Materi Sastra dilihat dari Buku Siswa

Membedah Anatomi Kurikulum 2013 | 358 perkembangan bahasa, 2 mengembangkan kemampuan membaca, 3 mengembangkan kepekaan terhadap cerita, 4 meningkatkan kelancaran membaca, 5 meningkatkan kemampuan menulis. Materi pembelajaran sastra dalam Kompetensi Dasar Kurikulum 2013, Materi di kelas I ada materi mengenal teks cerita diri dan menyajikan teks cerita diri. 3.4 dan 4.4, Materi kelas II ada materi mengenal teks lirik puisi dan melantunkan atau menyajikan teks lirik puisi 3.4 dan 4,4. Materi kelas III, ada materi menggali informasi dari teks dongeng dan menyampaikan teks dongeng 3.4 dan 4.4. Materi di kelas IV, ada materi menggali informasi dari teks cerita petualangan dan menyajikan teks cerita petualangan 3.4 dan 4.4. Materi di kelas V ada materi menggali informasi dari teks pantun dan syair dan melantunkan dan menyajikan teks pantun dan syair 3.4 dan 4.4. Materi di kelas VI, ada materi menggali informasi teks fiksi sejarah dan mengolah dan menyajikan teks cerita fiksi sejarah 3.4 dan 4.4. Materi pembelajaran sastra dalam Buku Siswa, Dilihat dari Buku Siswa, dalam makalah ini buku siswa kelas II, IV, dan V, ditemukan beberapa materi sastra sebagai berikut. Materi dalam Buku Siswa Kelas IV, Tema satu sampai tema tiga tidak ada sastra. Tema empat ada cerita petualangan, yaitu dongeng semut dan belalang. Tema lima ada cerita penggalan “Kejujuran Membawa Kebahagiaan”, Tema enam dan tujuh tidak ada materi sastra. Tema delapan ada cerita legenda, dan tema sembilan ce rita penggalan “Sayuran Siapa yang Penting”. Materi dalam Buku Siswa Kelas V: Tema kahiji subtema kesatu ada membaca dan mendalami pantun dan syair. Tema dua, tiga, empat tidak ada. Tema lima ada cerita. Tema enam ada cerita legenda atau dongeng asal-usul. Tema enam ada dongeng, Tema tujuh cerita bintang. Tema sembilan tidak ada materi sastra. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2001. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Beach, R. dan J.Marshall. 1991. Teaching Literature in the Secondary School. San Diego: Harcourt Brace Inovovich. Culinan, Bernice. 1989. Literature for Young Children. Dalam Strickland dan Morrow Eds.. Emerging Literacy Young Children to Read and Write. 1989. Delaware: International Reading Association. Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2003. Kurikulum Pendidikan Dasar: GBPP Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Effendi, S. 2005. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Pustaka Alam. Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 359 Gani, Rizanur. 1988. Respons dan Analisis. Padang: Dian Dinamika Press. Hancock,J. dan C.Leaver. 1994. Major Teaching Strategies for English. Victoria: Australian Reading Association. Huck, Charlotte. dkk. 1987. Children Literature in the Elementary School. Chicago: Rand McNally College Publishing Company. Norton, Donna E. 1988. Through the Eyes of a Child: An Introduction to Children Literature. Columbus: Charles Merrill Publishing. Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogjakarta: Gajah Mada University Press. Rothlein, Liz dan A.M.Meinbach. 1991. The Literature Connection. USA. Scott Foresman Company. Rusyana, Yus.2002. “Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Kurikulum Berbasis Kompetensi”. Makalah Seminar. UPI Bandung. Sutherland, Z. dan M.N.Arbuthnot. 1991. Children and Books. New York: Harper Collins Publisher. Tarigan, H.G. 1994. Pengantar Psikosastra. Bandung: Angkasa. Wellek, R. dan A.Warren. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. 1989. Jakarta: Gramedia. Wiseman, D.L. 1992. Learning to Read with Literature. United States: Allyn and Bacon. Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 360 Bagian Empat: Profesionalisme dan Kompetensi Guru Calon Guru Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 361 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN SPATIAL SENSE UNTUK MAHASISWA CALON GURU SEKOLAH DASAR Hafiziani Eka Putri E-mail: fatya_faizayahoo.com Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakata Abstract In order to produce high-quality research the good instrument is required. The instrument developed in this study was a spatial sense test instrument. The test items were based on indicators of spatial sense. Meanwhile the indicators of spatial sense that used in this study are: Exploring spatial relationships such as direction, orientation, and perspectives of objects in space, their relative size and shape, and the relationship between the object and its shadow or projection; Using the properties of three and two- dimensional shapes to identify, classify, and describe the shape; Exploring geometric transformations such as rotations turns, reflections flips, and translations slides; Understanding and applying the concepts of symmetry, similarity, and congruence; Identifying, explaining, comparing, and classifying geometric field and space; Understanding the properties of lines and planes, including a line plane and perpendicular and parallel lines fields intersect and the formation of the angle between two lines or areas; Developing, understanding, and applying a variety of strategies to determine perimeter, area, surface area, angle measure, and volume; Analyzing the properties of three-dimensional shapes by drawing and building models and interpreting two-dimensional representations of three-dimensional shapes; Solving the real world problems using mathematical and geometric models. After prepared the test items then tested to determine the validity, reliability, level of difficulty and discrimination power. The results show that the questions were compiled for this study generally has a high validity with the r xy value is 0.73, reliability is very high with the value of r 11 is 0.84, power different for each items is well, and the questions are divided by varied level difficulty easy, medium and difficult. Based on this result, it can be concluded that the spatial sense test items that developed can be used as a test instrument for future research. Keywords: test instruments, spatial sense . Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 362

