Pejabat yang berwenang menentukan penahanan

220 tidak cukup bukti sehingga ada kekhawatiran dari penyidik jika masa tahanan sudah habis dan alat bukti dalam perkara yang diperiksa masih terbatas sehingga mau tidak mau tahanan akan dibebaskan berdasarkan hukum.

1.2. Pejabat yang berwenang menentukan penahanan

Paragraf 2 Perkap No. 12 Tahun 2011 selanjutnya disebut Perkap 12 menegaskan bahwa penahanan wajib dilengkapi Surat Perintah Penahanan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Surat Perintah Penahanan tersebut dikeluarkan setelah melalui mekanisme gelar perkara yang dilaksanakan oleh Tim Penyidik, di bawah pengawasan Perwira Pengawas Penyidik dan dilaporkan kepada pejabat yang berwenang. Pejabat yang berwenang menandatangani Surat Perintah Penahanan adalah pejabat serendah-rendahnya sebagai berikut: a. Direktur ReserseKadensus pada Bareskrim Polri; b. Direktur ReserseKadensus di tingkat Polda; c. Kepala SatuanBagian Reserse di tingkat Polwil; d. Kepala Satuan Reserse di tingkat Polres; e. Kepala Kewilayahan tingkat Polsek. Surat Perintah Penahanan tersebut haruslah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang tersebut dan tembusannya wajib disampaikan kepada Atasan Langsung. 219 Di kepolisian wilayah Medan, hak penahanan sepenuhnya ada pada penyidikpenyidik pembantu. Prosedur untuk melakukan penahanan adalah dengan memberikan Nota Ajuan Penahanan kepada atasan setingkat KanitKasat untuk menahan tersangka atas saran penyidik penyidik pembantu. Dalam pelaksanaannya, pertimbangan untuk melakukan penahanan sepenuhnya ada pada penyidik, sedangkan izin tersebut hanya pemenuhan syarat administrasi formal berupa penandatanganan nota ajuan penahanan oleh atasan. 220 219 Lihat Pasal 86 KUHAP. 220 Ditemukan beberapa dokumen di tingkat penyidikan yang terdapat disposisi yang berbunyi mohon pelajari KUHAP atau mohon lebih mendalami kasus dengan mempertimbangkan KUHAP. 221 Pada kebanyakan kasus, keputusan penentuan penahanan diambil seorang penyidik sendiri. Dengan alasan bukti yang cukup, tidak perlu dilakukan gelar perkara di tingkat internal penyidik. Yang dimaksud dengan bukti yang cukup dalam hal ini menurut keterangan narasumber penelitian adalah paling sedikit satu orang saksi dan bukti pendukung, seperti hasil visum dan barang bukti. Dengan minimal dua bukti tersebut, sudah cukup untuk menetapkan seseorang sebagai tersangka dan dilakukan penahanan. 221 Apabila dalam proses penyidikan menghadapi kendala, seperti bila tidak cukup bukti, atau jika hasil penyidikan perkara tidak jelas, kurang terang, sehingga berdampak pada kesulitan menentukan pasal ancaman, tim penyidik melakukan gelar perkara. 222 Gelar perkara juga bisa dilakukan jika ada permohonan dari tersangka. Biasanya dipenuhi atau tidaknya permohonan, tergantung pada kasusnya. Berikut kutipan dalam wawancara tetang pengambilan keputusan untuk melakukan penahanan. “...Penyidik, dalam hal ini surat perintah pengawasan penyidikan kan ada yang ditunjuk itu, tergantung pada masing-masing satuannya. Kalau di Satreskrim ini kan, Kasatreskrim ini menunjuk dua kanit sebagai pengawas penyidik, pengawas penyidik itu masing-masing unit berbeda....Sebenarnya keputusan tetap pada penyidik yang menangani, biasanya koordinasikan kepada pengawas penyidik...Surat Perintah Penangkapan, Penahanan itu Kasat yang menandatangani...Cuma dalam tahap penyidikan, koordinasinya ke penyidik yang menangani, apakah dia itu penyidik pembantu, katakanlah, kalau di sini itu penyidik pembantu...”. 