ISBN 978-602-72071-1-0 Tipe Jigsaw digunakan untuk mengembangkan
keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk menggolongkan
aktivitas yaitu
mendengarkan, menyampaikan, kerja sama, refleksi dan keterampilan
memecahkan masalah. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
adalah suatu metode kerja kelompok untuk belajar dan partisipasi dalam kelompok.
Dengan teknik Jigsaw ini guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja dengan temannya dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampiln komunikasi.
Jigsaw didesain untuk menigkatkan rasa
tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif saling memberi tahu
terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe ini adalah interdepensi
setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan
agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.Dalam pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw,
langkah-langkah pokok
yang dilakukan
adalah: pembagian tugas, pemberian lembar ahli, mengadakan
diskusi dan mengadakan kuis. Adapun rencana Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw diatur secara
instruksional sebagai berikut: 1.
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan didalamnya dibagi menjadi kelompok ahli
yang berdasarkan pada materi diberikan pada tiap siswa dalam kelompok.
2. Siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca
materi tersebut untuk mendapatkan informasi. 3.
Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
4. Diskusi kelompok ahli kembali ke kelompok
asalnya untuk menjelaskan pada kelompoknya. 5.
Siswa memperoleh kuis sacara individu yang mencakup semua topik.
6. Perhitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered heads Togethers NHT
NHT pada dasarnya merupakan varians diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk
seorang siswa untuk mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu lebih dulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini juga sangat baik dalam
meningkatkan tanggung jawab individual. Langkah-langkah :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor 2.
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap
anggota kelompok
dapat mengerjakannyamengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru
menunjuk nomor yang lain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share TPS
Sebuah struktur pembelajaran kooperatif yang sederhana namun sangat berguna disebut Think Pair
Share yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Marylang. Pada saat guru mempresentasikan
pelajaran di kelas, siswa duduk perpasangan dengan tim mereka. Guru mengajukan pertanyaan kepada kelas,
siswa diminta untuk memikirkan sendiri jawaban, lalu berpasangan , untuk berdiskusi tentang masalah tersebut.
Akhirnya guru meminta siswa berbagi jawaban yang mereka sepakati untuk seluruh kelas.
Langkah-langkah : 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi
yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang
materipermasalahan yang disampaikan guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya kelompok 2 orang dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
6. Guru memberi kesimpulan METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1, 2,
3 dan 4 SMAN 5 Kota Kupang. I Instrumen Penelitian
Instrumen yng digunakan: 1. Data Keterampilan kooperatif : menggunakan
Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Kooperatif Siswa.
2. Ketuntasan indikator: menggunakan Instrumen Tes Hasil Belajar
3. Hasil belajar: menggunakan Instrumen Tes Hasil Belajar.
Teknik Analisis Data 1. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif.
Keterampilan kooperatif
mahasiswa dihitung
berdasarkan banyaknya frekwensi dalam persen aspek keterampilan kooperatif yang muncul selama
kegiatan inti.. = Jumlah waktu yang digunakan tiap aspek jumlah waktu keseluruhan kegiatan inti x
100
2. Hasil belajar mahasiswa dinyatakan dalam proporsi yang merupakan perbandingan antara hasil yang
diperoleh mahasiswa terhadap skor maksimal. Siswa dikatakan tuntas jika memiliki proporsi lebih besar
atau sama dengan 0,70.
