara merata oleh guru fisika SMA di Situbondo. Penggunaan model paling bayak yaitu PBL 64, inquiry 24, discovery 16, PjBL 8. Yang menarik adalah terdapat sekitar 20 guru yang tidak menggunakan model pembelajaran yang direkomendasikan diatas, namun tetap menggunakan langkah-langkah sesuai pendekatan saintifik. Untuk melengkapi data diatas, gambaran penggunaan metode yang sering digunakan guru fisika SMA di kabupaten Situbondo dalam PBM disajikan pada grafik 4 berikut : Dari grafik 4 diatas, nampak bahwa metode yang digunakan guru fisika SMA di Situbondo dalam proses pembelajaran cukup bervariasi. Namun secara berurutan dari metode yang paling banyak digunakan adalah diskusi 76, ceramah 48, tanya jawab 44, praktikum 40, lain-lain demonstrasi 12. Hal ini menunjukkan bahwa perlu metode pembelajaran yang bervariasi dengan mengurangi metode ceramah yang digunakan oleh 48 guru fisika SMA di Situbondo agar siswa tidak merasa bosan, menyenangkan dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien. PENUTUP 65 80 24 52 72 32 20 40 60 80 100 ME N G E N AL MOD EL- MOD EL… IN T E G RASI MOD EL… SIN T AKS R U MIT S U SA H D IH A FAL SA RAN A KU RAN G ME N DU K U N G KE MAM PUA N SIS WA ME N COB A ME N GE MB AN G… 5 6 7 8 p ro sen tase grafik 2. pemahaman tentang model pembelajaran 64 8 24 16 20 20 40 60 80 100 p ro sen tase Grafik 3. Model Pembelajaran yang sering digunakan 48 76 44 12 40 20 40 60 80 100 p ro sen tase Grafik 4. Metode yang sering digunakan dalam PBM ISBN: 978-602-72071-1-0 Simpulan Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang pendekatan saintifik dan model- model pembelajaran guru fisika SMA di Situbondo masih kurang. Saran Kepada pihak yang berkompeten sebaiknya diadakan berbagai pelatihan intensif untuk meningkatkan pemahaman tentang pendekatan saintifik dan model-model pembelajaran serta pengembangannya agar dihasilkan proses pembelajaran bermutu sesuai amanat kurikulum 2013. DAFTAR PUSTAKA Direktorat PSMA. 2015. Model-Model Pembelajaran SMA Naskah bahan pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 . Jakarta : Kemdikbud. Indrawati, 2011. Model-Model Pembelajaran implementasinya dalam pembelajaran fisika . FKIP Universitas Jember. Modul. Tidak diterbitkan. Joyce, B Weil, M 1996. Models of Teaching fifth Edition. United States of America. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data. Kemdikbud. 2014. Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Dikdasmen. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nawawi, Hadari. 2011. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Prees. PISA. 2009. Take the Test sample Questions from OECD’s PISA Assessments. OECD. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Bandung: Alfabeta. Suharto, 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Mapel Fisika. Jakarta : BPSDMP Kemdikbud Wasis., 2015. Hasil Pembelajaran Sains di Indonesa , Makalah utama Prosiding Semnas Pendidikan Sains 24 Januari 2015, PPs Pendidikan Sains Unesa, ISBN 978-602- 72071-0-3, vi. ISBN: 978-602-72071-1-0 PENGEMBANGAN E-MODULE FISIKA BERVISI SETS SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY PADA MATERI GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI UNTUK SMK Weny Septiani 1 Muchlas 2

1,2

Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ahmad Dahlan Email: wyseptianigmail.com ABSTRAK Pembelajaran fisika yang diberikan saat ini melalui berbagai metode, masih banyak menggunakan modul yang bersifat konvensional. Akibatnya, pembelajaran menjadi kurang menarik dan kurang memotivasi siswa. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat telah memberikan peluang yang besar bagi pengembangan media pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa. Penelitian ini bertujuan menghasilkan E-Module Fisika yang dilengkapi dengan fasilitas simulasi dan kandungan visi SETS science, environment, technology, society . E-Module divalidasi oleh ahli yang terdiri atas: ahli media, ahli materi, dan ahli pembelajaran fisika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa E-module yang dikembangkan, menurut para ahli memiliki validasi dalam kategori baik sehingga layak digunakan dalam pembelajaran fisika tersebut. Kata Kunci: E-Module, SETS, Getaran, Gelombang, dan Bunyi ABSTRACT Learning physics today through a variety of methods still use the conventional module. Consequently, learning becomes less attractived and less motivated students. The rapidly of information technology development presents a great opportunity for media learning development that more interesting to students. This research aims to produce physics E-Module equipped with simulation and content of the vision SETS science, environment, technology, society. E-Module was validated by experts comprising: a media expert, a material expert, and a learning physics expert. The results showed that the E-Module which was developed has validated in good categories according to experts so this product proper to used in the physics learning. Keywords: E-Module, SETS, vibration, wave, and sound ISBN: 978-602-72071-1-0 PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk melakukan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, yaitu memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara Prayitno, 2009. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk formal dan non formal. Dalam nonformal terjadi di lingkungan sekitar misalnya pendidikan norma masyarakat. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di sekolah dengan mata pelajaran matematika, sejarah, fisika, dan yang lainnya. Fisika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang paling dasar diantara ilmu pengetahuan lainnya. Materi-materi fisika yang dipelajari salah satunya adalah mempelajari gejala alam dan sudah diperkenalkan sejak bangku sekolah dasar SD. Menurut Ledoux 2002 yang dikutip dari Arlitasari 2013, berpendapat bahwa:” Natural Scinces as disciplines that deal only with natural events i.e., independent and dependent variables in nature using scientific methods ” hlm 34. Artinya yaitu ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang bergantung dengan alam baik itu bergantung maupun tidak dalam kejadannya di alam yang menggunakan metode pendekatan secara ilmiah. Kegiatan belajar mengajar yang diterapkan di SMK Teknologi Boja menggunakan metode ceramah dengan memakai fasilitas yang seadanya. Guru hanya menjelaskan materi-materi fisika dengan contoh-contoh soal yang dituliskan di papan tulis, di mana guru menulis di papan tulis kemudian disalin oleh paserta didik dan kemudian dijelaskan oleh guru. Pembelajaran ini masih sangat monoton dan tidak menarik serta hasil belajar peserta didik juga belum memuaskan. Peserta didik menganggap fisika itu sulit dengan persamaan-persamaan yang banyak, rumit, dan tidak mudah untuk dihafalkan. Hal ini diketahui dari observasi yang telah dilakukan dengan cara wawancara kepada guru dan murid SMK Teknologi Boja. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika perlu diberikan dengan metode yang lebih menarik untuk meningkatkan minat peserta didik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai saat ini sangatlah pesat, misalnya di dunia gadget yaitu berupa HP, Laptop, komputer. Penggunaan komputer sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu pekerjaan manusia. Meskipun sudah banyak dan terus meningkat dalam menggunakan komputer di dunia pendidikan, tetapi masih sedikit tenaga pendidik memanfaatkan fasilitas-fasilitas komputer untuk media pembelajaran. Menurut Schramm yang dikutip dalam Susilana 2009, media pembelajaran merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Selain itu media pembelajaran merupakan sarana berupa fisik atau nyata untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti dalam bentuk buku, film, video, slide dan lainnya. Menurut Mikdar yang dikutip dari Esmiyati 2013, modul merupakan salah satu