Pernafasan buatan Buku Kesetan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 181 2 Perhatikan terus korban, untuk memastikan dia tidak berhenti bernafas lagi, sampai perawat ahli mengambil alih. g Periksa denyut setelah 1 menit pertama, selanjutnya setiap 3 menit. Bila denyut kembali, teruskan pernafasan mulut ke mulut sampai pernafasan kembali. CATATAN Informasi ini hanya merupakan suatu panduan. Disarankan agar petugas yang berhubungan dengan pekerjaan pemasangan atau perawatan instalasi listrik, memperoleh pelatihan resmi mengenai cara-cara terbaru pertolongan menyadarkan kembali korban. BAHAYA : 1 Usahakan keselamatan anda sendiri dan keselamatan korban dan orang-orang sekeliling. 2 Tegangan tinggi, tunggu sampai suplai daya diputuskan. 3 Tegangan rendah, segera matikan suplai daya. Bila hal ini tidak dapat dilakukan, maka tarik atau dorong korban dari hubungan listrik memakai bahan tidak konduktif yang kering seperti kayu, tali, pakaian, plastik atau karet. Jangan mempergunakan metal atau apapun yang lembab.

f. Pingsan alam

Ada kemungkinan seorang penderita mengalami pingsan alam. Dalam peristiwa ini, penderita harus dijaga agar tetap hangat dengan jalan menyelimutinya, dan jika mungkin botol berisi air panas ditempatkan pada kakinya.

g. Minuman perangsang

Minuman perangsang tidak boleh diberikan kepada penderita yang pingsan. Minuman panas tidak boleh diberikan kecuali penderita sudah benar-benar sadar. h. Keselamatan kerja 1 Tersedianya alat untuk pertolongan. 2 Setiap kecelakaan yang membutuhkan pengobatan, pertolongan, atau perawatan, terlebih dulu harus dilaporkan secepat mungkin kepada orang yang diberi wewenang mengepalai pekerjaan yang bersangkutan, yang selanjutnya akan melaporkan kejadian itu secara terinci kepada ahli teknik atasannya. 3 Setiap kecelakaan harus dicatat dalam sebuah buku statistik kecelakaan, yang antara lain harus berisi data berikut: a Nomor urut, b Nama penderita, c Jam, hari, tanggal, dan tahun terjadinya kecelakaan, d Sebab kecelakaan, e Macam dan akibat kecelakaan, f Pertolongan pertama yang diberikan dengan menyebutkan jam, tanggal, dan macam pertolongan pertama tersebut, g Nama saksi yang melihat kecelakaan, dan h Keterangan lain yang diperlukan. 4 Ruang kerja listrik yang dengan teratur dan terus-menerus dilayani dan dijaga oleh petugas, misalnya pusat pembangkit listrik, gardu induk, gardu hubung, bengkel listrik dan gudang, harus dilengkapi perlengkapan pencegah bahaya kebakaran. Di tiap ruang harus tersedia alat pemadam kebakaran racun api brandblusser dengan isi obat racun api yang cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5 Ruang kerja listrik yang dengan teratur atau terus menerus dilayani atau dijaga oleh petugas, seperti pusat pembangkit listrik, gardu induk, gardu hubung, dan 182 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety bengkel listrik, harus dilengkapi perlengkapan kecelakaan seperti obat-obatan PPPK, tanda, tandu, dan lain sebagainya. 6 Pada ruang kerja listrik berbahaya seperti pusat pembangkit listrik, gardu induk, gardu hubung, gardu distribusi, bengkel listrik, gudang listrik harus dipasangi papan larangan masuk bagi setiap orang yang bukan petugas yang tidak berkepentingan. 7 Dalam ruang kerja listrik berbahaya para petugas harus menggunakan pakaian kerja yang baik, kering dan cocok menurut keadaan iklim dan aman sesuai dengan sifat pekerjaan yang dihadapi. 8 Selain ketentuan di atas harus diperhatikan pula peraturan keselamatan kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah. D. Indentifikasi kecelakaan kerja. Alasan yang menjadi dasar dilakukannya analisa dan pelaporan penyebab terjadinya kejadian kecelakaan adalah agar dapat diidentifikasi dan dapat dilakukan tindakan perbaikan yang memadai untuk mencegah agar tidak terulangnya kembali kejadian kecelakaan sehingga dapat melindungi pekerja dan lingkungan. Analisa Root Cause akar penyebab dan proses pelaporan dari suatu kejadian mencakup lima tahapan, yaitu:

1. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data merupakan tahap penting untuk memulai analisa akar penyebab suatu kejadian. Pengumpulan data dilakukan setelah kejadian itu terjadi untuk memastikan agar tidak ada data yang hilang, sehingga data yang kita dapat masih murni belum ada rekayasa, dan kita dapat lebih mudah melakukan analisis mengenai apa yang terjadi. Tanpa mengorbankan keselamatan atau pemulihan, data harus dikumpulkan bahkan selama kejadian kecelakaan. Informasi yang harus dikumpulkan meliputi kondisi sebelum, selama dan setelah kejadian, personil yang terlibat termasuk tindakan yang diambil, faktor lingkungan serta informasi lainnya yang berkaitan dengan kejadian kecelakaan.

