a. Efisiensi pengunaan sumber daya adalah dengan dengan menggunakan anggaran untuk aktivitas yang benar-benar berpengaruh terhadap capaian target
sehingga dapat mengurangi penggunaan anggaran dengan efesiensi sebesar 0,01 dari anggaran sebesar Rp. 14.860.000,00 digunakan sebesar Rp.
14.858.600,00.
b. Dilaksanakan dengan program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan kegiatan Publikasi dan sosialisasi minat dan budaya baca.
Dengan bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan melakukan survey untuk menentukan desa-desa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan
pembinaan atau diusulkan untuk mendapatkan bantuan dengan memperhatikan cakupan wilayah untuk pemerataan dan melakukan koordinasi dengan camat
dan desa-desa terkait dengan perpustakaan.
32. Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB
Tabel 3.32
Pencapaian Kinerja Sasaran 32
Indikator kinerja Satuan
Target RPJM
Tahun
2016 Transisi
Ta rg
et N
as io
n al
Tahun 2011 Tahun
2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016 K
at eg
or i
Koordinator SKPD
Pengampu R
ea lis
as i
C ap
ai an
R ea
lis as
i C
ap ai
an R
ea lis
as i
C ap
ai an
R ea
lis as
i C
ap ai
an R
ea lis
as i
C ap
ai an
Ta rg
et R
ea lis
as i
C ap
ai an
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19
1 Angka kematian bayi
per 1000 kelahiran
hidup 11,5
- -
- 70,6 77.49
7,5 104,3
9,17 88,17
8,6 -2369,29 11,50 8,20 128,70 A
Dinkes 2
Angka kematian ibu per
100.000 kelahiran
hidup 117
- -
- 10,45 121,31 95
118,8 93,06 102,04 90
105,26 117
16 186,32 A Dinkes
3 Cakupan kunjungan ibu
hamil K4 95
95 93,49 98,41 97,97
95,87 92,4 97,26 95,01 100,01
95 100
95 92 97,26 B
Dinkes 4
Cakupan deteksi dini anak balita dan pra sekolah
90 -
73 91,25 91,08
93,75 77,63 91,33 82,99
92,21 90
100 90
80 88,89 B Dinkes
5 Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD dan setingkat
100 100
85 100
75 100 95,5 106,11
100 100,00 100
100 100
100 100 B
Dinkes 6
Cakupan desa kelurahan UCI
100 100
85 100
85 110,27 97 102,11
98,1 98,10
100 100
100 99,60 99,60 B Dinkes
7 Cakupan kunjungan bayi
90 90
82 102,50 99,25 106 95,6 112,47
103 114,44 101
112,22 90
92 102,22 A Dinkes
8 Cakupan pelayanan anak
balita 90
- 84 105,00
85 87 78,59
92,46 96,33 107,03 84,17 93,52
90 80 88,89 B
Dinkes 9
Cakupan peserta KB aktif 80
70 79,29 113,27 70
94 75,92 101,23 80,01 106,68 81,82 109,09
80 82,40 103,00 A Dinkes
10 Persentase bayi usia 0-11
bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
95 - 99,98 121,93
71 124,24 101,7 115,57 104,5 116,11 107,6 119,56
95 105
100 B Dinkes
11 Persentase anak usia
sekolah dasar yang mendapat imunisasi
95 -
100 102,04 105,6 99,67 99,7
99,70 99,5 104,74
99,5 104,74
95 99,30 104,53 A Dinkes
12 Penemuan kasus non polio
AFP rate per 100.000 anak 15 tahun
2 2
4 100 99,67
140 5
100 3
100 2
1,7 100
B Dinkes
13 Persentase penyelidikan
Epidemiologi 24 jam pada desa kelurahan yg
mengalami KLB 100
100 100
100 7
100 100 108,70
100 100,00 100
100 100
100 100
B Dinkes
14 Persentase penemuan
Penderita TB paru BTA positif CDR
40 70
- -
100 103
22 62,86 20,14
50,35 25,2
63 40
16 40
D Dinkes
15 Persentase angka
kesembuhan CR TB Paru 85
- -
- 29,1
104,7 86
95,56 90,13 100,14 69
76,67 85 86,00
100 B
Dinkes 16
Prevalensi penderita HIV AIDS
per 100.000
penduduk 1,5
- 0,23
154 89 147,14
0,4 44,44
7,6 760,00 1,34
66 2
0,97 64,67 C
Dinkes 17
Persentase ODHA yang mendapat ART
50 -
25 100
0,37 100
97 277,14 72,6
80,67 51
56,67 50
50 100
B Dinkes
18 Persentase penderita kusta
