Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 267
membentuk karakter peserta didik, tentunya untuk mencapai sebuah peradaban bangsa yang bermartabat, makmur, dan sejahtera.
C. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter Menurut Megawangi dalam Kusuma,dkk, 2012, Hal. 5 merupakan
“sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
”. Sejalan dengan hal itu, definisi lainnya dikemukakan oleh Fakri Gaffar dalam Kusuma,dkk, 2012, hal.5
bahwa “pendidikan karakter merupakan sebuah proses tranformasi nilai-
nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi perilaku kehidupan orang itu.
”. Ungkapan lainnya mengenai definisi pendidikan karakter dalam konteks kajian P3
dalam Kusuma, dkk, 2012, hal.5 mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah
“sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan
pada suatu nilai tertentu yang dirujuk sekolah .”.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai positif dalam kepribadian seseorang, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya.
D. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013
Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 seperti yang diungkapkan Mulyasa 2013 bahwa melalui pengembangan Kurikulum 2013, bangsa
ini akan menghasilkan insan-insan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Dalam hal ini pengembangan Kurikulum 2013 bertujuan untuk memfokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta
didik.
Dalam tujuan pengembangan Kurikulim 2013 yang difokuskan untuk pembentukan karakter, maka dalam setiap pembelajaran harus
selalu ditanamkan berbagai karakter yang tercantum pada Komptensi Inti kedua yang harus dicapai oleh peserta didik itu sendiri. Jadi, untuk
menanamkan karakter kepada peserta didik bukanlah menjadi hal yang mudah. Karena butuh kesabaran dan karakter yang kuat dari dalam diri
guru itu sendiri.
Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 268
Tabel 1 Kompetensi Inti kedua jenjang sekolah dasar
Di dalam komptensi inti kedua pada Kurikulum 2013 jenjang sekolah dasar terdapat 6 karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah
menyelesaikan jenjang pendidikan di sekolah dasar. Karakter-karakter tersebut diantaranya jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri. Maka untuk mendidik karakter harus dengan karakter. Guru tidak hanya menjadi subjek yang mengajarkan nilai-nilai karakter. Lebih dari
itu, seorang guru juga harus memiliki karakter agar menjadi figur dan teladan bagi peserta didiknya. Apalagi pada peserta didik di jenjang sekolah dasar
yang masih berada pada tahap operasional kongkret yang menjadikan peserta didik lebih memahami sesuatu yang nyata atau kongkret dibandingkan
sesuatu yang abstrak atau bersifat teoritis. Untuk itu, tindakan nyata dalam mendidik karakter itu sangat diperlukan pada jenjang sekolah dasar.
E. Mendidik dengan Karakter pada Kurikulum 2013
Karakter merujuk pada hal-hal positif baik perilaku, sikap, atau tindakan. Sehingga, dalam setiap kegiatan yang mengandung unsur
pendidikan karakter, maka kegiatan tersebut akan terlihat indah, tentram, dan nyaman. Semisal seorang guru sedang menanamkan karakter percaya diri
pada peserta didik. Guru selalu memotivasi siswa dan memberikan arahan dengan baik agar siswa memiliki rasa percaya diri. Hubungan antara guru
dengan peserta didik yang begitu dekat dan akrab membuat kegiatan mendidik menjadi hal yang menyenangkan, menentramkan, dan
mengindahkan.
Ada beberapa keindahan yang bisa disebut seni dalam mendidik dengan karakter untuk menanamkan karakter pada peserta didik dalam
kurikulum 2013,
KOMPETENSI INTI
KELAS I KOMPETENSI
INTI KELAS II
KOMPETENSI INTI
KELAS III KOMPETENSI
INTI KELAS IV
KOMPETENSI INTI
KELAS V KOMPETENSI
INTI KELAS VI
2. Memiliki
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan guru 2. Menunjukan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan guru 2. Menunjukan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan guru 2. Menunjukan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan guru 2. Menunjukan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan guru 2. Menunjukan
perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman,
dan guru
Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 269
1. Guru Sebagai Pembangun Citra Diri Positif Peserta Didik.
Sepengatahuan penulis, banyak perilaku-perilaku guru yang dapat “membunuh” karakter peserta didiknya. Seorang guru hampir tidak pernah
memberikan kata-kata pujian atau kata-kata positif. Contoh yang sering terjadi adalah guru mempermalukan peserta didik di depan kelas, memarahi
bahkan menghukumnya. Contoh-contoh tersebut tentunya dapat berdampak negatif bagi peserta didik yang menjadikannya merasa tidak percaya diri,
minder, dan merasa bodoh atau tidak berguna.
Kisah Dame School, Amerika Serikat menjadi salah satu sekolah yang mendidik dengan membangun citra diri positif peserta didik. Dalam setiap
penilaian peserta didik, Sekolah Dasar tidak memberikan nilai dalam bentuk angka, melainkan uraian. Alasan yang diberikan para guru adalah, kalau anak
usia dibawah 9 tahun diberikan nilai angka, maka akan “memvonis” anak pintar, sedang, atau bodoh. Padahal anak pada usia tersebut masih terus
berkembang kemampuannya. Dalam proses pembelajaran saat siswa telah menyelesaikan tugas, maka hasil dari tugasnya bisa diberikan tulisan bagus,
bagus sekali, keren, hebat,dll. Dalam memeriksa hasilnya pun guru tidak mencoret hasil kerja peserta didik yang salah, tetapi dengan membetulkan
dengan cara menuliskan jawaban yang benar disamping hasil kerja yang salah. Dalam setiap proses pembelajaran, peserta didik didorong untuk aktif
berdiskusi, dan guru selalu memberikan komentar positif kepada setiap pendapat yang dilontarkan oleh peserta didik. Dengan cara seperti ini, peserta
didik akan bersemangat untuk masuk sekolah Megawangi, 2004.
Dari kisah Dame school dapat diambil kesimpulan, bahwa karakter yang akan muncul pada diri peserta didik adalah rasa percaya diri.
2. Mendidik dengan Mencelupkan Diri
Untuk membangun hubungan dan kedekatan dengan peserta didik maka guru harus mendidik dengan mencelupkan diri. Megawangi 2004, hal.
164 menjelaskan Seorang pendidik karakter yang berhasil adalah yang dapat
mencelupkan dirinya secara menyeluruh ketika sedang mengajar, dapat mebangun hubungan personal dengan murid-muridnya,
mempunyai kemampuan komunikasi secara efektif, mampu mengelola emosinya dengan baik, serta mampu menghidupkan
suasana.
Ketika guru sudah mencelupkan diri dan membangun hubungan emosi dengan peserta didik. Maka, peserta didik akan lebih terbuka dalam
berkomunikasi dengan guru. Setelah itu guru bisa mendiskusikan masalah- masalah moral dari kehidupan sehari-hari yang dapat membangkitkan rasa
empati dan kepedulian peserta didik. Misalnya, cerita tentang seorang anak