bahan ajar berupa materi, digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Pembelajaran fisika yang diberikan saat ini melalui berbagai metode, masih banyak menggunakan modul yang bersifat konvensional. Sehingga pembelajaran masih kurang menarik dan kurang memotivasi siswa. Guru dapat menggunakan kegiatan belajar yang inovatif dan menyenangkan untuk mendapatkan hasil belajar fisika menjadi lebih baik. Salah satu kegiatan pembelajaran inovatif tersebut adalah dengan menggunakan pola pembelajaran bervisi SETS Science, Enviorenmant, Technology, and Society . Pola pembelajaran SETS merupakan pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan pola belajar bervisi SETS materi pembelajaran fisika tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga lebih bersifat aplikatif dalam permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Selain itu juga dapat menanamkan dan mengembangkan sikap pentingnya melestarikan lingkungan untuk kepentingan masyarakat. Materi getaran, gelombang, dan bunyi perlu dijelaskan dengan visualisasi sehingga membutuhkan alat bantu atau media pembelajaran. Dalam materi getaran, gelombang, dan bunyi terdapat beberapa aspek yaitu 1 sains, bunyi hanya dapat mermbat melalui medium, 2 lingkungan, bunyi memiliki dampak negative jika berlebihan pada lingkungan missal kebisingan, 3 masyarakat, dengan adanya bunyi manusia bisa berkomunikasi untuk hidup bermasyarakat, 4 teknologi. Untuk itu perlu dikembangkan modul pembelajaran dalam bentuk E- Modul e fisika bervisi SETS pada materi getaran, gelombang, dan bunyi. Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan pada saat proses belajar mengajar. Manfaat dari media yaitu dapat mempermudah dalam menyampaikan materi dari guru kepada siswa. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efisien dan mudah. Selain itu manfaat media adalah sebagai pembelajaran individual yang memiliki kedudukan untuk melayani kebutuhan belajar siswa. Menurut Daryanto 2010:5 kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Ciri-ciri media pembelajaran menurut Arsyad 2013:15, ada 3 yaitu 1 ciri fiksatif fixative property, menggambarkan kemampuan media dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi peristiwa atau objek, 2 ciri minipulatif manipulative property, merupakan kemampuan menyajikan data atau rekaman yang proses aslinya berhari-hari tetapi dapat disadikan ISBN: 978-602-72071-1-0 hanya dua atau tiga menit kepada siswa, 3 ciri distributive distributive property, memungkinkan suatu objek atau kejadian tertentu ditransportasikan melalui ruang secara bersamaan. Modul merupakan bahan belajar yang dirancang secara utuh dan sistematis berdasarkan kurikulum tertentu, dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil, serta dapat dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu Purwanto dkk, 2007:9. Terdapat beberapa bentuk modul, misalnya dalam bentuk cetak, video, dan lain-lain. E-module merupakan modul berbentuk media nteraktif dengan menggunakan software macromedia flash. Menurut Mikdar yang dikutip oleh Esmiyati 2013, modul merupakan salah satu bahan ajar berupa materi, digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Modul merupakan bahan belajar yang dirancang secara utuh dan sistematis berdasarkan kurikulum tertentu, dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil, serta dapat dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu Purwanto et.al , 2007:9. Terdapat beberapa bentuk modul, misalnya dalam bentuk cetak, video, dan lain-lain. Modul sebagai bahan ajar memiliki beberapa karakter menurut Joko Sutrisno yang dikutip oleh Anwar 2014, yaitu: 1 bersifat self-instructional maksudnya adalah siswa dapat mandiri dalam belajar melalui modul, 2 bersifat self contained maksudnya adalah seluruh kompetensi yang dipelajari terdapat dalam satu modul, 3 bersifat stand alone maksudnya adalah berdiri sendiri yaitu modul yang disusun tidak tergantung dengan bahan ajar