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Permasalahan dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya harapan kurikulum yang tertulis dalam Committee on the Undergraduate Program in Mathematics -CUPM 2004 yang salah satu rekomendasinya menerangkan bahwa setiap mata kuliah dalam matematika hendaknya merupakan aktivitas yang akan membantu mahasiswa dalam pengembangan kemampuan analitis, penalaran kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan representasi matematis. Sejalan dengan itu, berdasarkan permen no.16 tahun 2007 dituliskan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi profesional, yaitu guru diharapkan menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran, statistika, dan logika matematika. Untuk itu, Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan LPTK PGSD yang bertugas menghasilkan calon guru SD bertanggung jawab mempersiapkan mahasiswa untuk memiliki kompetensi profesional tersebut yang salah satu caranya yaitu dengan memperkuat kemampuan matematis. Salah satu kemampuan matematis yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa yaitu kemampuan spatial sense . Pentingnya kemampuan spatial sense dimiliki digambarkan secara jelas oleh NCTM 2000 yang menyatakan bahwa instruksi program matematika harus memperhatikan geometri dan spatial sense, sehingga semua siswa dapat menggunakan visualisasi dan penalaran spasial untuk memecahkan masalah baik di dalam maupun di luar matematika. Selanjutnya, New Jersey Mathematics Curriculum Framework 1997 menyatakan bahwa semua siswa diharapkan dapat mengembangkan spatial sense dan kemampuan untuk menggunakan sifat dan hubungan geometris untuk memecahkan masalah dalam matematika dan kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan kedua pernyataan tersebut, Smith Bennie dan Smith, 2005 menyebutkan bahwa tanpa keterampilan spasial akan sulit untuk tetap eksis di dunia salah satu contohnya, tanpa kemampuan spasial, kita tidak akan mampu berkomunikasi tentang posisi dan hubungan antara benda, memberi dan menerima arah dan membayangkan perubahan yang terjadi dalam posisi atau ukuran bentuk. Untuk mengukur tingkatkemampuan spatial sense mahasiswa, diperlukan adanya alat evaluasi yang tepat. Salah satu alat evaluasi yang dapat dikembangkan dan digunakan untuk mengukur kemampuan spatial sense tersebut yaitu alat ukur berupa instrumen tes. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan pengembangn instrumen tes untuk mengukur kemampuan spatial sense mahasiswa calon guru SD. Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 363

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan spatial sensemahasiswa calon guru SD?”.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes yang baik yang dapat mengukur kemampuan spatial sensemahasiswa calon guru SD.

4. Manfaat penelitian

Instrumen tes yang dihasilkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan oleh seluruh dosen PGSD untuk mengukur, menguji, dan melihat peningkatan kemampuanspatial sense, yang dapat dicapai mahasiswa calon guru SD.

B. Metode Penelitian

1. Disain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research andDevelopment Penelitian dan Pengembangan. Pemilihan metode penelitian ini didasari pada tujuan penelitian yang ingin menghasilkan instrumen yang tepat untuk penelitian selanjutnya. Pendapat peneliti di atas sejalan dengan pendapat Sugiyono 2012:407 yang menyatakan bahwa “ Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.”

2. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap 27 orang mahasiswa calon Guru SD konsentrasi matematika di semester 5 yang telah pernah menempuh mata kuliah pendidikan matematika 2. Dilakukan di UPI kampus Purwakarta yang beralamatkan di Jalan Veteran No.6 Purwakarta. Mengambil Lokasi ini dengan alasan karena UPI kampus Purwakarta merupakan tempat bekerja peneliti sebagai dosen, sehingga memudahkan peneliti untuk menyesuaikan jadwal kegiatan penelitian dengan jadwal mengajar peneliti, sehingga tidak mengganggu perkuliahan yang semestinya dilakukan.

3. Prosedur Penelitian

Sebagai panduan dalam pelaksanaan penelitian, maka dibuat baganalur penelitian sebagai berikut: Seminar Nasional Pendidikan Dasar | 364

4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa soal-soal tes. Soal-soal tes ini tentunya dibuat berdasarkan indikator dari kemampuan spatial sense. Adapun indikator kemampuan spatial sense yang digunakan untuk menyusun instrumen tes merujuk pada New Jersey Mathematics Curriculum Framework 1997 yaitu: Mengeksplorasi hubungan spasial seperti arah, orientasi, dan perspektif dari objek dalam ruang, bentuk dan ukuran relatif mereka, dan hubungan antara obyek dan bayangannya atau proyeksi;Menggunakan sifat dari bentuk tiga dan dua dimensi untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menggambarkan bentuk; Mengeksplorasi transformasi geometris seperti rotasi putaran, refleksi membalik, dan translasi slide; Memahami dan menerapkan konsep simetri, kesamaan, dan kongruensi; Mengidentifikasi, menjelaskan, membandingkan, dan mengklasifikasikan geometri bidang dan ruang; Memahami sifat-sifat garis dan bidang, termasuk garis bidang sejajar dan tegak lurus dan garis bidang berpotongan dan terbentuknya sudut antara dua garis atau bidang; Mengembangkan, memahami, dan menerapkan berbagai strategi untuk menentukan keliling, luas, luas permukaan, ukuran sudut, dan volume; Menganalisis sifat bentuk tiga dimensi dengan menggambar dan membangun model serta menafsirkan representasi dua dimensi dari bentuk tiga dimensi; Memecahkan masalah matematika dan dunia nyata menggunakan model geometris. Berikut ini disajikan kisi-kisi dan soal instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini: