Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
199
Laporan investigasi kecelakaan minimal harus meliputi hal-hal berikut: a.
Tanggal kejadian. b.
Tanggal investigasi dimulai. c.
Diskripsi kejadian. d.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian. e.
Rekomendasi dari hasil investigasi. Manajemen harus melakukan tindak lanjut dari rekomendasi tersebut,
membuat sistem yang diperlukan untuk melaksanakan dari semua rekomendasi dan menyimpan dokumen laporan investigasi tersebut selama 5 tahun.
12. Emergency Planning and Response
Perencanaan dan tanggap darurat adalah sangat penting dalam proses safety manajemen. Semua pekerja dan kontraktor harus diberi training atau dalam
menghadapi keadaan darurat. Prosedur perencanaan dan tanggap darurat juga harus meliputi penanganan kebocoran bahan kimia dalam jumlah kecil.
Gambar 10.16.
Emergency Response 13.
Compliance Audits
Untuk memastikan bahwa sistem PSM yang sudah diterapkan berjalan efektif, maka perlu dilakukan tinjauan ulang oleh orang yang memiliki pengetahuan dan
keahlian dibidang PSM untuk memastikan bahwa semua prosedur dan standar yang sudah ditetapkan dijalankan dan diikuti secara konsisten. Laporan audit harus
menjelaskan temuan penyimpangan dan rekomendasi perbaikan yang harus dilakukan. Perusahaan atau manajemen bertanggung jawab untuk melaksanakan
semua hasil rekomendasi audit. Audit minimal dilakukan tiga tahun sekali dan laporan audit harus disimpan minimal selama 5 tahun.
14. Trade Secret
Menyediakan informasi kepada petugas yang bertanggung jawab atau diberi wewenang yang berkaitan dengan bahaya proses, kimia, procedur operasi dll yang
dibutuhkan termasuk informasi rahasia dagang jika diperlukan.
F.
Process Safety Management
PSM
1. OSHA Process Safety Management
P rocess Safety Management
PSM adalah merupakan suatu regulasi yang di keluarkan oleh U.S.
Occupational Safety and Health Administration
OSHA, tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau kejadian seperti kasus
200
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
Bhopal di India pada tahun 1984. OSHA mengusulkan suatu standar yang mengatur cara penanganan bahan-bahan kimia berbahaya dan membuat suatu program secara
komprehensif dan terintegrasi ke dalam proses teknologi, prosedur dan manajemen praktis. Kemudian OSHA mengeluarkan suatu regulasi tentang penanganan,
penggunaan dan proses bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya Title 29 of CFR Section 1910.119.
PSM ini awalnya dibuat untuk melindungi sejumlah industri yang ditandai dengan kode SIC, dimana prosesnya melibatkan lebih dari 5 ton bahan mudah
terbakar dan 140 bahan beracun dan reaktif. Secara garis besar persyaratan yang dibuat oleh OSHA PSM adalah sebagai berikut:
a. Melakukan analisa bahaya proses di tempat kerja untuk mengidentifikasi dan
mengontrol bahaya dan meminimalkan konsekuensi dari kecelakan yang sangat parah atau fatal.
b. Menyesuaikan kontrol rekayasa terhadap fasilitas dan peralatan produksi,
proses, dan bahan baku untuk mencegah kecelakaan yang fatal. c.
Mengembangkan sistem manajemen kontrol untuk mengendalikan bahaya, melindungi lingkungan dan memberikan keselamatan dan kesehatan terhadap
pekerja. d.
Membuat administrasi kontrol untuk perubahan fasilitas, prosedur operasi, keselamatan kerja, training, dsb untuk meningkatkan kesadaran pekerja
terhadap keselamatan kerja. e.
Melakukan audit berkala untuk mengukur efektifitas PSM standar. Elemen-elemen yang terdapat dalam OSHA PSM adalah sebagai berikut:
a.
Process Safety Information
Membuat prosedur informasi keselamatan mengenai identifikasi bahaya kimia dan proses di tempat kerja, peralatan yang digunakan dan teknologi
proses yang digunakan. b.
Process Hazard Analysis
Melakukan kajian bahaya di tempat kerja, termasuk identifikasi potensi sumber kecelakaan dan kejadian kecelakaan yang pernah terjadi serta
memperkirakan dampak terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja.
c.
Operating Procedures
Mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur operasi untuk proses kimia, termasuk prosedur untuk masing-masing tahap operasi, batasan
operasi dan pertimbangan keselamatan dan kesehatan.
d.
Employee Participation
Melakukan konsultasi atau diskusi dengan pekerja atau perwakilan pekerja dalam mengembangkan dan melakukan kajian bahaya di tempat kerja,
perencanaan pencegahan kecelakaan dan memberikan akses terhadap standar yang dibutuhkan.
e.
Training
Semua pekerja baik lama atau baru harus di training mengenai prosedur operasi, prosedur keselamatan, prosedur emergensi dan seterusnya sesuai
dengan kebutuhan di tempat kerja.
f.
Contractors
Memastikan kontraktor dan karyawan kontrak diberikan informasi dan training yang sesuai.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
201 g.
Pre-Startup Safety Review,
melakukan
pre-startup review
pada semua peralatan yang baru di install atau dimodifikasi.
h.
Mechanical Integrity,
membuat sistem perawatan untuk peralatan-peralatan yang kritikal, termasuk prosedur tertulis, pelatihan pekerja, inspeksi dan
pengujian untuk memastikan semua peralatan berjalan baik.
i.
Hot Work Permit, hot work permit
harus dikeluarkan atau digunakan untuk bekerja diarea panas.
j.
Management of Change,
membuat prosedur yang mengatur perubahan atau modifikasi proses, teknologi, peralatan, bahan baku dan prosedur kerja.
k.
Incident Investigation,
melakukan investigasi terhadap semua potensi kecelakaan yang berpotensi atau dapat mengakibatkan kecelakaan besar di
tempat kerja.
l.
Emergency Planning and Response,
memberikan training atau pelatihan kepada pekerja dan kontraktor dalam menghadapi keadaan darurat.
m.
Compliance Audits,
melakukan review secara berkala terhadap kajian bahaya ditempat kerja dan sistem tanggap darurat.
n.
Trade Secret,
menyediakan informasi kepada petugas yang bertanggung jawab atau diberi wewenang yang berkaitan dengan bahaya proses, kimia, prosedur
operasi yang dibutuhkan termasuk informasi rahasia dagang jika diperlukan. PSM standar adalah merupakan suatu regulasi yang didasarkan pada kinerja
dan pelaksanaannya sangatlah fleksibel, dapat disesuaikan atau dikembangkan sesuai dengan situasi masing-masing perusahaan. Hal ini telah menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi dari regulasi tersebut antara perusahaan- perusahaan dengan OSHA‟s
Compliance Safety and Health Officers
CSHOs, sehingga
menimbulkan kesalah
pahaman dalam
pelaksanaannya. Untuk
menanggulangi hal tersebut OSHA mengeluarkan pedoman pelaksanaan untuk PSM standar. Pedoman yang pertama dikeluarkan tahun 1992 yaitu CPL 2-2.45A.
Pedoman ini memasukkan informasi mengenai:
a. Pendekatan OSHA dalam melakukan inspeksi pelaksanaan
b. Kriteria untuk menyeleksi fasilitas untuk diinspeksi
c. Pedoman audit PSM termasuk audit checklist.
d. Klarifikasi dan interpretasi dari PSM standar.
e. Daftar acuan untuk kesesuaian pelaksanaan dengan PSM standar.
f. Pedoman untuk persiapan inspeksi.
Pada tahun 1994, OSHA kembali mengeluarkan pedoman untuk melengkapi pedoman sebelumnya, yaitu CPL 2-2.45A CH-1. Dalam pedoman ini
ditambahkan klarifikasi teknis mengenai jadual inspeksi, update pedoman dan pertanyaan mengenai keselamatan kontraktor dan yang lebih penting adalah
klarifikasi dan interpretasi mengenai standar tersebut.