223 221 Laporan Medan, wawancara dengan AR. 222 Yang dimaksud dengan bukti dalam konteks ini melingkupi, saksipelapor, bukti surat, bukti petunjuk. 223 Wawancara dengan AR dan Hr, pada tanggal 07 Oktober 2011. 222 Dalam beberapa kasus, dinyatakan oleh penyidik, bahwa atasan kanitkasat dapat melakukan intervensi langsung untuk memberikan perintah, baik untuk menahan ataupun tidak menahan tersangka tanpa pertimbangan syarat-syarat penahanan. 224 Hal ini jelas menyimpang atau melanggar ketentuan yang sudah diatur dalam Pasal 21 KUHAP. Di wilayah Jakarta pada tataran praktik. Pada tingkat penyidikan, Proses penahanan ini dilakukan oleh penyidik atas izin dari Kapolsek melalui mekanisme gelar perkara. Dalam hal ini penyidiklah yang memiliki andil besar dalam menentukan penahanan terhadap diri seseorang. Dari hasil temuan dengan beberapa narasumber yang berstatus sebagai penyidik diwilayah kerja Polres Metro Jakarta Selatan, menyatakan bahwa dalam praktiknya yang memberikan keputusan untuk melakukan penahanan adalah Kasat ditingkat Polres dan Kapolsek ditingkat Polsek atas masukan dari penyidik dengan mekanisme gelar perkara. Menurut mereka Prosedur tersebut saat ini dirasa masih cukup efektif oleh penyidik. Sedangkan di wilayah Makasar Saat ini, penahanan di tingkat penyidikan sebagian besar diputuskan di jajaran penyidik kepolisian. Di tingkat sektor, keputusan umumnya diambil penyidik melalui gelar perkara, dan atas persetujuan Kepala Polisi Sektor Kapolsek Pada level penuntutan, penahanan diputuskan atas izin atasan kepala Kejaksaan dan atas dasar pertimbangan dan informasi dari penyidik kepolisian. Untuk memastikan keadaan yang menimbulkan kekhawatiran terdakwa akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti, dan atau melakukan tindak pidana, para jaksa penuntut umum biasanya mempertanyakan kepada penyidik mengenai terdakwa, seperti sikap terdakwa selama proses penyidikan. 224 Praktik ini terjadi pada kasus tertentu, dan korban atau tersangka tertentu pula. Intervensi oleh atasan hanya atas permintaan dan atau suap dari orang tersangka atau korban yang mempunyai pengaruh cukup kuat, dan atau orang yang mempunyai kemampuan fi nansila yang kuat. 223 Diakui penuntut bahwa pengujian kekhawatiran sangat sulit dilakukan dan menggunakan pertimbangan yang sangat subjektif. Dapat dikatakan tidak ada pengujian ulang atas syarat tersebut. Sepanjang tersangka sudah ditahan penyidik jaksa juga langsung melakukan penahanan. Dengan kata lain, tidak ada pengujian ulang atas syarat subjektif dan objektif tersebut, sepanjang dilakukan penahanan oleh polisi, maka ditahan pula oleh jaksa. Kalaupun ada pengecualian, yaitu dilakukan penangguhan penahanan jika ada jaminan, yang sudah tentu harus ada jaminan uang. Berikut kutipan wawancara: “Jaksa itu kan di bawah komando kasi pidum, dan semuanya berujung ke kajari, jadi segala sesuatu yang menentukan di sini adalah pak kajari....itu yang saya bilang tadi, informasi dari penyidik, penjamin itu, kalo ada lawyer kita minta jaminan lawyer.. ”. 225 “...menguji itu ya,...kekhawatiran ini memang susah diujinya ini, sulit, makanya kita bilang subjektif di sini karena kan nggak semua kasus bisa diterapkan ini kan,....soalnya, biasanya kalau kekhawatiran itu mungkin mungkin ada catatan dia mungkin pernah dihukum, atau apa, nah itu jadi pertimbangan itu, kita biasa kalo kayak gitu tidak akan dikasih, atau mungkin, ya inilah kan susah....susah, susah itu mas, nanti kita bilang melihat orangnya juga. Kan nggak pas sebenarnya, gak bisa begitu kan.. ”. 226

1.3. Praktik pemberitahuan penahanan