Syarat–syarat penangguhan penahanan

86

8.1. Syarat–syarat penangguhan penahanan

Berdasarkan Pasal 31 ayat 1 KUHAP penangguhan penahanan terjadi atas dasar: Karena permintaan tersangka atau terdakwa; Permintaan itu disetujui oleh instansi yang menahan atau yang bertanggung jawab secara yuridis atas penahanan dengan syarat dan jaminan yang ditetapkan; dan Ada persetujuan dari orang tahanan untuk mematuhi syarat yang ditetapkan serta memenuhi jaminan yang ditentukan. Dalam konteks penangguhan penahanan, orang yang menjalani tahanan berjanji akan melaksanakan dan memenuhi syarat dan jaminan yang ditetapkan instansi yang menahan. Sebaliknya, pihak yang menahan mengeluarkan orang tersebut dari tahanan dengan menangguhkan penahanannya. Seluruh instansi yang memiliki kewenangan untuk menahan berhak memberikan penangguhan penahanan selama tahanan yang bersangkutan masih berada dalam lingkup tanggung jawab yuridis instansi yang menahan. Kewenangan ini dengan sendirinya tidak berlaku apabila tahanan sudah beralih menjadi tanggung jawab instansi lain. Alasan penangguhan penahanan sendiri tidak diatur dalam Pasal 31 KUHAP maupun dalam penjelasan pasal tersebut. Namun dalam praktik, alasan yang umum dikemukakan untuk mengajukan permohonan penangguhan penahanan adalah alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 dan ayat 4 huruf a KUHAP. Syarat yang menjadi dasar hukum penangguhan penahanan dapat dibaca dalam kalimat terakhir Pasal 31 ayat 1 KUHAP yang berbunyi: “berdasarkan syarat yang ditentukan”. Dari kalimat ini dapat disimpulkan bahwa penetapan syarat oleh instansi yang memberi penangguhan adalah faktor yang menjadi dasar dalam pemberian 87 penangguhan penahanan. Tanpa adanya syarat yang ditetapkan lebih dulu dan tahanan yang bersangkutan tidak menyatakan kesediaan untuk menaati, penangguhan penahanan tidak boleh diberikan. Dengan demikian, penetapan syarat dan kesediaan untuk menaati syarat tersebut merupakan prinsip dasar dalam pemberian penangguhan penahanan. Penegasan dan rincian syarat yang harus ditetapkan dalam penangguhan penahanan, dinyatakan dalam penjelasan Pasal 31 KUHAP tersebut. Syarat yang dapat ditetapkan oleh instansi yang menahan adalah wajib lapor, tidak keluar rumah, atau tidak keluar kota. Pada dasarnya dari ketiga syarat tersebut, instansi yang menahan dapat memilih salah satu syarat atau dua syarat. Yang paling mendasar adalah syarat wajib lapor ditambah dengan salah satu syarat yang lain. Perlu dipaparkan bahwa di tingkat Kejaksaan, telah dikeluarkan Surat Edaran Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Jampidum No. 98EEjp052002, tanggal 15 Mei 2002, mengenai penahanan dan penangguhan. Surat Edaran ini terbit karena berdasarkan pengamatan Jampidum selama ini sering ditemukan tahanan yang ditangguhkan penahanannya atau dialihkan menjadi tahanan rumah atau tahanan kota hanya karena tekanan massa pendukung tersangka, baik berupa ancaman fi sik maupun psikis. Bahkan tidak jarang secara konkrit telah dilakukan dalam bentuk serangan fi sik kepada aparat atau aset kejaksaan. Oleh karena Surat Edaran Jampidum mendorong untuk mengutamakan pemenuhan aspek yuridis melalui pemberian petunjuk-petunjuk yang akurat dan tepat sasaran. Agar dalam setiap perkara, terutama yang dianggap penting dan sensitif, penyidik dan jajaran intel ij en harus berkoordinasi dengan mempertimbangankan segala kemungkinan yang terjadi jika tersangka ditahan. Jika keb ij akan menahan yang ditempuh, maka dibutuhkan sikap konsisten dan tidak mudah goyah sekalipun ada tekanan massa. 88 Apabila ada permohonan penangguhan penahanan, aparat kejaksaan harus tetap mempedomani Surat Jampidum No. B-675EEpoll21994 tanggal 1 Desember 1994 perihal permohonan penangguhan penahanantahanan luar dan wajib lapor. Berdasarkan Surat Jampidum ini, untuk mencegah ekses akibat permohonan penangguhan penahan tahanan luar dan wajib lapor, diminta perhatian aparat bahwa tidak dibenarkan ada surat permohonan penangguhan penahanan atau permohonan untuk ditahan luartidak ditahan dalam hal tersangka tidak dalam status tahanan tidak ditahan. Selain itu, perubahan status tersangka yang diserahkan Penyidik kepada Kejaksaan hanya dapat dilakukan apabila benar-benar beralasan. Dengan demikian akan dapat dicegah terjadinya rekayasa penahanan dimana disangkakandidakwakan pasal-pasal yang memungkinkan tersangkaterdakwa dapat ditahan padahal sebenarnya perbuatan yang disangkakan tidak dapat dilakukan penahanan. Sedangkan kewajiban melapor hanya dapat dibebankan kepada tersangka yang dalam status tahanan rumah, tahanan kota, dan yang ditangguhkan penahanannya.

8.2. Jaminan penangguhan penahanan