2. CCPS Process Safety Management
Definisi PSM menurut CCPS adalah aplikasi dari prinsip-prinsip manajemen dan sistem untuk mengidentifikasi, memahami, dan mengontrol bahaya proses
untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang berhubungan dengan proses tersebut.
Center for Chemical P rocess Safety
CCPS dari
the American Institute of Chemical Engineers
AIChE mempublikasikan buku dengan judul “
Guidelines
202
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
for the Technical Management of Chemical P rocess Safety
” yang menjelaskan berbagai metoda untuk mengidentifikasi bahaya pada fasilitas industri dan
mengkuantifiaksi potensi keparahan bahaya tersebut. PSM standar dari OSHA pada bagian lampiran menekankan penggunaan metoda yang dijelaskan dalam
buku ini. Terdapat 12 element didalam CCPS PSM, yaitu:
a. Accountability: Objectives and Goals
1 Continuity of Operations.
2 Continuity of Systems resources and funding.
3 Continuity of Organizations.
4 Company Expectations vision or master pla n.
5 Quality P rocess.
6 Control of Exceptions.
7 Alternative Methods performance vs. specification.
8 Management Accessibility.
9 Communications.
b. Process Knowledge and Documentation
1 P rocess Definition and Design Criteria .
2 P rocess and Equipment Design.
3 Company Memory management information.
4 Documentation of Risk.
5 Management Decisions.
6 P rotective Systems.
7 Normaland Upset Conditions.
8 Chemical and Occupational Health.
9 Hazards.
c. Capital Project Review and Design
1 P rocedures for new or existing plants expansions, and acquisitions.
2 Appropriate Request P rocedures.
3 Risk Assessment for Investment.
4 P urposes.
5 Hazards Review including worst credible cases.
6 Siting relative to risk management.
7 P lot P lan.
8 P rocess Design and Review P rocedures.
9 P roject Management P rocedures.
d. Process Risk Management
1 Hazard Identification.
2 Risk Assessment of Existing.
3 Operations.
4 Reduction of Risk.
a Residual Risk Management inplant emergency response and
mitigation. b
P rocess Management during. c
Emergencies. d
Encouraging Client and Supplier. e
Companies to Adopt Similar Risk. f
Management P ractices.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
203
g Selection of Businesses with.
h Acceptable Risks.
e. Management of Change
1 Change of Technology.
2 Change of F acility.
3 Organizational Changes That May.
4 Have an Impact on P rocess.
5 Safety.
6 Variance P rocedures.
7 Temporary Changes.
8 P ermanent Changes.
f. Process and Equipment Integrity
1 Reliability Engineering.
2 Materials of Construction.
3 F abrication and Inspection.
4 P rocedures.
5 Installation P rocedures.
6 P reventive Maintenance.
7 P rocess, Hardware, and Systems.
8 Inspections and Testing pre-startup safety review.
9 Maintenance P rocedures.
10 Alarm and Instrument Management.
11 Demolition P rocedures.
g. Human F actors
1 Human Error Assessment.
2 Operator Process and Equipment.
3 Interfaces.
4 Hardware.
h. Training and Performance
1 Definition of Skills and Knowledge.
2 Training P rograms e.g., new employees, contractors, technical,
employees. 3
Design of Operating and Maintenance P rocedures. 4
Initial Qualification Assessment. 5
Ongoing P erformance and Refresher Training. 6
Instructor P rogram.
