Current Electricity Condition Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik

A BM In ve sta m a L a p or a n Ta h u n a n 2 1 3 3 64

II. INDUSTRI PEMBANGKIT LISTRIK A. Lingkungan Usaha

Industri ketenagalistrikan nasional diatur dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan UU 302009. Sesuai amanat UU 302009, pemerintah dalam hal ini kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM menetapkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional RUKN. RUKN berisikan tentang kebijakan ketenagalistrikan nasional, arah pengembangan penyediaan tenaga listrik ke depan, kondisi kelistrikan saat ini, rencana kebutuhan dan penyediaan tenaga listrik untuk kurun waktu dua puluh tahun ke depan, potensi sumber energi primer di berbagai provinsi yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik serta kebutuhan investasinya. Berdasarkan RUKN, Perusahaan Listrik Negara PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN yang bertanggung jawab di sektor kelistrikan nasional menyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik RUTPL. RUPTL terkini adalah RUTPL 2013 – 2022 yang telah disahkan oleh Menteri ESDM pada 31 Desember 2013. RUPTL memuat proyeksi kebutuhan tenaga listrik, rencana pengembangan kapasitas pembangkit, rencana pengembangan transmisi dan gardu induk, serta pengembangan distribusi. Proyeksi kebutuhan tenaga listrik dibuat rinci per provinsi dan per sistem tenaga listrik, termasuk sistem kelistrikan yang tersendiri di pulau-pulau terpencil. Rencana pengembangan kapasitas pembangkit, transmisi dan gardu induk juga dibuat rinci hingga proyek-proyeknya. Secara umum perencanaan penyediaan tenaga listrik dalam RUPTL ini telah mempertimbangkan perencanaan penyediaan tenaga listrik yang ada dalam RUKN 2008 – 2027 dan RUKN 2012 – 2031. RUKN telah mengakomodasi diversiikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke non-BBM dan peningkatan pengembangan energi baru terbarukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga listrik.

B. Kondisi Kelistrikan Saat Ini

Dalam lima tahun terakhir, yaitu antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik PLN meningkat dari 128 TWh pada 2008 menjadi 172 TWh pada 2012. Jumlah pelanggan meningkat dari 39 juta pada 2008 menjadi 50 juta pada 2012 dan rasio elektriikasi meningkat dari 62,3 pada 2008 menjadi 75,9 pada 2012. Hingga September 2013 kapasitas terpasang pembangkit PLN dan IPP di Indonesia adalah 40.533 MW yang terdiri dari 31.815 MW di Jawa – Bali dan 8.718 MW di Sumatera dan Indonesia Timur, tidak termasuk pembangkit sewa sebanyak 2.933 MW. Kapasitas pembangkit di Sumatera dan Indonesia Timur tersebut pada dasarnya belum menyediakan cadangan

II. INDUSTRIAL POWER PLANT A. Business Environment

The national electricity industry is regulated in the Law No. 30 of 2009 concerning Electricity Law 302009. As mandated by the Law 302009, the government in this case the Ministry of Energy and Mineral Resources ESDM establishes National Electricity General Plan RUKN. The RUKN contains national electricity policy, development direction of future electricity supply, current electricity condition, electricity demand and supply plans for the next twenty years, potential source of primary energy in various provinces that can be utilized for power plants and investment needs. Based on the RUKN, State Electricity Company PLN as a State Owned Enterprise SOE that is responsible in national electricity sector for preparing Electricity Supply Business Plan RUTPL. Recent RUPTL is RUTPL 2013 - 2022 which was approved by the Minister of Energy and Mineral Resources on December 31, 2013. RUPTL contains projected electricity demand, generation capacity expansion plan, transmissions and substations expansion plan and distribution development. Projected electricity demand is prepared in details by province and electricity system, including electricity system isolated on remote islands. Development plans of plants capacity, transmission and substation are also prepared in details to the projects. In general, electricity supply plan in this RUPTL has electricity supply plan in RUKN 2008 - 2027 and RUKN 2012-2031. RUKN accommodates energy diversiication for power plants to non- fuel and renewable new energy development in order to meet electricity demand.

