Media Diklat Diklat K3

246 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety

E. Pengukuran

Sambungan Kabel Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan untuk dapat melakukan pengukuran pada sambungan kabel untuk dapat melakukan troubleshooting dalam instalasi listrik. Penggunaan alat ukur untuk memeriksa sambungan kabel

F. Pengukuran

Empat, Tiga dan Dua Kabel Pentanahan Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan untuk dapat mengukur tahananresistansi pentanahan dengan menggunakan metode empat, tiga dan dua kabel. Prosedur pengujian resistivitas tanah.

G. Pengukuran

Tegangan Pentanahan dan Efek Tegangan Pentanahan saat Mengukur Resistansi Pentanahan Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan dapat mengukur tegangan pentanahan dan efeknya dalam pengukuran resistansi pentanahan Tegangan pentanahan

H. Pengukuran

Resistansi Isolasi Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan dapat mengukur reistansi isolasi pada kumparan motor a. Pemilihan pengujian tegangan b. Pengujian resistansi seketika c. Pengujian step tegangan

I. Pengukuran Arus

Beban Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan dapat mengukur arus beban saat starting dan running Pengukuran arus beban

J. Pengujian

Rangkaian Kebocoran Pentanahan dan Pengukuran Arus Bocor Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan dapat : a. memahami fungsi dan prinsip kerja dari ELCB b. memilih ELCB berdasarkan persyaratan instalasi c. menguji fungsi ELCB d. mengukur arus bocor dalam rangkaian a. Prinsip kerja ELCB b. Persyaratan sensitifitas ELCB c. ELCB dan Impedansi Loop Pentanahan Z s d. ELCB tripping karena Kapasitansi pada Kebocoran Pentanahan

K. Simulasi Kesalahan

dan Troubleshooting Setelah selesai melakukan percobaan, anda diharapkan dapat melakukan simulasi troubleshooting pada rangkaian listrik a. Jenis kesalahan yang dapat terjadi dalam rangkaian listrik b. Proteksi Rangkaian

3. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam penyampaian materi diklat adalah P roblem Based Learning PBL. P roblem Based Learning PBL adalah pedagogi yang berpusat pada siswamahasiswa di mana siswamahasiswa belajar tentang materi kuliah melalui pengalaman pemecahan masalah. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 247 Boud dan Felleti 1991, dalam Saptono, 2003 menyatakan bahwa “Problem Based Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. H.S. Barrows 1982 menyatakan bahwa PBM adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah problem dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu knowledge baru. Peserta pelatihan tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta diklat dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta diklat untuk mempelajari teori melalui praktek. Peserta diklat bukan hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu menganalisis data. PBM adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya prior knowledge sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL. Dalam PBL, pengajar dan mahasiswa bersama-sama mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan-keterampilan dari satu atau lebih bidang ilmu untuk menyelesaikan suatu masalah Jones, Rasmussen, Moffitt, 1997. Dalam metode ini, pengajar bertindak sebagai mentor, yang akan mendampingi mahasiswa untuk menyelesaikan suatu masalah. Pengajar tidak lagi banyak berperan sebagai pemberi informasi, sementara mahasiswa bertindak sebagai penerima informasi tunggal. Prinsip dalam PBL adalah berpusat pada mahasiswa student centered , berbeda dengan metode tradisional yang lebih berorientasi pada pengajar teacher - centered , di mana mahasiswa lebih banyak mendengarkan uraian materi dari pengajar. Dalam PBL, problem -lah yang mendorong kegiatan belajar. Sebelum belajar beberapa pengetahuan, mahasiswa diberi problem untuk dicari pemecahannya. Dalam hal ini, belajar dipahami sebagai hasil dan proses bekerja ke arah memahami atau memecahkan problem. Jadi, menurut Ross mahasiswa sendiri yang mengidentifikasi dan mencari pengetahuan yang perlu dimiliki untuk memecahkan problem Supratiknya, 2001 Penerapan problem base learning PBL dalam pelaksanaan diklat Keselamatan dan Kesehatan kerja terutama dalam penggunaan trainer Electrical Installation Safety System adalah dengan memberikan problem terlebih dahulu kemudian mahasiswa peserta diklat diminta untuk menyelesaikan problem tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki dan mempraktikkannya dengan menggunakan trainer yang telah disediakan, sehingga mahasiswa mendapatkan data dari percobaan yang telah dikerjakan, kemudian mahasiswa menganalisa data yang diperoleh berdasarkan terori yang telah mereka miliki selanjutnya dibuat suatu kesimpulan yang dapat digeneralisasikan. Data yang dicari disusun berdasarkan tabel yang telah disusun dalam suatu modul. Cara melaksanakan percobaanujicoba disusun dalam suatu urutan berdasarkan manual penggunaan alat dan modul yang telah disediakan. 248 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety Kegagalan risk off failures dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, setiap proses kegiatan sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Kegagalan dapat mengakibatkan kerugian loss apapun bentuknya. Penyebab kecelakaan di tempat kerja biasanya diakibatkan oleh kelelahan fatigue , kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman unsafe working condition , kurangnya penguasaan terhadap pekerjaan, kurangnya penjelasan training sebelum memulai pekerjaan, serta karakteristik dari pekerjaan.

4. Manfaat pendidikan dan pelatihan K3 bagi pekerja:

a. Pekerja diharapkan akan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami peraturan dan standar K3. b. Pekerja memiliki pengetahuan tentang prinsip dan konsep dasar K3. c. Pekerja memiliki pengetahuan tentang sistem manajemen K3 dan fungsi P2K3. d. Pekerja memiliki pengetahuan dan mampu melalukan identifikasi bahaya ditempat kerja. e. Pekerja memiliki pengetahuan tentang penyakit akibat kerja PAK dan penyebab terjadinya kecelakaan kerja. f. Pekerja mampu mengembangkan sistem kontrol kerja dan manajemen pencegahan kecelakaan di area kerja. g. Pekerja mampu meletakkan fondasi SMK3 di perusahaan dan memberikan training bagi pekerja lain. Menyadari pentingnya aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja, seharusnya perusahaan memiliki bagian khusus yang berfungsi menangani masalah keselamatan kerja. Tugas dan lingkup kerjanya dimulai dari menyusun program, membuat prosedur dan melakukan pengawasan, serta membuat laporan pengawasan di lapangan. Informasi yang akurat dan tepat waktu diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan penentuan langkah kebijakan selanjutnya bagi pengembangan program yang efektif dan efisien Pendidikan dan pelatihan K3 sangat diperlukan bagi pekerja, karena merupakan salah satu cara untuk menjamin kompetensi pekerja yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan Keselamatan dan Kesehatan kerja. Pendidikan dan pelatihan Diklat juga disebutkan dalam lampiran I Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per.05Men1996 mengenai pelatihan dan kompetensi kerja. OHSAS 18001 juga mensyaratkan setiap pekerja harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas-tugas yang berdampak terhadap K3. Kompetensi tersebut harus ditetapkan dalam pendidikan yang sesuai melalui pelatihan maupun pengalaman kerja. Diklat K3 merupakan suatu program yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan adanya perilaku yang tidak aman dari pekerja. Perilaku tidak aman yang ditimbulkan pekerja misalnya: pekerja tidak memperoleh instruksi kerja secara spesifik, adanya kesalahan dalam instruksi kerja, pekerja tidak mengetahui instruksi kerja, pekerja menganggap tidak penting adanya instruksi kerja serta mengabaikan adanya instruksi kerja. Diklat K3 dilakukan untuk memberikan pengarahan kepada pekerja untuk memahami setiap instruksi kerja secara baik serta bahaya yang terjadi apabila melakukan pekerjaan tidak sesuai dengan instruksi kerja.