Menurunnya dan terkendalinya tingkat pencemaran lingkungan hidup

57. Menurunnya dan terkendalinya tingkat pencemaran lingkungan hidup

Tabel 3.57 Pencapaian Kinerja Sasaran 57 Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 Transisi Ta rg et N as io n al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 Peningkatan jumlah pelaku usaha yang mempunyai dokumen lingkungan dok 33 - 12 166,67 31 129 67 372,22 83 345,83 102 340 33 138 418,18 A BLH 2 Meningkatnya jumlah peternak sapi dan industri tahu yang memiliki IPAL unit 11 - 20 100 13 100 13 100 13 100 10 100 11 13 118,18 A BLH Tingkat pencemaran udara dan air BLH 3 - SO2 632 - 15,31 100 25 25,62 28,51 100 25 25 25 100 25 25 25 100 632 100 632 632 100 B BLH 4 - CO 15.000 - 5.721 100 1727 1672 1757 100 1477 2562 1655 100 100 100 15.000 100 15.000 15.000 100 B BLH 5 - NO2 316 - 15,38 100 31,47 24,06 20,03 100 10 10 10 100 10 10 10 100 316 100 316 316 100 B BLH 6 Persentase kasus pelanggaran lingkungan hidup yang tertangani 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 B BLH Rata-rata 111,11 104,83 145,37 140,97 140 156 A Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 6 enam indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan rata-rata 156 kategori sangat baik terdiri dari 2 dua indikator kategori sangat baik 33,33, dan 4 empat indikator kategori baik 66,67. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 57 lima puluh tujuh per indikator : 1 Peningkatan jumlah pelaku usaha yang mempunyai dokumen lingkungan a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan adanya koordinasi yang cukup baik antar SKPD dan juga pemrakarsa usaha dan atau kegiatan yang cukup pro aktif dalam pengelolaan lingkungan dan penekanan bahwa dokumen lingkungan merupakan persyaratan diterbitkannya ijin usaha, membuat atensi pemrakarsa usaha dan atau kegiatan dalam mengajukan dokumen UKL UPL meningkat, selain itu kepedulian dan kesadaran pelaku usaha terhadap permasalahan lingkungan juga meningkat. Permasalahan Kendala yang dihadapi adalah sumber daya manusia yang dimiliki pemrakarsa usaha dan atau kegiatan di bidang lingkungan relatif masih kurang, sehingga ada kesulitan menyusun dokumen UKL UPL sendiri. Upaya pemecahan masalah : - Pembinaan teknis dalam penyusunan dan penerapan dokumen UKL UPL; - Meningkatkan kesadaran pemrakarsa usaha dan atau kegiatan serta kualitas SDM pemrakarsa usaha di bidang lingkungan hdup melalui sosialisasi pelatihan. Data Perkembangan Rekomendasi Dokumen UKLUPL dari tahun 2011-2016 LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III- 182 Gambar 3.14 Grafik Data Perkembangan Rekomendasi Dokumen UKLUPL dari tahun 2011-2016 b. Analisis penggunaan sumber daya : Efisiensi penggunaan sumber daya antara lain dengan : - Fasilitasi penyusunan Dokumen UKLUPL dilakukan dengan melibatkan dinas instansi terkait sesuai jenis usahanya, seperti DPU-ESDM, Dinas Kesehatan, Disperindagsar, Dinsosnakertrans, Dinas Peternakan dan Perikanan dll; - Menggunakan anggaran untuk aktifitas yang benar-benar mendukung terhadap capaian target, sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 3,43 dari anggaran Rp. 46.000.000,00 digunakan sebesar Rp. 44.418.125,00. c. Analisis programkegiatan : Keberhasilan capaian indikator ini dilaksanakan dengan program Pengendalian pencemaran dan Perusakan LH dengan kegiatan Koordinasi Penyusunan AMDAL. Program kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan tingkat kinerja yang baik bahkan meningkat, namun demikian masih perlu upaya- upaya yang lebih nyata untuk merealisasikan apa yang ada pada dokumen UKLUPL dengan melaksanakan monitoring, evaluasi dna pembinaan terhadap pelaksanaan UKLUPL. Sehingga dokumen tersebut bukan hanya sekedar formalitas belaka, namun benar benar dilaksanakan yang selanjutnya akan mempunyai dampak yang baik yaitu pencemaran lingkungan dapat dikendalikan diminimalisasi. 2 Meningkatnya jumlah peternak sapi dan industri tahu yang memiliki IPAL a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan semakin meningkatnya kesadaran peternak industry tahu untuk mengelola limbahnya menjadi lebih bermanfaat, baik secara ekologis maupun ekonomis, sehingga banyak kelompok ternak dan industry tahu yang mengajukan proposal bantuan pembuatan IPAL Biogas. Permasalahan yang dihadapi antara lain: - Persyaratan yang harus dipenuhi calon penerima hibah yang dirasa masih cukup memberatkan; - Jumlah IPAL yang dibuat kurang sebanding dengan jumlah pengajuan bantuan pembuatan IPAL Upaya pemecahan masalah : - Memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait persayaratan penerimaan barang hibah, sehingga kelompok masyarakat yang mengajukan bantuan bisa mengerti dan memenuhi persyaratan yang dimaksud; - Menambah kapasitas IPAL yang dibangun sehingga dapat digunakan secara komunal; - Lebih selektif dalam menentukan penerima bantuan IPAL Biogas sehingga masyarakat yang dirasa mampu, dapat membangun IPAL secara mandiri maupun swadaya serta menerapkan skala prioritas, utamanya yang berdampak terhadap DAS Bengawan Solo Pepe, Gandul, Cemara. LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III- 183 Data perkembangan jumlah IPAL Biogas dari tahun 2011 - 2016 sebagai berikut : Gambar 3.15 Grafik Data perkembangan jumlah IPAL Biogas dari tahun 2011-2016 b. Analisis penggunaan sumber daya : Pembangunan IPAL Biogas ini bertujuan untuk mengurangi beban pencemaran akibat adanya usaha dan kegiatan industry tahu dan ternak. Efisiensi penggunaan sumber daya antara laian dengan menggunakan anggaran untuk aktifitas yang benar-benar mendukung terhadap capaian target, sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan dengan efisiensi sebesar 0,8 dari anggaran Rp. 348.171.000,00 digunakan sebesar Rp. 345.399.941,00 untuk dana dari APBN DAK dan sebesar 0,6 dari anggaran Rp. 201.875.000,00 digunakan sebesar Rp. 200.579.000,00 untuk dana dari APBD kabupaten. c. Analisis programkegiatan : Keberhasilan capaian indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Pengendalian Polusi dan kegiatan Penyuluhan dan Pengendalian Polusi dan Pencemaran item belanja hibah dan kegiatan Pembangunan tempat pembuangan benda padatcair yang menimbulkan polusi Ternak sapi, industri kecil tahu Belanja Hibah. Program kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan tingkat kinerja yang baik, namun demikian perlu upaya- upaya peningkatan dengan lebih selektif dalam pemilihan lokasi sesuai aspek lingkungan, monitoring dan evaluasi terhadap keberadaan IPAL Biogas yang telah dibuat, meningkatkan kesadaran usahakegiatan untuk sedapat mungkin dapat secara mandiri membuat IPAL Biogas tersebut ke depannya. Melalui pembangunan IPAL Biogas, maka limbah yang berasal dari kotoran ternak sapi dan industri tahu dapat dikendalikan tidak dibuang langsung ke media dengan diolah melalui IPAL, parameter limbah dapat diturunkandinetralisir hingga 75-90 . Dengan demikian tingkat pencemaran lingkungan dapat diturunkan melalui keberadaan IPAL tersebut. Pembangunan IPAL Biogas ini bertujuan untuk mengurangi beban pencemaran akibat adanya usaha dan kegiatan industry tahu dan ternak. Selain dapat menurunkan tingkat polusi akibat industri tahu dan ternak, pembangunan IPAL Biogas ini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat penerima bantuan dan masyarakat sekitarnya, karena Gas Bio yang dihasilkan dari instalasi ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga. Untuk 1 LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III- 184 unit IPAL Biogas ternak dapat dimanfaatkan sebanyak 5 rumah tangga dan IPAL Biogas industri tahu dapat dimanfaatkan sebanyak 10 rumah tangga . Sosialisasi pembangunan IPAL Biogas dan pemanfaat gas bio. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi penerima IPAL biogas dengan peserta penerima bantuan IPAL, masyarakat sekitarnya dan aparat desa. Bertujuan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat agar bantuan IPAL dapat dipelihara dan dimanfaatkan bersama dan karena bantuan IPAL Biogas ini sifatnya adalah percontohan, sehingga diharapkan dapat dicontoh dan dikembangkan oleh masyarakat secara mandiri . Tingkat pencemaran udara dan air 3 SO2 4 CO 5 NO2 Analisis 3 tiga indikator di atas : a. Keberhasilan capaian target kinerja ini disebabkan disebabkan beberapa factor yang mempengaruhi hasil kualitas udara, antara lain ketaatan usaha danatau kegiatan dalam upaya pengendalian pencemaran udara, masih belum begitu padat arus lalu lintas, kendaraan yang sesuai dengan uji emisi, masih cukup banyak tanaman yang bisa meminimalisasi kadar cemaran udara; Untuk kualitas udara Tingkat Pencemaran Udara, berdasarkan hasil uji yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Boyolali Tahun 2016 terhadap lokasi pantau yang telah ditentukan meliputi Kawasan Perumahan Pemukinan Surowedanan, Kawasan Perusahaan PT Prima Sejahtera, PT Delta Merlin, PT Safari Junietextindo, PT Sari Warna, PT So Good Food dan PT Hanil Indonesia dan Kawasan Padat Lalu Lintas Terminal Boyolali, Pasar Sunggingan, Simpang Siaga, Kawasan Perkantoran Kompleks Perkantoran terpadu semua parameter masih dibawah baku mutu yang telah ditentukan sehingga capaian kinerjanya adalah 100. Namun untuk pencemaran air masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pencemaran air di lokasi pantau, antara lain pembuangan limbah domestic, baik padat maupun cair ke badan air, pengunaan pupuk kimia dan obat-obatan pertanian yang kurang memperhatikan sisi lingkungan dan adanya erosi lapisan tanah bagian atas ek badan air karena kurangnya tanaman penahan tanah dari arus air hujan. Kendala dan hambatan yang dihadapi antara lain : - Kurangnya koordinasi dengan dinas instansi terkait; - Kesadaran petani untuk penggunaan pupuk organic dan pemakaian obat- obatan yang ramah lingkungan masih kurang, sering kali para petani hanya berorientasi untuk hasil panen yang maksimal dengan penggunaan obat kimia dan pupuk an organic yang berlebihan; - Terbatasnya anggaran pada kegiatan pengujian kualitas air sungai sehingga hanya mampu menguji 3 sungai yang berlokasi di hulu, tengah dan hilir yang dilakukan 2 dua kali dalam satu tahun, sedangkan di Kabupaten Boyolali selain sungai terdapat pula waduk dan embung. Dan belum melakukan kegiatan pendukung untuk mengurangi tingkat pencemaran di sekitar bantaran sungai; LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III- 185 - Belum ditetapkannya Mutu kelas Air terhadap sungai sehingga menyulitkan pengukuran kualitas capaian kinerja; - Kesadaran masyarakat masih kurang dalam pengelolaan limbah rumah tangga. Alternatif solusi yang sudah dilakukan adalah : - Inventarisasi secara lebih detail terkait aktivitas di sepanjang DAS maupun waduk serta mengidentifikasi limbah yang dihasilkan yang dibuang di lingkungan perairan; - Melakukan pemantauan kualitas air di titik -titik masuknya aliran ke badan sungai waduk yang dianggap memiliki potensi beban pencemaran tinggi sebagai bahan penyusunan daya tampung beban pencemaran air; - Sosialisasi kepada penyuluh pertanian tentang pengelolaan lahan pertanian yang baik; - Meningkatkan koordinasi dengan dinas terkait yang berhubungan dengan pengendalian tingkat pencemaran air, seperti dinas pertanian, dinas perindustrian dll; - Menambah jumlah titik sampling untuk waduk, embung dan sungai – sungai yang belum bisa dilakukan pengujian kualitas air sungai. b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan : - Melaksanakan uji kualitas udara bekerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai kompetensi di bidang uji kualitas air yaitu BBTPPI Semarang; - Tindak lanjut aduan adanya dugaan terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan bertujuan untuk memfasilitasi penyelesaianpenanganan sengketa lingkungan yang terjadi, apabila belum dapat diselesaikan ditingkat yang lebih rendah secara bertingkat, dari lingkup lingkungan, desa dan kecamatan, sehingga permasalahan tidak semakin berkembang dan mampu memberikan rasa keadilan bagi pihak pihak yang bermasalah; - Menggunakan anggaran untuk aktifitas yang benar-benar mendukung terhadap capaian target, sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 1,63 dari anggaran Rp. 115.000.000,00 digunakan sebesar Rp. 113.126.000,00. c. Analisis programkegiatan : Ketiga indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Pengendalian Polusi dan kegiatan Pengujian emisi udara akibat aktivitas industri dan kegiatan Pengujian kadar polusi limbah padat dan limbah cair. Sedangkan hal dilakukan antara lain: - Inventarisasi secara lebih detail terkait aktivitas di sepanjang DAS maupun waduk serta mengidentifikasi limbah yang dihasilkan yang dibuang di lingkungan perairan; - Melakukan pemantauan kualitas air di titik -titik masuknya aliran ke badan sungai waduk yang dianggap memiliki potensi beban pencemaran tinggi sebagai bahan penyusunan daya tampung beban pencemaran air. Pemenuhan baku mutu, hanya tercapai 43 parameter yang dibawah baku mutu yang dipersyaratkan untuk kelas air II, apabila dilihat dari sisi kualitas air pada lokasi lokasi pantau memang masih kurang menggembirakan, hal disebabkan beberapa factor yang telah disebutkan di atas, namun demikian bukan berarti LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III- 186 program kegiatan tidak menunjukkan kinerja yang baik. Ke depan perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas air dengan meningkatkan koordinasi dengan dinas instansi terkait pertanian, perindustrian dll, peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan limbah rumah tangga, peningkatan kesadaran petani dalam pengelolaan lahan dan sebagainya. Dari segi kualitas air, dengan memakai baku mutu air kelas II sebagai acuan, ada penurunan kualitas berdasarkan hasil uji, terutama di bagian tengah dan hilir sungai, hal ini lebih disebabkan adanya kegiatan domestik rumah tangga limbah domestik dan penggunaan pupuk kimia dalam kegiatan pertanian dibanding kegiatan industri perusahaan yang lebih mudah utk pengawasan dan pembinaannya, selain itu belum ditetapkannya Kelas Air untuk sungai tersebut agak menyulitkan dalam mengukur tingkat capaian kinerja ini. 6 Persentase kasus pelanggaran lingkungan hidup yang tertangani a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan adanya kerjasama dan koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait permasalahan lingkungan yang terjadi. Data perkembangan jumlah aduan adanya dugaan terjadi pencemaran dan atau perusakan lingkungan yang ditindaklanjuti tahun 2011-2016 sebagai berikut : Gambar 3.16 Grafik Data perkembangan jumlah aduan adanya dugaan terjadi pencemaran dan atau perusakan lingkungan yang ditindaklanjuti tahun 2011- 2016 Dari grafik di atas terjadi fluktuatif terhadap adanya aduan terjadi pencemaran dan atau perusakan lingkungan. Adanya peningkatan penurunan kasus yang terjadi dapat diasumsikan beberapa hal sbb: - Semakin kritisnya masyarakat terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi; - Usaha dan atau kegiatan belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan secara maksimal sehingga menimbulkan permasalahan yang menggangu lingkungan sekitar, sehingga perlu adanya monitoring, pembinaan dan pengawasan yang intensif terhadap usaha danatau kegiatan. LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III- 187 b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktifitas yang benar-benar mendukung terhadap capaian target, sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 12,26 dari anggaran Rp. 55.000.000,00 digunakan Rp. 48.254.872,00; c. Analisis programkegiatan : Keberhasilan capaian indikator ini dilaksanakan dengan program Pengendalian pencemaran dan Perusakan LH dengan kegiatan Pengawasan pelaksanaan Kebijakan di bidang lingkungan hidup. Setiap adanya aduan dugaan terjadi pencemaran dan atau perusakan lingkungan telah ditindaklanjuti. Program kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan tingkat kinerja yang baik, namun tentu saja mungkin belum dapat memuaskan semua pihak, terutama pihak yang merasa kalah, oleh karena itu kedepan perlu benar-benar diupayakan dalam menangani permasalahan dapat member rasa keadilan dan kepuasan kepada semua pihak, sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru, mengatasi masalah tanpa masalah baru. Tindak lanjut aduan adanya dugaan terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan bertujuan untuk memfasilitasi penyelesaianpenanganan sengketa lingkungan yang terjadi, apabila belum dapat diselesaikan ditingkat yang lebih rendah secara bertingkat, dari lingkup lingkungan, desa dan kecamatan, sehingga permasalahan tidak semakin berkembang dan mampu memberikan rasa keadilan bagi pihak pihak yang bermasalah.

58. Peningkatan pengelolaan daerah tangkapan air dan resapan air di luar kawasan