MCB Miniatur Circuit Breaker, MCB adalah pengaman rangkaian yang

20 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety Gambar 1.46. VCB Vacuum Circuit Breaker 6. SF6 CB Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker, SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV –760 KV. Gambar 1.47. SF6 CB Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker 7. GFCI Ground Fault Circuit Interrupter, GFCI berfungsi memutus rangkaian jika terjadi kesalahan dalam grounding. Jika ada seseorang yang terkena sengatan listrik, secara otomatis dia akan meng-grounding-kan rangkaian. GFCI sendiri memiliki ground referensi. Ketika ground dari manusia dibandingkan dengan ground referensi, maka ground dari manusia dianggap suatu kesalahan. Maka GFCI akan memutus rangkaian dalam waktu kurang dari seperempat detik. Bagian dalam dari GFCI menyerupai Sekring model baru. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety 21 Gambar 1.48. GFCI Ground Fault Circuit Interrupter

8. ELCB

Earth Leakage Circuit Breaker, Cara kerja atau prinsif kerja ELCB adalah ketika terjadi kontak antara listrik dan tubuh manusia,maka arus akan mengalir melalui tubuh manusia ke grounding atau bumi maka akan terjadi perbedaan total arus yang melewati ELCB sehingga akan memicu alat tersebut memutuskan arus listrik seketika. Di dalam ELCB tidak terdapat pengaman thermal ataupun magnetis kecuali adanya tambahan komponen. Komponen ini juga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran arus yang melebihi 6kA. Gambar 1.49. ELCB Earth Leakage Circuit Breaker K. Sistem Keamanan Listrik 1. Efek Psikologis Dari Listrik Mungkin kebanyakan dari kita pernah mengalami sengatan listrik atau istilahnya kesetrum yang menyebabkan tubuh kita terasa sakit atau trauma. Bila kita beruntung, mungkin kita hanya merasa sedikit terkena sentakan dari listrik yang melewati tubuh kita. Ketika kita sedang berada disekitar rangkaian listrik yang mampu mengirim daya yang besar ke beban, sengatan listrik menjadi masalah yang serius, kesakitan mungkin adalah akibat yang tidak terlalu signifikan dari sengatan itu. Arus listrik dilewatkan melalui suatu material, kebalikan dari aliran elektron itu resistansi = menghambat aliran elektron menghasilkan suatu penyerapan energi, biasanya dalam bentuk panas. Ini adalah dasar yang mudah untuk dipahami dari efek listrik apabila dilewatkan pada tisu: arus menghasilkan panas. Bila jumlah panas yang dihasilkan itu cukup, tisu bisa saja terbakar. Efek secara fisik juga sama, yaitu menyebabkan kerusakan dari api yang mungkin saja dihasilkan dari suhu yang sangat tinggi akaibat pemanasan berlebih. 22 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety Kemampuan listrik membakar tisu ini juga yang terjadi saat listrik mengalir pada tubuh anda, bahkan organ dalam anda bisa saja terbakar. Efek arus listrik lainnya pada tubuh adalah, mungkin yang paling signifikan dalam terminologi bahaya, bisa disebut sistem nervous. Maksud Sistem nervous disini adalah jaringan sel- sel khusus pada tubuh yang disebut “sel nerve” atau “neuron” yang berfungsi untuk menghantarkan sinyal tanggapan untuk gerakan pada fungsi organ-organ tubuh. Otak, syaraf tepi, dan sensororgan gerak pada tubuh berfungsi bersama-sama sebagai indra perasa, bergerak, menanggapi, berpikir, dan mengingat. Sel nerve neuron b erkomunikasi satu sama lain sebagai “transduser”: menghasilkan sinyal listrik arus dan tegangannya sangat kecil dalam merespon input bentuk komponen kimia yang disebut neurotransmitter, dan melepaskan neurotransmitter ini ketika distimulasi oleh sinyal listrik. Bila arus listrik cukup untuk mengalir melewati makhluk hidup seperti manusia, efek ini akan “menindih dan menutupi” dari impuls listrik normal yang nilainya kecil yang murni dihasilkan oleh neuron, sehingga apabila tubuh kita dialiri listrik, otak kita merasakan sakit, otak kita mencoba merespon untuk menggerakkan otot, tetapi perintah ini tidak bisa sampai ke otot, karena jalur neurotransmitter tadi sudah dilewati listrik yang nilainya lebih besar, sehingga otot-otot kita terasa kaku saat kita kesetrum. Masalah ini berbahaya bila korban menyentuh konduktor yang berenergi dengan tangannya. Apabila anda menyentuh kawat beraliran listrik menggunakan telapak atas tangan anda, lengan bawah tangan kita yang bertanggung jawab untuk menggerakkan jari-jari tangan cenderung berkontraksi untuk mengepalkan tangan, akibatnya, respon mengepal tangan dari lengan bawah ini menang, tangan kita mengepal dan tangan kita berhasil lepas dari kontak dengan kawat beraliran listrik itu. Namun apabila kita menggunakan telapak muka tangan untuk menyentuh kawat listrik, maka respon otot lengan justru akan mengepalkan tangan dan tangan kita justru akan menggenggam kawat ini sehingga memperburuk keadaan, korbanpun dalam bahaya karena tangannya tidak bisa dilepas dari kawat beraliran listrik itu. Secara medis, kondisi kontraksi kaku pada otot disebut dengan tetanus. Para pakar listrik haruslah mengenal dengan efek sengatan listrik ini. Saat korban sengatan listrik merasakan ototnya kaku dan tidak bisa melepaskan diri dari kontak dengan kawat listrik ini, maka jalan satu-satunya adalah memutus aliran sumber listrik tersebut. Bahkan ketika arus sudah berhasil dihientikan, korban tidak langsung sadar dan tidak dapat menggerakkan ototnya, karena struktur neurotransmitternya masih kacau. Prinsip ini diaplikasikan pada alat “stun gun” tembak pingsan seperti Taser, dimana prinsipnya adalah membuat sengatan listrik tegangan tinggi beberapa saat pada korbannya melalui kedua elektrodanya. Kejutan listrik yang ditempatkan dengan baik membuat efek pusing pingsan sementara pada korbannya. Efek Arus listrik juga berpengaruh terhadap otot rangka tubuh korbannya. Otot diafragma yang bertugas untuk mengontrol paru-paru dan jantung dapat menjadi kaku juga saat terkena sengatan listrik mengalami tetanus. Bahkan arus listrik yang kecil saja sudah cukup untuk membuat jantung berhenti bekerja, kondisi pada jantung seperti ini disebut fibrillation. Jantung yang ter-fibrilasi akan berpengaruh terhadap detak jantung dan menyebabkan kegagalan memompa darah ke seluruh tubuh. Sehingga arus yang lebih besar bisa menyebabkan kematian karena korbannya mengalami sesak napas gagal jantung. Ironisnya, dalam dunia medis justru menggunakan sentakan listrik yang kuat untuk mengalirkan arus pada dada korban untuk memulai detakan jantung yang terfibrilasi hingga berdetak normal kembali.