3. Ketuntasan indikator dinyatakan dalam proporsi yang merupakan perbandingan antara jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan indikatot terhadap jumlah
ISBN 978-602-72071-1-0 keseluruhan siswa. Indikator dikatakan tuntas jika
memiliki proporsi lebih besar atau sama dengan 0,70. HASIL PENELITIAN
Penerapan Model pembelajaran Kooperatif type STAD menunjukkan persentasi keterampilan kooperatif
mendengar dengan aktif, bersepakat dan berada dalam tugas lebih tinggi dari pada type yang lain. Pada type
Jigsaw keterampilan yang dominan adalah mengambil giliran dan berbagi tugas. Pada type NHT, persentase
keterampilan yang lebih optimal adalah membandingkan jawaban, pada type TPS, keterampilan yang lebih
dominan adalah bertanya
Tabel 1. Keterampilan Kooperatif Aspek
Keterampilan kooperatif
STA D
Jigsa w
NH T
TP S
mendengar dengan aktif
33,3 16,7
29,2 20, 8
bersepakat 16,7
8,3 4,2
12, 5
berada dalam tugas
29,2 25,0
20,8 25, mengambil
giliran 8,3
25,0 12,5 8,3
berbagi tugas 4,2
25,0 12,5 8,3
membandingka n jawaban
4,2 4,2
16,7 8,3 bertanya
4,2 4,2
4,2 16,
7
Tabel 2. Proporsi Ketercapaian Kunsep No
. Indikator
STA D
Jigsa w
NH T
TP S
1 Mengklasifikasi
kan suspensi kasar, larutan
sejati dan koloid 90
90 80
90
2 Mengelompokka
n jenis-jenis koloid
berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersi
90 80
80 80
3 Mendeskripsika
n sifat-sifat koloid Efek
Tyndall, Gerak Brown,
Adsorpsi, Koagulasi,
Dialisis, Koloid pelindung,
Elektroforesis, Koloid liofob
dan liofil. 80
80 80
80 4
Mengalisis peranan koloid
dalam kehidupan
sehari-hari. 75
75 80
75
5 Menjelaskan
cara pembuatan koloid
85 90
80 85
6 Membuat
berbagai macam jenis koloid
90 90
80 80
Rata-Rata 85
84 80
82 Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Sistem
Koloid pada Berbagai Type
Model Pembelajaran Kooperatif No. STAD
Jigsaw NHT
TPS
1. 84
80 82
81 2.
88 83
82 88
3. 81
79 80
87 4.
81 82
80 84
5. 82
82 80
84 6.
81 84
80 82
7. 88
82 88
82 8.
87 82
90 84
9. 80
84 84
81 10.
83 81
84 84
11. 79
84 84
88 12.
82 88
78 81
13. 82
87 83
81 14.
82 84
85 82
15. 82
84 82
80 16.
84 88
76 83
17. 81
81 79
79 18.
84 81
90 82
19. 84
82 80
82 20.
83 82
83 Rat
a- Rat
a
83 83
82,2 83
Produk yang dihasilkan mahasiswa adalah petunjuk praktikum pembuatan berbagai sistim koloid
emulsi cair, emulsi padat, busa, sol cair, sol padat, busa padat, aerosol cair dan aerosol padat dengan
sumber belajar dari lingkungan.
PENUTUP Simpulan
1. Dari hasil analisis deskriptif, diperoleh hasil deskripsi keterampilan kooperatif siswa sebagai berikut.
a. Penerapan Model pembelajaran Kooperatif type STAD menunjukkan persentasi keterampilan
kooperatif mendengar dengan aktif, bersepakat dan berada dalam tugas lebih tinggi dari pada type
yang lain.
b. Pada type Jigsaw keterampilan yang dominan adalah mengambil giliran dan berbagi tugas.
ISBN 978-602-72071-1-0 c. Pada type NHT, persentase keterampilan yang lebih
optimal adalah membandingkan jawaban, pada type TPS, keterampilan yang lebih dominan
adalah bertanya. 2. Ketuntasan indikator pada type NHT, TPS, STAD dan
Jigsaw tercapai, dengan proporsi berturut- turut 85, 84, 80,2, dan 82.
3. Ketuntassan hasil belajar pada type NHT, TPS, STAD dan Jigsaw tercapai, dengan proporsi berturut-turut
83. 83, 82,2 dan 83. Produk yang dihasilkan mahasiswa adalah petunjuk praktikum pembuatan
berbagai sistim koloid dengan sumber belajar dari lingkungan.
Saran
Model pembelajaran kooperatif terbukti efektif diterapkan dalam pembelajaran kimia. Disarankan agar
guru dapat menerapkan berbagai type pembelajaran koooperatif untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran
berupa ketercapaian konsep, hasil belajar dan keterampilan kooperatif siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arends,R.I.
1997. Classroom
Instruction and
Management. USA: McGraw-Hill Companies
Inc. Borich,G.D. 1994. Observation Skill for Effective
Teaching, New York: Macmillan Publishing
Company. Bunga Naen, A. 2001, Efektivitas Penerapan Perangkat
Pembelajaran Multimetode Terhadap Kualitas Pembelajaran Fisika SMU Pokok Bahasan
Bunyi, Tesis Magister yang tidak dipublikasikan.
Surabaya: PPS Universitas Negeri Surabaya. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Bandung:Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi-Strategi Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Slavin, Robert E, 2000, Educational Psychology: Theory
and Practice , New York: Allyn Bacon.
______________, 2005, Cooperative Learning: Theory, Research and Practice,
London: Allyn Bacon. ____________. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset,
dan Praktik . Bandung: Nusa Media
Soeparno, Paul, 1997, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan
, Yogjakarta: Kanisius. ____________, 2001, Teori Perkembangan Kognitif
Peaget, Yogjakarta: Kanisius.
Soekartawi, 1995, Meningkatkan Efektivitas Mengajar, Jakarta: Pustaka Jaya.
Sudjana, 2005, Metode Teknik Pembelajaran Partisipatif
, Bandung: Falah Production. Sugiyono. 2006.
Metode Penelitian
Pendidikan
Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM DALAM
SETTING INKUIRI TERBIMBING UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA MATERI POKOK
SISTEM KOLOID
Maria Benedikta Tukan
1
Maria Aloisia Uron Leba
2
1,2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandira
– Kupang Email: mariabenediktatukangmail.com
ABSTRAK
Kegiatan laboratorium dengan metode eksperimen memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran kimia. Metode eksperimen merupakan salah satu cara belajar yang efektif dengan
menyertakan peran aktif mahasiswa di dalamnya yang berguna dalam meningkatkan daya ingat dalam pembelajaran. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1 Mendeskripsikan validitas perangkat
pembelajaran 2 Mendeskripsikan keterbacaan buku ajar mahasiswa dan lembar kegiatan mahasiswa berbasis kegiatan laboratorium dalam setting inkuiri terbimbing materi pokok sistem koloid. 3
Mendeskripsikan Keterlaksanaan RPP 4 Mendeskripsikan respon mahasiswa 5 Mendeskripsikan minat berwirausaha dan penguasaan konsep mahasiswa dalam pembelajaran berbasis kegiatan laboratorium
dalam setting inkuiri terbimbing materi pokok sistem koloid. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 Program Studi Pendidikan Kimia Unwira Kupang yang berjumlah 28 orang. Penelitian ini
dilaksanakan di semester ganjil tahun ajaran 20142015, dengan menggunakan rancangan penelitian One Group Pre-Test and Post-Test. Variabel penelitian adalah Validitas perangkat pembelajaran, Keterbacaan
BAM dan LKM; Keterlaksanaan RPP; Respon Mahasiswa; Penguasaan konsep; Minat Berwirausaha. Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, meliputi Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran,
Lembar Keterbacaan Buku Ajar Mahasiswa dan LKM; Lembar Pengamatan Keterlaksanaan RPP; Lembar Angket Respon Mahasiswa; Lembar Tes Penguasaan Konsep; Kuesioner Minat Berwirausaha Mahasiswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah meliputi: Validasi, Observasi, Pemberian Angket, Pemberian Tes. Adapun Teknik Analisis Data meliputi: Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran; Analisis
Keterbacaan BAM dan LKM; Analisis Keterlaksanaan RPP; Analisis Respon Mahasiswa; Analisis Tes Penguasaan Konsep, Analisis Minat Berwirausaha Mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
perangkat RPP yang dikembangkan berkategori baik dan dapat digunakan dalam pembelajaran; skor rata- rata tiap aspek penilaian buku ajar mahasiswa sebesar 4,28 dengan reliabilitas 94,52 dengan demikian
BAM yang dikembangkan berkategori baik dan layak digunakan; skor rata-rata penilaian LKM adalah 4,17 dengan reliabilitas 94,83. Hal ini menunjukkan bahwa LKM yang dikembangkan berkategori baik dan
layak digunakan; Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada materi pokok koloid dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa; Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri pada
materi pokok koloid dapat menimbulkan minat berwirausaha mahasiswa. Dari hasil penelitian ini hendaknya dosen kimia berusaha untuk membelajarkan mahasiswa dengan pendekatan inkuiri dan
hendaknya dalam pembelajaran kimia dosen tidak hanya sekedar mentransfer konsep-konsep kimia, akan tetapi memikirkan dan melaksanakan bagaimana proses konsep-konsep itu terjadi, dipahami, dikuasai dan
diaplikasikan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci
: Inkuiri, Penguasaan Konsep, Minat Berwirausaha.
