RUMUSAN MASALAH Penutup ANALISIS BUKU TEKS TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI PADA SISWA KELAS IV SDN KEBONSARI 02 KOTA MALANG PADA KURIKULUM 2013 - Repository UNIKAMA

Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 192 Dengan bantuan alat peraga maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna karena siswa ikut langsung berpartisipasi. Jadi, pemakaian alat peraga dalam pengajaran matematika itu berhasil atau efektif dalam mendorong prestasi belajar siswa. Menurut Kemp dan Dayton 1985: 28 dalam Arsyad 1996: 20-21, ada tiga fungsi utama alat peraga pembelajaran adalah untuk: 1 Memotivasi minat atau tindakan, untuk memenuhi fungsi motivasi, alat peraga dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa 2 Menyajikan informasi, isi, dan bentuk penyajian ini bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental atau terbatas pada perasaan tidak kurang senang, netral, atau senang 3 Memberi instruksi, untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Alat peraga mistar bilangan merupakan alat bantu untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat yang dapat dibuat sendiri dari kertas karton. Mistar bilangan yang akan digunakan terdiri dari dua buah mistar dengan skala yang sama dan terdiri dari bilangan bulat, yaitu bilangan bulat positif, nol, dan bilangan bulat negatif. Berikut gambar mistar bilangan pada keadaan normal: Gambar 1 Mistar Bilangan Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 193 Cara menggunakan alat peraga mistar bilangan sangatlah mudah, yaitu: Contoh soal: 1 + 2 = Caranya adalah dari kondisi normal, geser mistar bagian bawah sedemikian hingga angka 1 sejajar dengan angka 0 pada mistar bagian atas. Perhatikan mistar atas untuk angka 2; pada mistar bagian bawah sejajar dengan angka 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa: 1 + 2 = 3

4. Penggunaan Alat Peraga Mistar Bilangan untuk Meningkatkan

Kemampuan Berhitung Pembelajaran matematika akan lebih bermakna jika disajikan dengan menarik dan menggunakan alat peraga. Sebagaimana menurut Jean Piaget bahwa usia anak sekolah dasar merupakan tingkat permulaan berpikir rasional dan masih konkret, anak memiliki operasi-operasi logis yang diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Dalam pemikiran dan persepsinya siswa lebih memiliki keputusan logis dan bukan konseptual. Siswa belum dapat berurusan dengan materi abstrak. Menurut Jeromme S. Brunner anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulatif benda-benda konkret untuk mempermudah mengingat ide-ide yang dipelajarinya itu. Pembelajaran matematika ini akan lebih menarik perhatian siswa dan menghasilkan hasil yang maksimal maka pembelajaran menggunakan metode, pendekatan, dan alat peraga yang saling mendukung diantaranya sehinga siswa akan melakukan aktivitas yang bermakna. Dipastikan dengan itu semua maka guru akan mudah dalam penyampaian materinya, lebih efektif dan efesien dalam pelaksanaannya. Sedangkan siswa sendiri akan mudah dalam menyerap materi-materi yang diberikan guru, karena siswa belajar bermakna didalamnya. Serta motivasi dan minat siswa akan tinggi untuk belajar dan merangsang siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar dan nilai yang siswa dapat lebih memuaskan. Adanya alat peraga mistar bilangan ini, merupakan bantuan bagi siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung. Banyak siswa yang beranggapan bahwasannya berhitung matematika sangatlah sulit. Oleh karenanya siswa tak mau mengenal dan enggan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan berhitung. Konsep dasar yang seperti itulah yang harus diubah menjadi menyenangi untuk mempelajari materi berhitung. Alat peraga mistar bilangan inilah salah satu cara atau bantuan untuk menjembatani pola pikir yang tak suka menjadi suka untuk berhitung. Siswa diarahkan untuk membuat sendiri alat peraga mistar hitung, guna melatih keterampilan membuat hasil karya. Selain itu, dengan membuat alat peraga sendiri yang akan digunakannya dalam belajar maka siswa akan lebih menguasai arti Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 194 komponen yang ada didalam alat peraga beserta fungsinya. Jadi siswa akan lancar untuk mempergunakan alat peraga tersebut setelah diberikan penjelasan dan contoh. Tabel 1 Penerapan Pembelajaran Menggunakan Alat Peraga Mistar Hitung No Tahap Pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa 1. Menjelaskan tujuan  Memberitahukan tema pembelajaran  Menjelaskan tujuan pembelajaran matematika  Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang tujuan pembelajaran  Memperhatikan dan memahami tujuan pembelajaran  Bertanya kepada guru tentang tujuan pembelajaran yang kurang dipahami 2. Mempersiapkan kelas dan siswa  Memotivasi siswa dengan melakukan apersepsi mengenai perhitungan penjumlahan dan pengurangan bilangan negatif  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sebagai unjuk sikap partisipasinya  Memperhatikan, memahami dan ikut berpastisipasi dalam apersepsi yang diberikan oleh guru  Bertanya hal yang belum dimengerti kepada guru mengenai apersepsi yang dilakukan guru kepada siswa 3. Penyajian pelajaran dan peragaan  Memberikan penjelasan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan negatif dengan menggunakan alat peraga mistar hitung  Siswa membuat alat peraga mistar hitung sendiri dengan alat dan bahan yang sudah disediakan  Memcermati penjelasan yang diberikan guru mengenai materi operasi hitung bilangan negatif  Siswa membuat alat peraga mistar hitung dari alat dan bahan yang sudah disediakan  Siswa menjawab soal-soal mandiri Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 195 untuk menjawab beberapa soal yang diberikan guru  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi tentang materi yang belum paham dan kelompok diskusi yang diberikan guru dengan menggunakan alat peraga yang sudah dibuat  Siswa bertanya kepada guru mengenai materi dan alat peraga yang belum dipahami 4. Evaluasi  Melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses dan hasil kerja siswa pada proses pembelajaran yang sudah berlangsung  Memberikan balikan terhadap hasil kerja siswa  Guru dan siswa menyimpulkan hasil proses pembelajaran yang sudah dilakukan  Memperhatikan kekurangan yang masih ada  Mencermati dan memperhatikan balikan  Guru dan siswa menyimpulkan hasil proses pembelajaran yang sudah dilakukan

D. Penutup

a. Kesimpulan Siswa sekolah dasar yang masih berada pada tahap operasional konkrit menuntut para pendidik sekolah dasar untuk menyesuaikan diri dan berada dalam dunia anak. Dengan cara tersebut maka guru akan mudah untuk memberikan materi dan mengembangkan kemampuan siswa. Siswa yang masih senang bermain-main dapat diarahkan untuk membuat beberapa hasil karya seperti membuat alat peraga. Alat peraga tersebut bisa dijadikan jembatan untuk mengkomunikasikan materi pembelajaran dengan pikiran siswa, dan siswa akan merasa dimudahkan dalam menerima materi yang diberikan. Siswa yang sebelumnya takut akan materi yang berhubungan dengan berhitung, dengan adanya alat peraga mistar bilangan maka siswa akan Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 196 merasa senang dan menyukai hal-hal yang berhubungan dengan berhitung. Dengan adanya rasa senang maka usaha dan kemampuan siswa dalam berhitung akan meningkat, khususnya dalam pembelajaran operasi hitung pada matematika. b. Saran Dalam penulisan makalah ini, disarankan kepada para pendidik khususnya pendidik sekolah dasar untuk memanfatkan alat peraga guna menghubungkan dunia anak yang masih konkrit kepada materi pembelajaran yang bersifat abstrak. Dengan dipergunakannya alat peraga tersebut diharapkan para pendidik dan para siswa sekolah dasar akan terbantu dalam proses belajar mengajar. Sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan bangsa akan tercapai secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumiaksara Sundayana, Rostina. 2013. Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika . Garut: Alfabeta Universitas Pendidikan Indonesia. 2014. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press Yusnandar, Eddy. 2012. Belajar dan Pembelajaran di SD. Serang: Ikhwan Mandiri Press Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 197 KETERAMPILAN BERTANYA SISWA SEKOLAH DASAR PADA TEMA PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

M. Junaedi

m.junaedistudent.upi.edu Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang Abstract Curriculum 2013 is a curriculum that uses an integrative approach thematic learning, namely that integrate various competencies from different subjects into the various themes. Making existing theme adapted to students lives. With the availability of a wide variety of themes, students can keep learning the meanings that have been done. In other words, students undergo a process of significance in itself. Not only guided to interpret, students were guided to be able to apply it in everyday life. Curriculum 2013 is identical with the character of student achievement that are required to be students can develop skills related to life and the environment. One of the types is the ability to develop critical thinking skills. Critical thinking in students began to be implanted by the teacher. Teachers as a manager in a classroom environment should be able to train critical thinking skills through asking. Ask is a skill that must be trained and can be done by each student. In basic education, skills asking students rarely seen. Students rarely put forward the question regarding the material presented by the teacher. This scientific paper about the difficulties students when I want to ask, how to develop questioning skills, and supported by the results of relevant research. Keywords : critical thinking, questioning skills, themes in Curriculum 2013. Pendahuluan Dikaitkan dalam dunia pendidikan, adanya pepatah “malu bertanya sesat di jalan ” merupakan bentuk nasihat kepada seseorang termasuk siswa, agar dalam menjalani kehidupan harus adanya proses interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan masyarakat sekitar. Dalam hal ini, proses interaksi dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kelas merupakan wadah bagi siswa untuk mendapat atau menemukan suatu Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 198 pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan yang ada beserta pendekatan pembelajaran dipersiapkan oleh guru mengindikasikan bahwa siswa tersebut menyimpan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang akan dipelajari. Tetapi semua ini tergantung dengan guru sebagai manajer yang mengemas pembelajaran tersebut, apakah bisa membuat siswa termotivasi belajar secara aktif ataupun sebaliknya. Berkenaan mengenai belajar aktif yang sedang ramai-ramainya diterapkan dalam dunia persekolahan khususnya di jenjang SD ialah belajar aktif yang menampilkan setidaknya ada salahsatu aspek yang menjadi alat transfer ilmu yaitu bertanya. Selama ini aktivitas bertanya dalam proses pembelajaran hanya guru yang selalu mengajukan pertanyaan, dan siswa mungkin saja menjawab atau tidak, atau bisa juga hanya menggeleng-gelengkan kepala, dan bisa juga memunculkan jurus andalannya yaitu diam. Berdasarkan kondisi tersebut, muncullah pertanyaan: “Kenapa bukan siswa saja yang dominan terhadap akt ivitas bertanya?”. Selanjutnya mengenai aktivitas bertanya yang dilontarkan oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung ini entah kenapa jarang muncul, dan sampai sekarang masih dalam tanda-tanya besar. Walaupun tidak bisa digeneralisasikan, tetapi ini fakta yang ada. Ketidakmunculan tersebut memungkinkan bahwa ada beberapa faktor yang menghambat aktivitas siswa untuk bertanya. Padahal kemunculan aktifitas bertanya ini sebenarnya sangat diharapkan oleh setiap guru. Guru sebagai manajer, sekarang telah mendapat pekerjaan rumah PR baru yaitu mampu menerapkan pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menitikberatkan agar siswa belajar menjadi aktif, atau dengan istilah modern sekarang ialah student center berpusat pada siswa. Kurikulum 2013 juga menyediakan berbagai macam tema untuk dipelajari. Dalam satu tema tersebut terdapat sekumpulan materi-materi yang akan dijejelkan pada siswa. Tema yang diambil pun berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Disamping itu juga, apakah dengan tersedianya tema-tema yang ada bisa memancing siswa untuk mau melakukan keterampilan bertanya? Keterampilan bertanya wajib dimiliki, agar siswa tidak buta terhadap pengetahuan yang akan ditanyakannya entah itu dalam konteks tema pembelajaran ataupun yang lainnya. Dengan demikian, adanya kurikulum yang baru ini, guru mampu mendesain pembelajaran semenarik dan sebaik mungkin dengan mengaitkan antara keterampilan bertanya dengan tema Kurikulum 2013, sehingga siswa merasakan proses kebermaknaan dalam belajarnya. Berpikir Kritis Berpikir kritis harus dimiliki oleh setiap individu, termasuk juga siswa sebagai pembelajar. Pembelajar yang mampu memecahkan Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 199 permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Entah itu permasalahan yang telah disajikan oleh guru ataupun permasalahan yang ditemukan oleh siswa itu sendiri. Reber dalam Syah, 2006, hlm. 120 mengemukakan bahwa dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan. Sementara itu menurut Splitter dalam Maulana, 2006, hlm. 4, bahwa orang yang berpikir kritis adalah individu yang berpikir, bertindak secara normatif, dan siap bernalar tentang kualitas dari yang mereka lihat, dengar, atau yang mereka pikirkan. Dari pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang dapat dilakukan oleh siswa untuk memecahkan masalah mengenai apa yang dilihat, didengar atau yang sedang dipikirkan. Dalam berpikir kritis ini, siswa juga harus peka terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi. Sebagai contoh, adanya masalah mengenai bencana banjir yang terjadi di suatu wilayah, maka siswa tersebut berpikir akan penyebab dan solusinya. Siswa akan berpikir mengenai penyebab-penyebab yang ada, sehingga menimbulkan berbagai solusi yang akan dipahami dan diterapkan dalam kehidupannya. Menurut Maulana 2006, hlm 3, ada tiga alasan mengenai perlunya mengembangkan kemampuan berpikir krtitis. Pertama, tuntutan zaman yang menghendaki setiap individu untuk dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupannya. Kedua, setiap individu senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan, sehingga dituntut mampu berpikir kritis dalam memandang permasalahan yang dihadapinya, dan kreatif dalam mencoba mencari jawabannya. Ketiga, berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan agar setiap individu khususnya peserta didik dapat berkompetisi secara sehat dan adil, serta mampu menciptakan nuansa kerjasama yang baik dengan orang lain. Dalam berpikir kritis juga terdapat salahsatu keterampilan yang dapat membuat siswa menjadi aktif, diantaranya yaitu mampu menguasai keterampilan bertanya. Keterampilan bertanya ini sangat erat kaitannya dengan berpikir kritis, karena dengan siswa melakukan pertanyaan menandakan bahwa siswa mampu berpikir terhadap sesuatu yang ingin diketahuinya. Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya merupakan suatu keterampilan yang pasti dimiliki oleh setiap orang, termasuk siswa. Kehidupan siswa dalam sehari- hari tidak luput dari aktivitas bertanya, misalnya dalam ruang lingkup keluarga. Adanya interaksi antara anak dan orangtua merupakan interaksi secara alamiah, seperti halnya anak menanyakan kepada ibunya mengenai