Manfaat pendidikan dan pelatihan K3 bagi pekerja:

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 251 “ It is generally trought that human began amassing knowledge at the beginning of the stone age. As they invented tools, weapons, clothing, shelter, and language, the need for training became an essential ingredient in the march of civilization. ” Manusia mulai memiliki pengetahuan pada awal jaman batu ketika mereka menemukan perkakas, senjata, pakaian, tempat perlindungan dan bahasa. Kebutuhan akan pelatihan menjadi suatu ramuan penting di dalam gerakan peradaban. Pada jaman itu ilmu pengetahuan mulai berkembang. Perkembangan tersebut turun menurun kepada generasi selanjutnya hingga saat ini. Bagaimana cara menggunakan perkakas, senjata, bagaiamana cara berpakaian, cara melidungi diri serta cara berkomunikasi dengan sesama. Ilmu pengetahuan selalu berkembang dari jaman kejaman. “ History tells us that the fastest from of long-distance transportation in the year 6000 B.C was yhe camel caravan, whice traveled at an average speed of about 8 mils per hours. It was not until the chariot was inented about 1600 B.C. that the average speed of long-distance transportation was increased to about 20 mil per hour Robert L Craig. 1987. ” Hal tersebut membuktikan adanya perkembangan ilmu pengetahuan berdasarkan pelatihan yang ada, sebelumnya kendaraan tercepat adalah unta dengan waktu tempuh 8 mil perjam, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan ditemukan kereta perang dengan kecepatan 20 mil perjam. Berkembangnya pelatihan tidak semata didapatkan secara cepat, namun diperoleh melalui tahapan-tahapan pembelajaran sesuai dengan teori Robert W Lucas 2003. “ F or learning to truly occur, a phased prosess is often helpful. The process that follows moves through five stages or phases. In it, participants are alerted to the learning experience in which they are about t o take part. They are then led along a preplanned path for transferring knowledge, skill, or attitude back to the workplace or other venue . ” Belajar dengan sungguh-sungguh sangat menolong dalam kegiatan pembelajaran. Proses yang harus dilalui terdiri dari lima tahapan sehingga ilmu dapat berpindah atau di kirim. Baik pengetahuan, kemampuan maupun sikap. Kelima tahapan tersebut terdiri dari persiapan untuk belajar, pembelajaran dengan simulasi, pengembanganperluasan, penghafalan, serta implementasi dari pembelajaran. Pelatihan dan pengembangan perlu memperhatikan kemampuan yang dimiliki seseorang, karena kemampuan yang dimiliki orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Multiple intelligence yang dimiliki oleh seseorang terdiri dari naturalist, lingustic, logical-mathematical, musical, interpersonal, intrapersonal Robert W Lucas. 2003 a. Organisasi dan manajemen fungsi latihan Banyak pepatah mengatakan bahwa orang adalah kunci sukses operasi bisnis. Namun ini adalah perkataan semata, tidak ada perusahaan milik seseorang yang dapat sukses tanpa kemampuan yang lebih baik dan pengetahuan sumber daya manusia. Semua organisasi baik formal maupun non formal, harus melakukan pelatihan dan pengembangan terhadap semua anggotanya secara terus menerus. Dilakukan dengan tujuan menghidari keusangan dan kegagalan dikemudian hari. Menurut Robert L. Craig 1987 pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki seorang pemimpin antara lain sebagai berikut. 252 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 1 Mengumpulkan data yang relevan Mengumpulkan dan menginterprestasikan variasi data yang memberikan dampak training fungsi adalah langkah kritis dalam segala proses. Menurut dua pandangan yang terpenting adalah analisis secara teliti, antara lain: a Data yang obyektif adalah cara ntuk mengenali tugas dan menolak obyektif dari training fungsi dan perubahan fokus dari reaktif ke proaktif satu, b Tindakan mengumpulkan dan mempresentasikan data – kepan mereka menyangkutkan banyak garis dan staff manajer dari seluruh bisnis – satu hal yang sangat kuat perkakas pemasaran dapat menjual sehingga menghasilkan datangnya pengembang dari data tersebut. Mengumpulkan dan menganalisis data yang relevan dilakukan dengan baik, kebijakan struktur organisasi dari training function baik menjadi jelas – hampir tidak sama penting dengan – hasil identifikasi training function apa yang dapat dikonstribusikan kepada bisnis. Mengumpulkan data selalu menggunakan dua bentuk: interview dan dokumentasi tertulis. 2 Menentukan tujuan Menentukan tujuan fungsi latihan perlu suatu pertanyaan yang harus dijawab, seperti berikut ini. a Pelatihan dan pendidikan seperti apa yang ada saat ini? Mengapa? b Apa yang sebaiknya ada? Jangka pendek? Jangka panjang? Menjawab pertanyaan tersebut bukanlah suatu analisis yang terperinci namun sebagai patokan untuk mencari gambaran misi yang spesifik, sasaran, pelanggan dan hubungan staf fungsi latihan tersebut. Hal tersebut menjadi dasar berbagai alternatif untuk mengorganisir fungsi sehingga dapat diselidiki. 3 Mempertimbangkan Strategi Alternatif Masing-masing strategi perlu meliputi pertimbangan dari seluruh sumber daya yang tersedia itu akan menjadi hal yang diperlukan untuk meyakinkan prestasi dari misi dan penolakan sasaran. Strategi untuk menunjuk kebutuhan dari kelompok yang berbeda terfokus pada: a Penggunaan nasional, kursus secara internal mungkin dikembangkan kapan saja, b Kepercayaan pada belajar mandiri buku catatan dan slide atau tape untuk pengetahuan, c Kepercayaan pada sesi kelas ceramah dan diskusi dan praktik untuk ketrampilan penjualan, d Penggunaan bidang manajer penjualan sebagai instruksi kelas untuk kursus ketrampilan penjualan, e Penggunaan pelatih penjualan untuk kebutuhan identifikasi, design , pengembangan dan evaluasi, f Tidak menggunakan para penyalur dan pengembang dari luar, g Penggunaan area manajer penjualan sebagai tenaga ahli pokok. Sebaliknya, data mungkin menandai adanya suatu strategi yang berbeda, antara lain: a Penggunaan wajib memilih kursus nasional saja, b Kepercayaan pada latihan kerja untuk produk pengetahuan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 253 c Kepercayaan pada pelatihan pekerjaan untuk yang menjual keterampilan, d Kepercayaan pada sesi kelas dari kembangkan kemampuan pelatihan pada bidang manajer menjualan, e Penggunaan pelatih penjualan untuk kebutuhan identifikasi, design , implementasi pengembangan dan evaluasi, f Penggunan para penyalur dan pengembang dari luar yang terpilih, g Penggunaan tenaga ahli dari luar untuk isi kursus. Anggaran pelatihan untuk kompensasi staf pelatihan, riset , materi produk, konsultan, dan biaya administrasi kursus yang terkait perjalanan, penginapan, makanan dan lain-lain Robert L. Craig.1987. b. Arsip dan Sistem Informasi Arsip dan sistem informasi yang ada harus jelas dan tertata dengan baik, jika seorang calon peserta didik ingin mngikuti pelatihan maka mereka dapat mengetahui informasi yang ada baik memalui brosur maupun sistem informasi dari internet. c. Media dan Metode Umumnya orang percaya bahwa pengalaman merupakan faktor yang sangat penting dalam pembelajaran. Pada tahap ini maka diperlukan kegiatan luar lapangan sehingga akan lebih banyak lagi pengalaman yang diperoleh. Namun pada kenyataannya beberapa orang tidak cerdas untuk belajar dari pengalaman. Apabila manajer pelatihan ataupun pembelajar menyadari cara belajar yang terbaik, mereka sudah bisa mengantisipasi kesulian yang akan dihadapi dalam suatu proses pembelajaran. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari masing-masing metode pembelajaran akan membatu dalam menemukan metode yang paling tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimum dalam kegiatan pelatihan tersebut. Macam-macam media dan metode yang ada terdiri dari : latihan kerja, instruksi kelas, meeting-konferensi-workshop-seminar, metode kasus, mamainkan peran, pembentukan tim, permainan dan simulasi, komputer-pelatihan dasar, serta instruksi diri Eddie Davies. 2005.