diberikan pengobatan lengkap RFT
90 -
100 100
30 100
86 114,67 100 125,00
95,5 119,38
90 100 111,11
A Dinkes
19 cakupan penemuan dan
tatalaksana penderita pneumonia balita
100 100
- -
72 90
100 100
100 100,00 100
100 100
100 100
B Dinkes
20 angka kesakitan DBD per
10.000 pddk IR 50
- 9
-25 90
180 29,6 758,97 39,7 120,60
5 100
50 50
100 B
Dinkes
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 112
Indikator kinerja Satuan
Target RPJM
Tahun
2016 Transisi
Ta rg
et N
as io
n al
Tahun 2011 Tahun
2012 Tahun 2013
Tahun 2014 Tahun 2015
Tahun 2016 K
at eg
or i
Koordinator SKPD
Pengampu R
ea lis
as i
C ap
ai an
R ea
lis as
i C
ap ai
an R
ea lis
as i
C ap
ai an
R ea
lis as
i C
ap ai
an R
ea lis
as i
C ap
ai an
Ta rg
et R
ea lis
as i
C ap
ai an
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19
21 angka kematian DBD CFR
2 -
1,2 140
0,8 140 2,53
66,84 3,42
29,00 1,9
100 2
2 100
B Dinkes
22 angka bebas jentik
95 -
95 118,75 60
95 90
100 76
84,44 76
84,44 95 87,60 107,7
9 A
Dinkes 23
Persentase pemantauan desa fokus pes
10 -
8 100
1,2 100
70 100
10 100,00 10
100 10
10 100
B Dinkes
Rata-rata 101,23
105,76 133,50
125,21 -15,60
101 A
Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 23 dua puluh tiga indikator kinerja dengan capaian
kinerja secara keseluruhan rata-rata 101 kategori sangat baik terdiri dari 7 tujuh indikator kategori sangat baik 30,43, 14 empat belas indikator kategori baik
60,87, 1 satu indikator kategori cukup 4,35, dan 1 satu indikator kategori kurang 4,35. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 32 tiga puluh dua per
indikator :
1 Angka kematian bayi Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena Pelayanan Ante
Natal oleh Nakes yang sebagian besar sudah patuh dan memenuhi standart, sehingga kemungkinan resiko Perinatal seperti IUGR, BBLR, segala akibat terkait dengan bayi
dengan kelahiran premature terdeteksi sehingga sebelum persalinan sudah bisa terkelola dan mendapat pelayanan rujukan ke faskes lanjut yang memadai.
Jumlah kematian bayi Tahun 2016 adalah 113 7,8 1000 KH yang terdiri dari kematian neonatal 85 kasus dan kematian post neonatal 38 kasus. Dimana penyebab kematian
tertinggi adalah karena bayi yang lair dengan berat badan rendah BBLR 30 kasus, diikuti penyebab karena Asfiksia kurangnya suplai Oksigen 28 kasus, Kelainan Bawaan
16 kasus dan karena penyebab lain lain 6 kasus serta 3 lainnya karena Sepsis Infeksi.
2 Angka kematian ibu Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan didukung akses pelayanan mudah. Angka kematian ibu AKI dari tahun 2012 sampai 2016 cenderung menurun, dimana,
tahun Tahun 2012 97,97100.000 KH 15 kasus dan tahun 2013 95100.000 KH 14 kasus, Tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup signifikan menjadi 21 kasus kematian
ibu atau 142,8100.000 Kelahiran Hidup dan di Tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 16 kasus, 111 100.000 KH Penyebab Kematian Ibu dari tahun ke tahun masih
didominasi oleh PreeklampsiEklampsi Hipertensi dalam kehamilan. Urutan kedua penyebab kematian ibu adalah karena penyebab lain-lain seperti penyakit Hepatitis,
Asma Bronchial, Penyakit Jantung dan Keganasan. Tahun 2016 terjadi sedikit perubahan penyebab kematian ibu, dimana dari 16 kematian ibu, 7 diantaranya diakibatkan karena
penyebab lain lain, 5 kematian diakibatkan Preeklampsi Eklampsi, 2 kematian diakibatkan perdarahan, 1 lainnya karena infeksi, 1 karena Ganggguan Sistem Peredaran
Darah Jantung, Stroke, dll..
