Akuntabilitas Kinerja

(1)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Akuntabilitas kinerja Pemerintah merupakan perwujudan dari pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Tingkat akuntabilitas kinerja menunjukkan derajat keterukuran kinerja pemerintah sekaligus dapat pula menunjukkan tingkat kinerja pemerintah. Bagian awal dari akuntabilitas kinerja adalah pengkuran kinerja yang merupakan dasar untuk penelitian keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang dimaksud, yang ditetapkan dalam Visi dan Misi organisasi.

3.1. Capaian Kinerja Organisasi

Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas hasil (outcome) yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya. Indikator hasil (outcome) yang diukur berdasar indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun 2016. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output) kegiatan. Hasil (outcome) merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja pada dokumen Penetapan Kinerja. Pada tahun anggaran (APBD Kabupaten) 2016, Pemerintah Kabupaten Boyolali telah melaksanakan berbagai kegiatan strategis untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebanyak 71 (tujuh puluh satu) sasaran strategis.Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus :

1.

Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tinginya kinerja atau semakin

rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus :

Capaian Indikator Kinerja = Realisasi X 100% Rencana

2.

Apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja atau semakin

rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus :

Capaian Indikator Kinerja = Rencana – (Realisasi-Rencana) X 100% Rencana

Simpulan hasil pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut :

a.

Lebih dari 100 % = Sangat Baik (A)

b.

76% sampai 100% = Baik (B)

c.

56% sampai 75 % = Cukup (C)


(2)

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sesuai dengan pengukuran kinerja Tahun 2016 disajikan dengan membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir, dan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah (kalau ada dengan standar nasional). Sedangkan evaluasi capaian dan akuntabilitas kinerja meliputi analisis penyebab keberhasilan/ kegagalan, analisis efisiensi penggunaan sumber daya, dan analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan diuraikan guna memberikan gambaran efektifitas dan efesiensi pencapaian target kinerja.

Berdasar Dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2016, terdapat 372 (tiga ratus tujuh puluh dua) indikator kinerja untuk mendukung 71 sasaran strategik. Berikut evaluasi dan analisis capaian kinerja (performance results) selama tahun 2016 tiap indikator kinerja sebagai berikut :

1. Sasaran 1 : Meningkatnya penyaluran permodalan kepada UMKM dan Koperasi

Tabel 3.1 Pencapaian Kinerja Sasaran 1

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et

N

as

io

n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Meningkatnya jumlah Koperasi yang dapat mengakses kredit / melakukan kerja sama pembiayaan dengan bank.

UMKM &

Koperasi 324 - 299 105,28 309 105 349 114,80 384 118,52 324 103,18 324 386 119,14 A Dinkop danUMKM

2 Kerja sama pembiayaan yang melibatkan bank dan lembaga keuangan / pembiayaan lainnya (MoU)

kemitraan 1 -

-- - - 1 100 1 100 2 200 1 1 100 B Dinkop danUMKM

3 Terbentuknya kerja sama dengan pola kemitraan antara pengusaha besar baik PMDN dan non fasilitas dengan UKM dan koperasi.

Kemitraan 1 -

-- - - 1 100 10 1000 5 500 1 1 100 B Dinkop danUMKM

4 Penyaluran kredit UMKM oleh BUMD milyar Rp 22,6 - 21,05 167,09 21,59 142,98 22,1 125,57 125,33 623,53 5,01 22,17 22,6 1,84 8,13 D Bag. Perekonomian

Rata-rata 136,19 123,99 110,09 460,51 206,34 81,82 B

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 4 (empat) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 81,82% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori sangat baik (25%), 2 (satu) indikator kategori Baik (50%), dan 1 (satu) indikator kategori Kurang (25%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 1 (satu) per indikator :

1) Meningkatnya jumlah Koperasi yang dapat mengakses kredit / melakukan kerja sama pembiayaan dengan bank.

a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah Koperasi dan UMKM yang mengakses kredit.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah Masih kurangnya pemahaman oleh Koperasi dan UMKM mengenai beberapa macam fasilitas perkreditan.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan memberikan pembinaan , informasi dan sosialisasi kepada Koperasi dan UMKM.


(3)

b. Efisiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan mengundang UMKM dan Koprasi diadakan sosialisasi tentang UMKM serta mengundang beberapa bank untuk memberikan informasi skim kredit dan fasilitas pembiayaan;

2) Kerja sama pembiayaan yang melibatkan bank dan lembaga keuangan / pembiayaan lainnya (MoU)

a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan adanya perencanaan dan koordinasi tentang kerjasama pembiayaan dengan bank dan atau lembaga keuangan lainnya;

b. Efisiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan melakukan pendekatan dengan bank, mengajak kerjasama pembiayaan Koperasi dan UMKM, menyusun kerjasama (MoU).

Analisis untuk 2 (dua) indikator di atas :

a. Efisiensi penggunaan sumber daya untuk dua indictor di atas dilakukan dengan mengunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 16,45% dari anggaran sebesar Rp. 105.467.000,00 digunakan sebesar Rp. 88.118.136,00;

b. Analisis program/ kegiatan :

Keberhasilan capaian kinerja ini dilaksanakan dengan program Penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang kondusif dengan 2 (dua) kegiatan yaitu Sosialisasi Kebijakan tentang UKM dan Perencanaan Koordinasi dan pengembangan UKM. Bentuk kegiatannya dengan kegiatan koordinasi penggunaan dana Pemerintah bagi Usaha MikroKecil Menengah dan Melakukan pendekatan dengan Bank, mengajak kerjasama pembiayaan Koperasi dan UMKM menyusun kerjasama (MoU). Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walapun belum berhasil memenuhi target kinerja.

3) Terbentuknya kerja sama dengan pola kemitraan antara pengusaha besar baik PMDN dan non fasilitas dengan UKM dan koperasi.

a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan adanya perencanaan dan koordinasi dan promosi Koperasi dan UMKM sehingga menarik PMDN untuk kerjasama dengan Koperasi dan UMKM. Kerjasama pola kemitraan antara pengusaha besar baik PMDN dan non fasilitas dengan UKM dan Koperasi terjalin dengan kerjasama pembiayaan dengan sucofindo semar.

b. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan :

-

Mempromosikan Koperasi dan UMKM lewat website, leafleat sehingga

Koperasi dan UMKM dapat di kenal masyarakat;

-

Mengunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar

berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 10,43% dari anggaran sebesar Rp. 283.747.000,00 digunakan sebesar Rp. 254.151.765,00.


(4)

c. Analisis program/kegiatan :

Keberhasilan capaian kinerja ini dilaksanakan dengan program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro Kecil Menengah bagi UMKM dengan 6 (enam) kegiatan yaitu Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan, Koordinasi pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk UKM dan Koperasi, Koordinasi penggunaan dana pemerintah bagi UMKM, Peningkatan Jaringan kerjasama antar lembaga, Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga industri kecil dan industri menengah, dan Pengembangan kebijakan dan program Peningkatan ekonomi local.

Kerjasama kemitraan dilakukan dengan :

-

UKM alang-alang (produk olahan lele) bekerjasama dengan

Hypermart,luwes,Palma;

-

UKM al-Fadh (produk nolahan lele) bekerjasama dengan alfamart;

-

UKM Hilda Vicky Roti (makanan) bekerjasama dengan Hypertmarat,Laris dan

Cempaka;

-

UKM Papang Egg Roll (produk roti egg roll) bekerjasama dengan luwes, Hypermart, Galaxy, Niki baru, Ada baru, Roma;

-

UKM Rojo Koyo (Pengolahan Abon Sapi) bekerjasama dengan Hypermart,

Assalam, dan luwes.

4) Penyaluran kredit UMKM oleh BUMD

Kegagalan capaian target indicator kinerja ini dikarenakan kurangnya promosi kredit untuk UMKM dengan bunga ringan dan kurangnya kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membina UMKM di Kabupaten Boyolali.

Bagian perekonomian tidak mempunyai program/ kegiatan yang terkait dengan indikator ini. Data realisasi capaian kinerja berasal dari laporan BUMD, sehingga tidak ada alternatif solusi yang telah dilakukan untuk penyebab kegagalan atau penurunan kinerja. Serta tidak ada analisis penggunaan sumber daya dan analisis program/kegiatan.

2. Meningkatnya produktivitas dan skala usaha UMKM dan Koperasi

Tabel 3.2 Pencapaian Kinerja Sasaran 2 Indikator kinerja Satuan

Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et

N

as

io

n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Jumlah UMKM dan Koperasi yang

meningkat produktivitasnya UMKM &Koperasi 265 - 224 101,82 230 100 240 100 250 100 265 106 265 265 100 B Dinkop danUMKM 2 Persentase usaha mikro yang

berkembang menjadi usaha kecil formal

Usaha

mikro 205 - 100 100 125 100 150 100 175 100 210 105 205 205 100 B Dinkop danUMKM 3 Peningkatan jumlah penyerapan

tenaga kerja oleh Koperasi dan UKM naker 96386 - 93,959 101,46 93,971 100,4 254,601 269,50 171152 179,37 96.385 100,01 96386 96386 100 B Dinkop danUMKM 4 Persentase koperasi yang aktif % 79,67 - 73,9 96,53 75,45 97,6 75,14 96,21 78,88 100 79,65 99,97 79,67 76,22 95,67 B Dinkop dan UMKM 5 Peningkatan jumlah produksi UMKM juta Rp 754,8 - 739 101,91 740,04 101 1424,89 192,62 1407,93 186,57 19.567 2592,93 754,80 754,8 100 B Dinkop dan

UMKM

Rata-rata 99,8 99,8 151,66 133,19 600,78 99,13 B


(5)

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 5 (lima) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 99,13% (kategori baik) terdiri dari 5 (lima) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 2 (dua) per indikator : 1) Jumlah UMKM dan Koperasi yang meningkat produktivitasnya

a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya pembinaan, sosialisasi, pelatihan dari Dinas Koperasi dan UMKM.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah dengan pergantian pengelolaan sering terjadi perubahan manajemen sehingga perkembangan atau kemajuan Koperasi terhambat.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan masukan kepada Koperasi untuk melakukan pengkaderanbagi pengurus maupun pengelola.

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan Mengundang Koperasi dan UMKM untuk di sosialisasi, di bintek serta diikutkan pelatihan dan promosi/pameran di event-event tertentu, Dinas juga melayani pengaduan permasalahan Koperasi.

2) Persentase usaha mikro yang berkembang menjadi usaha kecil formal

a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya pembinaan, sosialisasi, bintek, pelatihan dari Dinas Koperasi dan UMKM.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah kelompok masyarakat belum tahu tata cara dan prosedur pendirian Koperasi

sesuai dengan peraturan yang berlaku

.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah melakukan pembinaan dan pendekatan serta pendampingan kepada pengurus bahwa Koperasi harus siap untuk menjalankan administrasi sebagai organisasi berbadan hukum Koperasi, Melakukan penerangan kepada masyarakat bahwa badan hukum Koperasi sangat penting dan perlu persyaratan yang harus dipenuhi.

b. Efesiensi penggunaan sumberdaya yangh dilakukan adalah dengan mengundang Usaha mikro kemudian diadakan pembinaan kesadaran berkoperasi.

3) Peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh Koperasi dan UKM

a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan adanya peningkatan produktivitas Koperasi dan UMKM sehingga UMKM dan Koperasi perlu penambahan tenaga kerja;

b. Efesiensi penggunaan sumberdaya yangh dilakukan adalah dengan dilaksanakannya pembinaan kepda Koperasi dan UMKM sertaadanya pendataan.

4) Persentase koperasi yang aktif

a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan banyaknya koperasi yang tidak aktif sehingga prosentase koperasi aktif menurun.


(6)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah SDM Koperasi yang masih perlu pembinaan, sulitnya membubarkan Koperasi yang sudah tidak aktif.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah secara rutinitas mengadakan pembinaan Ke koperasi

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan mengundang koperasi untuk diadakan pembinaan dan pelatihan.

5)

Peningkatan jumlah produksi UMKM

a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena adanya peningkatan permintaan pasar.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah adanya kesulitan bahan baku.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian terget kinerja adalah mencari bahan pengganti yang lain

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan sharing dengan dengan UMKM.

Analisis untuk 5 (lima) indikator di atas : a. Analisis penggunaan sumber daya :

Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan mengunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 9,14% dari anggaran sebesar Rp. 539.569.000,00 digunakan sebesar Rp. 490.208.624,00.

b. Analisis program/kegiatan :

Kelima indikator di atas dilaksanakan dengan program Pengembangan Kewirausahaan dan keunggulan kompetitif Usaha Kecil Menengah dengan 3 (tiga) kegiatan yaitu Fasilitasi Pengembangan Sarana Promosi Hasil Produksi, Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan, dan Monitoring Evaluasi dan Pelaporan, dan program Peningkatan kualitas Kelembagaan Koperasi dengan kegiatan Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan Koperasi dan kegiatan Pembinaan,pengawasan dan penghargaan Koperasi berprestasi. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walapun ada yang belum berhasil memenuhi target kinerja.

3. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM), termasuk LKM yang berbadan hukum koperasi.

Tabel 3.3 Pencapaian Kinerja Sasaran 3 Indikator kinerja Satuan

Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Target

N

as

io

n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Meningkatnya jumlah KSP/KJKS dan LKM yang laporan keuangannya dinilai sehat/cukup sehat.

koperasi 110 - 22 110 60 150 123 205 125 156,25 110 110 110 110 100 B Dinkop dan UMKM


(7)

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Target

N

as

io

n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

2 Persentase Usaha Ekonomi Desa

Simpan Pinjam (UED-SP) yang sehat % 82,95 - 80 322,45 52 142,74 96,09 185 73 108,24 60 72,33 82,95 100 121 A Bapermasdes

Rata-rata 146,37 146,37 195 132,25 91,17 110,28 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 2 (dua) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 110,28% (kategori sangat baik) terdiri dari 2 (dua) indikator kategori sangat baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 3 (tiga) per indikator :

1) Meningkatnya jumlah KSP/KJKS dan LKM yang laporan keuangannya dinilai sehat/cukup sehat.

a.

Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena kesadaran Koperasi akan

pentingnya penilaian kesehatan untuk perkembangan usaha Koperasi , selain itu hasil dari penilaian kesehatan Koperasi juga di gunakan sebagai persyaratan untuk meraih dana dari pihak ketiga.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih kurangnya tenaga penilai yang memiliki sertifikat.

Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pengkaderan dengan mengikut sertakan pegawai Dinas Koperasi dan UMKM untuk mengikuti pelatihan penilaian kesehatan di tingkat provinsi.

b. Efesiensi penggunaan sumberdaya yang diakukan adalah dengan :

- Mengundang pengelola Koperasi tahu tata cara penilaian kesehatan untuk perkembangan dan pengendalian Koperasi, laporan dari Koperasi di nilai oleh tenaga ahli Dinas Koperasi dan UMKMN yang telah memiliki srtifikat penilaian kesehatan Koperasi;

- Menggunakan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 6,71% dari anggaran sebesar Rp. 420.500.000,00 digunakan sebesar Rp. 392.271.987,00.

c. Analisis program/kegiatan :

Program Kegiatan yang menunjang keberhasilan dari indikator ini yaitu Program Peningkatan kualitas Kelembagaan Koperasi dengan 5 (lima) kegiatan yaitu Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan koperasi, Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan perkoperasian, Sosialisasi prinsip-prinsip pemahman perkoperasian, Pembinaan Pengawasan dan penghargaan Koperasi berprestasi, Peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha Koperasi. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja.

2) Persentase Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) yang sehat

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan telah dilakukan pembinaan dan pelatihan kelompok pengelola UED-SP.


(8)

b. Untuk mendorong terlaksananya usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) yang sehat telah dilakukan sumber daya antara lain dilakukan dengan:

- Pembuatan kebijakan surat edaran yang berisi Pedoman Pengelolaan

Pemanfatan Dana Perguliran oleh pemanfaat;

- Penambahan modal UED-SP kepada kelompok;

- Penggunaan anggaran untuk aktivitas kegiatan yang benar-benar

berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 12,19% dari anggaran sebesar Rp. 90.000.000,00 digunakan sebesar Rp. 79.027.250,00.

c. Analisis program/kegiatan :

Indikator ini dilaksanakan dengan Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Perdesaan dengan kegiatan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan (Monitoring, Evaluasi Pembinaan UED-SP) serta dengan program Peningkatan keberdayaan masyarakat pedesaan dengan kegiatan Meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga teknis dan masyarakat pelatihan UED-SP. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja walapun belum berhasil memenuhi target kinerja. Yaitu dengan melakukan :

- Pembinaan Pengurus Kelompok Pengelolaan Dana UED – SP;

- Peningkatan kapasitas Pengurus Pengelola Dana UED-SP;

- Melakukan pembinaan kepada Pengurus Kelompok UED-SP melalui

monitoring.