J. Sistem Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3 secara normatif seperti yang tertulis dalam PER.05MEN1996 pasal 1 merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. K3 di suatu perusahaan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, masyarakat, pasar atau dunia internasional tetapi juga merupakan tanggung jawab pimpinan. Pimpinan bertanggung jawab menyediakan tempat kerja yang aman serta memberikan pendidikan dan pelatihan mengenai K3 kepada pekerja. Pelatihan merupakan suatu proses membantu pekerja untuk memperoleh efektifitas dalam melakukan pekerjaan melalui pengembangan kebiasaan pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang layak. 254 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan langkah penting dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi pekerja. Usaha peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk menjamin kompetisi kerja. Program pelatihan merupakan suatu keharusan yang wajib dilaksanakan setiap perusahaan untuk menjamin hasil kinerja yang maksimal. Pelatihan K3 merupakan pelatihan yang diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Kebutuhan pelatihan setiap perusahaan berbeda-beda sesuai sifat bahaya, skala kegiatan dan kondisi pekerja. Pendidikan digunakan untuk menambah ketrampilan kognitif dan kemampuan seseorang. Pendidikan mengajarkan bagaimana berpikir, sedangkan pelatihan memperbaiki perilaku. Gambar 12.7. Standar Pendidikan dan Pelatihan K3 Efektifitas Diklat K3 sangat bergantung kepada komitmen dan keterlibatan semua komponen perusahaan sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatan yang melibatkan pekerja antara lain: Nasution, 2005 1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun B3 dan mengusulkan rekomendasi perbaikan. 2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan kerja di perusahaan. 3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru. 4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja. Unsur-unsur manajemen diklat K3 yang terpenting adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga kondisi kerja untuk memnuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan analisis penyebab kecelakaan, serta menyediakan fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan P3K. Menurut AOMA American Occupational Medical Assosiation membagi komponen penting dari program diklat K3 yang meliputi:

1. Komponen Pokok

a. Pemeriksaan kesehatan pekerja 1 P re-placement yaitu pemeriksaan kesehatan termasuk penilaian emosional setiap individu untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen mengenai kemampuan seseorang melakukan suatu pekerjaan secara aman tanpa membahayakan dirinya maupun orang lain. Rekomendasi yang diberikan meliputi: riwayat kesehatan, riwayat pekerjaan, penilaian terhadap fisik dan organ tubuh, evaluasi dari pekerjaan sebelumnya. 2 Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui status kesehatan pekerja sehingga dapat cepat diatasi dan tidak berdampak terhadap pekerjaan. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 255 3 Pemeriksaan kesehatan setelah pekerja menderita sakit atau kecelakaan. 4 Pemeriksaan kesehatan ketika pensiun atau berhenti bekerja untuk mengetahui apakah terjadi gangguan kesehatan akibat kerja. b. Diagnosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja, termasuk rehabilitasinya. c. Pengobatan darurat dan pengobatan kecelakaan yang terjadi bukan akibat kerja. d. Pendidikan terhadap pekerja mengenai potensial occupational hazard, pengetahuan bahaya terhadap kesehatan, serta tindakan pencegahan. e. Penentuan perlunya alat perlindungan diri APD dan pengadaannya. Gambar 12.8. Poster Komponen APD f. Inspeksi berkala dan evaluasi tentang lingkungan kerja untuk mengetahui apakah terjadi kemungkinan berbahaya terhadap kesehatan serta pencegahannya. g. Pemeriksaan penggunaan bahan kimia yang belum mendapat pemeriksaan secara toksikologis. h. Studi epidemiologik untuk mengevaluasi dampak lingkungan kerja. i. Pemerikasaan occupational health records. j. Imunisasi terhadap infeksi penyakit. k. Berperan dalam penentuan dan evaluasi ansuransi pekerja. l. Berperan dalam program peraturan yang berhubungan dengan kesehatan pekerja. m. Mengevaluasi secara periodik efektivitas program kesehatan kerja yang telah berlangsung.

2. Komponen Pilihan

a. Penyediaan tempat pengobatan klinik untuk hal-hal yang bersifat minor dan non occupational. b. Penyediaan pengobatan berulang dan kondisi non occupational yang diberikan oleh dokter pribadi seperti fisioterapis, suntikan rutin sehingga dapat mencegah hilangnya waktu kerja dan menurunkan biaya. c. Program bantuan kepada pekerja untuk membantu memecahkan masalah yang dapat mengganggu kesehatan kesejahteraan pekerja. d. Pendidikan kesehatan dan konsultasi. e. Bantuan kepada pimpinan dalam mengontrol absen kerja. f. Program keadaan darurat di tempat kerja. Pengembangan Diklat K3 John Cadick, 2006 yang baik dan efektif dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain: 256 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety

1. Analisis jabatan dan pekerjaan

Melakukan identifikasi dan analisa semua jabatan dan pekerjaan yang terdapat di lingkungan perusahaan, kemudian dibuat daftar pekerjaan yang dilakukan.

2. Identifikasi pekerjaan atau tugas kritis

Melakukan identifikasi tentang pekerjaan yang berbahaya dan beresiko tinggi dari semua pekerjaan yang dilakukan.

3. Mengkaji data-data kecelakaan

Informasi kecelakaan yang pernah terjadi merupakan masukan penting dalam merancang pelatihan. Kecelakan dapat terjadi karena adanya penyimpangan dan kelemahan dalam sistem manajemen serta kurangnya kompetensi dan kepedulian mengenai K3 sehingga diperlukan pembinaan dan pelatihan.

4. Survei kebutuhan pelatihan

Survei kebutuhan pelatihan dan jenis pelatihan diperlukan untuk meningkatkan ketrampilan pekerja, sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan selamat.

5. Analisa kebutuhan pelatihan

Analisa kebutuhan pelatihan dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya, jenis bahaya dan tingkat resiko dari setiap pekerjaan.

6. Menentukan sasaran dan target pelatihan

Pelatihan K3 diharapkan dapat memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dari masing-masing pekerja. Sasaran dan target pelatihan harus ditetapkan dengan tepat sebagai masukan untuk merancang format dan silabus pelatihan.

7. Mengembangkan objektif pembelajaran

Pelatihan K3 harus menjangkau semua tingkat kalangan pekerja di perusahaan.

8. Melaksanakan pelatihan

Pelatihan dapat dilakukan secara eksternal melalui lembaga pelatihan atau secara internal yang dirancang sesuai dengan kebutuhan.

9. Melakukan evakuasi

Evaluasi pelatihan dilakukan terhadap seluruh aspek pelatihan seperti materi pelatihan dan dampaknya terhadap pekerja setelah kembali ke tempat kerja.

10. Melakukan perbaikan

Langkah perbaikan merupakan langkah terakhir yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi. Teknik pelakasanaan Diklat K3 dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: 1. Perkuliahan dan percakapan 2. Pemutaran video dan film 3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan 4. Studi kasus