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 113
Gambar 3. 1 Angka Kematian Ibu Tahun 2011 - 2016
Analisis untuk 2 dua indikator di atas : a. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan :
- Penggunaan dana didukung sepenuhnya dari Anggaran Biaya Operasional Kesehatan APBN sehingga anggaran dari APBD bisa ditekan;
- Menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 8.924.350.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 7.711.585.999,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar
13,59.
b.
Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak dengan kegiatan Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga
kurang mampu dan kegiatan Penyediaan Biaya Jampersal serta dengan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas dan dinas dengan kegiatan
Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan. Koordinasi untuk menurunkan AKI dilakukan dengan melakukan kegiatan yang menunjang, antara lain:
Rumah Tunggu Kelahiran di 8 wilayah kecamatan yang ada Karanggede, Nogosari, Andong, Juwangi, Selo, Simo, Musuk, dan Boyolali Kota;
Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Hamil; Kegiatan Promotif, Preventif oleh Puskesmas yang didanai oleh BOK APBN;
Program kegiatan secara umum telah sesuai dan berhasil mencapai target kinerja.
3 Cakupan kunjungan ibu hamil K4
a.
Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan sasaran ibu hamil yang tinggi dan jumlah kelahiran hidup menurun dan target kinerja jumlah
kelahiran tiap tahun tidak dapat diprediksi sehingga sasaran ibu hamil juga tidak dapat diprediksi secarta pasti. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi
kendala dalam pencapaian target kinerja adalah menghitung jumlah sasaran ibu hamil tahun berjalan dengan memperkirakan jumlah kelahiran hidup berdasarkan
jumlah kelahiran tahun sebelumnya;
b.
Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan seluruh anggaran yang dianggarkan, penggunaan dana untuk
indicator ini didukung dari anggaran APBN, berupa anggaran Bantuan Operasional
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 114
Kesehatan tahun 2016, anggaran dipergunakan untuk kegiatan yang berpengaruh terhadap capaian target dengan ujung tombak kader kesehatan di tingkat puskesmas;
c.
Dilaksanakan dengan program Program Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak dengan kegiatan Pertolongan persalinan bagi ibu dari keluarga kurang
mampu serta Penyediaan Biaya Jampersal dan Program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas dan Dinas dengan kegiatan Penyediaan Biaya
Operasional Kesehatan.
Untuk menurunkan AKI dan AKB tidak bisa dipisahkan dari deteksi dini kondisi ibu hamil dalam masa kehamilan, sehingga dengan tercapainya target pemeriksaan untuk
sasaran ibu hamil dapat menurunkan AKI. Kegiatan yang menunjang , antara lain:
Rumah Tunggu Kelahiran di 8 wilayah kecamatan yang ada Karanggede, Nogosari, Andong, Juwangi, Selo, Simo, Musuk, dan Boyolali Kota;
Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Hami; Kegiatan Promotif, Preventif oleh Puskesmas yang didanai dari anggaran BOK
APBN.
4 Cakupan deteksi dini anak balita dan pra sekolah a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini disebabkan :
- Data sasaran yang belum tersedia ,oleh karena kelompok usia balita pasif untuk datang di Posyandu ,mobilitas domisili pindah mengikuti orang tua mereka. Adapun
pada usia 5-6 Tahun, sudah mulai mengikuti kegiatan PAUD,TK diluar wilayah desa atau kecamatan;
- Sosialisasi program SDIDTK yang kurang ada gaungnya, baik pemahaman pada petugas maupaun masyarakat atau orang tua anak,sehingga kegiatan SDIDTK
keberadaannya kurang optimal secara intensitas, juga kwalitasnya; - Monitor evaluasi kegiatan SDIDTK oleh Puskesmas maupaun Dinas kurang,
sehingga baru sebatas pelaporan saja, belum ke arah kwalitas pelayanan; - Karena tidak adanya alokasi anggaran khusus untuk kegiatan yang fokus pada
kegiatan SDIDTK tersebut, maka diperlukan Pendataan Terpadu serta Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan pada kegiatan UKM atas
kegiatan program SDIDTK.
