Proil Anak Perusahaan PT TUNAS INTI ABADI TIA Proiles of Subsidiaries PT TUNAS INTI ABADI TIA

A BM In ve sta m a L a p or a n Ta h u n a n 2 1 3 3 80

F. Proil Anak Perusahaan PT TUNAS INTI ABADI TIA

Tahun 2013 adalah tahun komersial kelima bagi TIA. TIA mencatat peningkatan penjualan di tahun 2013, di mana penjualan batubara mencapai 5,03 juta ton. Pertumbuhan produksi TIA didukung oleh infrastruktur yang menunjang peningkatan kapasitas produksi. TIA memiliki area wilayah usaha tambang sebesar 3.074 hektar di Sungai Loban dan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kualitas batubara yang diproduksi TIA antara 5.600-5.400 KkalKg air dried basisADB. Di tahun 2013 TIA memproduksi 1 juta ton untuk diekspor ke China, India, dan pemenuhan pasar domestik. Jumlah ini meningkat seiring bertambahnya permintaan batubara di tahun 2013 ini. Lokasi yang strategis merupakan keunggulan lain yang dimiliki TIA. Batubara ditambang di site TIA dan diangkut melalui jalan hauling sepanjang 27 kilometer ke pelabuhan untuk dipindahkan ke tongkang di Bunati. Dengan jarak ke pelabuhan yang relatif dekat, frekuensi pengapalan dapat ditingkatkan dengan biaya lebih murah. TIA mampu mengangkut batubara menggunakan tongkang rata-rata 15.000 metrik ton per hari. Fasilitas Kelengkapan fasilitas merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi TIA. Beberapa fasilitas yang dimiliki perusahaan ini termasuk Crushing Plant dengan kapasitas terpasang sebesar menghancurkan 1.500 metrik ton batubara per jam serta tersedianya stockpile untuk kapasitas 120.000 metrik ton.

F. Proiles of Subsidiaries PT TUNAS INTI ABADI TIA

The year 2013 was the ifth commercial year for TIA. TIA recorded coal sales increase during 2013 achieving 5.03 million tons. TIA’s production growth was supported by infrastructure to sustain the increase in production capacity. TIA has a mining area of 3,074 hectares in Loban River and Kusan Hulu, Tanah Bumbu Regency, South Kalimantan. Quality of TIA’s coal is between 5,600-5,400 KkalKg air dried basis ADB. In 2013, TIA produced 1 million tons which were exported to China, India, and fulillment of domestic market. This increase is in line with rising coal demand in 2013. Strategic location is another advantage of TIA. Coal is mined at TIA’s site and transported through hauling along 27 kilometers to the port to be loaded to barges in Bunati. With the relatively close distance, shipnent frequency can be increased at lower costs. TIA is able to transport coal using barges with an average capacity of 15,000 metric tons of coal per day. Facilities Completeness of facilities is a crucial factor for TIA to run its business smoothly. Some of the facilities owned by the Company are Crushing Plant which can fully operate to destroy 1,500 metric tons of coal per hour and also availability of stockpiles with a capacity of 120,000 metric tons. A BM In ve sta m a A n n u a l R e p or t 2 1 3 81 TIA juga memiliki pelabuhan sendiri sehingga secara logist TIA dapat beroperasi menggunakan fasilitasnya sendiri. Untuk melengkapi fasilitas tersebut, TIA sudah memiliki pula laboratorium batubara Lab untuk menganalisa kualitas batubara yang diproduksi. PT MEDIA DJAYA BERSAMA MDB Perkembangan MDB di tahun 2013 belum mencapai target. Hal ini terjadi karena adanya penyesuaian target penyelesaian proyek infrastruktur yang mundur ke akhir kuartal kedua di 2014 sebagian akibat dari cuaca ekstrim, kendala teknis serta adanya perubahan dalam perhitungan nilai ekonomis proyek terkait kondisi industri dan nilai tukar Dolar Amerika yang berluktuasi. Hingga akhir 2013 pencapaian pembangunan infrastruktur untuk proyek di Aceh telah mencapai 80 Selain melengkapi infrastruktur dan membangun hubungan yang lebih baik dengan komunitas setempat, Reswara juga tengah mempersiapkan pembeli produk batubara di Aceh untuk jangka waktu 5-10 tahun yang akan datang. Selama ini Reswara membidik pasar India sebagai pasar utama bagi batubaranya yang berasal dari Aceh karena kedekatan jarak dibandingkan wilayah lain di Indonesia. India dipilih sebagai pasar utama operasi di Aceh karena biaya pengiriman batubara ke India jauh lebih murah dibandingkan dari Kalimantan. MDB menargetkan untuk memperluas jangkauannya ke pasar selain India. Anak perusahaan MDB, yaitu MIFA memiliki luas wilayah usaha tambang sebesar 3.134 hektar di Kabupaten Aceh Barat. Bersebelahan dengan wilayah MIFA adalah wilayah usaha tambang BEL seluas 1.495 hektar yang masuk Kabupaten Nagan Raya. Kedua wilayah usaha tambang tersebut terletak di Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tahun 2013, MIFA masih dalam tahap proyek pengembangan. Oleh karena itu MIFA masih menggunakan fasilitas-fasilitas umum seperti jalan-jalan dan pelabuhan yang dimiliki oleh Pemerintah lokal untuk menunjang aktivitas operasionalnya. MIFA menargetkan tahap produksi komersial dapat dimulai di bulan Juli 2014. Sementara itu, semua batubara yang ditambang di BEL didedikasikan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap berkapasitas 15 MW, yang dimiliki oleh PT Energi Alam Semesta, anggota dari Grup ABM di bawah PT Sumberdaya Sewatama, yang lokasinya berdekatan dengan tambang BEL. TIA also owns its port which enables TIAby logistics to operate its own facilities. To complement the facilities, TIA owns its coal laboratory lab as well to analyze the quality of its coal. PT MEDIA DJAYA BERSAMA MDB MDB’s development in 2013 had not achieved its target. This was due to the adjustment of infrastructure project completion target to the second quarter of 2014 partially on the back of extreme weather, technical problems and adjustments in project’s economical values calculation considering industrial conditions and USD exchange rate luctuation. Until the end of 2013 the completion of infrastructure development in the Aceh project reached 80. In addition to completing infrastructure and maintaining better relationship with the neighboring community, Reswara is also preparing customers of coal products in Aceh for the next 5-10 years. So far, Reswara has been targetting India as the main market of its Aceh coal due to its close proximity compared to other areas in Indonesia. India is selected as the primary market of Aceh operation since the coal delivery costs to India is much cheaper than from Kalimantan. MDB aims at widening its market coverage outside India. MDB’s subsidiary, MIFA, has a mining area of 3,134 hectares in West Aceh Regency. Adjoined MIFA’s to area is BEL’s mining area of 1,495 hectares located in the Nagan Raya Regency. Those two mining business areas are located in Nanggroe Aceh Darussalam. In 2013, MIFA was still in development project. Therefore MIFA still used public facilities such as local government’s road and port to support its operations. MIFA targets commercial production phase to commence by July 2014. Meanwhile, all of BEL coals are dedicated to a coal-ined power plant with a of 15 MW capacity owned by PT Energi Alam Semesta, a member of ABM Group under PT Sumberdaya Sewatama, which is located nearby BEL’s mining area. A BM In ve sta m a L a p or a n Ta h u n a n 2 1 3 3 82 Peta MIFA dan BEL Produksi batubara MIFA di 2013 mencapai 236 ribu ton atau naik lebih dari 7 kali lipat dari volume produksi di tahun 2012 sebesar 30 ribu ton. BEL memproduksi 129 ribu ton batubara di tahun 2013, naik 21,3 dari 107 ribu ton yang dihasilkan di 2012. Fasilitas Setelah pertengahan 2014, MDB akan memasuki tahap komersial bertepatan dengan rampungnya semua infrastruktur yang dibutuhkan, termasuk fasilitas pendukung seperti kantor, workshop dan base camp, pabrik pengolahan batubara, crusher dan stockpiles, jalan angkut utama serta overland conveyor belt, fasilitas penanganan batubara dan fasilitas pelabuhan khusus untuk transhipment dan pengiriman batubara. Dengan memiliki fasilitas sendiri termasuk fasilitas pelabuhan, maka banyak keuntungan yang diperoleh MDB. Diantaranya adalah tidak memiliki ketergantungan pada pihak luar, dapat menentukan sendiri kapasitas lebar jalan, besar kendaraan, banyaknya muatan kendaraan, dan kapasitas transhipment hingga ke mother vessel sesuai kebutuhan, dan dapat mengontrol semua proses produksi secara menyeluruh. MIFA coal production volume reached 236 thousand tons in 2013 or increased by more than 7 times compared to30 thousand tons achieved in 2012. BEL produced 129 thousand tons of coal in 2013, an increased of 21.3 from 107 thousand tons in 2012. Facilities After mid 2014, MDB will enter commercial phase concurrently with the completion of required infrastructure, including supporting facilities such as oice, workshop and base camp, coal processing factory, crusher and stockpiles, main transport road and overland conveyor belt, coal handling facilities and special port facilities for coal transshipment and shipment. By having its own facilities including port facilities, MDB has many advantages. Among others are being independent from external parties, capable of determining its own capacity road width, vehicle size, vehicle loading capacity and transshipment capacity to mother vessel as required and capable to controlling the overall production processes. A BM In ve sta m a A n n u a l R e p or t 2 1 3 83

G. Prospek Usaha