272
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Gambar 12. 17. Pelaksanaan Diklat Keselamatan Kerja
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
273 BAB XIII
MANAJEMEN DAN STRUKTUR ORGANISASI K3 A.
Manajemen K3
1. Diterapkan di Malaysia tahun 1994 dengan dikeluarkannya UU K3
2. Lembaga ISO telah menyusun SMK3 dengan pendekatan SMM system
manajemen mutu dan SML sistem manajemen lingkungan 3.
Tahun 1998 ILO bersama IOHA mengidentifikasi elemen kunci ILO yang mempopulerkan SMK3 OHSAS 18001 SMK3
4. Akhir tahun 1999, BSI meluncurkan proposal pembentukan komite teknik untuk
membentuk Standard Internasional Nonsertifikasi, namun ditolak karena bertentangan dengan
5. Tahun 1999 BSI dan badan sertifikasi dunia meluncurkan.
Kegagalan manajemen merupakan salah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, seperti dalam teori kecelakaan oleh Bird dan Loftus. Banyak
perusahaan yang sudah menerapkan berbagai sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas, produktifitas serta menghilangkan potensi terjadinya kerugian akibat
kecelakaan dan berhasil mencapai sasaran yang diharapkan dengan menerapkan berbagai sistem manajemen tersebut. Beberapa perusahaan ada juga yang gagal
mencapai tujuan dari penerapan sistem manajemen. Banyak faktor dan kendala yang dapat menyebabkan kegagalan manajemen sehingga tujuan penerapan tidak tercapai.
Gallagher 2001 menyampaikan beberapa kendala dalam penerapan sistem manajemen keselamatan, antara lain:
1. Sistem yang diterapkan tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan
2. Lemahnya komitmen pimpinan perusahaan dalam menerapkan sistem manajemen
3. Kurangnya keterlibatan pekerja dalam perencanaan dan penerapan
4.
Audit tool
yang digunakan tidak sesuai dan kemampuan auditor yang tidak memadai.
Penerapan sistem
manajemen bertujuan
untuk meningkatkan
kualitas, produktifitas atau keselamatan kerja. Cara mengukur efektifitas penerapan sistem
manajemen dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1.
Metode konvensional dengan cara mengukur insiden dan klaim kompensasi 2.
Metode ppis
positive performance indicators
dengan cara mengukur relevansi sistem manajemen keselamatan, proses, manajemen dan kesesuaian dengan
praktek di lapangan Model penerapan sistem manajemen keselamatan dibedakan menjadi 2 model,
yaitu: Gallagher, 2001
1.
Rational Organisation Theory
Menekankan kepada pendekatan
top-down
, yaitu penerapan sistem manajemen keselamatan berdasarkan kebijakan atau instruksi dari top level manajemen
kemudian diteruskan sampai level yang paling bawah. 2.
Socio-Technical System Theory
Melakukan pendekatan dengan intervensi berdasarkan analisa hubungan antara teknologi, orientasi dari pekerja dan struktur organisasi.
274
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Gambar 13.1 Penerapan Sistem Manajemen K3
Gallagher mengklasifikasikan sistem manjemen keselamatan ke dalam 4 tipe, antara lain:
1.
Safe Person Control Strategy
, strategi pencegahan difokuskan terhadap kontrol
perilaku pekerjaan 2.
Safe Place Control Strategy
, strategi pencegahan difokuskan terhadap bahaya dari
sumbernya melalui identifikasi, kajian dan pengendalian. 3.
Traditional Management
, peranan penting dalam K3 berada di tangan supervisor dan EHS, integrasi SMK3 terhadap sistem manajemenn yang lebih luas sangat
rendah, keterlibatan karyawan juga masih rendah. 4.
Innovative Management
, peranan penting dalam K3 berada di tangan senior dan
line manager
, integrasi SMK3 terhadap sistem manajemenn yang lebih luas sangat
baik, keterlibatan karyawan sudah tinggi.
Menurut Gallagher, 2001 metode implementasi SMK3 dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu:
1.
Voluntary ,
pelaksanaan SMK3 secara sukarela berdasarkan tanggung jawab perusahaan terhadap keselamatan dan kesejahteraan pekerja, sehingga pekerja
lebih mudah berpartisipasi dalam berbagai program K3 2.