Hambatanpermasalahan yang dihadapi masih banyak petugas kesehatan yang belum paham mengenai SDITK serta pelaporan yang tidak aktif, sedangkan
alternatif solusi yang dilakukan adalah peningkatan kapasitas petugas kesehatan serta kerjasama dengan lintas sektor terkait DIKPORA peningkatan kapasitas
tenaga pendidik PAUD.
b. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menrsinergikan beberapa program Posyandu dan UKTK secara rutin;
c. Indikator ini dilaksanakan secara dengan program Posyandu, PAUD, BKB dan UKTK sehingga sangat terintegrasi antara program dan sektor yang terkait..
5 Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 115
- Merupakan kegiatan rutin dan sudah terintegrasi secara program maupun sektoral dengan petugas UKS ,dengan kegiatan secara pelayanan antara petugas Kesehatan
dan pihak Sekolah; - Data sasaran tersedia dan mudah didapat melalui sekolah SD dan sederajat.
6 Cakupan desa kelurahan UCI Kegagalan capaian indikator kinerja ini disebabkan masih dibutuhkannya data yang
akurat karena mobilitas penduduk penduduk antar wilayah, sedangkan solusinya adalah dengan mengurangi kemungkinan data yang kurang tepat dengan cara melakukan
pendataan secara periodik.
7 Cakupan kunjungan bayi Keberhasilan capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan mengurangi
kemungkinan data yang kurang tepat dengan cara melakukan pendataan secara periodik;
Analisis untuk 3 tiga indikator di atas :
a.
Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunaan anggaran untuk pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat didukung dari
anggaran dari APBN, dan anggaran dipergunakan untuk kegiatan yang berpengaruh terhadap capaian target dengan memaksimalkan anggaran, dari anggaran sebesar
Rp. 7.366.000.000,00 dengan realisasi sebesar Rp. 6.398.629.931,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 13,13;
b.
Dilaksanakan dengan program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas dan dinas dengan kegiatan Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan. Dengan
melaksanakan kunjungan ke sekolahan untuk memeriksa kesehatan siswa SD, yang dianggarkan dari dan BOK.
8 Cakupan pelayanan anak balita a. Kegagalan capaian indikator kinerja ini dikarenakan tingginya ibu rumah tangga
pekerja,anak balita yang sudah di sekolahkan di PAUD maupun tempat penitipan anak yang berakibat menurunnya tingkat kunjungan ke posyandu maupun
fasilitas kesehatan;
Hambatanpermasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja kurangnya kerjasama lintas program dan lintas sektor. Alternatif solusi yang
dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan melakukan refresing kegitan kegawatdaruratan maternal serta
mengoptimalkan penggunaan anggaran operasional Puskesmas dan dana BOK serta pencatatan dan pelaporan yang tertib.
b. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakuan dengan menggunakan menggunakan dari APBN dari anggaran sebesar Rp. 80.000.000,00 dengan
realisasi sebesar Rp. 77.745.000,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 2,82. c. Analisis programkegiatan :
Indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Pusk dan dinas dengan kegiatan Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan.
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 116
Koordinasi untuk menurunkan AKI dan AKB dan AKABA tidak bisa dipisahkan, dan dilakukan dengan melakukan kegiatan yang menunjang , antara lain:
Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Balita; Kegiatan Promotif, Preventif oleh Puskesmas yang didanai oleh BOK APBN.
Programkegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang
sangat baik, walaupun belum berhasil memenuhi target kinerja.
9 Cakupan peserta KB aktif a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena kerjasama
lintas program dan lintas sektor sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya program keluarga berencana KB.
Hambatanpermasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja belum semua petugas yang kompeten dilatih Contaception Technology Update
CTUserta masih kurangnya promosi kesehatan mengenai pentingnya program KB. Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam
peningkatan kapasitas petugas.
b. Dinas Kesehatan tidak mempunyai program kegiatan yang terkait dengan indikator ini, sehingga tidak ada analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya
dan analisis programkegiatan.
10 Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap a. Keberhasilan capaian indikator kinerja ini disebabkan telah dilaksanakan upaya
peningkatan cakupan melalui sweeping terhadap sasaran yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap, perbaikan pada penghitungan sasaran
adalah bayi riil bukan estimasi dan komitmen dan kerja keras petugas bersama lintas programsektor.
Hambatanpermasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Estimasi dan akurasi pendataan bayi 0-11 bulan;
- Mobilitas penduduk; Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian
target kinerja adalah Pendataan secara periodik per RT bayi 0-11 bulan. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya:
- Mengoptimalkan penggunaan sumber daya manusia yang ada; - Penggunaan dana untuk menaikkan cakupan Prosentase Bayi usia 0-11 bulan
mendapat imunisasi lengkap didukung dari anggaran APBN dana BOK, dan APBD sebesar Rp. 241.419.500,00 dengan realisasi Rp. 221.381.750,00 sehingga terjadi
efisensi sebesar 8,3 anggaran dipergunakan untuk kegiatan yang menukik langsung pada sasaran bayi, dan pemantauannya.
c. Analisis Program kegiatan yang menunjang keberhasilan : Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Peningkatan
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 117
Imunisasi. Kegiatan yang menunjang capaian target yaitu koordinasi dengan petugas imunisasi, dan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional menunjang. Kegiatan Promotif,
Preventif oleh Puskesmas yang didanai oleh BOK APBN. Dengan melaksanakan kegiatan yang menukik langsung pada sasaran bayi, dan pemantauannya.
Diantaranya seperti validasi pendataan sasaran, pelayan imunisasi, peningkatan kapasitas petugas imunisasi puskesmas dalam pertemuan-pertemuan. Selain itu juga
untuk mengurangi penialain yang salah tentang imunisasi dengan kunjungan langsung ke produsen vaksin, yang melibatkan lintas sektor dan tokoh tokoh masyarakat.
Programkegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang
sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja.
11 Persentase anak usia sekolah dasar yang mendapat imunisasi
a.
Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan adanya peran sekolah, orang tua serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang imunisasi,
sehingga penolakan imunisasi cukup rendah.
Hambatanpermasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah siswa tidak masuk saat pelayanan dan masih adanya penolakan. Alternatif solusi
yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah membuat info concern, peningkatan upaya penyuluhan dan peran guru
sekolah, dilakukan sweeping.
b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : - Melibatkan lintas programsector pada setiap pelaksanaan kegiatan;
- Menggunakan menggunakan anggaran APBN BOK, dan anggaran APBD sebesar Rp. 23.257.000,00 dengan realisasi Rp. 21.140.750,00 sehingga terjadi
efisiensi sebesar 9,1. c. Analisis Program kegiatan yang menunjang keberhasilan :
Untuk mencapai target indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Pelayanan
Vaksinasi bagi balita dan anak sekolah. Untuk meningkatkan cakupan agar sesuai dengan target, dilakukan pemantauan pelaksanaan Vaksinasi dan melakukan
sweeping ke sekolah yang serta upaya peningkatan peran guru sekolah. Programkegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja
yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik, dan berhasil memenuhi target kinerja.
12 Penemuan kasus non polio AFP rate per 100.000 anak 15 tahun Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan telah dilakukan
penyelidikan epidemiologi penyakit, surveilans aktif;
13 Persentase penyelidikan Epidemiologi 24 jam pada desa kelurahan yg mengalami KLB
Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena laporan KLB yang cepat melalui SMS atau telepon.
Hambatanpermasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah keterbatasan sumber daya manusia petugas surveilans.
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 118
Alternatif solusi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengoptimalkan sumber daya yang ada dan memanfaatkan media
sosial media.
Analisis untuk 2 dua indikator di atas :
a.
Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan menggunakan anggaran sebesar Rp. 59.610.000 dengan realisasi
Rp. 35.962.500, sehingga terdapat efesiensi sebesar 39,67;
b.
Indikator ini dicapai dengan program Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan
wabah, dengan melakukan pertemuan untuk petugas surveilans Puskesmas dan rumah sakit dan melakukan Penyelidikan epidemiologi penyakit, surveilans aktif.