7
Records Management.
i. Incident Investigation
1 Major Incidents.
2 Near-miss Reporting.
3 F ollow-up and Resolution.
4 Communication.
5 Incident Recording.
6 Third-party P articipation as Needed.
204
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
j. Standards, Codes, and Laws
1 Internal Standards, Guidelines, and P ractices past history, flexible
performance standards, amendments, and upgrades. 2
External Standards, Guidelines, and P ractices.
k. Audits and Corrective Actions
1 P rocess Safety Audits and Compliance Reviews.
2 Resolutions and Close-out.
3 P rocedures.
l. Enhancement of Process Safety
1 Knowledge.
2 Internal and External Research.
3 Improved P redictive Systems.
4 P rocess Safety Reference Library.
3. Perbedaan dan Persamaan CCPS dan OSHA PSM
Kedua sistem PSM ini baik yang dikeluarkan oleh OSHA maupun CCPS memiliki tujuan yang sama yaitu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
fatal di tempat kerja. Meskipun demikian terdapat beberapa perbedaan dan persamaan pada elemen-elemen masing-masing dengan tujuan untuk memberikan
penekanan pada poin-poin tertentu dan juga saling melengkapi kedua standar ini. OSHA bahkan menekan untuk mengikuti pedoman aplikasi PSM yang dikeluarkan
oleh CCPS yang notabene mengandung elemen-elemen PSM dari CCPS itu sendiri.
Tabel 10.1. Elemen-elemen PSM dari OSHA dan CCPS Program Element
OSHA CCPS
P rocess safety information
√ √
P rocess hazard analysis
√ √
Operating procedures
√ √
P restart prestart-up reviews
√ √
Training
√ √
Mechanical integrity
√ √
Management of change
√ √
Incident investigation
√ √
Audits
√ √
Safe work practices
√ √
Emergency planning
√
Contractors
√
Employee participation
√
Trade secrets
√
Employee fitness for duty Multiple safe guards
Secara garis besar ada empat elemen OSHA yang tidak masukan oleh CCPS yaitu:
a. Emergency planning
b. Contractors
c. Employee P articipation
d. Trade Secrete.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan Electrical Safety
205 4.
Langkah-Langkah Penerapan SMK3 dan OHSAS 18001
Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 SMK3 ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar SMK3 tersebut menjadi efektif, karena SMK3
mempunyai elemen-elemen atau persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dibangun didalam suatu organisasi atau perusahaan. Sistem Manajemen K3 juga
harus ditinjau ulang dan ditingkatkan secara terus menerus didalam pelaksanaanya untuk menjamin bahwa sistem itu dapat berperan dan berfungsi dengan baik serat
berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan. Untuk lebih memudahkan penerapan Standar Sistem Manajemen K3, berikut ini dijelaskan mengenai tahapan-tahapan
dan langkah-langkahnya. Tahapan dan langkah-langkah tersebut menjadi dua bagian besar.
a.
Tahap Persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan
sejumlah personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan kebutuhan sumber daya yang diperlukan, adapun tahap persiapan ini, antara lain:
1 Komitmen manajemen puncak.
2 Menentukan ruang lingkup.
3 Menetapkan cara penerapan.
4 Membentuk kelompok penerapan.
5 Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
b.
Tahap pengembangan dan penerapan
Dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi
perusahaan dengan
melibatkan banyak personel, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksakan sendiri kegiatan audit internal
serta tindakan perbaikannya sampai melakukan sertifikasi. 1
Langkah 1. Menyatakan Komitmen
Pernyataan komintmen dan penetapan kebijakan untuk menerapan sebuah Sistem Manajemen K3 dalam organisasiperusahaan harus dilakukan
oleh manajemen puncak. Persiapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan tanpa adanya komintmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen
harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem K3.
Komitmen manajemen puncak harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata tetapi juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui,
dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan karyawan perusahaan. Seluruh staf dan karyawan harus mengetahui bahwa tanggung
jawab dalam penerapan Sistem Manajemen K3 bukan urusan bagian K3 saja.
Tetapi mulai dari manajemen puncak sampai karyawan terendah. Karena itu ada baiknya manajemen membuat cara untuk mengkomunikasikan
komitmennya ke seluruh jajaran dalam perusahaannya. Untuk itu perlu dicari waktu yang tepat guna menyampaikan komitmen manajemen terhadap
penerapan Sistem Manajemen K3.