Mandatory , pelaksanaan SMK3 berdasarkan kewajiban untuk memenuhi
persyaratan dari pemerintah atau pelanggan, implementasinya terlihat dipaksakan dan sedikit melibatkan pekerja karena tujuannya tidak sepenuhnya melindungi
pekerja melainkan
untuk memenuhi persyaratn undang-undang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
275 3.
Hybrid , merupakan kombinasi dari voluntary
dan
mandatory
, selain memenuhi persyaratan dari undang-undang juga bertujuan untuk melindungi pekerja dan aset
perusahaan
Leadership atau kepemimpinan adalah sesuatu yang dimulai dari atas ke bawah. Pemimpin berbeda dengan manajer. Manajer adalah kedudukan jabatan dalam suatu
organisasi yang mengurus segala aspek manajerial. Seorang manajer belum tentu bisa menjadi pemimpin, tetapi pemimpin yang baik harus mampu melakukan aspek
manajerial. Semua orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, karena kepemimpinan berkaitan dengan cara pandang dan sikap terhadap segala aspek yang
menjadi tanggung jawabnya. Kepemimpinan sulit diukur dan ditetapkan kriterianya, sehingga tidak ada persyaratan dalam SMK3.
Elemen-elemen dasar kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam SMK3, antara lain:
1.
Komunikasi yang jelas, transparan dan memiliki visi yang jauh kedepan
SMK3 harus dikomunikasikan secara jelas, sederhana dan terdapat pengembangan visi. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk mengembangkan visi dan
memastikan pesan yang dibuat jelas dan dimengerti oleh semua pihak. Menajemen puncak mengembangkan istilah-istilah yang secara spesifik memberikan arahan
dan tindakan yang dapat dilakukan sesuai dengan tingkat personel di dalam
perusahaan, misalnya, ”Safety adalah prioritas utama”. Istilah ini sangat sederhana tetapi setiap orang yang membacanya dapat memahami dan mengingatnya ketika
melakukan aktifitas kerja.
2.
Rencana yang ringkas, jelas untuk mencapai visi
Manajemen puncak bertanggung jawab untuk memastikan penyusunan manual SMK3 yang terdiri dari penjelasan singkat struktur dan program SMK3 yang telah
dilakukan. Setiap manajemen K3, sebaiknya mempunyai alur yang dapat dipahami, matriks tanggung jawab yang jelas, dan indikator pengukuran kinerja
KPI.
3.
Secara aktif ikut mendukung dan terlibat dalam pencapaian program
Mencakup setting standar kinerja bagi manajer dan supervisor untuk aktifitas seperti
safety patrol
, investigasi kecelakaan, diskusi kelompok K3 dan proyek- proyek khusus. Manajer dan supervisor secara aktif menyingkirkan berbagai
hambatan, mempromosikan pentingnya K3 disamping kualitas dan produktifitas, dan berpartisipasi dalam inspeksi, investigasi, dll.
4.
bertanggungjawab terhadap semua program K3 kepada semua level didalam perusahaan
Keterlibatan aktif semua pihak untuk memberikan masukkan dan menerima tanggung jawab K3, menunjukkan bahwa standar K3 dan aturannya diketahui,
ditaati bersama-sama, apabila terjadi pelanggaran diperkuat dengan tindakkan pendisiplinan.
5.
Mengintegrasikan elemen K3 kedalam fungsi inti pengelolaan bisnis
K3 harus menjadi bagian dari setiap pekerjaan. Organisasi yang berkomitmen kuat kepada K3 memiliki batas yang luas bagi SMK3 didalam organisasinya. Bentuk
yang biasa dilakukan adalah dengan mengintegrasikan SMK3 kedalam sistem manajemen lainnya seperti ISO 9001 dan ISO 14001.
276
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
6.
Komitmen kepada K3 sebagai prioritas
SMK3 yang meliputi banyak hal, terstruktur, dan adanya proses dalam meningkatkan kompetensi sumberdaya manusianya merupakan sebuah pesan
bahwa K3 menjadi prioritas didalam organisasi. Pelatihan sebaiknya tidak dipandang sebagai pengganti tapi sebagai tambahan untuk keterlibatan. Pemimpin
dalam K3 mengambil setiap peluang dalam memperkuat SMK3, dan menemukan dukungan, keterlibatan pekerja dan mengakui hal tersebut sebagai prestasi positif
mereka.
7.
F okus terhadap perbaikkan berkelanjutan continous improvement dari SMK3
Mengelola SMK3 adalah sama dengan mengelola produktivitas, kualitas atau area-area lain dalam organisasi. Peningkatan dan perbaikkan sistem dapat
dijadikan sebagai bagian dari aktifitas sehari-hari.
Kepemimpinan yang efektif merupakan salah satu tanda dari budaya K3 yang positip dan sehingga menentukan bagaimana pekerja akan bersikap terhadap K3.
Banyak senior manajemen yang tidak bersemangat dan tertantang didalam menangani K3, karena mereka mengganggap K3 tidak lebih dari urusan
compliance
atau kepatuhan terhadap regulasi sehingga terasa membosankan, mereka tidak melihat K3 sebagai sesuatu yang dapat memberikan kontribusi terhadap keuntungan
dan daya saing perusahaan. Senior manajemen sering mewakilkan berbagai kegiatan atau rapat yang berkaitan dengan K3 untuk level yang lebih rendah, sehingga
menyebabkan
keterlibatan senior
manajemen didalam K3 menjadi semakin berkurang.
Sebagai dampak dari kurangnya keterlibatan manajemen dalam berbagai aktifitas K3 adalah menjadi menyempitnya fokus program K3, sehingga pikiran-
pikiran untuk mengembangkan K3 menjadi berkurang, karena junior atau medium mana
jemen lebih fokus kepada “
how of safety
” dari pada memikirkan “
What and Why of Safety
”. Apabila itu terjadi maka K3 akan berjalan ditempat dan dapat mengalami penurunan dan tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap
perusahaan melainkan beban biaya atau
cost center
. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kepemimpinan dan manajemen yang
efektif didalam K3 adalah sama dengan area operasional yang lain seperti kualitas dan produktifitas. Terdapat 2 faktor penting dalam kepemimpinan yang efektif yaitu
kepedulian dan pengendalian.
1. Kepedulian adalah perhatian dalam hal berikut:
a. Kesejahteraan pekerja
b. Membantu pekerja ketika diperlukan
c. Membangun hubungan baik dengan bawahan pekerja
d. embangun komunikasi dua arah dengan menjelaskan segala yang perlu.
e. Selalu ada atau bersedia ditemui.
2. Pengendalian adalah melakukan hal berikut:
a. Membuat target yang jelas
b. Menjaga kinerja sesuai standar
c. Memberi klarifikasi yang jelas tentang ruang lingkup pekerjaan, ekspektasi dan
tanggung jawab d.
Memotivasi pekerja untuk mengikuti peraturan dan prosedur
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
277
Kepedulian dan pengendalian harus dijalankan secara seimbang, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kepemimpinan. Dampak negatif tersebut
misalnya: apabila kepedulian lebih dominan dibandingkan pengendalian maka manajemen akan dianggap terlalu lemah, tidak tegas atau tidak bisa membuat
keputusan, sebaliknya apabila pengendalian terlalu dominan maka manajemen akan dianggap terlalu keras dan tidak mempercayai pekerja sehingga pekerja akan
cendrung
menjaga jarak
dengan manajemen
karena ketakutan,
berusaha menyelamatkan diri masing- masing dan saling menyalahkan.
Kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang tingkat kepedulian dan pengendaliannya tinggi, sehingga mereka akan didengar dan dipatuhi oleh pekerja.
Pemimpin yang efektif bersifat mengayomi dan mengutamakan pendekatan team dalam setiap penyelesaian masalah, semua keputusan dibuat dengan semangat
kerjasama team, dan mengkomunikasikan secara jelas setiap keputusan atau program yang dibuat. Secara ringkas dijelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif
memperlihatkan unsur-unsur kepedulian dan pengendalian berikut:
1. Mengkomunikasikan secara jelas kepada pekerja bagaimana cara mencapai target
yang sudah ditetapkan 2.
Menentukan jangka waktu untuk mencapai target 3.
Membantu pekerja dalam mencapai target dengan menyediakan sumberdaya yang diperlukan
4. Menghilangkan atau meminimalkan semua rintangan yang dapat menghalangi
tercapainya target
B. Struktur Organisasi K3
Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan antara fungsi dan tugas dari tiap
– tiap bagian dalam suatu organisasi. Struktur organisasi k3 dapat dikategorikan sebagai berikut :
a. Departemen berdiri sendiri dan berada langsung dibawah General Manager
b. Departemen berada dibawah pengewasan departemen produksi
c. Departemen berada dibawah pengawasan departemen Maintenance
d. Berdiri secara independent, dan langsung berada dibawah pengawasan direktur.
Secara umum struktur organisasi departemen K3 dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 13.2 Bagan Struktur Organisasi
278
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Bagian –bagian yang terlibat langsung dalam manajemen K3 antara lain:
1. Manajer
Merupakan tingkat tertinggi dari masing-masing divisi yang mengelola dan mengambil keputusan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas divisinya,
khususnya dalam hal penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Supervisor
Sebagai mengarahkan, membagi, mengawasi dan memberi penilaian setiap pekerjaan yang dibebankan kepada tiap pelaksana.
3. Teknisi
Merupakan pekerja level terakhir yang bertugas menjalankan kegiatan untuk menjalankan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Perusahaan Tersebut.
Untuk memenuhi persyaratan K3, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam dalam menyusun uraian jabatan
job description
, antara lain: a.
Struktur organisasi. b.
Hasil identifikasi bahaya potensial, penilaian dan pengendalian resiko. c.
Sasaran K3. d.
Persyaratan peraturan dan perundang-undangan. e.
Uraian jabatan yang ada. f.
Catatan kualifikasi personel. Dalam sistem manajemen K3, terdapat standar umum jabatan, yaitu:
a. Manajemen puncak.
b. Tingkat manajemen pada semua level organisasi.
c. Operator.
d. Pengelola rekanan.
e. Bagian HRD.
f. Penaggung jawab peralatan.
g. Karyawan yang terkait dengan K3.
h. Karyawan yang ditunjuk sebagai perwakilan K3 dalam asosiasi-asosiasi
perusahaan. Untuk hubungan tugas dan tanggung jawab dalam organisasi terkait sistem
manajemen K3, digambarkan sebagai berikut.
Gambar 13.3. Hubungan Tugas dan Tanggung Jawab K3 Dalam Organisas
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
279 C.
Pengurus Organisasi K3 1.
Ketua, berwenang menetapkan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Gasket MFG. Melaksanakan Kebijakan dan Rekomendasi yang telah ditetapkan.
3. Wakil Ketua I. Sebagai Wakil Ketua bertanggung jawab dalam menjalankan
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kerja yang sudah ditetapkan dalam membantu Ketua bila berhalangan
4. Sekretaris, berwenang dan bertanggung jawab untuk merekomendasikan ke
Penanggung jawab yang menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah disahkan oleh Ketua dalam hal pelaksanaannya.
5. Wakil Sekretaris I II. Sebagai wakil dari Sekretaris dalam melaksanakan tugas-
tugas teknik dan tugas non teknik dalam hal sekreatris berhalangan.
6. Anggota. Membantu pelaksanaan organisasi dalam implementasi dan pelaksanaan
dilapangan. Memberikan saran kepada organisasi dalam rapat.
D. Tugas-Tugas Kerja:
1. Ketua
· Memimpin dalam pertemuan rapat pleno P2K3 atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno yang diselenggarakan.
a. Menentukan
langkah, kebijakan
untuk tercapainya
pelaksanaan program - program P2K3
b. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan program - program K3 dan
pelaksanaanya di perusahaan kepada Management. c.
Memonitor mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di Perusahaan 2.
Wakil Ketua Melaksanakan tugas-tugas bila ketua berhalangan
3. Sekretaris
a. Membuat undangan rapat dan notulennya.
b. Mengelola administrasi surat-surat P2K3
c. Mencatat data-data yang berhubungan dengan K3.
d. Memberikan bantuan saran-saran yang diperlukan oleh line-line
untuk suksesnya K3. e.
Membuat laporan ke Departemen-departemen terkait mengenai adanya Tindakan dan Kondisi yang tidak sesuai di tempat kerja.
4. Wakil Sekretaris I II
· Melaksanakan tugas-tugas bila Sekretaris berhalangan.