14 Persentase penemuan Penderita TB paru BTA positif CDR a. Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan sebagian masyarakat
masih malu berobat dan gejala batuk saja hanya di anggap penyakit ringan dan hanya di obati sendiri dan penderita baru berobat bila gejala batuknya tambah
parah dan tidak kunjung sembuh dan pemeriksaan TBC kadang harus dilakukan berulang-ulang, sehingga tersangka penderita harus datang berulang kali ke
puskesmas. Pada saat pemeriksaan ulang, tersangka penderita tidak datang lagi, sehingga tidak bisa di deteksi penyakitnya. Disamping itu letak Kabupaten
Boyolali yang sangat strategis, berada diantara ada 4 empat fasyankes yang khusus melayani penderita TB yaitu BBKPM Surakarta, BKPM Klaten, BKPM
Salatiga dan BKPM Ambarawa dimana setiap pasien TB yang berasal dari Boyolali yang berobat ke salah satu fasyankes tersebut akan menjadi pasiennya
dan dilaporkan sebagai hasil kinerjanya.
Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Rendahnya pencarian suspek TB Paru di fasyankes;
- Peran dokter praktik mandiri dan klinik swasta dalam pelaporan adanya suspek TB belum optimal;
- Mutasi pemegang program TB, sehingga terbatasnya sumber daya manusia yang telah dilatih standar DOTS.
Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja : - Mengoptimalkan sumber daya yang ada dan mengoptimalkan peran serta
masyarakat dalam penemuan tersangka penderita TB; - Pembentukan komitmen baru;
- Sinkronisasi dengan program kegiatan lain
15 Persentase angka kesembuhan CR TB Paru Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan masih ada sebagian
Fasyankes yang belum melaksanakan evaluasi pengobatan. Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah :
- Komitmen penderita dalam pengobatan secara teratur selama 6 bulan, belum optimal; - Belum optimalnya keterpaduan program kegiatan terkait.
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 119
Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan :
- Mengoptimalkan peran Pendamping Minum Obat PMO; - Pemahaman yang menyeluruh pada penederita tentang minum obat yang teratur agar
sembuh dan menghindari terjadinya resistensi obat. 16 Prevalensi penderita HIV AIDS
Kegagalan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan karena penemuan penderita HIV dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain terbatasnya tempat
layanan, tenaga konselor yang tersediadan tenaga pendamping serta peran masyarakat .
Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Masih melekatnya stigma negatif tentang HIVAIDS di masyarakat;
- Masyarakat masing kurang partisipatif pemeriksaan di Klinik VCT. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja :
- Meningkatkan Kerjasama dengan Komisi Penganggulangan AIDS Kabupaten Boyolali, LSM;
- Penguatan kemitraan; - Pembentukan Pokja HIVAID di Kecamatan;
- Memperluas jangkauan pelayanan dan skrining dalam menjaring kasus HIVAIDS.
17 Persentase ODHA yang mendapat ART Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dikarenakan telah dilaksakana
peningkatan kegiatan pertemuan jaringan komunitas, konseling.
18 Persentase penderita kusta diberikan pengobatan lengkap RFT Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan karena setiap penderita
kusta yang ditemukan diberikan pengobatan dan dipantau selama minum obat. Jumlah penderita tipe PB 2 orang 100 RFT, tipe MB 20 orang 95 RFT, 1 orang
meninggal;
19 Cakupan penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia balita Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini ditunjang dengan adanya
Manajemen Terpadu Balita Sakit MTBS setiap balita yang diskrening bila ada gejala pneumonia segera dapat diketahui dan mendapatkan pelayanan segera.
Kasus pneumonia pada Balita semua di tangani sesuai tatalaksana kasus sehingga tidak ada kematian pada kasus pneumonia Balita.
Analisis untuk 6 enam indicator di atas : a. Efesiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan menggunaan dana untuk
penemuan penderita Case Detection Case TB Paru BTA positif didukung dari anggaran APBN, sehingga terjadi efisiensi dalam APBD kabupaten yang sebesar Rp.
