214
1.1.1. Praktik penerapan unsur yuridis
Dalam praktiknya, untuk melakukan penahanan, penyidik terlebih dahulu mempertimbangkan dasar objektif. Pada tingkat penyidikan,
polisi lebih dominan menggunakan dasar objektif terlebih dahulu saat mempertimbangkan apakah penahanan tersebut dapat diterapkan.
Penyidik akan melihat apakah pasal pidana yang dituduhkan tersebut dapat dikenakan terhadap tersangka tersebut telah memenuhi
ketentuan objektif atau tidak.
Dalam menetapkan penahanan tersangka yang menggunakan tindak pidana dan atau percobaan atau pemberian bantuan dalam tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, penyidik umumnya hanya melihat pada perkembangan penyidikan
kasus terutama melihat apa akibat atau kerugian yang ditimbulkan dari tindak pidana tersebut. Jika menurut penyidik alat bukti sudah cukup
memadai maka penahanan langsung dapat dikenakan. Walaupun unsur subjektif belum dapat diestimasi sebelumnya. Seorang penyidik
mengatakan: “Jadi kalo kami lihat korbannya udah jelas ada, saksi-saksi sebagian udah ada, langsung aja ditahan. Nanti kalau tidak ditahan malah
bikin repot”
.
212
Namun penggunaan dasar objektif ini juga lebih bersifat subjektif, karena dalam observasi, ditemukan beberapa penyidik yang sudah
memiliki niat awal untuk menahan terlebih dahulu sembari mencari dasar objektif atau pasal pidana yang sesuai. Dalam hal ini kemampuan
penyidik menentukan pasal-pasal pidana yang digunakan sehingga cocok dengan ketentuan merupakan faktor kunci, sehingga dapat
sesuai dengan KUHAP yang menyatakan bahwa penahanan hanya dapat dikenakan kepada tersangkaterdakwa yang melakukan tindak
pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih.
212 Lihat Laporan Penelitian Situasi Penahanan Wilayah Medan.
215
“Kalau kami tetapkan seseorang untuk ditahan, lebih didorong oleh ‘perasaan’ subjektif dari penegak hukum terhadap mengkualifi kasikan
unsur subyektif dan atau penilaian unsur objektif dari syarat penahanan
”.
213
Berdasarkan temuan pada sejumlah kasus, diperoleh kesimpulan bahwa untuk memastikan agar dasar objektif ini terpenuhi dapat
dilakukan dengan melekatkan pasal tertentu yang mengharuskan seseorang untuk ditahan. Jika perbuatan tersebut tidak mengharuskan
seseorang ditahan, maka akan dicari dan diupayakan agar ditahan, dengan pasal yang dapat menjadi dasar penahanan. Kemudian,
penyidik menggunakan beberapa pasal pidana secara akumulasi atau alternatif tindak pidana berlapis yang salah satu pasal tindak
pidananya adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, sehingga terpenuhilah unsur objektif tersebut.
Masalah mengenai tindak pidana yang akan digunakan kelak akan diputuskan sesuai dengan perkembangan hasil penyidikan.
“Kita gunakan aja dulu beberapa pasal pidana, yang penting di tahan dulu, urusan mana pasal yang nyangkut …terserah hasil nanti saja. Kalo ga
nyangkut yang ancaman lima tahunannya, kan tinggal di lepaskan saja”.
214
Pola ini lazim digunakan penyidik, dan sudah jadi rahasia umum. Beberapa penyidik yang diwawancarai berdalih tindakan itu dilakukan
pada masa sebelum dilakukan reformasi penyelidikan dan penyidikan di Kepolisian. Saat ini praktik melakukan penahanan sewenang-
wenang berdasarkan syarat objektif saja yang terpenuhi sudah sulit untuk dilakukan.
Problem tersebut juga dikonfi rmasi berdasarkan Surat Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Nomor: B-675EEpoll21994 tanggal 1
Desember 1994 perihal permohonan penangguhan penahanantahanan
213 Ibid 214 Ibid
216
luar dan wajib lapor. Berdasarkan Surat Edaran itu perubahan status tersangka dapat dilakukan guna mencegah terjadinya ekses berkaitan
dengan masalah permohonan penangguhan penahantahanan luar dan wajib lapor. Perubahan itu hanya dapat dilakukan apabila benar-
benar beralasan. Untuk mencegah terjadinya rekayasa penahanan dimana disangkakandidakwakan pasal-pasal yang memungkinkan
tersangkaterdakwa dapat ditahan padahal sebenarnya perbuatan yang disangkakan tidak dapat dilakukan penahanan yang selama ini
sering terjadi.
1.1.2. Praktik penerapan unsur keadaan kekhawatiran