Perencanaan Objective Buku Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety

190 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety

i. Pengecekan dan Tindakan Koreksi Audit

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara Prosedur dan program audit untuk audit berkala sistem managemen OHS yang harus dilaksanakan untuk : 1 Menentukan apakah sistem managemen OHS sesuai dengan pengaturan managemen OHS yang direncanakan termasuk persyaratan spesifikasi OHSAS telah diterapkan dan dipelihara secara benar dan efektif dalam memenuhi Policy dan Objective Perusahaan. 2 Meninjau hasil-hasil audit sebelumnya. 3 Memberikan informasi hasil audit kepada Managemen Program audit, termasuk jadwal harus didasarkan pada hasil pengujian resiko, dan hasil audit sebelumnya. Gambar 10.8. Alur Aliran Pengecekan dan Tindakan Koreksi j. Tinjauan Managemen Top Managemen Perusahaan harus pada selang waktu telah ditentukan, meninjau sistem managemen OHS, untuk menjamin kelangsungan kesesuaian, kecukupan dan keefektifannya. Proses tinjauan managemen harus menjamin informasi yang diperlukan disusun agar managemen dapat melaksanakan evaluasi. Tinjauan harus didokumentasi Tinjauan harus membahas kemungkinan perlunya perubahan Policy, Objective dan elemen lain dari sistem managemen OHS, dengan menyoroti hasil-hasil audit sistem managemen OHS, perubahan kondisi sekitar dan komitmen terhadap “ Continual Improvement ”. Gambar 10.9. Alur Aliran Tinjauan Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 191 D. UU Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia K3 Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam praktik Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Hal ini akan menjamin dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 secara baik dan benar. Konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, pekerja dan masyarakat di luar lingkungan kerja. Gambar 10.10. Struktur Kepengurusan dalam Menaker Dalam konteks bangsa Indonesia, Kesadaran K3 sebenarnya sudah ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Misalnya, pada 1908 parlemen Belanda mendesak Pemerintah Belanda memberlakukan K3 di Hindia Belanda yang ditandai dengan penerbitan Veiligheids Reglement, Staatsblad No. 406 Tahun 1910. Pemerintah kolonial Belanda menerbitkan produk hukum yang memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur berdasarkan masing- masing sektor ekonomi. Beberapa diantaranya menyangkut sektor perhubungan lalu lintas perkeretaapian seperti dalam Algemene Regelen Betreffende de Aanleg en de Exploitate van Spoor en Tramwegen Bestmend voor Algemene Verkeer in Indonesia Peraturan umum tentang pendirian dan perusahaan Kereta Api dan Trem untuk lalu lintas umum Indonesia dan Staatblad 1926 No. 334, Schepelingen Ongevallen Regeling 1940 Ordonansi 16 Kecelakaan Pelaut, Staatsblad 1930 No. 225, Veiligheids Reglement Peraturan Keamanan Kerja di Pabrik dan Tempat Kerja. Gambar 10.11. Grafik Paradigma Pengawasan K3