60.000.000,00 dengan realisasi Rp. 36.878.000,00 atau efisiensi sebesar 39,
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 120
anggaran dipergunakan untuk pencarian suspek penderita TB, pengambilan logistik, pertemuan pemegang program, konsultasi program;
b.
Dilaksanakan dengan program Pemberantasan penyakit menular dengan kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular. Programkegiatan yang
dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang sangat baik.
20 Angka kesakitan DBD per 10.000 pddk IR Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini dicapai melalui upaya pemberdayaan
masyarakat melalui PSN, pengendalian nyamuk infektif melalui foging. Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:
- Keterbatasan anggaran yang tersedia; - Kegiatan PSN belum menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dalam berperilaku
hidup dan sehat; - Masyarakat lebih mengutamakan fogging dibanding kegiatan PSN dalam
penanggulangan penyakit DBD. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja :
- Mengoptimalkan upaya sosialisasi dan kader kesehatan; - Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat;
- Dukungan stakeholder terkait.
Gambar 3. 2 Angka Kesakitan DBD Tahun 2011 - 2016 21 Angka kematian DBD CFR
Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan atau dicapai dengan cara mengintensifkan upaya preventif, kuratif, promotif; mengoptimalkan pokja DBD
di tingkat Desa, sehingga upaya pengendalian DBD dapat meningkat termasuk penemuan penderita DBD di masyarakat dapat dipantau sedini mungkin.
22 Angka bebas jentik Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena pelaksanaan PJB oleh kader
jumantik sudah berjalan dengan optimal; Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah:
- Tidak ada dana untuk kader - Kurang aktifnya kesadaran masyarakat melaksanakan PSN;
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 121
- Kurangnya pembinaan. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja:
- Mengoptimalkan peran kader kesehatan; - Keterpaduan kegiatan.
Analisis 3 tiga indikator di atas :
a.
Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 111.713.500,00 dengan realisasi sebesar
Rp. 24.831.050,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 77,77
b. Analisis Programkegiatan yang menunjang keberhasilan : Dilaksanakan dengan dilaksanakan dengan program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular, Kegiatan PenyemprotanFogging sarang nyamuk, dan pengadaaan alat fogging sarang nyamuk, serta dukungan program melalui
Bantuan Operasional Kesehatan dengan bentuk kegiatan Penggerakan PSN, fogging pencegahan, penanggulangan fokus, dan penanggulangan KLB,
penyuluhan. Jenis kegiatannya adalah kerjasama dengan PKK dalam pemeriksaan jentik, fogging fokus untuk memutuskan rantai penularan,
penyuluhan untuk memberi kesadaran masyarakat dalam PSN. Adapun fungsinya adalah menurunkan angka kesakitan dan penderita dapat terdeteksi
dini secara cepat. Manfaatnya adalah mencegah terjadinya KLB dengan memutus rantai penularan penyakit DBD pada daerah fokus sehingga kasus
dapat dikendalikan.
23 Persentase pemantauan desa fokus pes a. Keberhasilan capaian target indikator kinerja ini disebabkan telah
dilaksanakannya surveilans aktif dan pasif, mencari tersangka pes baik pada manusia maupun hewan tikus secara aktif dan pasif pada daerah fokus pe di
Kecamatan Selo dan Cepogo.
Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: - Kurangnya dukungan dana;
- Semakin kurangnya komitmen dalam pelaksanaan program pes; - Pemantauan surveilans yang dilakukan belum memenuhi standart WHO.
Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja : - Advokasi pada stakeholder, dukungan dari berbagai pihak;
- Mengoptimalkan kegiatan surveilans baik pada human dan rodent dengan keterbatasannya;
- Meningkatkan jejaring. b. Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan
anggaran sebesar Rp. 71.713.500,00 dengan realisasi sebesar Rp. 24.831.050,00 sehingga terjadi efisiensi sebesar 65,37;
c. Analisis Programkegiatan yang menunjang keberhasilan kegagalan : Untuk mencapai indikator kinerja ini dilakukan program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit Menular dengan kegiatan Pencegahan Penularan penyakit endemikEpidemik. Dengan melaksanakan pertemuan pemegang program,
LKjIP Kabupaten Boyolali 2016
III- 122
sosialisasi, surveilens aktif dan pasif serta konsultasi program, serta pembelian trapping untuk tikus.
33. Meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan