Investigasi Matematis LANDASAN TEORETIS 1. Berpikir Matematis Tingkat Tinggi

Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 375 berstrategi “MURDER”, dan instrumen yang dapat mengukur kemampuan berpikir dan disposisi kritis, kreatif, investigatif matematis mahasiswa. Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: 1 tahap persiapan, dan 2 tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan dilakukan penelitian pengembangan developmental research bahan ajar pembelajaran berbasis masalah berstrategi “MURDER” dengan menggunakan penelitian desain didaktis Didactical Design Research —DDR. Sebagaimana dikatakan oleh Suryadi 2010, DDR merupakan sebuah metodologi penelitian yang dikembangkan dari tacit didactical dan pedagogical knowledge. Suryadi 2010 menjelaskan bahwa DDR ini memliki tiga tahapan, yaitu: a. Analisis situasi didaktis ASD dilakukan oleh dosen dalam pengembangan bahan ajar sebelum diujicobakan dalam peristiwa pembelajaran. ASD diwujudkan dalam bentuk Desain Didaktis Hipotesis DDH termasuk Antisipasi Didaktis dan Pedagogis ADP yang akan termuat dalam bahan ajar. ASD berupa sintesis hasil pemikiran dosen tentang berbagai kemungkinan respons mahasiswa yang diprediksi akan muncul pada peristiwa pembelajaran dan langkah-langkah antisipasinya. b. Analisis metapedadidaktik AM dilakukan dosen sebelum, pada saat, dan setelah uji coba bahan ajar. AM berupa kemampuan dosen untuk dapat memandang peristiwa pembelajaran secara komprehensif, mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal penting yang terjadi, serta melakukan tindakan cepat dan tepat scaffolding untuk mengatasi hambatan pembelajaran learning obstacles sehingga tahapan pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasil belajar mahasiswa menjadi optimal. c. Analisis retrosfektif AR, dilakukan dosen setelah uji coba bahan ajar. AR berupa analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktik hipotesis dengan proses pengembangan situasi didaktis, analisis situasi belajar yang terjadi sebagai respons atas situasi didaktik yang dikembangkan, serta keputusan yang diambil dosen selama proses analisis metapedadidaktik. Dari AR dilakukan revisi terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan sebelumnya sehingga akan dihasilkan suatu bahan ajar yang ideal, sesuai kebutuhan mahasiswa, dapat memprediksi dan mengantisipasi setiap hambatan pembelajaran yang muncul, sehingga hasil belajar menjadi optimal. Secara garis besar, alur penelitian pengembangan bahan ajar dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berstrategi “MURDER” berdasarkan DDR digambarkan sebagai berikut ini. Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 376 Bagan 1: Alur Penelitian Jika tahap persiapan telah selesai, maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan penelitian yang menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat melalui pemanipulasian variabel bebas dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi, sehingga penelitian ini digolongkan kepada penelitian eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes pretest-posttest control group design Ruseffendi, 2003. Hasil dari pemanipulasian terhadap variabel bebas ini dapat dilihat dari variabel terikatnya yaitu berupa peningkatan kemampuan berpikir dan disposisi matematis. Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 377

2. Subjek Penelitian

Selama tahap persiapan ini, subjek penelitiannya adalah mahasiswa S1 Program Studi PGSD semester 5 tahun ajaran 20132014 PGSD UPI Sumedang serta sebuah PTS di Kabupaten Sumedang. Kemudian pada tahap eksperimen, yang menjadi populasi penelitian ini adalah mahasiswa PGSD UPI Kampus Sumedang yang mengontrak matakuliah Pendidikan Matematika II Pendidikan Matematika Kelas Tinggi. Kemudian sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 3 kelas dari seluruh kelas anggota populasi. Selain itu, pertimbangan lainnya karena peneliti adalah pengajar pada Program Studi PGSD, sehingga hasil penelitian ini nantinya akan sangat berguna secara langsung bagi peningkatan kualitas pendidikan di lingkungan PGSD. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pokok bahasan Peluang yang dijadikan materi untuk mengembangkan bahan ajar berbasis penelitian desain didaktis ini dibagi menjadi empat pertemuan. Dalam setiap pertemuannya disusun analisis situasi didaktis antisipasi didaktis dan antisipasi pedagogis, analisis metapedadidaktis, serta analisis retrospektif. Pertemuan pertama pembahasannya mengenai: 1 aturan pengisian tempat, 2 definisi faktorial, 3 notasi faktorial. Pertemuan kedua mengenai: 1 definisi dan notasi permutasi, 2 permutasi dengan unsur berbeda, 3 permutasi dengan pembatasan. Pertemuan ketiga membahas tentang: 1 permutasi siklis, 2 permutasi dengan unsur sama. Lalu pada pertemuan terakhir dibahas mengenai kombinasi.

