Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau

3 Meningkatnya pendapatan perkapita a. Keberhasilan capaian target kinerja ini disebabkan adanya perubahan nilai tambah yang dihasilkan oleh sumber daya manusia di Boyolali. b. Keberhasilan pencapian target kinerja ini didukung dengan : - Semakin meningkatnya kesempatan kerja yang diakibatkan oleh tumbuhnya sektor industri; - Meningkatnya pertumbuhan sektor industri, perdagangan dan pertanian yang banyak menyerp tenaga kerja; - Semakin meningkatnya kegiatan usaha barang dan jasa. 4 Indeks Williamson Kegagalan capaian target indikator kinerja ini disebabkan kesenjangan pembangunan ekonomi antar wilayah di Kabupaten termasuk sedang karena telah dilaksanakan upaya-upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui upaya pemerataan pembangunan infrastruktur, dan sarana prasarana ekonomi di wilayah, khususnya pada wilayah yang termasuk kategori tertinggal, dibandingkan dengan target RPJM pada tahun 2015 sebesar 0,3 dapat dicapai yaitu dengan meningkatkan upaya pemerataan pembangunan infrastruktur, dan sarana prasarana ekonomi di wilayah, khususnya pada wilayah yang termasuk kategori tertinggal. Analisis untuk 4 empat indikator di atas : a. Efesiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 156.132.000 ,00 dengan realisasi sebesar Rp. 152.256.400 ,00 sehingga terdapat efesiensi sebesar 2,48; b. Untuk mencapai target keempat indikator diatas dilaksanakan dengan program Pengembangan datainformasistatistik daerah dengan kegiatan Penyusunan dan pengumpulan data PDRB dan kegiatan Pengolahan updating dan analisis data PDRB. ProgramKegiatan secara umum telah sesuai dan berhasil memenuhi target kinerja, namun perlu upaya beberapa aktivitas yang lebih fokus pada aspek-aspek yang dievaluasi dengan terus meningkatkan akselerasi pertumbuhan sembilan sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi.

7. Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau

Tabel 3.7 Pencapaian Kinerja Sasaran 7 Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 Transisi Ta rg et N as io n al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 Meningkatnya ketersediaan pangan utama beras per tahun dalam Kg dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk kgkg 1,45 - 1,8 100,56 1,91 101,59 1,54 78,17 1,595 99,69 3,05 179,41 1,45 1,78 122,76 A BKP3 2 Meningkatnya pola pangan harapan PPH nilai 88 - 77,1 101,45 86,3 110 88,3 109,15 89,40 100,45 87,10 96,78 88 86,50 98,30 B BKP3 3 Meningkatnya jumlah cadangan lumbung pangan masyarakat desa ton gabah 730 - 139 51,03 183, 25 43,36 242,732 42,41 651,97 262,89 735,05 90,48 730 735 100,68 A BKP3 4 Persentase tertanganinya daerah- daerah kecamatan yang terkena 100 - 100 100 80 80 100 125 100 100 100 100 100 100 100 B BKP3 LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III-38 Indikator kinerja Satuan Target RPJM Tahun 2016 Transisi Ta rg et N as io n al Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 K at eg or i Koordinator SKPD Pengampu R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an R ea lis as i C ap ai an Ta rg et R ea lis as i C ap ai an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 rawan pangan Rata-rata 86,99 86,99 88,68 140,76 116,67 105,43 A Sumber : Pengukuran Kinerja Kabupaten Boyolali Tahun 2016 Capaian kinerja sasaran ini meliputi 4 empat indikator kinerja dengan capaian kinerja secara keseluruhan rata-rata 105,43 kategori sangat baik terdiri dari 2 dua indikator kategori sangat baik 50, dan 2 dua indikator kategori baik 50. Berikut analisis capaian kinerja dari sasaran 7 tujuh per indikator : 1 Meningkatnya ketersediaan pangan utama beras per tahun dalam Kg dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk a. Keberhasilan pencapaian target indikator kinerja ini disebabkan karena adanya surplus ketersediaan komoditas pangan utama beras, jagung, dan ubi kayu dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk pada tahun 2015. Walaupun demikian masih ada kendala atau hambatan dalam pencapaian target indikator ini, antara lain: - Masih tingginya tingkat konsumsi beras di masyarakat; - Terjadinya kegagalan panen di beberapa daerah. Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain: - Meningkatkan kampanye dan sosialisasi diversifikasi pangan; - Merekomendasikan kepada instansi terkait untuk meningkatkan produksi pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan Kab. Boyolali. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Dipertanbunhut kabupaten Boyolali yang terkait dengan produksi padi, jagung, dan ubi kayu dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan yang mempunyai tupoksi dalam hal ketersediaan pangan. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara: - Membentuk tim pengumpul data, analisis dan penyusun Neraca Bahan Makanan, untuk efisiensi waktu dan sumber daya. - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dari anngaran Rp. 23.084.000,00 dapat terealisasi sebesar Rp. 23.070.000,00 sehingga diperoleh efisiensi sebesar 0,06. c. Analisis programkegiatan : Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan pertanian perkebunan dan kegiatan Analisis rasio jumlah penduduk terhadap jumlah kebutuhan pangan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan koordinasi antar SKPD melalui fungsi Dewan Ketahanan Pangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan yang terpadu dalam meningkatkan ketersediaan pangan di Kabupaten Boyolali. 2 Meningkatnya pola pangan harapan PPH LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III-39 a. Kegagalan capaian Indikator kinerja ini dikarenakan karena skor PPH beberapa kelompok pangan seperti padi-padian, pangan hewani, dan umbi-umbian masih belum mencapai skor ideal. Kendala dan hambatannya antara lain: - Masih rendahnya daya beli masyarakat; - Kurangnya kesadaran pentingnya konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang, dan aman. Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain: - Meningkatkan kampanye dan sosialisasi konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang, dan aman B2SA serta peningkatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan; - Peningkatan teknologi pengolahan pangan lokal. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pencapaian target kinerja melibatkan semua bidang di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan, terutama Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara: - Membentuk tim survey dan analisis Pola Pangan Harapan, serta pelatihan yang memadai; - Melakukan sosialisasi dan promosi tentang konsumsi pangan lokal melalui beberapa media surat edaran, baliho, pameran, dll; - Pelatihan pengolahan pangan lokal; - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dengan anggaran Rp. 120.070.000,00 dengan realisasi Rp. 114.172.100,00 sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp. 5.898.000,00 4,91. c. Analisis programkegiatan : Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan pertanian perkebunan dan dengan 3 tiga kegiatan yaitu Analisis dan penyusunan pola konsumsi dan suplai pangan, Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian serta kegiatan Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan, dengan melaksanakan sosialisasi dan promosi tentang konsumsi pangan lokal melalui beberapa media surat edaran, baliho, pameran, dll. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk peningkatan capaian kinerja, kedepan perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bisa mengarah kepada peningkatan konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman serta melalui optimalisasi lahan pekarangan. 3 Meningkatnya jumlah cadangan lumbung pangan masyarakat desa a. Keberhasilan capaian kinerja indikator ini sampai dengan tahun 2015, disebabkan karena semakin berkembangnya kegiatan dan kelembagaan LPMD dan LDPM sehingga bisa meningkatkan iron stock lumbung pangan masyarakat. Selain itu juga didukung pengisian gudang cadangan pangan pemerintah. Kendala dan hambatan dalam pencapaian target ini antara lain: LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III-40 - Belum meratanya kelembagaan Lumbung Pangan Masyarakat di setiap desa; - Belum optimalnya pengelolaan cadangan pangan baik pemerintah maupun masyarakat. Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain: - Memberikan fasilitasi, pembinaan, dan pengembangan lumbung pangan LPMD, LDPM, LUEP, dll di setiap desa; - Mengusulkan dan mengupayakan pembentukan UPT khusus yang menangani cadangan pangan daerah. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Pencapaian target kinerja melibatkan SKPD terkait, yaitu Bappermasdes kabupaten Boyolali dan juga ditentukan oleh kelembagaan cadangan pangan yang ada di masyarakat. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara: - Berkoordinasi dan bekerjasama dengan instansi-instansi terkait dalam melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan lumbung pangan masyarakat; - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dengan anggaran Rp. 120.000.000,00 dapat direalisasikan sebesar Rp. 118.448.000,00 sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp. 1.552.000,00 1,29. c. Analisis programkegiatan : Indikator ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan pertanian perkebunan dan kegiatan Pengembangan cadangan pangan daerah. Dengan cara berkoordinasi dan bekerjasama dengan Bappermasdes dalam melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan lumbung pangan masyarakat. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik, akan tetapi untuk pengisian dan pengelolaan gudang cadangan pangan pemerintah, diperlukan kegiatan dan anggaran yang memadai agar sesuai dengan standar cadangan pangan daerah. Selain itu diperlukan upaya secara intensif untuk pengembangan lumbung pangan masyarakat ke desa-desa yang lain. 4 Persentase tertanganinya daerah-daerah kecamatan yang terkena rawan pangan a. Keberhasilan capaian kinerja Indikator ini pada tahun 2015, dikarenakan pada tahun ini daerahdesa yang rentan terhadap rawan pangan kronis dan transien bisa diintervensi bantuan penanganan daerah rawan pangan. Kendala dan hambatan dalam pencapaian target indikator ini antara lain: - Adanya keterbatasan anggaran untuk intervensi daerah rawan pangan; - Data untuk penyusunan peta rawan pangan terkadang kurang valid. Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kendala tersebut antara lain: LKjIP Kabupaten Boyolali 2016 III-41 - Bekerjasama dan koordinasi dengan instansi atau satker terkait dalam hal penanganan daerah rawan pangan; - Meningkatkan dan memperbaiki penyusunan peta kerawanan pangan, sehingga diperoleh database yang akurat. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya : Pencapaian target kinerja melibatkan sumber daya di Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan dan aparat desa setempat, serta beberapa SKPD terkait. Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan dengan cara: - Melakukan pemetaan wilayah daerah yang terjadi atau berpotensi terjadi rawan pangan; - Membentuk tim SKPG Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi - Menggunakan anggaran untuk aktifitas dan kegiatan yang benar-benar mendukung pencapaian target kinerja, dengan anggaran sebesar Rp. 64.916.000,00 dapat direalisasikan sebesar Rp. 63.844.461,00 sehingga diperoleh efisiensi anggaran sebesar Rp. 1.071.539,00 1,65. c. Analisis programkegiatan : Capaian indikator kinerja ini dilaksanakan dengan program Peningkatan ketahanan pangan pertanian perkebunan dan kegiatan Penanganan daerah rawan pangan dengan cara melakukan pemetaan wilayah daerah yang terjadi atau berpotensi terjadi rawan pangan. Program dan kegiatan yang dilaksanakan secara umum telah sesuai dan menunjukkan akuntabilitas kinerja yang baik. Untuk meningkatkan capaian kinerja secara kualitatif, diperlukan keterpaduan dengan SKPD terkait dalam hal upaya intervensi daerah rentan rawan pangan. Selain itu diperlukan upaya untuk meningkatkan keakuratan data mengenai peta wilayah rentan rawan pangan.

8. Meningkatnya Efisiensi dan efektifitas distribusi pangan