4. Tersedianya sarana prasarana dan terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi sektor industri dan perdagangan

Tabel 3.4 Pencapaian Kinerja Sasaran 4

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et

N

as

io

n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Meningkatnya mutu pelayanan yang diukur dari indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perijinan usaha

skor 82,1 - 91,4 111,46 72,43 86,22 80,55 93,66 81,51 100,01 82,06 100,07 82,1 82,10 100 B BPMP2T

2 Meningkatnya jumlah toko, kios, los, petak los, los petak, SIDT yang dikelola Pemkab Boyolali

unit 70 - 5 12,5 131 291 25 49,02 165 300 60 100 70 75 107,14 A Disperindag

Rata-rata 188,61 188,61 71,34 200,01 100,04 103,57 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 2 (dua) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 103,57% (kategori sangat baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori sangat baik (50%), dan 1 (satu) indikator kategori baik (50%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 4 (empat) per indikator :

1) Meningkatnya mutu pelayanan yang diukur dari indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perijinan usaha

a.

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan adanya adanya tambahan

penerapan aplikasi perizinan online, Aplikasi SMS Gateway, Aplikasi Sistem Informasi Potensi Investasi, Aplikasi E Dokumen, aplikasi Touch Screen/ TV


(9)

Informasi Layanan Perizinan, Penerapan GIS Survey Dan Barcode sehingga dengan adanya tambahan aplikasi tersebut semakin meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat;

b. Analisis efesiensi penggunaan sumber daya :

Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan :

-

Adanya tambahan penerapan aplikasi perizinan online, Aplikasi SMS

Gateway, Aplikasi Sistem Informasi Potensi Investasi, Aplikasi E Dokumen dan aplikasi Touch Screen/ TV Informasi Layanan Perizinan;

-

Menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh

terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi sebesar 7,38 % dari anggaran sebesar Rp 231.046.750,00 digunakan sebesar Rp. 214.003.500,00.

c. Analisis program/kegiatan :

Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi dan kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Penanaman Modal. Dengan adanya tambahan perizinan online, Aplikasi SMS Gateway, Aplikasi Sistem Informasi Potensi Investasi, Aplikasi E Dokumen dan aplikasi Touch Screen/ TV Informasi Layanan Perizinan semakin meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Dampak dengan adanya aplikasi tersebut yaitu :

- Dengan adanya Aplikasi perizinan online akan semakin memudahkan masyarakat dalam melakukan pendaftaran perizinan usaha, karena berkas pendaftaran dapat di download di website sekaligus bisa langsung melakukan pendaftaran secara online;

- Dengan adanya Aplikasi SMS Gateway maka para pemohon perizinan akan memperoleh informasi perizinan yg mereka daftarkan, jika SK ijin telah terbit maka akan ada informasi lewat SMS;

- Dengan adanya aplikasi Sistem Informasi Potensi Investasi akan dapat diperoleh potensi investasi yang ada di Kabupaten Boyolali;

-

Dengan adanya Aplikasi E Dokumen maka semua dokumen perizinan

BPMP2T akan terdokumentasi dengan baik;

- Dengan adanya aplikasi touch screen / TV Informasi Layanan Perizinan yang ada di BPMP2T maka akan memudahkan para pemohon perizinan yang ada di BPMP2T untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang perizinan; - Dengan adanya GIS Survey (Geografi Information System) maka akan dapat

diketahui titik –titik usaha yang dilakukan Cek Lokasi;

-

Dengan adanya Barcode maka tidak akan terjadi pemalsuan SK Perijinan.

Program / kegiatan secara umum telah sesuai dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang baik.

2) Meningkatnya jumlah toko, kios, los, petak los, los petak, SIDT yang dikelola Pemkab Boyolali

a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan kegiatan pembangunan pasar rakyat/ tradisional yang dikelola Pemerintah Kabupaten Boyolali dengan


(10)

meningkatnya jumlah toko, kios, los, petak, los, los petak, SIDT yang dikelola Pemkab Boyolali;

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efisiensi anggaran sebesar Rp. 846,444,103, 00 atau 6,51% yaitu dari anggaran Rp. 12,999,738,000, 00 terserap Rp. 12,153,293,897, 00;

c. Analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan/ kegagalan

Keberhasilan capaian indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri dan kegiatan pengembangan pasar dan distribusi barang/ produk. Bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut :

- Pembangunan Pasar Klego Tahap III dengan penambahan/ peningkatan jumlah kios dan SIDT sebanyak 17 unit kios dan 15 unit SIDT;

- Pembangunan Pasar Sambi denghan penambahan/ peningkatan jumlah SIDT sebanyak 17 unit SIDT;

- Pembangunan Pasar Selo dengan penambahan/ peningkatan jumlah SIDT sebanyak 3 unit SIDT;

- Pembangunan Pasar Mongkrong dengan penambahan/ peningkatan jumlah kios dan SIDT sebanyak 11 kios dan 12 unit SIDT;

5. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri manufaktur dan perdagangan yang disertai dengan terciptanya lapangan kerja produktif

Tabel 3.5 Pencapaian Kinerja Sasaran 5

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et

N

as

io

n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Laju pertumbuhan PDRB sektor

industri manufaktur % 7 - 5,35 118,89 4,48 97,39 5,9 125,53 7,62 158,75 7,58 154,69 7,00 6,44 92 B Bappeda 2 Kontribusi sektor industri

manufaktur terhadap PDRB

% 17 - 13,17 86,36 14,61 94,26 14,62 92,83 14,9 93,13 15,91 97,91 17,00 28,17 165,71 A Bappeda

3 Laju pertumbuhan PDRB sektor

perdagangan % 6 - 12,57 314,15 7,54 177,41 8,01 178,00 7,02 147,79 7,78 155,60 6,00 3,63 60,50 C Bappeda 4 Kontribusi sektor perdagangan

terhadap PDRB % 27 - 23,76 95,04 24,64 97,58 24,87 97,53 25,26 98,10 26 100 27 12,98 48,07 D Bappeda 5 Nilai Ekspor Barang $ (000) 130000 - 129.433,37 142,91 133308950 140 129411 129,60 54.099 51,60 -2969,902 -2697,73 130000 244218,55 187,86 A Disperindag 6 Meningkatnya volume ekspor

produk manufaktur terhadap total ekspor daerah

% 98,94 - 95,5 100 - - 97,97 102,05 98,18 102,27 98,95 102,54 98,94 99,11 100,17 A Disperindag

Rata-rata 113,61 113,61 120,92 108,61 -347,83 109,05 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 6 (enam) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 109,05% (kategori sangat baik) terdiri dari 3 (tiga) indikator kategori sangat baik (50%), 1 (satu) indikator kategori baik (16,67%), 1 (satu) indikator kategori cukup (16,66%), dan 1 (satu) indikator kategori cukup (16,66%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 5 (lima) per indikator :


(11)

1) Laju pertumbuhan PDRB sektor industri manufaktur

a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini salah satunya karena kontribusi naik sangat signifikan sebesar 17,43% hanya dari kategori Industri Makanan dan minuman, sedangkan kategori industri yang lain belum signifikan;

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan adanya kebijakan perijinan untuk memudahkan investor yang akan mendirikan pabrik, karena berdirinya suatu pabrik yang menyerap banyak tenaga kerja akan mendorong terciptanya lapangan usaha lainnya di sekitar pabrik diantaranya perdagangan, rumah makan, persewaan kamar dan angkutan;

c. Untuk mencapai indikator ini didukung melalui pelaksanaan:

- Program peningkatan Investasi dengan mempermudah perijinan; - Fasilitasi infrastruktur yang memadai.

2) Kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB

a. Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini dikarenakan kontribusi dari kategori Industri Makanan dan minuman naik sangat signifikan;

b. Untuk mendorong kontribusi sektor ini terus dilakukan upaya peningkatan sumber daya antara lain :

- Terus membuka seluas - luasnya kesempatan berinvestasi dengan mempermudah perijinan.

- Melakukan evaluasi terhadap perda tata ruang. - Fasilitasi infrastruktur yang memadai.

3) Laju pertumbuhan PDRB sektor perdagangan

Keberhasilan capaian target kinerja indikator ini disebabkan sektor perdagangan adalah salah satu sektor yang sedang berkembang di Kabupaten Boyolali, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang selalu tinggi dalam 3 tahun terakhir. Ekspansi sektor ini begitu nyata dengan munculnya usaha-usaha perdagangan dengan pembukaan lahan pertanian, lahan pemukiman bahkan tidak sedikit yang menggunakan bahu jalan untuk tempat usaha perdagangan non formal. Hal ini ditandai dengan semakin tumbuhnya sentra-sentra kegiatan usaha perdagangan baru sebagai dampak pengembangan kota-kota di kecamatan, pengembangan pasar serta berdirinya perusahaan-perusahaan baru.

4) Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB

a. Kegagalan capaian target kinerja indikator ini disebabkan berkurangnya pertumbuhan sentra-sentra kegiatan usaha perdagangan baru, perusahaan-perusahaan baru dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya.

b. Untuk mencapai indikator ini didukung dengan :

- Membuka sentra-sentara perdagangan baru termasuk pengembangan pasar-pasar tradisional.

- Memberikan kemudahan ijin usaha perdagangan, khususnya untuk pertokoan dan swalayan.


(12)

- Mengembangkan dan memfasilitasi UMKM melalui pembentukan klaster-klaster.

- Meningkatkan daya beli masyarakat dengan membuka seluas-luasnya lapangan usaha dan lapangan kerja.

Analisis untuk 4 (empat) indikator di atas :

a. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 156.132.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 152.256.400,00 sehingga terdapat efesiensi sebesar 2,48%.

b. Untuk mencapai target keempat indikator tersebut dilaksanakan dengan program Pengembangan data/informasi/statistik daerah dan kegiatan Penyusunan dan Pengumpulan data PDRB. Program/Kegiatan secara umum telah sesuai walaupun ada yang belum berhasil memenuhi target kinerja, sehingga perlu upaya beberapa aktivitas yang lebih fokus pada aspek-aspek yang dievaluasi seperti terus menjaga laju pertumbuhan sektor ini dengan terus meningkatkan investasi.

5) Nilai ekspor barang

6) Meningkatnya volume ekspor produk manufaktur terhadap total ekspor daerah Analisis untuk 2 (dua) indikator di atas :

a. Keberhasilan capaian 2 (dua) indikator di atas dikarenakan adanya kenaikan ekspor komoditas benang tenun, kerajinan tembaga/ kuningan, dan barang cetakan, dicapai dengan melaksanakan sosialisasi kebijakan penyerderhanaan prosedur dan dukungan ekspor impor, melaksanakan kerjasama standarisasi mutu produk baik nasional, bilateral, regional dan internasional dan pembangunan promosi perdagangan internasional;

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran kegiatan kerjasama standarisasi mutu produk baik nasional, bilateral, regional, dan internasional sebesar Rp. 520.100.000,00 terealisasi Rp. 320.782.370,00 sehingga terjadi efisiensi 38,32% yaitu efisiensi dalam belanja pegawai dan barang dan jasa, sewa tempat serta kendaraan; c. Analisis program kegiatan :

Kedua indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan dan pengembangan ekspor dengan kegiatan Kerjasama standarisasi mutu produk baik nasional, bilateral, regional, dan Internasional, Sosialisasi kebjiakan penyerderhanaan prosedur dan dukungan ekspor impor dan kegiatan Pembangunan promosi perdagangan Internasional.

Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kenaikan ekspor produk manufaktur non migas antara lain:

- Melaksanakan workshop dan kunjungan lapangan ke Koperasi Tembakau

Bojonegoro bagi petani dan UKM tembakau;

- Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi penyederhanaan prosedur eksim bagi

UMKM yang sudah ekspor maupun yang berpotensi ekspor;

- Mengikuti pameran produk bagi UMKM sebanyak 8 kali yaitu Pameran Jatim

Kosmetik dan Herbal Expo 2016, Pameran Produk Ekspor (PPE), Pameran produk Ekspor Daerah (PPED), dan Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS), Inacraft, Dekranasda, dan Bazar UMKM serta Gelar Pameran Industri Logam.


(13)

6. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan membaiknya pendapatan perkapita

Tabel 3.6 Pencapaian Kinerja Sasaran 6

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et N as io n al Tahun

2011 Tahun2012 Tahun 2013 Tahun2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Laju pertumbuhan ekonomi % 5,6 - 5,25 105 5,33 106,6 5,66 113,20 5,43 98,73 5,26 105,20 5,60 6,08 108,57 A Bappeda

2 PDRB Rp

trilyun 5,8 - 5,24 127,80 5,33 123,95 9,97 221,56 11,17 237,66 12,36 252,24 5,80 23,50 405,17 A Bappeda 3 Meningkatnya pendapatan perkapita Rp juta 5,75 - 9,5 211,11 10,5 223,4 10,4 221,28 11,6 227,45 12,90 234,55 5,75 24,25 421,74 A Bappeda

4 Indeks Williamson 0,4 - - - 0,34 106,25 0,3 96,77 0,3 100 0,3 100 0,4 0,3 75 C Bappeda

Rata-rata 147,97 124,80 163,20 165,96 173 252,62 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 4 (empat) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 252,62% (kategori sangat baik) terdiri dari 3 (tiga) indikator kategori sangat baik (75%), dan 1 (satu) indikator kategori cukup (25%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 6 (enam) per indikator :

1) Laju pertumbuhan ekonomi

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan pada beberapa kegiatan ekonomi, dengan didominasi oleh 3 sektor antara lain : sektor Industri Pengolahan, Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Perdagangan.

b. Untuk mendorong kontribusi sektor ini terus dilakukan upaya peningkatan sumber daya antara lain :

- Meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian; - Menghentikan/mengurangi alih fungsi lahan;

- Memacu pertumbuhan sektor industri olahan dan perdagangan. 2) PDRB

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan kontribusi masing – masing sektor penyumbang PDRB rata-rata mengalami kenaikan, dengan didominasi oleh 3 sektor antara lain : sektor Industri Pengolahan, Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Perdagangan;

b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan adanya kebijakan perijinan untuk memudahkan investor yang akan mendirikan pabrik, karena berdirinya suatu pabrik yang menyerap banyak tenaga kerja akan mendorong terciptanya lapangan usaha lainnya di sekitar pabrik diantaranya perdagangan, rumah makan, persewaan kamar dan angkutan;

c. Untuk mencapai indikator kinerja ini didukung melalui pelaksanaan kegiatan : - Peningkatan investasi dengan memberi kemudahan perijinan.


(14)

3) Meningkatnya pendapatan perkapita

a. Keberhasilan capaian target kinerja ini disebabkan adanya perubahan nilai tambah yang dihasilkan oleh sumber daya manusia di Boyolali.

b. Keberhasilan pencapian target kinerja ini didukung dengan :

- Semakin meningkatnya kesempatan kerja yang diakibatkan oleh tumbuhnya sektor industri;

- Meningkatnya pertumbuhan sektor industri, perdagangan dan pertanian yang banyak menyerp tenaga kerja;

- Semakin meningkatnya kegiatan usaha barang dan jasa.

4) Indeks Williamson

Kegagalan capaian target indikator kinerja ini disebabkan kesenjangan pembangunan ekonomi antar wilayah di Kabupaten termasuk sedang karena telah dilaksanakan upaya-upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui upaya pemerataan pembangunan infrastruktur, dan sarana prasarana ekonomi di wilayah, khususnya pada wilayah yang termasuk kategori tertinggal, dibandingkan dengan target RPJM pada tahun 2015 sebesar 0,3 dapat dicapai yaitu dengan meningkatkan upaya pemerataan pembangunan infrastruktur, dan sarana prasarana ekonomi di wilayah, khususnya pada wilayah yang termasuk kategori tertinggal.

Analisis untuk 4 (empat) indikator di atas :

a. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan

menggunakan anggaran sebesar Rp.

156.132.000

,00 dengan realisasi sebesar

Rp.

152.256.400

,00 sehingga terdapat efesiensi sebesar 2,48%;

b. Untuk mencapai target keempat indikator diatas dilaksanakan dengan program Pengembangan data/informasi/statistik daerah dengan kegiatan Penyusunan dan pengumpulan data PDRB dan kegiatan Pengolahan updating dan analisis data PDRB. Program/Kegiatan secara umum telah sesuai dan berhasil memenuhi target kinerja, namun perlu upaya beberapa aktivitas yang lebih fokus pada aspek-aspek yang dievaluasi dengan terus meningkatkan akselerasi pertumbuhan sembilan sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

7. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau

Tabel 3.7 Pencapaian Kinerja Sasaran 7

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et N as io n al Tahun

2011 Tahun2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) per tahun (dalam Kg) dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk

kg/kg 1,45 - 1,8 100,56 1,91 101,59 1,54 78,17 1,595 99,69 3,05 179,41 1,45 1,78 122,76 A BKP3

2 Meningkatnya pola pangan harapan

(PPH) nilai 88 - 77,1 101,45 86,3 110 88,3 109,15 89,40 100,45 87,10 96,78 88 86,50 98,30 B BKP3 3 Meningkatnya jumlah cadangan

lumbung pangan masyarakat desa gabahton 730 - 139 51,03 183,25 43,36 242,732 42,41 651,97 262,89 735,05 90,48 730 735 100,68 A BKP3

4 Persentase tertanganinya


(15)

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et N as io n al Tahun

2011 Tahun2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

rawan pangan (%)

Rata-rata 86,99 86,99 88,68 140,76 116,67 105,43 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 4 (empat) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 105,43% (kategori sangat baik) terdiri dari 2 (dua) indikator kategori sangat baik (50%), dan 2 (dua) indikator kategori baik (50%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 7 (tujuh) per indikator :

1) Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) per tahun (dalam Kg) dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk

a.

Keberhasilan pencapaian target indikator kinerja ini disebabkan karena adanya

surplus ketersediaan komoditas pangan utama (beras, jagung, dan ubi kayu) dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk pada tahun 2015. Walaupun demikian masih ada kendala atau hambatan dalam pencapaian target indikator ini, antara lain:

-

Masih tingginya tingkat konsumsi beras di masyarakat;

- Terjadinya kegagalan panen di beberapa daerah.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

-

Meningkatkan kampanye dan sosialisasi diversifikasi pangan;

- Merekomendasikan kepada instansi terkait untuk meningkatkan produksi pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan Kab. Boyolali.

b.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Dipertanbunhut kabupaten Boyolali yang terkait dengan produksi padi, jagung, dan ubi kayu dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan yang mempunyai tupoksi dalam hal ketersediaan pangan. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara:

- Membentuk tim pengumpul data, analisis dan penyusun Neraca Bahan Makanan, untuk efisiensi waktu dan sumber daya.

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dari anngaran Rp. 23.084.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp. 23.070.000,00 sehingga diperoleh efisiensi sebesar 0,06%.

c. Analisis program/kegiatan :

Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan) dan kegiatan Analisis rasio jumlah penduduk terhadap jumlah kebutuhan pangan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan koordinasi antar SKPD melalui fungsi Dewan Ketahanan Pangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan yang terpadu dalam meningkatkan ketersediaan pangan di Kabupaten Boyolali.


(16)

a.

Kegagalan capaian Indikator kinerja ini dikarenakan karena skor PPH beberapa kelompok pangan seperti padi-padian, pangan hewani, dan umbi-umbian masih belum mencapai skor ideal.

Kendala dan hambatannya antara lain: - Masih rendahnya daya beli masyarakat;

- Kurangnya kesadaran pentingnya konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang, dan aman.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

-

Meningkatkan kampanye dan sosialisasi konsumsi pangan yang bergizi,

beragam, seimbang, dan aman (B2SA) serta peningkatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan;

-

Peningkatan teknologi pengolahan pangan lokal.

b.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan semua bidang di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, terutama Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara: - Membentuk tim survey dan analisis Pola Pangan Harapan, serta pelatihan

yang memadai;

- Melakukan sosialisasi dan promosi tentang konsumsi pangan lokal melalui beberapa media (surat edaran, baliho, pameran, dll);

- Pelatihan pengolahan pangan lokal;

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dengan anggaran Rp. 120.070.000,00 dengan realisasi Rp. 114.172.100,00 sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp. 5.898.000,00 (4,91%).

c. Analisis program/kegiatan :

Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan) dan dengan 3 (tiga) kegiatan yaitu Analisis dan penyusunan pola konsumsi dan suplai pangan, Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian serta kegiatan Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan, dengan melaksanakan sosialisasi dan promosi tentang konsumsi pangan lokal melalui beberapa media (surat edaran, baliho, pameran, dll). Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk peningkatan capaian kinerja, kedepan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mengarah kepada peningkatan konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman serta melalui optimalisasi lahan pekarangan.

3) Meningkatnya jumlah cadangan lumbung pangan masyarakat desa

a.

Keberhasilan capaian kinerja indikator ini sampai dengan tahun 2015,

disebabkan karena semakin berkembangnya kegiatan dan kelembagaan LPMD dan LDPM sehingga bisa meningkatkan iron stock lumbung pangan masyarakat. Selain itu juga didukung pengisian gudang cadangan pangan pemerintah.


(17)

- Belum meratanya kelembagaan Lumbung Pangan Masyarakat di setiap desa; - Belum optimalnya pengelolaan cadangan pangan baik pemerintah maupun

masyarakat.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Memberikan fasilitasi, pembinaan, dan pengembangan lumbung pangan (LPMD, LDPM, LUEP, dll) di setiap desa;

- Mengusulkan dan mengupayakan pembentukan UPT khusus yang menangani cadangan pangan daerah.

b.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Bappermasdes kabupaten Boyolali dan juga ditentukan oleh kelembagaan cadangan pangan yang ada di masyarakat. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara:

- Berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan lumbung pangan masyarakat;

-

Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, dengan anggaran Rp. 120.000.000,00 dapat direalisasikan sebesar Rp. 118.448.000,00 sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp. 1.552.000,00 (1,29%).

c. Analisis program/kegiatan :

Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan) dan kegiatan Pengembangan cadangan pangan daerah. Dengan cara berkoordinasi dan bekerjasama dengan Bappermasdes dalam melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan lumbung pangan masyarakat. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi untuk pengisian dan pengelolaan gudang cadangan pangan pemerintah, diperlukan kegiatan dan anggaran yang memadai agar sesuai dengan standar cadangan pangan daerah. Selain itu diperlukan upaya secara intensif untuk pengembangan lumbung pangan masyarakat ke desa-desa yang lain.

4) Persentase tertanganinya daerah-daerah (kecamatan) yang terkena rawan pangan (%)

a.

Keberhasilan capaian kinerja Indikator ini pada tahun 2015, dikarenakan pada

tahun ini daerah/desa yang rentan terhadap rawan pangan (kronis dan transien) bisa diintervensi bantuan penanganan daerah rawan pangan.

Kendala dan hambatan dalam pencapaian target indikator ini antara lain: - Adanya keterbatasan anggaran untuk intervensi daerah rawan pangan; - Data untuk penyusunan peta rawan pangan terkadang kurang valid.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:


(18)

- Bekerjasama dan koordinasi dengan instansi atau satker terkait dalam hal penanganan daerah rawan pangan;

- Meningkatkan dan memperbaiki penyusunan peta kerawanan pangan, sehingga diperoleh database yang akurat.

b.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya :

Pencapaian target kinerja melibatkan sumber daya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan aparat desa setempat, serta beberapa SKPD terkait. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara:

- Melakukan pemetaan wilayah/ daerah yang terjadi atau berpotensi terjadi

rawan pangan;

- Membentuk tim SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi)

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar

mendukung pencapaian target kinerja, dengan anggaran sebesar Rp. 64.916.000,00 dapat direalisasikan sebesar Rp. 63.844.461,00 sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp. 1.071.539,00 (1,65%).

c. Analisis program/kegiatan :

Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan) dan kegiatan Penanganan daerah rawan pangan dengan cara melakukan pemetaan wilayah/ daerah yang terjadi atau berpotensi terjadi rawan pangan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk meningkatkan capaian kinerja secara kualitatif, diperlukan keterpaduan dengan SKPD terkait dalam hal upaya intervensi daerah rentan/ rawan pangan. Selain itu diperlukan upaya untuk meningkatkan keakuratan data mengenai peta wilayah rentan/ rawan pangan.

8. Meningkatnya Efisiensi dan efektifitas distribusi pangan

Tabel 3.8 Pencapaian Kinerja Sasaran 8

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et N as io n al Tahun

2011 Tahun2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Terpantaunya pola dan jalur distribusi

pangan kab Boyolali kec 19 - 19 100 19 100 19 100 19 100 19 100 19 19 100 B BKP3

Rata-rata 100 100 100 100 100 100 B

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 1 (satu) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 100% (kategori baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (100%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 7 (tujuh) per indikator :

1) Terpantaunya pola dan jalur distribusi pangan kab Boyolali

a.

Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan pola dan jalur distribusi pangan, yang meliputi kondisi pasokan, harga dan akses pangan masyarakat di 19 kecamatan dapat terpantau dan terdata secara kontinyu selama 12 bulan. Kendala dan hambatan dalam pencapaian target adalah keterlambatan dan kekuranglengkapan data yang dapat dikumpulkan. Sedangkan alternatif solusi


(19)

yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan koordinasi dan pemantauan secara rutin untuk memperoleh informasi dan data dukung yang lebih lengkap;

b.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya

Pencapaian target kinerja melibatkan sumber daya di Sekretariat, Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan petugas di 19 kecamatan (koordinator penyuluh). Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara:

- Membentuk Tim Pemantau dan penyusun laporan berkala kondisi ketahanan pangan daerah serta tim akses dan harga pangan;

- Merintis media informasi yang terkait data-data pangan melalui aplikasi website;

- Mengoptimalkan SDM dan anggaran yang ada untuk mencapai target kinerja melalui rapat koordinasi persiapan dan evaluasi kegiatan, dari anggaran Rp. 124.290.000,00 dapat terealisasi Rp. 113.969.667,00 sehingga diperoleh efisiensi sebesar 8,30%.

c. Analisis program/kegiatan :

Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan) dengan 2 (dua) kegiatan yaitu Laporan berkala kondisi ketahanan pangan daerah dan Pemantauan dan analisis harga pangan pokok. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi secara kualitatif data yang terkumpul belum lengkap, salah satunya yaitu data jumlah bahan pangan yang keluar dan masuk Kabupaten Boyolali. Kedepan diperlukan perbaikan dalam beberapa sub kegiatan dan koordinasi yang lebih intensif dengan pihak-pihak terkait.

9. Meningkatnya akses masyarakat terhadap kebutuhan teknologi pangan dan pemanfaatannya

Tabel 3.9 Pencapaian Kinerja Sasaran 9

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et N as io n al Tahun

2011 Tahun2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Meningkatnya jumlah kelompok tani yang menerapkan sistem jaminan mutu usaha pasca panen dan pengolahan.

KWT 40 - 23 100 27 100 30 100 34 100 38 100 40 40 100 B BKP3

2 Persentase kelompok tani dan kelompok usaha tradisional penerima bantuan alat teknologi tepat guna (TTG) yang meningkat pendapatannya

% 50 - - 100 18 72 23 76,67 21 52,50 27 54 50 - - D Bapermasdes

Rata-rata 100 93 88,33 76,25 77 50 D

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 2 (dua) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 50% (kategori kurang) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori baik (50%), dan 1 (satu) indikator kategroi kurang (50%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 9 (sembilan) per indikator :

1) Meningkatnya jumlah kelompok tani yang menerapkan sistem jaminan mutu usaha pasca panen dan pengolahan.


(20)

a.

Keberhasilan capaian kinerja Indikator ini pada tahun 2015, dikarenakan semakin bertambahnya kelompok yang menerapkan jaminan mutu usaha pengolahan pangan, yaitu memiliki ijin SP.IRT bagi kelompok yang memiliki usaha pengolahan dan kelompok yang memiliki sertifikat keamanan pangan berupa Prima-3 dan sertifikasi PSAT (produk Segar Asal Tumbuhan).

Kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja antara lain:

- Masyarakat atau produsen pangan masih banyak yang berorientasi produk yang murah, sedangkan untuk kualitas dan keamanan pangan kurang diperhatikan;

- Ada kelompok-kelompok yang sebenenarnya sudah layak, tetapi belum memiliki SP.IRT.

Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain:

- Memberikan sosialiasi kepada masyarakat dan pelatihan ketrampilan bagi kelompok-kelompok pengolah pangan;

- Memfasilitasi kemudahan dan pendampingan dalam pengurusan ijin SP.IRT serta sertifikasi Prima-3 dan PSAT (Produk Segar Asal Tumbuhan).

b.

Analisis efisiensi penggunaan sumber daya :

Pencapaian target kinerja melibatkan sumber daya di Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, penyuluh pendamping, aparat desa, dan kelompok masyarakat. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara :

- Mengoptimalkan peran pendamping kegiatan dan fasilitasi pelatihan bagi kelompok (KWT) untuk meningkatkan ketrampilannya;

- Melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan;

- Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dari anggaran Rp. 269.930.000,00 dapat direalisasikan Rp. 257.561.200,00 sehingga diperoleh efisiensi sebesar 4,58%.

c. Analisis program/kegiatan :

Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan) dan 2 (dua) kegiatan yaitu Peningkatan mutu dan keamanan pangan dan kegiatan Penelitian dan pengembangan teknologi pasca panen. Dengan cara melakukan sosialisasi kegiatan berdasarkan petunjuk dan pedoman pelaksanaan kegiatan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk lebih meningkatkan capaian kinerja, diperlukan upaya fasilitasi dan kemudahan bagi kelompok-kelompok pengolah pangan dalam mengurus ijin SP.IRT dan juga sertifikasi produk pangan segar, ketersediaan bahan baku dan akses pasar.

2) Persentase kelompok tani dan kelompok usaha tradisional penerima bantuan alat teknologi tepat guna (TTG) yang meningkat pendapatannya


(21)

Indikator ini tidak dilaksanakan disebabkan karena adanya implementasi dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah daerah khususnya dalam pasal 298 ayat 5 mensyaratkat penerima hibah adalah Badan, Lembaga dan Organisasi Kemasyarakatan yang Berbadan Hukum Indonesia.

10. Meningkatnya jumlah produksi dan produktivitas peternakan dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan

Tabel 3.10 Pencapaian Kinerja Sasaran 10

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Ta rg et N as io n

al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or iKoordinato r SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Mempertahankan rata-rata produksi susu sapi perah (liter/tahun)

juta

liter 36,42114 - 46 132,17 46,776 132,32 39,63 111,00 64,30 178,31 45,50 124,93 36,42 49,9 137,01 A Disnakkan 2 Jumlah produksi daging ton 8.926,317 - 11.772 135 10,568 120,17 21,585 244,24 11.070 124,64 9.630 107,88 8926,32 11.841,00 132,65 A Disnakkan 3 Jumlah produksi telur ton 10.242,169 - 22.684 227 14.331 142,46 20,017 197,79 12.300 120,81 23.480 229,25 10242,17 24.759,55 241,74 A Disnakkan 4 Persentase kawasan

perikanan budidaya yang sehat

% 70 - - - 60 109,09 53 88,33 56 86,15 75 107,14 70 75 107,14 A Disnakkan

Menurunnya angka kesakitan ternak (morbiditas)

- Disnakkan

5 - Ternak besar % < 3 - < 3 100 < 3 100 < 3.87 71 < 4,20 94 < 1,9 100 < 3 < 0,01 100 B Disnakkan 6 - Ternak kecil % < 5 - < 0,2 100 < 0,6 833,33 < 5.65 87 < 7,15 93 < 0,16 100 < 5 < 0,03 100 B Disnakkan 7 - Ternak unggas % < 15 - < 10 100 < 10 150 < 16.81 88 < 19,00 90 < 0,036 100 < 15 < 0,05 100 B Disnakkan

Menurunnya angka kematian ternak (mortalitas)

- Disnakkan

8 - Ternak besar % <0,8 - < 0,1 100 < 0,2 400 < 0.95 81 < 1,8 84 < 0,002 100 <0,8 < 0,005 100 B Disnakkan 9 - Ternak kecil % <1,2 - <0,2 100 < 0,2 600 < 1.38 85 < 1,9 93 < 0,007 100 <1,2 < 0 100 B Disnakkan 10 - Ternak unggas % <10 - <5 100 < 5 200 < 12.60 74 < 13,10 90 < 0,001 100 <10 < 0,04 100 B Disnakkan

Meningkatnya populasi

ternak (dirinci) - Disnakkan

11 - Sapi Potong ribu

ekor 90,691 - 97.110 109,24 98,248 109,96 90,100 100,34 76,38 84,64 86,99 95,92 90,69 95,66 105,48 A Disnakkan 12 - Sapi Perah ribu

ekor 64,83 - 86.073 138 88,498 140,65 80,800 127,14 72,12 112,36 86,36 133,21 64,83 89,84 138,58 A Disnakkan 13 - Kambing dan Domba ribu

ekor 171,7 - 172.727 105 161,972 97,19 117,400 69,75 153,82 90,48 136,69 79,61 171,70 139,13 81,03 B Disnakkan 14 - Ayam Buras ribu

ekor 1249,725 - 1.269.822 106 1.852.775 152,87 417,600 341,14 839,58 67,91 887,71 71,09 1249,73 815,59 65,26 C Disnakkan 15 - Ayam Pedaging ribu

ekor 312,181 - 783.000 261 2.772.857 915,13 951,600 310,95 1.294,58 418,84 3488,94 1117,60 312,18 14.501,87 4645,34 A Disnakkan 16 - Ayam Petelur ribu

ekor 728,423 - 387.588 55 1.814.302 256,62 1108,000 155,17 1.025,58 142,20 1872,92 257,12 728,42 2.357,89 323,70 A Disnakkan 17 - Itik ribu

ekor 133,926 - 129.464 101 196,8 151,4 118,300 90,11 172,04 129,74 172,06 128,47 133,93 158,83 118,60 A Disnakkan Meningkatnya produksi

ikan - Disnakkan

18 - Produksi budi daya ton 7050 - 17,023 293,50 42.000 690 18.091 28

3 23.935 356,49 32014 454,10 7050 33.027 468,47 A Disnakkan 19 - Produksi tangkap ton 1094 - 910 101,11 1.845 195 1.586 16