1. Analisis Situasi Didaktis

Beberapa kemungkinan respon mahasiswa yang berhasil dipikirkan oleh penulis antara lain: 1 Mahasiswa tidak mampu merumuskan dan menggunakan aturan matematis daridalam konteks kehidupan sehari-hari. 2 Mahasiswa tidak dapat mensintesis definisi suatu konsep matematis yang berasal dari situasi kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. 3 Mahasiswa mengetahui suatu formula dan cara menggunakannya, tetapi tidak fasih menggunakan formula tersebut dalam beragam operasi atau perhitungan matematis. Untuk itu, disusunlah antisipasi didaktis dengan cara memberikan tugas membaca, menelaah, membuat refleksi dan rangkuman tentang suatu konseptopikaturan matematis yang berkaitan dengan konteks kehidupan sehari-hari, sehingga mereka mampu membangun pengetahuan dengan gaya bahasa sendiri. Selanjutnya, bentuk antisipasi pedagogis yang dirancang adalah: 1 Untuk mengetahui penguasaan konsep prasyarat, dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan dan memancing mahasiswa juga untuk bertanya mengenai konsep dasar yang belum dikuasai oleh mahasiswa. Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 378 Dengan demikian, pada awal pembelajaran terjadi proses pengembangan kesadaran metakognisi dan pengembangan kemampuan mahasiswa dalam bertanya secara kritis. 2 Dosen mengajukan beberapa pertanyaan dan memberikan penugasan kepada mahasiswa secara individual, berkaitan dengan topik yang diajarkan. 3 Dosen memancing mahasiswa untuk dapat mengkonstruksi contoh sederhana maupun kompleks sekaitan dengan konsep yang dipelajarinya. 4 Pada kegiatan diskusi, penyelesaian masalah harus ditelaah bersama, lalu seluruh mahasiswa didorong untuk berupaya membangun makna dari representasi matematis yang tersaji itu. Mahasiswa diberi kesempatan mengidentifikasi konsep-konsep lain yang relevan dengan masalah yang disajikan temannya. Terakhir, mahasiswa dibina untuk melakukan refleksi dan merangkum hasil diskusi, kemudian menindaklanjuti pengalaman memecahkan masalah matematis secara kritis, kreatif, dan investigatif tersebut. 2. Analisis Metapedadidaktis dan Analisis Retrospektif Hambatan yang ditemukan pada awal pembelajaran adalah masih banyak mahasiswa yang tidak menguasai konsep, termasuk konsep prasyarat. Penyebabnya antara lain mahasiswa khususnya yang berasal dari SMK atau dari SMA jurusan IPSBahasa beralasan bahwa mereka tidak begitu mendalami materi tersebut di sekolahnya dulu. Kebanyakan mahasiswa beralasan lupa pada materi tersebut, dan tidak melakukan persiapan sebelum mengikuti pembelajaran. Sementara itu, pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, ditemui hambatan bahwa mahasiswa merasa kesulitan untuk memaknai masalah yang disajikan. Kemudian beberapa mahasiswa masih cukup dominan dalam kelompoknya, dan tidak memberi kesempatan kepada rekannya untuk mengkomunikasikan ide, di samping memang cukup banyak pula mahasiswa yang tak berani untuk mengemukakan pendapatnya. Bahkan yang terjadi adalah, mahasiswa masih saling tunjuk dengan temannya untuk tampil di depan kelas. Kemudian, banyak mahasiswa yang tidak menyelesaikan tugas dengan lengkap karena kekurangan waktu. Penyebab dari hambatan-hambatan tersebut disinyalir adanya kesulitan mahasiswa dalam memahami masalah mungkin diakibatkan karena masalah yang disajikan tidak menggiring mereka untuk lebih mengembangkan metakognisinya. Kemudian mahasiswa belum terbiasa dengan pembelajaran berbasis masalah yang menggunakan strategi baru, dan beberapa mahasiswa masih canggung saat bekerja dalam kelompok. Oleh karena itu, pada langkah pembelajaran ini, sangat penting seorang dosen melakukan apa yang disebut scaffolding dan metafora. Pada akhir pembelajaran, tidak jarang ditemukan hambatan yakni adanya mahasiswa yang tidak memperhatikan. Bisa jadi hal ini akibat dari Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 379 suasana diskusi masih mempengaruhi kondisi fisik dan emosi mahasiswa. Lalu, ada mahasiswa yang mengeluh dengan tugas yang diberikan, mungkin mahasiswa tersebut tidak terbiasa dengan perkuliahan yang memberikan tugas terstruktur dengan masalah menantang. 3. Contoh Masalah Matematis dalam Bahan Ajar untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Investigatif Matematis Soal Pertama: Dalam suatu permainan, Amir memegang 6 utas tali seperti pada gambar a di bawah ini. Lalu Beni, mengikat tiap dua ujung tali dalam satu kesempatan, sehingga membentuk 3 ikatan simpul terpisah, baik pada bagian atas maupun bagian bawah, seperti pada gambar b. Jika ikatan tersebut membentuk sebuah ikatan tertutup melingkar seperti pada gambar c, berarti Beni menang dan akan mendapatkan hadiah. Tentukan berapa peluang beni memenangkan hadiah? Soal Kedua: Berdasarkan gambar di bawah ini, tentukan berapa banyak jalan terpendek dari A ke B. Soal Ketiga: Dalam suatu acara kuis, seorang peserta berdiri di lorong masuk yang akan menghubungkannya ke dalam dua ruangan. Pada salahsatu ruangan itu terdapat mobil mewah sebagai hadiah, dan jebakan pada ruangan lainnya. Peserta tersebut harus berjalan melalui lorong untuk memasuki salahsatu ruangan dan mendapatkan sesuatu entah mobil atau jebakan. Jika si peserta membuat keputusan untuk memilih lorong secara acak, maka pada ruang yang mana hadiah mobil harus ditempatkan agar si peserta dapat memperoleh kesempatan terbaik untuk menang?