B. Current Electricity Condition

In the last ive years, between 2008 and 2012, sales of PLN electricity increased from 128 TWh in 2008 to 172 TWh in 2012. Number of customers increased from 39 million in 2008 to 50 million in 2012 and electriication ratio increased from 62.3 in 2008 to 75.9 in 2012. As of September 2013 the installed capacity of PLN and IPP power plants in Indonesia is 40,533 MW consisting of 31,815 MW in Java - Bali and 8,718 MW in Sumatra and eastern Indonesia, excluding 2,933 MW rented power plants. Power plant capacities in Sumatra and eastern Indonesia basically A BM In ve sta m a A n n u a l R e p or t 2 1 3 65 yang memadai dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga dapat mengalami deisit jika ada sebuah pembangkit yang terganggu atau menjalani pemeliharaan rutin. Sebagai contoh, sistem kelistrikan Sumatera Bagian Utara hampir sepanjang tahun tidak mempunyai cadangan operasi, sehingga sering mengalami deisit dan harus mengoperasikan banyak pembangkit berbahan bakar minyak. Hal yang serupa terjadi di Sistem Sumatera Bagian Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Minahasa-Gorontalo, Palu, Lombok, Ambon, Ternate dan Jayapura. Masalah penyediaan tenaga listrik yang mendesak adalah upaya memenuhi listrik pada daerah-daerah yang kekurangan pasokan listrik dan mengganti pembangkit berbahan bakar minyak dengan bahan bakar non-minyak serta menjangkau daerah yang belum mendapatkan pasokan listrik. Solusi jangka pendek yang dilakukan di wilayah Indonesia Barat dan Timur meliputi sewa pembangkit, pembelian energi listrik dari IPP skala kecil, bermitrakerjasama operasi pembangkit dengan Pemda setempat, pembelian excess power, percepatan pembangunan PLTU batubara PerPres 712006, membangun saluran transmisi, mengamankan kontinuitas pasokan energi primer dan memasang beberapa PLTS secara terbatas.

C. Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik

Antara tahun 2013 dan 2022 pemakaian tenaga listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 189 TWh menjadi 386 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,4 per tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Jumlah pelanggan juga meningkat dari 54 juta menjadi 77 juta pada tahun 2022 atau bertambah rata-rata 2,7 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut akan meningkatkan rasio elektriikasi dari 79,6 menjadi 97,7. Pada tahun 2012, rasio elektriikasi di wilayah Sulawesi dan Indonesia Bagian Timur adalah yang terendah yaitu masing-masing 67,5 dan 54. Secara regional, kebutuhan listrik Jawa – Bali diperkirakan akan meningkat dari 144 TWh menjadi 275 TWh, atau tumbuh rata-rata 7,6 per tahun. Indonesia Timur tumbuh lebih cepat, meningkat dari 18 TWh menjadi 46 TWh atau tumbuh rata-rata 11,2 per tahun. Wilayah Sumatera tumbuh dari 26 TWh menjadi 66 TWh atau tumbuh rata-rata 10,6 per tahun. Pada sistem Jawa – Bali kelompok pelanggan industri mempunyai porsi yang cukup besar, yaitu rata-rata 38,5 dari total penjualan. Sedangkan di Indonesia Timur dan Sumatera rata-rata porsi pelanggan industri relatif kecil, yaitu masing- masing hanya 11 dan 15,8. Pelanggan residensial masih mendominasi penjualan hingga tahun 2022, yaitu 62 untuk Indonesia Timur dan 55 untuk Sumatera. have not provided suicient reserves to meet customers’ needs, so it can be in deicit if there is disrupted power plant or undergoing routine maintenance. For example, electricity system in Northern Sumatra almost throughout the year does not have backup operation, so it is often in deicit and has to operate many oil-ired power plants. Similar condition happens in South Sumatra, East Kalimantan, South Kalimantan, Southeast Sulawesi, Minahasa-Gorontalo, Palu, Lombok, Ambon, Ternate and Jayapura Systems. The urgent problem of electricity supply is efort to meet electricity needs in areas that lack of electricity and replace oil-ired power plants with non oil-ired and reach areas with no electricity supply. Short-term solutions carried out in the western and eastern parts of Indonesia include rented power plants, purchase of electricity from small-scale IPP, power plant partnershipcooperation with local government, purchase of excess power, acceleration of coal-ired power plant construction Perpres 712006, building transmission lines, securing continuity of primary energy supply and installing limited solar power plants.

C. Estimated Demand of Electricity