5. Anggota
Melaksanakan program-program yang telah ditetapkan sesuai Bagian Groupnya masing- masing. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah dilaksanakan
E.
Program Kerja
1. Identifikasi Masalah K3
a. Mengidentifikasi dan menginventarisasi sumber bahaya dan penyakit akibat
kerja disetiap Bagian Group dalam rangka perlindungan tenaga kerja
280
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
b. Inventarisasi masalah yang berkaitan dengan upaya mengendalikan dan
mencegah timbulnya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan upaya peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja.
c. Masalah yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi peraturan
perundangan. d.
Masalah yang
berkaitan dengan
upaya untuk
memberikan jaminan akan keselamatan dan rasa aman terhadap masyarakat umum
khususnya dilingkungan tempat kerja. 2.
Pendidikan dan Pelatihan a.
Melakukan training
Safety untuk
karyawan disemua
tingkatan dan
sesuai dengan kepentingan didalam atau diluar perusahaan. b.
Pendidikan dalam bentuk: memasang spanduk-spanduk K3,Membuat film- film tentang K3.,buletin,majalah tentang K3
c. Melakukan ceramah didalam atau diluar perusahaan dengan mengundang
tenaga ahli K3. F.
Sidang-Sidang Atau Pertemuan Komite K3
1. Bentuk Sidang:
a. Sidang rutin, membicarakn masalah yang berhubungan dengan K3 termasuk
masalah organisasi P2 K3 b.
Sidang Khusus, membicarakan masalah yang mendadak misalnya dalam kasus kecelakaan kerja.
2. Materi Pembahasan Dalam Sidang Pertemuan :
a. Membahas hasil evaluasi yang telah dilaksanakan.
b. Menyusun rekomendasi cara mengatasi bahaya potensial yang diteliti.
c. Membahas hasil analisa kecelakaan dan membuat rekomendasi tentang
penanganannya. d.
Menyusun acara pendidikan pelatihan ceramah. e.
Mengadakan perbaikan program pencegahan kecelakaan yang telah dijalankan.
f. Masalah lain yang dianggap perlu yang berhubungan dengan Safety.
G.
Rekomendasi
Dengan tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.
Bahaya potensial yang ada baik berupa kondisi maupun tindakan yang tidak aman.
2.
Dampak yang timbul dari kondisi atau tindakan yang tidak aman terhadap: a.
Tenaga Kerja Manusia b.
Kelancaran produksi c.
Kerusakan peralatan, harta benda maupun lingkungan
3.
Cara pencegahan yang tepat ditinjau dari : a.
Praktis ekonomis besarnya biaya b.
Efektivitasnya dapat dan mudah dilaksanakan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
281
Rekomendasi ditujukan kepada PimpinanPerusahaan , setelah disetujui maka pimpinan menunjuk tanggung jawab pelaksanaannya kepada Bagian Group terkait
yang ada hubungannya dengan masalah tersebut. Jika ditolak harus diadakan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan alasan-alasannya. Setiap rekomendasi
yang dikeluarkan harus dibukukan secara baik dengan segala perkembangannya.
H. Kesimpulan
1. Kepemimpinan yang efektif didalam K3 membutuhkan senior manajemen yang
dapat mengembangkan dan mengimplementasikan recana strategis yang akan masuk kedalam “hati dan otak” pekerja, dan secara personal menunjukkan
semangat dan keinginan yang tinggi terhadap adanya perubahan kearah yang lebih baik dan menjadi model atau contoh perilaku yang dapat diikuti atau diteladani
oleh semua pekerja, serta memaksimumkan atau mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang ada untuk meningkatkan produktifitas dalam kondisi lingkungan
kerja yang aman dan nyaman.
2. Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menunjukkan hubungan antara
fungsi dan tugas dari tiap – tiap bagian dalam suatu organisasi
3. Untuk memenuhi persyaratan K3, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
dalam menyusun uraian jabatan
job description
, antara lain: a.
Struktur organisasi. b.
Hasil identifikasi bahaya potensial, penilaian dan pengendalian resiko. c.
Sasaran K3. d.
Persyaratan peraturan dan perundang-undangan. e.
Uraian jabatan yang ada. f.
Catatan kualifikasi personel.
