Induksi K3 Pelatihan Khusus K3 Pelatihan Umum K3

272 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety Gambar 12. 17. Pelaksanaan Diklat Keselamatan Kerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 273 BAB XIII MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI K3 A. Manajemen K3 1. Diterapkan di Malaysia tahun 1994 dengan dikeluarkannya UU K3 2. Lembaga ISO telah menyusun SMK3 dengan pendekatan SMM system manajemen mutu dan SML sistem manajemen lingkungan 3. Tahun 1998 ILO bersama IOHA mengidentifikasi elemen kunci ILO yang mempopulerkan SMK3 OHSAS 18001 SMK3 4. Akhir tahun 1999, BSI meluncurkan proposal pembentukan komite teknik untuk membentuk Standard Internasional Nonsertifikasi, namun ditolak karena bertentangan dengan 5. Tahun 1999 BSI dan badan sertifikasi dunia meluncurkan. Kegagalan manajemen merupakan salah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, seperti dalam teori kecelakaan oleh Bird dan Loftus. Banyak perusahaan yang sudah menerapkan berbagai sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas, produktifitas serta menghilangkan potensi terjadinya kerugian akibat kecelakaan dan berhasil mencapai sasaran yang diharapkan dengan menerapkan berbagai sistem manajemen tersebut. Beberapa perusahaan ada juga yang gagal mencapai tujuan dari penerapan sistem manajemen. Banyak faktor dan kendala yang dapat menyebabkan kegagalan manajemen sehingga tujuan penerapan tidak tercapai. Gallagher 2001 menyampaikan beberapa kendala dalam penerapan sistem manajemen keselamatan, antara lain: 1. Sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan 2. Lemahnya komitmen pimpinan perusahaan dalam menerapkan sistem manajemen 3. Kurangnya keterlibatan pekerja dalam perencanaan dan penerapan 4. Audit tool yang digunakan tidak sesuai dan kemampuan auditor yang tidak memadai. Penerapan sistem manajemen bertujuan untuk meningkatkan kualitas, produktifitas atau keselamatan kerja. Cara mengukur efektifitas penerapan sistem manajemen dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Metode konvensional dengan cara mengukur insiden dan klaim kompensasi 2. Metode ppis positive performance indicators dengan cara mengukur relevansi sistem manajemen keselamatan, proses, manajemen dan kesesuaian dengan praktek di lapangan Model penerapan sistem manajemen keselamatan dibedakan menjadi 2 model, yaitu: Gallagher, 2001 1. Rational Organisation Theory Menekankan kepada pendekatan top-down , yaitu penerapan sistem manajemen keselamatan berdasarkan kebijakan atau instruksi dari top level manajemen kemudian diteruskan sampai level yang paling bawah. 2. Socio-Technical System Theory Melakukan pendekatan dengan intervensi berdasarkan analisa hubungan antara teknologi, orientasi dari pekerja dan struktur organisasi. 274 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety Gambar 13.1 Penerapan Sistem Manajemen K3 Gallagher mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe, antara lain: 1. Safe Person Control Strategy , strategi pencegahan difokuskan terhadap kontrol perilaku pekerjaan 2. Safe Place Control Strategy , strategi pencegahan difokuskan terhadap bahaya dari sumbernya melalui identifikasi, kajian dan pengendalian. 3. Traditional Management , peranan penting dalam K3 berada di tangan supervisor dan EHS, integrasi SMK3 terhadap sistem manajemenn yang lebih luas sangat rendah, keterlibatan karyawan juga masih rendah. 4. Innovative Management , peranan penting dalam K3 berada di tangan senior dan line manager , integrasi SMK3 terhadap sistem manajemenn yang lebih luas sangat baik, keterlibatan karyawan sudah tinggi. Menurut Gallagher, 2001 metode implementasi SMK3 dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Voluntary , pelaksanaan SMK3 secara sukarela berdasarkan tanggung jawab perusahaan terhadap keselamatan dan kesejahteraan pekerja, sehingga pekerja lebih mudah berpartisipasi dalam berbagai program K3 2. Mandatory , pelaksanaan SMK3 berdasarkan kewajiban untuk memenuhi persyaratan dari pemerintah atau pelanggan, implementasinya terlihat dipaksakan dan sedikit melibatkan pekerja karena tujuannya tidak sepenuhnya melindungi pekerja melainkan untuk memenuhi persyaratn undang-undang