ISBN 978-602-72071-1-0
PENDAHULUAN
Kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, atau teori tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan, yang mana diharapkan agar mahasiswa memperoleh pengalaman melalui percobaan atau
eksperimen. Kegiatan laboratorium dengan metode eksperimen memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran kimia. Metode eksperimen merupakan salah satu cara belajar yang efektif dengan menyertakan
peran aktif mahasiswa di dalamnya yang berguna dalam meningkatkan
daya ingat
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian Georgiou, et al 2007 menunjukkan bahwa manusia hanya mengingat 10 dari
apa yang mereka baca, 20 dari apa yang mereka dengar, tapi mempertahankan hingga 90 dari apa yang
mereka pelajari melalui partisipasi aktif. Salah satu partisipasi aktif dalam pembelajaran kimia adalah
melaksanakan kegiatan laboratorium dengan cara melakukan kegiatan praktikum.
Seiring dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam era globalisasi dan
industrialisasi dewasa
ini menimbulkan
banyak permasalahan. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan jumlah pengangguran. Jika hal seperti itu dibiarkan dan tidak
segera ditanggulangi maka akan dapat menimbulkan beberapa masalah sosial seperti narkoba, kriminalitas,
pergaulan bebas, premanisme, trafficing, dan lain sebagainya dan kondisi tersebut akan mengganggu
pembangunan disegala bidang dan stabilitas nasional. Hal seperti di atas dapat diminimalkan dengan cara
berwirausaha dan menjadi pengusaha merupakan alternatif
pilihan yang
tepat untuk
mengatasi pengangguran. Wirausaha merupakan salah satu
pendukung yang
menentukan maju
mundurnya perekonomian, karena bidang wirausaha mempunyai
kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Jika seseorang mempunyai kemauan dan keinginan serta siap untuk
berwirausaha, berarti seseorang itu mampu menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri,
dan tidak
perlu mengandalkan orang lain maupun perusahaan lain untuk
mendapatkan pekerjaan lagi, bahkan dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Pengangguran
tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya kesempatan kerja, tetapi juga oleh ketidakmampuan pencari kerja
untuk memenuhi persyaratan atau kualifikasi yang diminta oleh dunia usaha. Oleh karena itu, setiap pencari
kerja perlu dibekali pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu.
