148
15. Hukum acara dan proses pemeriksaan praperadilan
Hukum acara dan proses pemeriksaan praperadilan diatur dalam Pasal 82 KUHAP. Pengaturan yang sangat singkat ini justru tidak memberikan
kejelasan tentang hukum acara mana yang akan digunakan khususnya berkaitan dengan beban pembuktian burden of proof. Di dalam praktik,
hukum acara yang digunakan dalam pemeriksaan praperadilan adalah hukum acara perdata. Khusus dalam soal penahanan, penggunaan
hukum acara perdata akan membawa konsekuensi tersendiri karena PemohonTersangkalah yang harus membuktikan bahwa penahanan
yang dikenakan terhadap dirinya bertentangan khususnya dengan Pasal 21 ayat 1 KUHAP. Selain itu penggunaan hukum acara
perdata juga akan “memaksa” pengadilan hanya memeriksa aspek– aspek administratif penahanan seperti ada tidaknya surat perintah
penahanan.
Selain itu timbul masalah lain karena dengan menggunakan hukum acara perdata seolah-olah pemohon bertindak sebagai penggugat
sehingga dalam praktik muncul istilah Termohon dalam permohonan praperadilan. Secara hukum kedudukan Termohon tidak dikenal dalam
KUHAP, karena yang dikenal berdasarkan ketentuan Pasal 82 ayat 1 huruf b KUHAP adalah pejabat yang berwenang dimana sifatnya
adalah memberi keterangan kepada hakim. Praktik demikian menurut Yahya Harahap telah membuat kekuranglancaran pemeriksaan sidang
praperadilan karena adanya keengganan pejabat yang bersangkutan untuk menghadiri hari sidang yang telah ditentukan yang berakibat
hakim menjadikan ketidakhadiran pejabat yang bersangkutan sebagai alasan untuk melanggar ketentuan Pasal 82 ayat 1 huruf c KUHAP.
155
15.1. Penda t aran permohonan
Permohonan Praperadilan yang hendak diperiksa wajib ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang meliputi daerah hukum
dimana penangkapan, penahanan, penggeledahan, atau penyitaan
155 Lihat Yahya
Harahap, Op.Cit., Pembahasan..., hal. 16.
149
itu dilakukan. Permohonan tersebut lalu diregister dalam perkara Praperadilan dan Ketua Pengadilan Negeri sesegera mungkin
menunjuk hakim dan panitera yang akan memeriksa permohonan.
156
15.2. Syarat pengajuan praperadilan penahanan
Dalam konteks penahanan, berdasarkan ketentuan Pasal 79 KUHAP permohonan praperadilan sah tidaknya penahanan diajukan oleh
tersangka, keluarga, atau kuasa hukumnya ke Ketua Pengadilan Negeri dengan menyebutkan alasan-alasannya. Pemohon harus menguraikan
bahwa Penahanan yang dilakukan oleh Penyidik atau Penuntut Umum setidaknya bertentangan dengan:
1. Lembaga yang berwenang menahan sesuai dengan ketentuan Pasal 20 KUHP;
2. Alasan-alasan penahanan yang dikenakan terhadapnya tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat 1 KUHAP jo Pasal 21
ayat 4 KUHAP; 3. Surat Perintah Penahanan tidak diberikan kepadanya danatau
tembusannya tidak diberikan kepada keluarganya berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat 2 KUHAP jo Pasal 21 ayat 3 KUHAP;
4. Surat Perintah Penahanan tidak menyebutkan secara rinci identitas tersangka, tidak menyebutkan alasan penahanan,
tidak menyebutkan uraian singkat perkara kejahatan yang disangkakan, serta tidak menyebutkan tempat ia ditahan
berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat 2 KUHAP.
15.3. Jangka waktu persidangan praperadilan
Permohonan Praperadilan pada dasarnya dilakukan dengan acara cepat mengingat perampasan kemerdekaan yang dilakukan. Oleh
156 Meski tidak disebutkan secara tegas, kapan jangka waktu Ketua Pengadilan Negeri menunjuk hakim dan panitera yang memeriksa permohonan praperadilan
sebagaimana diatur dalam Pasal 78 ayat 2 KUHAP namun mengingat Pasal 82 ayat 1 huruf a KUHAP maka penunjukan tersebut harus dilakukan dalam jangka
waktu 3 hari setelah permohonan tersebut diregister di Pengadilan Negeri.
150
karena itu Pasal 82 ayat 1 huruf a KUHAP menggariskan bahwa dalam waktu 3 hari setelah diterimanya permohonan Ketua Pengadilan
Negeri harus sudah menunjuk hakim dan panitera yang memeriksa perkara dan hakim yang bersangkutan juga sudah menetapkan hari
sidang.
157
Berdasarkan ketentuan Pasal 82 ayat 1 huruf c KUHAP, putusan harus d
ij atuhkan dalam waktu selambat-lambatnya tujuh hari. Menurut Yahya Harahap, setidaknya ada dua pedoman untuk
menentukan tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat 1 huruf c KUHAP yaitu:
1. Putusan d
ij atuhkan 7 hari dari tanggal penetapan hari sidang; 2. Putusan
d ij atuhkan 7 hari dari tanggal pencatatan.
158
16. Putusan pengadilan