Gambar 13.4 Manajemen dan Struktur K3
282
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
283
284
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
285 BAB XIV
SEKILAS TENTANG PDKB
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan PDKB seperti yang dikenal di Indonesia terutama di lingkungan PLN Persero adalah pekerjaan dalam keadaan bertegangan
hot line maintenance
, dimana pekerjaan ini biasanya menggunakan peralatan-peralatan yang sifatnya isolasi dengan tingkat ketahanan tegangan tertentu untuk dapat melaksanakan
pekerjaan pemeliharaan pada jaringan listrik terutama untuk tegangan menegah TM dan tegangan
tinggi tegangan
ekstra tinggi
TTTET. Pekerjaan
Dalam Keadaan Bertegangan PDKB adalah pekerjaan pemeliharaan, perbaikan atau penggantian isolator
serta kelengkapan konduktor maupun komponen lainnya pada jaringan listrik tanpa memadamkan jaringan yang sedang beroperasi. Dengan demikian kelangsungan suplai
listrik tetap terjaga dan selama pekerjaan tersebut pelanggan tidak perlu mengalami pemadaman. Oleh Syahrul Salam, 2009: PDKB Tingkatkan Kualitas Pelayanan.
PDKB telah dikembangkan sejak 1993 di hampir seluruh unit pelayanan PLN. Jumlah personil PDKB Tegangan Menengah TM adalah 488 orang dan PDKB
Tegangan Tinggi TT Tegangan Ekstra Tinggi TET adalah 168 orang yang tersebar di 15 unit PLN WilayahDistribusi dan 2 unit PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban
P3B yaitu P3B Jawa Bali dan P3B Sumatra. Pekerjaan ini memang mengandung resiko besar karena jaringan listrik dipelihara tanpa dipadamkan, sehingga kesalahan atau
kekeliruan sedikit dalam bekerja bisa berakibat fatal atau menyebabkan kematian bagi pelaksana lapangan. Oleh karena itu
standing operation procedure
SOP benar-benar wajib ditaati oleh petugas. Tim PDKB bekerja dengan motto:
Safety, Safety, Safety
. Manusia selamat, peralatan selamat, dan sistem jaringan listrik selamat. Bagi petugas,
safety
pertama adalah selamat di perjalanan menuju tempat tugas.
Safety
kedua, selamat saat bertugas, dan
Safety
ketiga, selamat tiba kembali di rumah.
1. Pengertian PDKB
PDKB seperti yang dikenal di Indonesia terutama di lingkungan PLN Persero adalah pekerjaan dalam keadaan bertegangan
hot line maintenance
, dimana pekerjaan ini bisanya menggunakan peralatan-peralatan yang sifatnya isolasi
dengan tingkat ketahanan tegangan tertentu untuk dapat melaksanakan pekerjaan pemeliharaan pada jaringan listrik terutama untuk tegangan menegah TM dan
tegangan tinggi TTTET.
2. Tujuan PDKB
Tujuan dari Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan PDKB adalah untuk memperbaiki atau memelihara jaringan listrik tanpa memadamkan listrik, sehingga
aktivitas masyarakat tidak terganggu. Ada beberapa keuntungan dari PDKB, baik dari sisi pekerjaan, atau pun dari sisi penjualan energi ke konsumen. Dari sisi
pekerjaan, keuntungannya:
a. PDKB dapat ditunda pekerjaan jika tidak selesai dalam 1 hari dan dapat
diselesaikan pada esok harinya karena listrik tidak padam. b.
PDKB memiliki peralatan yang lengkap dan aman. Dari sisi penjualan energi, karena tegangan tidak padam maka enegi yang disalurkan akan maksimum dan
menghasilkan keuntungan secara finansial perusahaan.
286
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Gambar 14.1. Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan 3.
Peraturan Pemerintah tentang Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan
Berdasarkan Keputusan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Direktur Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor. 291-
1240600.42004 tentang Penetapan Himpunan Ahli Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan PDKB, “GEMA PDKB” sebagai lembaga sertifikasi kompetensi
tenaga teknik bidang distribusi dan bidang transmisi tenaga listrik, sub bidang operasi dan pemeliharaan, Direktur Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi selaku Komisi
Akresitasi Kompetensi Ketenagalistrikan.
a. Menimbang:
1 Bahwa berdasarkan permohonan akreditasi yang telah diajukan oleh
Himpunan Ahli Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ”GEMA PDKB”, GEMA PDKB telah memenuhi syarat untuk diakreditasi sebagai lembaga
yang berwenang melaksanakan sertifikasi kepada tenaga teknik bidang distribusi dan bidang transmisi tenaga listrik sub bidang operasi dan
pemeliharaan.
2 Bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor: 2052 K40MEM2001 tanggal 28 Agustus 2001 tentang Standarisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan, Direktur Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi berfungsi sebagai Komisi Akreditasi Ketenagalistrikan yang berwenang untuk memberikan Akreditasi.
3 Bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b dipandang perlu untuk
menetapkan Himpunan A hli Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ”GEMA
PDKB” sebagai Lembaga Sertifikasi Kompetensi Bidang Distribusi dan Bidang Transmisi Tenaga Listrik Sub Bidang Operasi dan Pemeliharaan
dalam Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi.
b. Mengingat:
1 Undang-undang Nomor 20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 94 Tambahan Lembaran Negara Nomor: 4226.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
287
2 Keputusan Presiden Nomor 234M Tahun 2003 tanggal 1 Desember 2003
tentang Pengangkatan Eselon I di Lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral;
3 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 2052
K40MEM2001 tentang
Standardisasi Kompetensi
Tenaga Teknik
Ketenagalistrikan. 4
Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor : 189840600.4.2001 tentang Persyaratan dan Tata Cara Akreditasi Lembaga
Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan. 5
Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor : 189940600.42001 tentang Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Tenaga
Teknik Ketenagalistrikan.
c. Memperhatikan:
Surat Himpunan Ahli Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ”GEMA PDKB” No. 004005GPDKB2004 tanggal 11 Mei 2004.
d. Memutuskan:
Pertama Mengakredit Himpunan Ahli Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
“GEMA PDKB” berkedudukan di Jalan Kedung Mundu, Salak Utama, Semarang 50061 sebagai Lembaga Sertifikasi Kompetensi
untuk melakukan sertifikasi kepada tenaga teknik Bidang Distribusi dan Bidang Transmisi Tenaga Listrik Sub Bidang Operasi dan
Pemeliharaan.
Kedua Dalam melaksanakan sertifikasi tenaga teknik, Himpunan Ahli
Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan ”GEMA PDKB” harus mengikuti persyaratan dan tata cara sertifikasi tenaga teknik
ketenagalistrikan sesuai ketentuan yang berlaku.
Ketiga Himpunan Ahli Peke
rjaan Dalam Keadaan Bertegangan ”GEMA PDKB” melaporkan pelaksanaan tugas ini kepada Direktur Jenderal
Listrik dan Pemanfaatan Energi setiap 6 enam bulan sekali. Keempat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan sampai tanggal
30 September 2007, dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam keputusan ini.
A. Metode PDKB
Pekerjaan PDKB pada sistem tegangan tinggi antara 20 kV – 500 kV,
menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan tegangan kerja. Pekerjaan ini semua dapat dilakukan dengan metode apa saja dan tergantung dari kondisi lapangan
yang mendukung dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Sehingga pada beberapa kesempatan, setiap metode memiliki perbedaan pada waktu dan cara pelaksanaannya.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan pekerjaan PDKB, setiap metode memiliki beberapa keunggulan dan keuntungan pada kondisi tertentu.
Dibeberapa kesempatan, metode-metode ini digabungkan untuk mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Metode yang digunakan dalam PDKB antara lain:
288
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
1. Metode Berjarak
Distance Method
Metode ini menggunakan Tongkat Isolasi
Hot Stick
atau
Distance Method
, yang biasanya untuk jaringan dengan Tegangan Menengah dan Tinggi Saluran
Udara Tegangan TinggiSUTT, misalnya jaringan bertegangan 20 kVkilo Volts - 150 kV. Metode berjarak adalah metode yang paling populer dilakukan di Indonesia,
semua tim PDKB di PLN bermula dengan melakukan pekerjaan dengan metode ini. Metode ini adalah pekerjaan PDKB yang dilakukan oleh petugas PDKB
electrician
dengan dilengkapi alat pelindung diri, tangga yang dipasang pada tiang, alat pemanjat tiang, dan menggunakan stick PDKB
hot stick
dengan jarak minimum dari jaringan bertegangan adalah 72 cm dari :
Work On Energined Distribution Line
. Biasanya dalam 1 tim PDKB untuk metode berjarak terdiri atas 6-7 orang, dilengkapi dengan kendaraan yang berisi peralatan
hot stick
, tangga dan peralatan penunjang lainnya. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan menggunakan metode
berjarak
distance method
antara lain:
a. Keuntungan dari metode berjarak adalah:
1 Semua petugas PDKB pada awal mula melakukan pekerjaan di PDKB sudah
mengenal metode ini. 2
Dapat melakukan semua pekerjaan yang dekat dengan tiang, walaupun lokasi sulit dicapai kendaraan contoh: ditengah sawah.