yang lain, 4 adaptif maksudnya adalah modul memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 5 user friendly maksudnya adalah modul bersahabat atau akrab dengan pemakainya. Pembelajaran fisika yang diberikan saat ini melalui berbagai metode, masih banyak menggunakan modul yang bersifat konvensional. Sehingga pembelajaran masih kurang menarik dan kurang memotivasi siswa. Guru dapat menggunakan kegiatan belajar yang inovatif dan menyenangkan untuk mendapatkan hasil belajar fisika menjadi lebih baik. Salah satu kegiatan pembelajaran inovatif tersebut adalah menggunakan E-Module dengan pola pembelajaran bervisi SETS Science, Enviorenmant, Technology, and Society . E-Module merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. E- Module sama dengan modul perbedaannya terletak pada produk akhirnya. Produk modul pada umumnya dalam bentuk cetak, sedangkan E-Modul dalam bentuk video atau media pembelajaran. Menurut Suarsana 2013, E-Modul merupakan modul yang berbasis TIK, kelebihan E-Module dibandingkan dengan modul cetak adalah sifatnya yang interaktif memudahkan dalam navigasi, memungkinkan menampilkan atau memuat gambar, audio, video, dan animasi serta dilengkapi tes atau kuis formatif yang memungkinkan umpan balik otomatis dengan segera. Pola pembelajaran SETS merupakan pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Dengan pola belajar bervisi SETS materi pembelajaran fisika tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga lebih bersifat aplikatif dalam permasalahan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Selain itu juga dapat menanamkan dan mengembangkan sikap pentingnya melestarikan lingkungan untuk kepentingan masyarakat. Ciri-ciri khusus program SETS menurut Sumaji yang dikutip oleh Budiharti et.al 2011, yaitu: 1 fokus pada masalah dan isu sosial di masyarakat, 2 pelaksanaan sesuai strategi pembuatan keputusan baik untuk mencapai keputusan tentang kehidupan sehari-hari maupun tentang kepentingan masyarakat, 3 tanggap terhadap kesadaran akan karier masa depan yang berhubungan dengan IPA dan teknologi, 4 sejalan dan sesuai dengan masyarakat serta lingkungan sekitar, 5 penerapan IPA dalam teknologi dapat membawa pada pertimbangan IPA sebagai pengetahuan murni, 6 lebih difokuskan pada kerjasama dalam menghadapi masalah nyata untuk mendapatkan pemecahan masalah, 7 dimensi IPA lebih ditekankan yaitu dimensi histori, filosofi, dan sosiologi, 8 evaluasi ditujukan pada kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan informasi. Materi getaran, gelombang, dan bunyi perlu dijelaskan dengan visualisasi sehingga membutuhkan alat bantu atau media pembelajaran. Dalam materi gelombang bunyi terdapat beberapa aspek yaitu 1 sains dimana bunyi hanya dapat mermbat melalui medium, 2 lingkungan dimana bunyi memiliki dampak negative jika berlebihan pada lingkungan missal kebisingan, 3 masyarakat, dengan adanya bunyi manusia bisa berkomunikasi untuk hidup bermasyarakat, 4 teknologi, pemanfaatan sifat bunyi pada bidang teknologi, misalnya untuk mengukur kedalaman laut. Untuk itu perlu dikembangkan modul pembelajaran dalam bentuk E-Module fisika bervisi SETS pada materi getaran, gelombang, dan bunyi. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development R D . Penelitian R D Research and Development merupakan aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan pengguna Need assessment , kemudian dilanjutkan dengan kegiatan development untuk menghasilkan sebuah produk. Menurut Borg dan Gall dalam Handayani, 2013 menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang ISBN: 978-602-72071-1-0 akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Subjek dari penelitian ini melibatkan ahli materi, ahli media dan ahli pembelajaran fisika. Dilaksanakan di Universitas Ahmad Dahlan pada bulan Desember 2015-Januari 2016. Prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan E-Module fisika bervisi SETS Science, Environment, Technology, and Society untuk materi gelombang bunyi disajikan pada gambar 1. Instrument yang digunakan merupa lembar penilaian untuk menilai kualitas dari E-Module. Pengembangan E-Module fisika bervisi SETS dilakukan karena masih kurangnya pemanfaatan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu pada materi gelombang bunyi cocok menggunakan pendekatan SETS, dimana dalam materi gelombang bunyi siswa mendapat informasi lebih tentang gelombang bunyi. Misalnya tentang pemanfaatan sains dengan adanya bunyi, teknologi yang berkembang dengan memanfaatkan sifat bunyi, kauntungan dan kerugian dari bunyi di lingkungan dan masyarakat Gambar 1. Bagan prosdur penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian pengembangan yang dilakukan adalah berupa terbentuknya E-Modul Fisika Bervisi SETS Science, Environment, Technology, ans Sosiety untuk Materi Getaran, Gelombang, dan Bunyi. Pengembangan E-Module ini adalah perpaduan antara media pembelajaran yang dimanfaatkan untuk menjelaskan materi gelombang bunyi secara mendalam dan disertai dengan contoh langsung di lingkungan dan masyarakat. E-Module berisi dua kompetensi dasar yaitu: 1 mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya, 2 menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi, tetapi difokuskan pada gelombang bunyi saja. Gambar 3. Aplikasi bunyi dalam teknologi Gambar 2 merupakan menu utama pada E- Module fisika yang terdiri dari judul modul, login sebagai pengguna yaitu siswa dan guru, kata pengantar, pendahuluan, asumsi dan keterbatasan, daftar isi, kegiatan belajar, tes akhir, referensi, dan profil pembuat media. Gambar 3 merupakan contoh materi yang sesuai dengan SETS, dengan sifat bunyi yang dapat dipantulkan dikembangkan dengan menggunakan teknologi seperti sonar yang dipancarkan dan dipantulkan kembali untuk ditangkap sensor guna mengetahui kedalaman laut atau keberadaan benda di dasar laut. Dengan ini memudahkan pencarian kapal yang hilang didasar laut dan ramah lingkungan. Validasi Para Ahli Validasi E-Module dilakukan oleh ahli materi, ahli media dan ahli pembelajaran fisika. Validasi oleh ahli materi menyatakan bahwa E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi memenuhi kriteria isi materi gelombang bunyi sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Validasi oleh ahli media menyatakan bahwa E- Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi sudah memenuhi kriteria tampilan media sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Validasi oleh ahli pembelajaran fisika menyatakan bahwa E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi sudah memenuhi kriteria tampilan modul dan media serta materi getaran, gelombang, dan bunyi sudah memenuhi pada materi getaran, gelombang, dan bunyi di Sekolah Menengah Kejuruan. Pembahasan Pengembangan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi telah dilakukan sesuai dengan prosedur pengembangan. Tahap pengembangan produk awal telah dilakukan dengan mengkaji kurikulum yang ada kemudian dilakukan dengan tahap wawancara dan observasi yang berguna untuk membuat E-Module. Tahap pengembangan E-Module selanjutnya dilakukan ISBN: 978-602-72071-1-0 validasi terhadap ahli materi, ahli madia, dan ahli pembelajaran fisika guna memperoleh produk yang layak digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa. Pengembangan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi ini dimaksudkan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi sehingga siswa lebih mudah memahami dan menguasai materi gelombng bunyi. E-Module disajikan dengan menarik disertai dengan animasi serta penjelasan langsung tentang bunyi di lingkungan dan masyarakat, sehingga siswa berminat untuk mempelajari fisika. Kelebihan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi ini adalah telah berhasil dikembangkan E-Modul dengan media pembelajaran menggunakan software macromedia flash . Dimana E-Module ini memanfaat media sebagai alat bantu untuk