0 1.560 149,71 1641 150 1094 2.319 211,97 A Disnakkan 20 Terpenuhinya

kebutuhan benih ikan (%)

% 50 - 35 116,67 62 177,14 27 67,5 44 97,78 81,7 163,40 50 81,7 163,40 A Disnakkan

21 Produksi benih ikan juta ekor

32,581312 - 56 180,65 120,75 385,66 89,40 282,70 148,24 459,53 122,66 380,24 32,58 144,53 443,60 A Disnakkan 22 Meningkatnya

kelompok pembudidaya ikan

Kelom

pok 13 - 8 100 82 820 15 136,36 15 125,00 16 123,08 13 16 123,08 A Disnakkan 23 Meningkatnya

konsumsi ikan pita/thkg/ka 14 - 12 150 12 133,33 11,2 112 13 108,33 15,42 110,14 14 20 142,86 A Disnakkan 24 Cakupan poktan yang

mendapatkan layanan penyuluhan dan menerapkan rekomendasi

% 90 - - - 75 100 80 100 85,3 100,35 90 100 90 90 100 B BKP3

25 Mempertahankan persentase kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB

% 34 - - - 35.76 105,18 35,41 104,147 34,49 101,44 32,03 94,21 34 23,50 69,12 C Bappeda


(1)

ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja. Namun perlu lebih fokus pada aspek – aspek antara lain : memperbaiki sistematika laporan kegiatan, data parpol, dan melakukan monev pendataan sekretariat parpol.

3) Angka kriminalitas yg ditangani

a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan karena kejadian-kejadian kriminalitas yang terjadi di wilayah Kabupaten Boyolali dapat dipantau dan ditangani oleh Satpol PP Kabupaten Boyolali.

Permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah keterbatasan jumlah personil Satpol PP Kabupaten Boyolali, dimana sangat jauh dari ideal jumlah Satpol PP Kabupaten Boyolali dibanding dengan jumlah penduduk Kabupaten Boyolali, sehingga tidak mampu menjangkau seluruh wilayah yang ada di kabupaten Boyolali yang terdiri darii 19 Kecamatan dan tersebar secara letak geografis yang berjauhan.

Alternatif solusinya adalah dengan menjalin kerjasama dengan instansi terkait seperti POLRI dan TNI dalam pelaksanaan tugas. Solusi lebih lanjutnya adalah penambahan jumlah Anggota Satpol PP dan pengembangan kelembagaan dengan membentuk unsur pelaksana Satpol PP di tingkat kecamatan.

b. Analisis penggunaan sumber daya :

Efisiensi penggunaan sumberdaya yang dilakukan adalah dengan :

- Berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi terkait seperti Polres, Kodim dan Seksi Tramtib Kecamatan dalam penanganan setiap kejadian kriminalitas. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan jumlah anggota Satpol PP;

- Menggunakan anggaran aktivitas yang benar – benar berpengaruh terhadap capaian target dengan anggaran Rp. 1.007.020.000,00 dengan realiasi sebesar Rp. 993.293.527,00 efesiensi sebesar 1,36%.

c. Analisis program dan kegiatan :

Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksakan dengan 2 (dua) program yaitu Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan dengan 3 (tiga) kegiatan yaitu Penyiapan tenaga pengendali keamanan dan kenyamanan lingkungan, Pengendalian kebisingan, dan gangguan dari kegiatan masyarakat, dan Pengendalian keamanan lingkungan, serta program Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat (PEKAT) dengan kegiatan Penyuluhan pencegahan berkembangnya praktek prostitusi. Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target indikator kinerja antara lain melalui patroli wilayah, operasi kamtramtibum secara terpadu, pengamanan kegiatan yang melibatkan massa dan pengamanan event-event tertentu seperti pengamanan pelaksanaan pilkada, pengamanan perayaan lebaran, natal dan tahun baru serta pengamanan kegiatan car free day. Program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja.

4) Rasio jumlah satpol PP per 10000

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan dengan adanya penambahan jumlah PNS yang ditugaskan di Satpol PP;


(2)

b. Efesiensi pengguynaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan rekruitmen Tenaga Harian Lepas (THL) sebagai tenaga Banpol yang diberi tugas untuk membantu pelaksanaan tugas Satpol PP. Kenaikan sebesar 0,04% adalah bagian dari penambahan THL yang dilakukan Satpol PP Kabupaten Boyolali Tahun 201sebanyak 16 THL. Selain itu juga dilakukan penataan kelembagaan Satpol PP dengan memasukkan unsur Seksi Tramtib Kecamatan sebagai unsur pelaksanaan Satpol PP di tingkat kecamatan. Meskipun realisasi dari rasio jumlah Satpol PP per 10.000 penduduk mengalami kenaikan sebesar sebesar 0,04 %, hal ini belum menunjukkan angka yang ideal dari yang seharusnya jumlah Satpol PP dibanding dengan Jumlah Penduduk per 10.000

b.Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Satpol PP yang dapat mendorong tercapainya target indikator kinerja tersebut tidak ada, karena indikator ini tidak terkait dengan capaian kinerja pelaksanaan tugas Satpol PP, tetapi berkaitan dengan kuantitas jumlah personil Satpol PP. Oleh karena itu target indikator kinerja ini dapat tercapai apabila ada kebijakan dari Pemerintah Daerah untuk penambahan jumlah anggota Satpol PP dan atau dengan penataan kelembagaan Satpol PP.

71. Meningkatkan konsistensi peraturan daerah dengan peraturan pusat dan provinsi Tabel 3.71 Pencapaian Kinerja Sasaran 71

Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 (Transisi) Targ

et N as io n al Tahun

2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Persentase jumlah Perda yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang telah dievaluasi

% 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 89 89 100 89 89 B Setwan

2 Rasio pemenuhan tahapan pembahasan Ranperda dan Keputusan DPRD

% 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 B Setwan

3 Tertampungnya aspirasi

masyarakat % 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 B Setwan 4 Meningkatnya kapasitas

pimpinan dan anggota DPRD sebagai anggota lembaga legislasi dalam melakukan pengawasan

% 100 - 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 B Setwan

5 Jumlah Perda yang

dihasilkan Perda 12 - 21 140 12 100 15 125 10 90,91 15 150 12 18 150 A Hukum danBagian HAM

Rata-rata 108 100 105 98,18 107,80 107,80 A

Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016

Capaian kinerja sasaran ini meliputi 5 (lima) indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan (rata-rata) 107,80% (kategori sangat baik) terdiri dari 1 (satu) indikator kategori sangat baik (20%), dan 4 (empat) indikator kategori baik (80%). Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 71 (tujuh puluh satu) per indikator :

1) Persentase jumlah Perda yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang telah dievaluasi

a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan dalam Pembahasan Ranperda Tahun Anggaran 2015 sejumlah 18 terealisasi 15 Ranperda untuk diteruskan di Tahun 2016, hal ini dikarenakan pada Tahun 2016 dibutuhkan perhatian dan konsentrasi ekstra untuk membahasnya dan karena padatnya jadwal kegiatan DPRD.


(3)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah pada Tahun 2016 dibutuhkan perhatian dan konsentrasi ekstra untuk pembahasan dan karena padatnya jadwal kegiatan DPRD, akibatnya perda-perda yang tidak harus segera terselesaikan pembahasannya ditunda dan dilanjutkan pembahasannya sebagai ranperda luncuran inisiatif DPRD pada Tahun 2016.

Solusi lebih lanjut adalah baik pihak legislatif maupun eksekutif harus melakukan pendekatan dan koordinasi yang tegas dalam menerapkan rencana kerja.

b. Analisis penggunaan sumber daya :

- Efesiensi penggunaan sumberdaya yang dilakukan adalah : - Peningkatan Pelayanan dalam memfasilitasi Kegiatan Dewan; - Pengelolaan Sumber Dana yang berprinsip efisien;

- Perencanaan Kegiatan Dewan yang disesuaikan dengan keputusan Tata tertib Dewan;

- Peningkatan Koordinasi Lintas Sekretariat Dewan dengan Dewan;

-

Memperkuat Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui berbagai kegiatan antara lain Diklat, Bintek, Seminar, Lokakarya.

c. Bentuk kegiatan untuk pemabahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan adalah :

- Bedah Ranperda - Konsultasi - Study Banding

- Pembahasan di kantor

2) Rasio pemenuhan tahapan pembahasan Ranperda dan Keputusan DPRD

Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan semua tahapan pembahasan Ranperda dan Keputusan DPRD telah dapat dipenuhi.

