SMKN 5 Surabaya Pembentukan Karakter melalui Pembelajaran
ISBN 978-602-72071-1-0 ini penulis akan menyoroti faktor internal yang turut
menjadikan bidang studi IPS sebagai bidang studi “kelas dua”, khususnya kompetensi guru bidang studi IPS di
tingkat Sekolah Menengah Umum SMU dan metoda mengajarnya. Kedua faktor tersebut terkait erat dan
langsung berpengaruh terhadap kualitas pengajaran IPS di SMU.
Berdasarkan penelitian
penulis terhadap
mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial PIPS di Universitas Bale Bandung, Kabupaten
Bandung, bahwa faktor kompetensi dosen dan metoda mengajarnya merupakan dua faktor utama yang dapat
menyebabkan pendidikan IPS kurang optimal. Oleh karena itu, kedua faktor tersebut perlu lebih ditingkatkan
kualitasnya dan dikembangkan metode mengajarnya. Penulis menggunakan penelitian ini dengan pemikiran
bahwa kompetensi guru dan metode mengajar IPS di tingkat Sekolah Menengah Umum SMU berkaitan erat
dengan pengalamannya sewaktu menempuh pendidikannya di perguruan tinggi. Apabila kompetensi dosen rendah dan
metoda mengajar dosen tersebut kurang menarik dan tidak kreatif, maka hal ini dapat berpengaruh terhadap
kompetensi dan metoda mengajar mahasiswa calon guru IPS. Seperti kita ketahui bahwa pada umumnya guru-guru
mengajarkan sebuah materi sesuai dengan yang diperolehnya saat menempuh pendidikan. Demikian pula,
metoda mengajarnya seringkali meniru dosen-dosennya.
Berdasarkan analogi di atas, maka upaya peningkatan kompetensi guru dan pengembangan metode
mengajarnya harus bersifat holistik, tidak terpisah-pisah tetapi mencakup pula pengembangan sistem pendidikan
tinggi atau nasional. Asumsinya apabila kompetensi dosen meningkat dan metoda mengajarnya berkembang dengan
lebih menarik dan kreatif, maka kualitas mahasiswa calon guru IPS dapat meningkat pula. Termasuk pula metoda
mengajarnya yang lebih menarik dan kreatif. 2.
Peranan Ilmu
Pengetahuan Sosial
Dalam Pembangunan Sosial Masyarakat, Bangsa dan Negara
Peranan Ilmu Pengetahuan Sosial IPS di dalam rangka pembangunan masyarakat maupun kontribusinya terhadap
negara bersifat signifikan. Menurut Sumaatmaja dalam Rini 2012 bahwa melalui pengajaran pendidikan IPS
diharapkan terbinanya warga negara yang akan datang yang peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi masalah
yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri terutama
yang menimpa
kehidupan masyarakat.
Perkembangan globalisasi selain berdampak terhadap infrastruktur fisik juga mempengaruhi tatanan sosial sebuah
masyarakat atau bangsa. Bahkan perubahan tatanan sosial tersebut bersifat kompleks dan acapkali menciptakan
konflik-konflik sosial. Dengan demikian peranan ilmu-ilmu sosial sangat dibutuhkan di dalam menghadapi paradigma
globalisasi tersebut. Dengan demikian, dikotomi antara IPS dengan
IPA – yang lebih luas lagi antara ilmu sosial dan eksakta -
sebenarnya sudah tidak relevan karena masing-masing memiliki peranannya sendiri. Bahkan antara keduanya
saling terkait, saling mendukung di dalam program pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Terutama
bagi Indonesia yang digolongkan sebagai negara sedang berkembang, maka kedua aspek di atas, yaitu Sumber Daya
Manusia dan infrastruktur fisik masing-masing perlu dikembangkan agar tidak terjadi kesenjangan atau
ketimbangan. Pembangunan infrastruktur fisik dan kemajuan teknologi sebaiknya juga diimbangi dengan
pembangunan tatanan social.
Dilihat dari tujuan dasar IPS sebagaimana dikemukakan oleh Bruce 1972:14 adalah; 1 Humanistic
Education , 2 Citizenship Education dan 3 Intellectual
Education . Pernyataan di atas menjelaskan peranan IPS
dalam konteks pendidikan manusia, warga dan intelektual. Sebenarnya
pembangunan infrastruktur
fisik dan
penggunaan teknologi modern harus diimbangi dengan pendidikan-pendidikan di atas agar tujuan pembangunan
dan penerapan teknologi dapat berfungsi optimal, sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai penggunanya dan
sebagainya. 3.
Peranan Metode Mengajar Pengetahuan Sosial IPS Yang Menarik
Dalam proses belajar mengajar peranan sebuah metode mengajar sangat penting agar materi dapat disampaikan
secara baik dan optimal. Metode mengajar adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan Djamarah dan Zain
2006:75; Kusmana 1985:1 metode mengajar adalah jalan untuk membawa anak didiknya ke tujuan pengajaran;
Joyce Weil 2000: 31 menjabarkan sebagai berikut: 1 Information processing orientation
; 2 Social interaction orientation
; 3 Person orientation; 4 Behavior modification
orientation ;
Kurjono 2010:
78 mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam memilih metode mengajar adalah: 1 Tujuan yang akan dicapai; 2 Faktor siswa; 3 Faktor dosen; 4 Faktor
sifat dan materi yang akan diajarkan; 5 Faktor dana dan fasilitas yang akan digunakan 6 Faktor waktu yang
tersedia bagi pelaksanaan proses belajar.
Berdasarkan penelitian
mengenai metode
mengajar di Program Studi Pendidikan IPS di Universitas Bale Bandung adalah sebagai berikut:” Pengaruh variabel
variasi metode pembelajaran terhadap kemampuan memahami konsep IPS relatif lebih rendah dibandingkan
dengan variabel-variabel eksogen lainnya. Untuk itu, dosen disarankan untuk tidak hanya menggunakan metode
yang itu-itu saja, tetapi dapat menerapkan berbagai metode yang sesuai dengan pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kemampuan memahami k
onsep IPS.” Susanti, 2012. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa sebagian besar dosen mengunakan metode mengajar yang tidak variatif, tidak kontekstual dengan materinya.