menjelaskan materi getaran, gelombang, dan bunyi kepada siswa. Sehingga siswa lebih berminat untuk belajar fisika karena pembelajaran yang tidak monoton. E-Module fisika juga berisi penerapan ilmu sains tentang getaran, gelombang, dan bunyi pada produk teknologi, manfaat getaran, gelombang, dan bunyi pada teknologi untuk masyarakat dan lingkungan, keuntungan teknologi getaran, gelomabang, dan bunyi untuk masyarakat dan lingkungan, serta pemecahan masalah dimasyarakat dan lingkungan. Selain itu materi pada E-Module disajikan dalam tahap demi tahap dilengkapi dengan gambar dan animasi serta simulasi untuk mendukung penjelasan materi getaran, gelombang, dan bunyi. Terdapat pula tugas yang harus dikerjakan untuk mengadakan pengamatan di lapangan sehingga siswa dapat memperoleh pengalam langsung yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. Kekurangan E-Module fisika Bervisi SETS Sceince, Environment, Technology, and Society untuk materi getaran, gelombang, dan bunyi adalah materi E-Module tidak dapat digunakan untuk kelas yang berbeda, karena materi getaran, gelombang, dan bunyi terdapat di kelas XI SMK semester gasal. E-Module ini belum bisa digunakan sebagai sumber belajar utama, hanya dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diperoleh dan dilakukan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa telah berhasil dikembangkan E- Module fisika bervisi SETS Science, Environment, Technology, and Society pada tema gelombang bunyi. E-Module fisika yang telah dikembangkan telah memenuhi kriteria kualitas sehingga dapat dijadikan sumber belajar. kualitas E-Module fisika bervisi SETS Science, Environment, Technology, and Society pada tema getaran, gelombang, dan bunyi adalah baik berdasarkan validasi ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran fisika. Berdasarkan hasil validasi tersebut, E-Module fisika bervisi SETS layak digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran fisika. Saran Saran saya sebagai penulis adalah sebaiknya E- Module fisika ini diuji ke siswa sebagai pengguna. Selain itu perlu dikembangkan lagi E-Module fisika untuk materi-materi fisika yang lain, sehingga siswa dapat berminat untuk mempelajari fisika. UCAPAN TERIMAKASIH Saya ucapkan terimakasih banyak kepada kedua orangtua yang telah memberikan dukungan baik motivasi dan finansial dan bapak Muchlas atas bantuan serta bimbingannya dalam pembuatan media dan penyusunan makalah ini seta teman- teman yang telah memberikan bantuan dan motivasi. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Nuril. 2014. “Pengembangan Modul IPA Berbasis Integrasi-Interkoneksi Bermuatan CTL pada Pokok Bahasan Getaran, Gelombang, dan Bunyi untuk Siswa MTs Kelas VIII”. Skripsi.Yogyakarta.: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Arlitasari, Oni, Pujayanto, dan Rini Budiharti. 2013.”Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis SALINGTEMAS dengan Tema Biomssa Sumber Energi Alternatif Terbarukan”. Jurnal Pendidikan Fisika. Solo: Universitas Sebelas Maret. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Budiharti, Rini, Elvin Yusliana Ekawati, dan Pujayanto. 2011. “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS dengan Tema Pelestarian Lingkungan dalam Tinjauan Validitas Isi”. Jurnal. Surakarta:UNS. Esmiyati, Sri Haryani, Eling Purwantoyo. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Bervisi SETS Science, Environment, Technology, and Society pada Tema Ekosistem. Unnes Science Education Journal 2 1. UNNES. Semarang. Handayani. 2013. “Pengembangan Modul Pembelajaran Pembuatan Bebe Anak Untuk Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pengasih”. Jurnal . Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Prayitno, M.Sc, Ed. Prof. Dr. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan . Padang: Grasindo. Purwanto, Aristo, Rahadi, dan Soharto Lesmono. 2007. Pengembangan Modul . Jakarta: Dekdiknas Pustekkom. ISBN: 978-602-72071-1-0 Suarsana, I M dan G. A. Mahayukti. 