2. Tahap Penilaian

Tahap penilaian meliputi: a. Identifikasi masalah. b. penentuan pentingnya masalah. c. Identifikasi penyebab, kondisi dan tindakan sebelum dan selama kejadian. d. Identifikasi alasan mengapa penyebab kejadian dan menganalisa akar penyebabnya.

3. Tahap Tindakan Korektif

Tindakan korektif dilakukan untuk mengurangi penyebab kemungkinan kejadian dan mengingkatkan kehandalan sistem keselamatan dan keamanan. Perencanaan tindakan korektif harus berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dengan mempertimbangkan tiga faktor utama penyebab kecelakaan, yaitu: working condition , sistem manajemen dan human factor . Penyebab dasar kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang saling berhubungan, yaitu Heinrich, 1980

a. Kebijakan dan Keputusan Manajemen, merupakan kebijakan dan

keputusan manajemen, misalnya target produksi dan keselamatan; prosedur kerja; pencatatan; penugasan tanggung jawab dan otoritas; kepercayaan; Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 183 pemilihan karyawan, pelatihan, penempatan, pengawasan dan pengarahan; prosedur komunikasi; prosedur inspeksi; peralatan suplai, dan desain fasilitas; pembelian dan perawatan; prosedur pekerjaan standar dan darurat; serta kebersihan dan kerapian.

b. Faktor Personal Pekerja, merupakan faktor personal atau pekerja,

misalnya motivasi; keadaan fisik dan mental; waktu reaksi; kepedulian pribadi; serta kesadaran diri.

c. Faktor Lingkungan, misalnya kondisi yang terdapat pada lingkungan sekitar

kerja meliputi temperatur; tekanan; kelembaban; debu; gas; uap; aliran udara; kebisingan; pencahayaan; kondisi gedung bangunan; kondisi alami lingkungan permukaan yang licin, hambatan, penopang yang tidak baik, benda berbahaya.

4. Tahap Menginformasikan

Hasil analisis penyebab kecelakaan harus dikomunikasikan dan diinformasikan kepada semua stakeholder . Penjelasan kepada pekerja yang berhubungan dengan proses terjadinya kecelakaan secara detil dilakukan melalui daily meeting, news letter, papan informasi, dll. Informasi yang disampaikan meliputi penyebab dan proses terjadinya kecelakaan, tindakan korektif yang akan dilakukan dan penekanan terhadap keterlibatan dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan serupa.

5. Tahap Tindak Lanjut

Tindak lanjut merupakan tahapan untuk menentukan apakah tindakan perbaikan telah efektif dalam memecahkan masalah. Kajian efektivitas sangat penting untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan yang telah ditetapkan dapat mencegah kejadian agar tidak terulang kembali. 184 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety

BAB X ORGANISASI YANG MENGATUR TENTANG K3

A. Organisasi K3

Organisasi dalam pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja keberadaannya sangatlah penting, karena dengan mengacu pada pedoman yang telah ada maka akan tercipta standar keamanan dalam bekerja pada suatu industri. Organisasi yang dibutuhkan yaitu organisasi yang meningkatkan perhatian terhadap pencapaian dan upaya menunjukkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Keberhasilan organisasi dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja bergantung pada komitmen dari seluruh tingkatan dan fungsi organisasi terutama dari manajemen sebuah industri. Sistem ini memungkinkan suatu organisasi mengembangkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga akan meningkatkan kinerja dan menunjukkan kesesuaian sistem yang ada terhadap persyaratan standar ini. Gambar 10.1. Grafik Standar PDCA Gambar grafik diatas merupakan gambar dari grafik standar metodologi dengan sistem PDCA maksudnya adalah sebagai berikut : 1. Plan Perencanaan: Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai hasil yang sesuai dengan organisasi kebijakan standar K3. 2. Do Pelaksanaan: Setelah dilakukan perencanaan maka akan dilakukan melaksanakan proses yang telah ditetapkan sebelumnya. 3. Check Pemeriksaan: Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran, peraturan perundang –undangan dan persyaratan K3 lainnya dilanjutkan dengan melaporkan hasilnya. 4. Act Tindakan: Mengambil tindakan untuk perbaikan K3 secara berkelanjutan. Organisasi secara umum mengelola kegiatannya melalui penerapan sistem proses dan interaksinya yang dikenal dengan istilah” pendekatan proses “ seperti pada ISO 9001. B. Standar OHSAS 18001 Masalah keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan perkembangan industri. Namun secara spesifik, baru dimulai sekitar tahun 1800-an bersamaan dengan revolusi industri di Inggris yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap yang membawa perubahan mendasar dalam proses produksi. Perubahan ini menimbulkan dampak luas khususnya hubungan antar