Hasil Penelitian dan Pembahasan

Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 445 dengan Uji Kolmogorov Smirnov. data hasil pengujian terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Kenormalan Mahasiswa PGSD Berlatar belakang IPA Pretest Air Posttest Air Pretest Udara Postest Udara Pretest Tanah Posttest Tanah N 15 15 15 15 15 15 Normal Parameters a Mean 65.5000 82.1667 65.8333 84.8333 67.2500 86.1667 Std. Deviation 2.82685 4.29042 2.09520 3.83437 2.80306 3.93776 Most Extreme Differences Absolute .237 .185 .155 .158 .189 .242 Positive .237 .185 .155 .158 .189 .158 Negative -.230 -.084 -.145 -.111 -.170 -.242 Kolmogorov-Smirnov Z .917 .715 .598 .613 .732 .936 Asymp. Sig. 2-tailed .369 .686 .866 .846 .658 .344 a. Test distribution is Normal. Disamping uji kenormalan kelompok mahasiswa berlatar belakang IPA, dilakukan pula uji kenormalan mahasiswa berlatar pendidikan non IPA. hasilnya terdapat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Kenormalan Mahasiswa PGSD Berlatar Belakang Non IPA X1 X2 Y1 Y2 Z1 Z2 N= 17 17 17 17 17 17 17 Normal Parameters a Mean 61.3235 74.6029 62.9412 80.5588 64.1176 80.5147 Std. Deviation 1.62203 4.56127 1.58983 3.18017 3.02221 2.42299 Most Extreme Differences Absolute .165 .267 .214 .238 .150 .145 Positive .165 .123 .139 .238 .150 .145 Negative -.129 -.267 -.214 -.140 -.113 -.144 Kolmogorov-Smirnov Z .681 1.100 .883 .979 .618 .600 Asymp. Sig. 2-tailed .743 .178 .416 .293 .840 .865 a. Test distribution is Normal. X1 dan X2: pretest dan postes air; Y1 dan Y2: pretest dan postes udara; Z1 dan Z2: pretest dan postes tanah; Karena Asymp.Sig. 2-tailed atau nilai- p α2 tingkat keberartian yang dipilih2 = 0,025 diperoleh dari 0,052, artinya data kelompok IPA maupun non IPA berdistribusi normal. Adapun gambaran untuk masing- masing kelompok terkait tema air, udara dan tanah terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Gambaran Masing-Masing Kelompok Terkait Tema Air, Udara Dan Tanah Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 446 KELOMPOK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean PRETEST AIR IPA 15 65.5000 2.82685 .72989 NONIPA 17 61.3235 1.62203 .39340 POST TEST AIR IPA 15 82.1667 4.29042 1.10778 NONIPA 17 74.6029 4.56127 1.10627 PRETEST UDARA IPA 15 65.8333 2.09520 .54098 NONIPA 17 62.9412 1.58983 .38559 POST TEST UDARA IPA 15 84.8333 3.83437 .99003 NONIPA 17 80.5588 3.18017 .77131 PRETEST TANAH IPA 15 67.2500 2.80306 .72375 NONIPA 17 64.1176 3.02221 .73299 POST TEST TANAH IPA 15 86.1667 3.93776 1.01673 NONIPA 17 80.5147 2.42299 .58766 Pengolahan data selanjutnya adalah melakukan uji t. Data hasil pengujian uji homogenitas menunjukkan nilai Sig. atau nilai-p 0,05 = α. Selanjutnya dilakukan pengujian dua kelompok tersebut IPA dan non IPA dengan menggunakan uji t. Hasil dari pengujian uji t menunjukkan bahwa nilai Sig. atau nilai- p untuk uji dua arah α 2 atau 0,025, ini berarti bahwa terdapat perbedaan antara kedua kelompok untuk masing- masing pretest maupun posttest untuk tema air, udara dan tanah. Rendahnya literasi kimia yang dimiliki mahasiswa PGSD berlatar belakang pendidikan IPA dan non IPA pada tema air, udara dan tanah merupakan salah satu permasalahan yang harus segera diatasi. Literasi kimia berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga seseorang yang literasi kimianya tinggi diharapkan dapat mengatasi dan memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya seseorang yang literasi kimianya rendah, dikhawatirkan tidak dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi kimia berhubungan dengan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat dari segala usia, sehingga perlu ditingkakan untuk mencapai literasi kimia yang lebih tinggi [16] . Rendahnya literasi kimia mahasiswa PGSD juga dikhawatirkan akan berdampak buruk pada proses dan hasil belajar IPA di sekolah dasar, karena nantinya mereka akan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang mereka miliki pada saat melaksanakan tugas mengajar di sekolah. Peran guru yang sangat vital pada proses pembelajaran IPA di sekolah dasar menjadikan keberadaan guru sangat penting dalam meningkatkan literasi sains. Para guru yang mengajar di sekolah dasar umumnya merupakan guru kelas, sehingga mereka harus dapat melaksanakan proses Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 447 pembelajaran dengan sebaik-baiknya untuk semua pelajaran, termasuk untuk pembelajaran IPA. Dengan kata lain, meskipun mahasiswa PGSD berlatar belakang pendidikan non IPA, namun mereka tetap harus mempunyai literasi kimia yang tinggi sebagai bekal untuk melaksanakan pembelajaran IPA di sekolah dasar. Sebagai guru, ia harus mendukung pengembangan literasi kimia untuk memberi kesempatan para siswa dalam membangun makna literasi sains [17] . Guru juga dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya [20] . Rendahnya literasi kimia mahasiswa PGSD, terutama yang berlatar belakang pendidikan non IPA menunjukkan masih banyaknya konteks, konten, sikap, serta proses pembelajaran konsep dasar kimia yang belum tercapai. Masih banyak mahasiswa PGSD yang belum memahami lebih mendalam mengenai konsep-konsep dasar IPA yang ada dalam konsep dasar kimia, padahal konsep-konsep tersebut sangat penting dalam mengembangkan konsep-konsep pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap para mahasiswa PGSD berlatar belakang pendidikan non IPA diketahui bahwa mereka mengalami kesulitan karena tidak mempunyai pengetahuan awal tentang kimia. Bahkan beberapa mahasiswa yang berasal dari SMK banyak yang baru memperoleh materi kimia, karena selama sekolah SMK tidak ada pelajaran kimia. Kalaupun ada pelajaran fisika kimia fiskim lebih cenderung ke arah tekhnik. Disamping konteks, konten dan proses yang belum tercapai, ada beberapa konten yang mayoritas telah dicapai oleh mahasiswa PGSD, terutama yang sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Mereka dapat menentukan dampak negative yang ditimbulkan oleh air, serta siklus air dan pengolahan air. Dari hasil wawancara teradap mahasiswa PGSD baik yang berlatar belakang pendidikan IPA maupun non IPA, mereka megungkapkan bahwa hal tersebut benar-benar dialami dalam kehidupan mereka, sehingga bagi mereka sudah tidakasing lagi.

E. Kesimpulan dan Tindak Lanjut

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa secara umum terdapat peningkatan literasi kimia mahasiswa PGSD baik yang berlatar belakang pendidikan IPA, maupun non IPA setelah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah PBM. hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata sebelum dan setelah pembelajaran. Namun demikian, terdapat perbedaan literasi kimia mahasiswa berlatar belakang pendidikan IPA dan non IPA. Untuk tema air misalnya, rata-rata pretes mahasiswa berlatar belakang IPA perbedaannya tidak terlalu besar, yaitu untuk mahasiswa berlatar IPA 65,50 sedangkan untuk yang berlatar belakang non IPA 6,32. Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 448 Tetapi, setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, perbedaanya cukup besar, yaitu untuk IPA 82,17 sedangkan untuk non IPA 74, 60. Kondisi ini menujukkan bahwa pembelajaan juga dipengaruhi oleh kemampuan awal mahasiswa. masih rendahnya literasi kimia mahasiswa berlatar pendidikan non IPA menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa PGSD terhadap literasi kimia masih perlu ditingkatkan kembali. Apabila kondisi ini dibiarkan, dikhawatirkan akan mempengaruhi proses pembelajaran IPA di SD, karena banyak konsep-konsep dasar kimia yang terdapat pada konsep IPA. Upaya peningkatan literasi kimia mahasiswa PGSD ini sangat penting, mengingat literasi kimia berperan dalam meningkatkan literasi sains. Upaya peningkatan literasi kimia mahasiswa PGSD perlu mendapat perhatian yang lebih serius, karena mereka yang akan mengaplikasikan konsep-konsep kimia pada saatnya nanti melaksanakan pembelajaran di sekolah dasar. Ini sangat penting, mengingat betapa banyaknya aspek kimia dalam kehidupan sehari-hari yang juga terdapat dalam materi pembelajaran IPA di sekolah dasar. Peningkatan literasi kimia mahasiswa PGSD dapat dilakukan melalui perbaikan proses perkuliahan yang dilakukan, serta ruang lingkup materi konsep dasar kimia yang diberikan. Khusus untuk ruang lingkup materi konsep dasar kimia yang diberikan, penekanannya hendaknya bukan hanya pada konten isi dari ilmu kimia saja, melainkan terhadap konteks, proses, serta sikap. Hal ini sangat penting, karena penilaian literasi kimia bukan hanya pada konten saja, tetapi meliputi Context, Knowledge knowledge of science and knowledge about science, serta attitudes [15] . Salah satu upaya meningkatkan literasi kimia mahasiswa PGSD adalah melalui perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan, yang tidak hanya menekankan pada penguasasan konsep, tetapi juga memperhatikan aspek lainnya. Salah satunya adalah melalui pebelajaran berbasais masalah problem based lerning. Melalui pembelajaran berbasis masalah ini, mahasiswa PGSD dituntut untuk melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kemudian mempelajari bagaimana cara melakukan pencegahan agar permasalahan tersebut tidak terjadi. Bahkan untuk permasalahan yang telah terjadi, para mahasiswa diharapkan dapat mempelajari bagaimana cara memecahkan permasalahan tersebut. Pada pembelajaran berbasis masalah untuk tema air, udara, dan tanah dapat dilakukan secara mandiri maupun secara kelompok. Pembelajaan secara mandiri dapat dilakukan untuk mempelajari hal-hal yang bersifat umum yang sering mereka temukan dalam kehidupan sehari- hari melalui membaca buku atau artikel lainnya yang sebelumnya telah disiapkan. Sedangkan pembelajaran di kelompok dilakukan untuk Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 449 memecahkan permasalahan yang ada, kemudian mengkomunikasikannya pada teman lainnya, bahkan diharapkan dapat mengkomunikasikannya kepada masyarakat, sehingga permasaahan yang ada dalam kehiduan, seperti permasalahan pencemaran air dapat diatasi, atau dikurangi. Melalui pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan literasi kimia mahasiswa PGSD, baik yang berlatar belakang pendidikan IPA maupun non IPA dapat meningkat. Daftar Pustaka [1] Sastrawijaya, Tresna. 2009. Pencemarn Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. [2] Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. [3] Gilbert, John K. and Treagust, David. 2009. Multiple Representations in Chemical Education . Australia: Springer. [4] Poedjiadi, Anna. 2007. Sains Teknologi Masyarakat. Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai . Bandung: Remaja Rosdakarya. [5] Pribadi, Benny A. 2009. Langkah Penting Merancang Kegiatan Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Model Desain Sistem Pembelajaran . Jakarta: Dian Rakyat [6] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru [7] Brady and Holum. 1993. Chemistry The Study of Matter and Its Changes. Singapore: John Wiley Sons, Inc. [8] Paul Kelter, at all. 2009. Chemistry The Practical Science. Boston: Houghton Mifflin Company [9] Goldberg, David E. 2007. Fundamentals of Chemistry, Fifth Edition. The McGraw−Hill Companies, [10] Ingo Eilks, Ingo and Hofstein, Avi. 2013. Teaching Chemistry – A Studybook A Practical Guide and Textbook for Student Teachers, Teacher Trainees and Teachers. Taipei: SENSE PUBLISHERS [11] Eubanks, Lucy Pryde Et all. 2009. Chemistry In Context: Applying Chemistry To Society, Sixth Edition . New York: McGraw-Hill Companies, Inc.