2013. “Pengembangan E-Modul Berorientasi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa”. Jurnal volume 2, nomor 2 . Singaraja: universitas Pendidikan Ganesha. Susilana, Drs. Rudi, M.Si dan Cepi Riyana, M.Pd. 2009. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian . Bandung: CV Wacana Prima. ISBN: 978-602-72071-1-0 [1] PENGEMBANGAN ALAT PRAKTIKUM FISIKA BERBANTUAN KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN TOPIK GERAK LURUS [2] BERBASIS INKUIRI Rita Hartati   SMK Negeri 13 Bandung  E-mail: mamahfajarcigiringsinggmail.com   ABSTRAK Telah dilaksanakan penelitian untuk mengembangkan alat praktikum fisika topik gerak lurus berubah beraturan berbantuan komputer. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan alat praktikum GLBB berbantuan komputer berbasis mikrokontroler Atmega, beserta desain pembelajarannya yang berbasis inkuiri sebagai salah satu solusi kendala yang dijumpai pada kegiatan praktikum GLBB menggunakan ticker timer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran dengan disain Embedded Experimental Model CreswellClark, 2007. Subyek penelitian adalah Peserta didik Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 13 Kota Bandung. Penelitian ini menghasilkan alat praktikum fisika topik GLBB berbantuan komputer menggunakan microcontroller dengan menggunakan IC utama keluaran Atmega seri 328p. Hasil ujicoba alat dalam pembelajaran diperoleh peningkatan pengetahuan siswa dengan nilai gain pre dan postes 1,46. Hasil uji T sebesar 0,00016 dibawah 0,05 sehingga perubahannya signifikan, serta besarnya pengaruh penggunaan alat yang diuji melalui rumus effect size diperoleh 0,635 atau dalam kategori sedang. 85 siswa merespon positif terhadap penggunaan alat praktikum ini, dan hasil observasi pembelajaran menunjukkan bahwa siswa lebih tertantang dan tertarik dalam melaksanakan praktikum, serta kegiatan diskusi tercapai pada akhir pembelajaran. Kata Kunci: alat praktikum, konsep GLBB, microcontroller, Atmega 328p. ABSTRACT The research has been done to develop physics experiment tools with computer-assisted for motion topics. The aim of this study is to produce a physics experiment tools with computer-assisted using Atmega microcontroller-based, along with the design of inquiry-based learning, as one solution to problems encountered on lab activities using the ticker timer in experiment of accelerated motion. The method used in this study is a mixed methods design with Embedded Experimental Model Creswell Clark, 2007. Subjects were Learners from Teknik Komputer Jaringan computer network technic in SMK Negeri 13 Bandung. The study produced a tool physics experiment tools with computer-assisted using Atmega microcontroller-based by using main IC microcontroller Atmega series 328p. Learning tools in the test results obtained by increasing the knowledge of students with pre and post-test gain value of 1.46. T test results of 0.00016 below 0.05 so that the changes are significant, as well as the magnitude of the effect of the use of tools that are tested through the formula 0.635 or the effect size obtained in the medium category. 85 of students responded positively to the use of this practical tool, and the observation of learning shows that students are more challenged and interested in performing lab work, as well as discussions reached at the end of learning Keywords: practicum, the concept of uniformly accelerated motion, microcontroller, ATmega328. PENDAHULUAN Terdapat beberapa kendala dalam menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri. Contoh kendala tersebut adalah terdapat beberapa topik fisika yang bersifat abstrak, juga kendala mahalnya alat dan bahan eksperimen. Salah satu solusinya adalah topik tersebut perlu disampaikan dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut NSTA AETS 1998 jika pembelajaran lebih menekankan pada strategi mengajar yang abstrak ditambah dengan kegiatan laboratorium yang bersifat demonstratif maka peserta didik hanya akan belajar pada permukaannya saja. Apabila keadaan tersebut terus dipertahankan maka pembelajaran akan kurang bermakna bagi peserta didik. Contoh kendala pembelajaran fisika melalui praktikum terjadi pada topik gerak lurus. Pada umumnya peserta didik kehabisan ISBN: 978-602-72071-1-0 waktu dalam melaksanakan praktikum gerak lurus menggunakan ticker timer dalam KIT mekanika. Selama dua kali 45 menit peserta didik belum dapat membuat grafik dari pita ticker timer. Sehingga rencana kegiatan diskusi di akhir pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tidak terlaksana. Hasil studi awal yang telah dilakukan peneliti tentang persepsi guru Fisika di SMKN 13 Bandung melalui penyebaran angket Pembelajaran Fisika SMK Topik GERAK LURUS. diperoleh hasil bahwa kendala terbesar yang dihadapi guru Fisika SMKN 13 Kota Bandung dalam pembelajaran topik Gerak Lurus Berubah Beraturan adalah kurangnya dukungan media berupa alat peraga fisik maupun software. Pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah ideal yaitu dengan menerapkan metode yang mendorong keaktifan siswa dalam belajar. Guru Fisika SMKN 13 Kota Bandung sangat memerlukan dukungan media berupa alat peraga fisika dan software yang terintegrasi dalam satu paket, lengkap dengan pedoman bagaimana membelajarkannya kepada siswa. Bertolak dari hal tersebut perlu dikembangkan alat peraga praktikum topik Gerak Lurus Berubah Beraturan misalnya alat praktikum berbantuan komputer yang dapat memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif pada topik GERAK LURUS dilengkapi dengan pedoman bagi guru dalam pembelajarannya. Penelitian ini menggunakan metode campuran mixed- method dengan desain Embedded Experimental Model CreswellClark, 2007. Subyek penelitian adalah peserta didik Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 13 Kota Bandung. Data kualitatif berupa, wawancara, observasi, catatan lapangan, dan validasi dokumen dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan data kuantitatif berupa pretes, postes, dan kuesioner dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menghitung rata-rata dan simpangan bakunya. PEMBAHASAN [3] Berdasarkan hasil studi awal dan kajian berbagai bahan pustaka diperoleh spesifikasi kebutuhan alat praktikum fisika untuk topik GLBB yang dapat memberi solusi kendala praktikum menggunakan ticker timer , sebagai berikut. 1. Alat praktikum yang dapat dirangkai dengan cepat, atau kalau memungkinkan sudah berupa alat terpadu modul. 2. Alat praktikum yang dapat berkomunikasi dengan komputer. 3. Data yang dikirim oleh alat praktikum ke komputer dapat diakuisis oleh software pengolah angka dan grafik yang sudah familier di kalangan pengguna, misalnya MS-Excel. 4. Tampilan grafik harus menarik dan mudah dipahami siswa. 5. Harga komponen untuk mengembangkan alat ini harus relatif murah. 6. Alat praktikum ini harus mudah dipasang dan dibongkar, serta mudah untuk digunakan. 7. Alat praktikum ini dapat dipadukan penggunaanya dengan alat praktikum yang sudah ada, misalnya KIT fisika. Dari spesifikasi tersebut, akhirnya diputuskan untuk mengembangkan alat praktikum berbasis microcontroller dengan menggunakan IC utama keluaran Atmega seri 328p. Atmega seri ini sangat mudah untuk diisi program dengan mengunakan lingkungan pemograman berbasis Arduino. Kelebihan lingkungan pemograman ini dari segi bahasa sangat sederhana dan dikembangkan dengaan menggunakan bahasa perograman C. Selain itu cukup banyak tersedia library dengan lisensi freeware, yang dapat digunakan untuk menyingkat proses penulisan script terutama scrip untuk mengakses hardware komponen berupa sensor. Setelah dilakukan analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah membuat alat prakikum dengan tahapan sebagai berikut 1. Perancangan rangkaian elektronik. Skema rancangan rangkaian adalah sebagai berikut.

2. Pemilihan komponen