b. Kekurangan dari metode berjarak adalah:
1 Membutuhkan orang yang lebih banyak dalam melakukan pekerjaan 1 regu
minimal 6-7 orang. 2
Peralatan yang dibutuhkan sangat banyak, karena dalam suatu kondisi pekerjaan dibutuhkan peralatan yang cukup banyak contoh: penggunaan
three phase boom
. 3
Investasi jangka panjang akan lebih mahal dari pada metode
rubber gloves
karena lebih banyak dalam penggantian peralatan hampir setiap tahunnya. 4
Tidak bisa atau sulit sekali melakukan pekerjaan di tengah gawang atau diantara tiang ke tiang lainnya, contoh : perbaikan
conductor
.
2. Metode Sentuh Langsung
Direct Contact Method
Metode dengan menyentuh langsung
Direct Contact Method
, yang biasanya untuk Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SUTET dan Ultra Tinggi misalnya
jaringan dengan tegangan 230 kV-500 kV.
Gambar 14.2. Metode Sentuh Langsung
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
289 Gambar 14.3. Metode Sentuh Langsung
3. Metode
Rubber Gloves
Metode
Rubber Gloves
biasanya menggunakan
Aerial lift device
menggunakan Sarung Tangan Karet
Rubber Glove Method
, biasanya untuk jaringan Tegangan
Rendah misalnya 480 Volts - 1500 Volts. Metode
Rubber Gloves
atau biasanya di PLN sendiri disebut sebagai Metode Sentuh Langsung adalah pekerjaan PDKB yang
dilakukan oleh petugas PDKB dengan dilengkapi alat pelindung diri dan melakukan pekerjaan dengan kontak secara langsung dengan saluran udara bertegangan.
Dimana pada pelaksanaannya menggunakan mobil
aerial device
dengan satu atau dua keranjang
bucket
dan dilengkapi alat bantu dan
stick
. Untuk PDKB
ditegangan menengah, menggunakan metode ini. Diperlukan maksimum adalah 3 orang petugas PDKB dalam tiap regunya. Metode ini sudah meninggalkan tangga
untuk melakukan pemanjatan dan mengurangi penggunaan
stick-stick
panjang dalam melaksanakan pekerjaannya karena sudah dibantu oleh mobil
aerial lift device.
Berikut adalah kelebihan dan kelemahan menggunakan metode berjarak
Distance method
antara lain : a.
Keuntungan dari Metode
Rubber Gloves
adalah:
1 Membutuhkan orang yang sedikit dalam melakukan pekerjaan 2-3 orang.
2 Peralatan jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode berjarak.
3 Investasi jangka panjang jauh lebih menguntungkan bila dibandingkan
dengan metode berjarak. 4
Jauh lebih aman
low risk
, karena selain dilengkapi alat pengaman diri, kendaraan
aerial liftnya
minimal sudah terisolasi hingga 46 kV kelas C. 5
Mampu melakukan semua jenis pekerjaan, baik itu pekerjaan yang dekat dengan tiang ataupun pekerjaan yang jauh dari tiang tengah gawang.
b. Kekurangan dari Metode
Rubber Gloves
adalah:
1 Pada posisi jalan yang sempit, kendaraan
aerial lift
cukup menggangu pada saat melakukan pekerjaan.
2 Untuk tiang atau objek yang agak menjorok kedalam atau yang jauh dari
jalan, agak sulit dalam melakukan pekerjaan ini. 3
Tinggi jangkauan, alat terbatas, tergantung tipe dan jenis
aerial lift
-nya.