Tahapan Pembahasan Ranperda dan Keputusan DPRD yang telah dipenuhi adalah sebagai berikut :

- Penyerahan Ranperda dalam bentuk Rapat Paripurna 1 hari; - Inisiatif Pemda ke Dewan;

- Inisiatif Dewan ke Bupati; - Rapat Fraksi 1 hari;

- Rapat Paripurna dengan agenda penyampaian pandangan umum fraksi terhadap Ranperda sekaligus pengumuman pembentukan Pansus 1 hari;

- Jawaban Bupati terhadap pandangan umum fraksi 1 hari; - Rapat Pansus dengan eksekutif 12 hari per Ranperda; - Rapat Komisi 1 hari;

- Rapat Gabungan Komisi 1 hari;

- Rapat Fraksi dengan agenda menyusun pendapat akhir 1 hari;

- Rapat pengambilan keputusan dalam bentuk Rapat Paripurna dengan agenda penyampaian pendapat akhir fraksi 1 hari;


(4)

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Semakin banyak dan kompleks permasalahan yang harus dihadapi oleh

Pimpinan dan Anggota DPRD;

- Regulasi peraturan-peraturan yang belum diakomodir di tingkat bawah, menyebabkan ketidakjelasan aturan yang berlaku.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah agar jadwal tahapan pembahasan Ranperda dapat diselesaikan tepat waktu, maka kualitas pembahasan harus benar-benar matang dan diharapkan komunikasi dan koordinasi anatara legislatif dan eksekutif dapat bersinergi secara positif, sehingga target waktu dan capaian kinerja dapat tercapai.

3) Tertampungnya aspirasi masyarakat

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakan kegiatan dengan cara turun ke daerah pemilihan oleh masing-masing Anggota DPRD dengan dibantu oleh Sekretariat DPRD yaitu menyiapkan undangan, sewa peralatan, transportasi dan akomodasi, serta dilakukan juga monitoring oleh Tim Pendamping dan Penyelesaian Administrasi Keuangan oleh Sekretariat DPRD. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah karena banyaknya agenda DPRD yang mendesak, khususnya kegiatan pada fungsi anggaran, yaitu antara lain kegiatan pembahasan Ranperda Inisiatif Eksekutif, sehingga kehabisan waktu untuk kunjungan.

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengoptimalkan kegiatan RESES di Daerah Pemilihan (DAPIL) masing-masing Pimpinan dan Anggota DPRD.

b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakuan adalah membentuk Tim Pendamping dan Penyelesaian Administrasi Keuangan oleh Sekretariat DPRD; c. Jenis kegiatan yaitu pertemuan dengan sistem dua arah, dan dalam forum ini

konstituen dapat menyampaikan segala macam keluh kesah, kesan, pesan dan harapan serta segala macam permasalahan dan persoalan terutama terkait dengan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di masing-masing daerah pemilihan, hal tersebut disampaikan kepada para Anggota DPRD untuk kepentingan kemajuan masyarakat di daerah. Kegiatan Reses Tahun 2015 dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam 1 tahun (masa sidang 1 sampai dengan 3).

4) Meningkatnya kapasitas pimpinan dan anggota DPRD sebagai anggota lembaga legislasi dalam melakukan pengawasan

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan menyelenggarakan kegiatan Bintek, Workshop, Kursus, Lokakarya DPRD sebanyak 10 kali. Manfaat dari kegiatan tersebut adalah peningkatan pengetahuan dan wawasan Pimpinan dan Anggota DPRD.

Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah :

-

Usia Anggota DPRD yang rata-rata di atas 40 Tahun juga kemungkinan

menjadi kendala untuk menumbuhkan motivasi belajar individu. Sehingga efektivitas program ini kemungkinan masih belum dapat mencapai hasil yang maksimal;


(5)

-

Untuk itu Pimpinan DPRD, diharapkan dapat mengambil inisiatif untuk mengagendakan secara lebih terencana dan sistematis strategi untuk peningkatan kapasitas dan kompetensi para anggotanya melalui program workshop, bimbingan teknis, diklat, dll. Kerjasama dengan lembaga Perguruan Tinggi yang berlisensi merupakan sebuah solusi yang diharapakan lebih efektif dan efisien, baik dari segi waktu maupun ketersediaan tenaga ahli. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah meningkatkan partisipasi dan peran aktif semua Pimpinan dan Anggota DPRD serta semua pihak yang terkait dalam melakukan fungsi pengawasan, sehingga meskipun usia Anggota DPRD yang rata-rata di atas 40 tahun tidak lagi menjadi kendala karena adanya sinergi yang harmonis antara satu anggota dengan yang lainnya dan juga didukung oleh pihak-pihak terkait. b. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil

memenuhi target kinerja, sehingga secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Bentuk kegiatan yang mendukung tercapainya kinerja ini adalah :

- Penyelenggara Workshop, Bintek, Kursus, Lokarkarya adalah lembaga yang berlisensi resmi dari Kementerian Dalam Negeri sehingga tingkat kepercayaan peserta meningkat;

- Kualitas Materi yang disampaikan;

- Kualitas Narasumber/Tim Fasilitator.

Analisis untuk 4 (empat) indikator di atas :

a. Analisis penggunaan sumber daya :

Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan Menggunakan anggaran aktivitas yang benar – benar berpengaruh terhadap capaian target dengan anggaran Rp. 16.454.645.100,00 dengan realiasi sebesar Rp. 14.339.667.284,00 efesiensi sebesar 12,85%.

b. Analisis program/kegiatan :

Keempat indikator di atas dilaksanakan dengan program Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat dengan kegiatan Pembahasan Rancangan Peraturan Perundang-undangan, rapat Alat Kelengkapan Dewan, Rapat-rapat Paripurna, Kegiatan Reses, Kunjungan Kerja Pimpinan dan anggota DPRD Dalam Daerah, dan Peningkatan Kapasitas Pimpinan dan Anggota DPRD serta program Penataan Peraturan Perundang-undangan dengan kegiatan Penyusunan Kerja Rancangan Peraturan Perundang-undangan, dan Legislasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

5) Jumlah Perda yang dihasilkan

a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan terdapat 18 Perda yang telah ditetapkan pada tahun 2016.

Sebenarnya masih terdapat 9 Ranperda yang belum dapat terbahas dikarenakan 2 (dua) ranperda yang penyusunannya menunggu peraturan perundang-LKjIP Kabupaten Boyolali 2016


(6)

undangan yang lebih tinggi, 2 (dua) ranperda setelah dikaji pembentukannya cukup dengan Peraturan Bupati dan 5 (lima) ranperda yang belum siap dengan Naskah Akademiknya.

b. Analisis penggunaan sumber daya :

Efisiensi penggunaan sumber daya antara lain dilakukan dengan :

- Memanfaatkan sarana telekomunikasi informasi yang ada berupa akses internet guna mengakses sumber-sumber informasi terkait produk peraturan perundang-undangan baru terkait materi yang akan diajukan menjadi Ranperda;

- Menggunakan anggaran aktivitas yang benar – benar berpengaruh terhadap capaian target dengan anggaran Rp. 1.195.875.000,00 dengan realiasi sebesar Rp. 879.850.481,00 efesiensi sebesar 26,43%.

c. Analisis program/kegiatan :

Program kegiatan yang menunjang keberhasilan capaian target indikator kinerja ini adalah program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan pengendalian Pelaksanaan Kebijakan dengan kegiatan Penanganan kasus pengaduan di lingkungan pemerintah daerah, Program Penataan Peraturan Perundang-undangan dengan kegiatan Penyusunan rencana kerja rancangan peraturan perundang-undangan, Legislasi rancangan peraturan perundang-undangan, Fasilitasi sosialisasi peraturan perundang-undangan, Publikasi peraturan perundang-undangan, dan Kajian peraturan perundang-undangan daerah terhadap peraturan perundang-undangan yang baru, lebih tinggi dan keserasian antar peraturan perundang-undangan daerah. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Namun ada beberapa aktifitas yang perlu perhatian lebih fokus yaitu melakukan koordinasi dengan dinas instansi terkait sambil menunggu regulasi/peraturan perundang-undangan yang belum diundangkan dan pembahasan Ranperda menjadi Perda seringkali terkendala dengan harus dipending/dihentikannya pembahasan karena terbentur oleh regulasi/peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan aturan belum terbit/belum diundangkan, akibatnya ranperda tidak jadi untuk dibahas dan selanjutnya menjadi bahan/materi untuk pembahasan ranperda pada tahun-tahun selanjutnya sambil menunggu keluarnya regulasi yang mengatur subtansi-subtansi dalam ranperda dimaksud.