Salah satu konsep kimia yang diterapkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia adalah sistem
koloid. Saat ini banyak penggunaan sistem koloid yang tanpa disadari banyak merugikan baik bagi manusia
maupun lingkungan. Untuk mencegah atau mengurangi penggunaan koloid dalam kehidupan yang merugikan
baik manusia
maupun lingkungan
diperlukan pengetahuan mengenai jenis-jenis koloid, sifat-sifat
koloid dan dampaknya bagi manusia serta lingkungan. Materi atau bahan-bahan kimia saat ini banyak digunakan
secara luas dalam kehidupan sehari-hari seperti susu, mentega, kosmetik, plastik, obat-obatan, pupuk,
pestisida, semen, hair spray, ban karet bahan bakar dan jenis makanan yang semuanya merupakan hasil dari
penerapan ilmu kimia. Manfaat bahan kimia akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan keinginan manusia akan bahan-bahan baru. Memperhatikan produk-produk kimia yang
dihasilkan melalui pembelajaran kimia diharapkan dapat menumbuhkan minat berwirausaha mahasiswa. Dengan
mempelajari materi sistem koloid, mahasiswa dapat mempelajari proses pengolahan suatu bahan menjadi
produk yang bermanfaat, bernilai ekonomi yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat atau jiwa
berwirausaha. Namun pada prakteknya, masih banyak mahasiswa yang kesulitan dalam mempelajari kimia yang
terlihat dari rendahnya hasil belajar kimia mahasiswa.
Salah satu faktor yang diduga menyebabkan sulitnya mahasiswa memahami materi kimia adalah
penggunaan metode mengajar dosen yang kurang tepat. Pada hakikatnya dalam pembelajaran kimia sangat
dibutuhkan suatu kegiatan yang melibatkan mahasiswa aktif, mampu berpikir kritis dan kreatif dalam
memecahkan suatu masalah, karena tidak semua materi pelajaran kimia yang disajikan oleh dosen dapat
dimengerti oleh mahasiswa jika hanya disampaikan melalui ceramah, sehingga sangat diperlukan model,
metode, serta perangkat pembelajaran yang dapat memperlihatkan peran aktif mahasiswa di kelas, salah
satu model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran inkuiri.
Dalam model pembelajaran inkuiri, mahasiswa diajarkan cara-cara mencari dan mengorganisasi data dan melatih
mahasiswa untuk terampil mengembangkan berbagai konsep. Menurut Joyce Weil 1992, inkuiri sebagai
model pembelajaran akan memunculkan nurturant effect atau dampak iringan yaitu terbukanya wawasan dan
kemampuan untuk mempertimbangkan alternatif dalam mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan apa yang
telah dilakukan Reif John dalam Hofstein Lunetta, 1982 bahwa pembelajaran inkuiri lebih berhasil
mengembangkan keterampilan-keterampilan berpikir dalam mengembangkan konsep. Dalam pembelajaran
inkuiri,
upaya yang dapat
mengubah suasana
pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan
mengarahkan mahasiswa pada objek yang nyata melalui eksperimen dengan teknik pembelajaran yang berpusat
pada mahasiswa student centered yaitu menekankan pada
mahasiswa sendiri
untuk membangun
pengetahuannya. Pada prinsipnya tujuan pengajaran inkuiri membantu mahasiswa bagaimana merumuskan
pertanyaan, mencari jawaban, atau pemecahan untuk memuaskan keingintahuannya dan untuk membangun
teori dan gagasannya.
ISBN 978-602-72071-1-0 METODE PENELITIAN
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari Rencana Perkuliahan RPP, Lembar Kegiatan
Mahasiswa LKM, Buku Ajar Mahasiswa BAM, Tes Penguasaan Konsep, dan Angket Minat Berwirausaha.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester 3 Program Studi Pendidikan Kimia Unwira Kupang yang
berjumlah 28 orang. Penelitian ini dilaksanakan di semester ganjil tahun ajaran 20142015. Penelitian ini
dilaksanakan di Unwira Kupang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian One Group Pre-Test
and Post-Test.
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel penelitian adalah: Variabel penelitian adalah
Validitas perangkat pembelajaran, Keterbacaan BAM dan LKM; Keterlaksanaan RPP; Respon Mahasiswa;
Penguasaan konsep; Minat Berwirausaha. Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, meliputi
Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran, Lembar Keterbacaan Buku Ajar Mahasiswa dan LKM; Lembar
Pengamatan Keterlaksanaan RPP; Lembar Angket Respon Mahasiswa; Lembar Tes Penguasaan Konsep;
Kuesioner Minat Berwirausaha Mahasiswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah meliputi:
Validasi, Observasi, Pemberian Angket, Pemberian Tes. Adapun Teknik Analisis Data meliputi: Analisis Validasi
Perangkat Pembelajaran; Analisis Keterbacaan BAM dan LKM; Analisis Keterlaksanaan RPP; Analisis Respon
Mahasiswa; Analisis Tes Penguasaan Konsep, Analisis Minat Berwirausaha Mahasiswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Skor rata-rata hasil penilaian RPP adalah 4,18 dengan reliabilitas instrumen sebesar 96,12. Dengan
demikian perangkat RPP yang dikembangkan berkategori baik dan dapat digunakan dalam pembelajaran dengan
sedikit revisi. Skor rata-rata tiap aspek penilaian buku ajar mahasiswa sebesar 4,28 dengan reliabilitas 94,52.
Dengan
demikian buku
ajar mahasiswa
yang dikembangkan berkategori baik dan layak digunakan
dengan sedikit revisi. Skor rata-rata penilaian LKM adalah 4,17 dengan reliabilitas 94,83. Hal ini
menunjukkan bahwa LKM yang dikembangkan berkategori baik dan layak digunakan walaupun dengan
revisi kecil. Skor rata-rata hasil penilaian tes penguasaan konsep dan
minat berwirausaha berkategori validdapat dipahami dan dapat digunakan layak sebagai instrumen tes
penguasaan konsep siswa walaupun sedikit revisi.
Persentase keterbacaan pada buku Ajar Mahasiswa BAM dan Lembar Kegiatan Mahasiswa
LKM untuk aspek materiisi, mahasiswa memberikan persentase jawaban menarik sebesar 100 yang berarti
mahasiswa merasa sangat tertarik terhadap buku mahasiswa sementara itu pada Lembar Kegiatan
Mahasiswa LKM, mahasiswa memberikan persentase keterbacaan sebesar 92. Pada aspek penampilan untuk
Buku Ajar Mahasiswa BAM memberikan persentase jawaban yang sama sebesar 100 artinya mahasiswa
merasa sangat tertarik terhadap penampilan dari Buku Ajar Mahasiswa BAM dan Lembar Kegiatan
Mahasiswa LKM yang dikembangkan. Untuk aspek kesulitan terhadap uraian pada Buku Ajar Mahasiswa
BAM maupun Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM memberikan persentase 75 pada kategori tidak sulit
artinya mahasiswa memahami dengan baik uraian atau penjelasan dalam Buku Ajar Mahasiswa BAM yang
dikembangkan. Sementara itu untuk aspek yang sama pada Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM, mahasiswa
memberikan persentase sebesar 75 pada kategori sulit. Pada aspek ilustrasi atau gambar persentase jawaban
yang diberikan mahasiswa sebesar 100 berarti dengan bantuan illustrasi atau gambar sangat memudahkan
mahasiswa untuk memahami materi. Sementara pada Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM dengan kategori
yang sama memberikan persentase yaitu sebesar 75. Pada aspek kemudahan pertanyaan persentase jawaban
yang diberikan mahasiswa pada Buku Ajar Mahasiswa BAM dan Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM sama
sebesar 83 pada katergori tidak ada artinya mahasiswa sangat mudah menjawab soal dalam Buku Ajar
Mahasiswa BAM. Sementara pada Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM pada kategori ada artinya mahasiswa
agak sulit menjawab soal pada Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM.
Untuk keterlaksanaan RPP, rata-rata nilai dari dua pengamat terhadap RPP sebesar 4,64. Hal ini
menunjukkan bahwa dosen dalam melaksanakan semua kegiatan pembelajaran terlaksana dengan baik. Dengan
demikian semua langkah-langkah yang tertera pada perangkat yang telah dikembangkan dapat terlaksana
dengan baik oleh dosen dan mahasiswa berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Respon mahasiswa
terhadap komponen materiisi pelajaran, bahan ajar media pembelajaran, LKM, suasana belajar, dan cara
dosen mengajar sebesar 78 mahasiswa menyatakan sangat tertarik, 12 mahasiswa yang lainnya
memberikan tanggapan cukup tertarik
Respon mahasiswa terhadap komponen materiisi pelajaran, bahan ajar media pembelajaran, LKM,
suasana belajar, dan cara dosen mengajar 78 mahasiswa menyatakan sangat baru, 12 mahasiswa
yang lainnya memberikan tanggapan cukup mudah. Respon mahasiswa terhadap komponen bahasa dalam
buku, materiisi buku, contoh-contoh soal, Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM, petunjuk praktikum dalam
Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM, sebesar 80 mahasiswa menyatakan cukup mudah, 10 mahasiswa
memberikan tanggapan sangat mudah, sementara hal yang sama diberikan tanggapan kurang mudah. Respon
mahasiswa terhadap komponen penjelasan dosen pada saat KBM berlangsung, bimbingan dosen pada saat
menemukan konsep melalui percobaan, dan bimbingan dosen pada saat menyelesaikan Lembar Kegiatan
Mahasiswa LKM sebesar 42 mahasiswa menyatakan sangat jelas, Sementara itu 58 yang lainnya
menyatakan cukup jelas. Respon mahasiswa terhadap komponen pembelajaran menggunakan pendekatan
inkuiri, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan variabel, merancang percobaan,
menganalisis percobaan, dan membuat kesimpulan
ISBN 978-602-72071-1-0 sebesar 36 mahasiswa menyatakan sangat baik, 58
menyatakan cukup baik, dan 6 menyatakan kurang baik. Sementara itu hal yang sama pada komponen
tersebut 78 mahasiswa menyatakan tidak mudah dan 22 menyatakan kurang mudah.
Respon mahasiswa terhadap komponen menjawab pertanyaan klarifikasi, kemampuan memberikan alasan,
membuat generalisasi, kesimpulan dan hipotesis, dan mengaplikasikan prinsip yang sama, serta merumuskan
alternatif yang memungkinkan untuk memecahkan masalah sebesar 12 menyatakan sangat mudah, 72
menyatakan cukup mudah, dan 16 menyatakan kurang mudah.
Pada tes penguasaan konsep, tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran untuk mengetahui
penguasaan konsep mahasiswa. Data penguasaan konsep mahasiswa diperoleh hasil pretest yang dilakukan
sebelum pembelajaran dan postest diakhir pembelajaran. Berdasarkan data pada tes awal prettest semua indikator
pembelajaran memiliki ketuntasan di bawah kriteria ketuntasan minimal 75, sehingga semua indikator
dikatakan tidak tuntas. Pada tes akhir posttest, semua indikator memiliki ketuntasan di atas kriteria ketuntasan
minimal, sehingga semua indikator tuntas.
B. Pembahasan
1. Validitas Perangkat Pembelajaran
Hasil validasi menunjukkan bahwa RPP yang dikembangkan memiliki skor rata-rata sebesar 4,18.
Dengan demikian RPP yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kimia meskipun dengan
revisi kecil. Buku Ajar Mahasiswa BAM yang dikembangkan layak dijadikan sebagai buku panduan
bagi mahasiswa maupun dosen dalam pembelajaran kimia dengan revisi kecil. Revisi yang diperlukan adalah
perbaikan kesalahan tata tulis, penempatan gambar secara tepat, dan pencantuman sumber gambar. Hasil penilaian
oleh validator menunjukkan bahwa Lembar Kegiatan Mahaiswa LKM yang dikembangkan memiliki skor
rata-rata sebesar 4,17. Dengan demikian LKM yang dikembangkan berkategori baik dan layak digunakan,
meskipun dengan revisi kecil. Revisi yang dilakukan adalah penyesuaian beberapa kegiatan pembelajaran
dalam LKM dengan modul, pencantuman sumber gambar, dan perbaikan kesalahan tata tulis.
2. Keterbacaan Buku Ajar Mahasiswa dan Lembar
Kegiatan Mahasiswa
Keterbacaan Buku Ajar Mahasiswa BAM dan Lembar Kegiatan Mahasiswa LKM diperoleh dari hasil
penilaian mahasiswa terhadap keterbacaan BAM dan LKM. Hasil penilaian keterbacaan BAM dan LKM
disajikan pada Tabel 5.1. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Buku Ajar
Mahasiswa BAM dan Lembar Kegiatan mahasiswa LKM yang dikembangkan baik isi maupun penampilan
sangat menarik bagi mahasiswa walaupun ada beberapa mahasiswa yang mengalami sedikit kesulitan. Gambar
atau ilustrasi yang diberikan dapat memperjelas uraian keterbacaan BAM dan LKM. Berdasarkan hasil
penilaian, keterbacaan BAM dan LKM secara umum berkategori
baik dan
layak digunakan
dalam pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Tongi 2009, yakni 1 keterbacaan buku yang baik harus sesuai dengan kriteria Depdiknas 2008, 2
Buku ajar yang menarik dan bermutu menurut mahasiswa adalah buku yang memiliki kajian materi singkat, padat,
dan tidak bertele-tele, serta memiliki illustrasigambar yang mudah dipahami serta mendukung materi.
3. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dapat dilihat dari hasil penilaian keterlaksanaan
yang diberikan dua pengamat. Pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan dosen dalam menerapkan tahap-tahap dalam pembelajaran yang direncanakan sehingga dapat diukur
efektivitasnya pada akhir pembelajaran. Pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar pada tahap
pendahuluan, dosen memotivasi mahasiswa dengan menyajikan
fenomena, orentasi
masalah, dan
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, dosen memotivasi mahasiswa untuk berkonsentrasi pada
kegiatan belajar mengajar, yang dapat terlihat dari hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran pada tiap RPP
berkategori baik. Pada tahap kegiatan inti, dimana dosen mempersentasikan informasi singkat tentang materi yang
dipelajari, membagikan mahasiswa ke dalam kelompok 4-5 orang, membagikan buku dan LKM, menugaskan dan
membimbing mahasiswa menjawab pertanyaan pada LKM,
menunjukkan rata-rata
keterlaksanaan pembelajaran dengan kategori yang sangat baik, kecuali
pada aspek menugaskan dan membimbing mahasiswa melaksanaan praktikum sesuai LKM, membimbing
diskusi dari hasil praktikum yang telah dilakukan melalui persentasi kelompok dan diskusi kelas dengan kategori
baik. Hal ini disebabkan karena mahasiswa menganggap sebagai sesuatu yang baru sehingga mahasiswa perlu
dilatih dan dibimbing secara terus menerus. Pada bagian penutup, menugasi mahasiswa mengerjakan soal-soal
yang disediakan sebagai pekerjaan rumah, dan menyimpulkan hasil pembelajaran, memberikan latihan
soal, menugasi mahasiswa untuk belajar materi yang dibahas pada pertemuan berikutnya menunjukkan rata-
rata keterlaksanaan pembelajaran dengan kategori yang sangat baik. Berdasarkan suasana kelas selama KBM
berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, selama KBM cenderung berpusat pada
mahasiswa, dimana fase-fase di dalam pembelajarannya diorganisir sedemikian rupa sehingga mahasiswa dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dengan jalan berperan aktif. Rata-rata hasil pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran secara keseluruhan yang dilakukan oleh pengamat pada suasana kelas termasuk
dalam kategori baik. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
keterlaksanaan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP dapat disimpulkan bahwa langkah-
langkah dalam RPP terlaksana dengan baik karena skor rata-rata yang diberikan pengamat sebesar 4,64.
4. Respon Mahasiswa