Standar kondisi penjara atau tempat penahanan

24 disinggung dalam Pasal 9 Kovenan adalah mengenai hak terbebas dari penyiksaan atau tindak sewenang-wenang, hak atas informasi, hak- hak khusus bagi orang dalam status penangkapan dan penahanan, hak atas Habeas Corpus prinsip hukum bahwa orang yang ditahan berhak untuk melakukan pengujian penahanan melalui proses yudisial tanpa ditunda, 21 dan hak atas kompensasi. Selain norma yang dimuat Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik tersebut, komunitas internasional telah menciptakan berbagai instrumen standar untuk mengatasi masalah-masalah terkait dengan orang-orang yang menjalani penahanan pra-persidangan ataupun orang-orang yang ditahan tanpa proses peradilan yang terjadi di banyak negara. Standar yang dibuat komunitas internasional dibagi ke dalam enam kategori 22 yang akan dipaparkan di bawah ini.

1.1. Standar kondisi penjara atau tempat penahanan

Berkenaan dengan standar mengenai kondisi tempat penahanan atau penjara yang menyangkut peradilan pidana, dibentuk pada 1955 melalui penetapan Peraturan Standar Minimum tentang Perlakuan terhadap Narapidana Standard Minimum Rules for the Treatment for Prisoners yang diadopsi oleh First United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of O ff enders, yang diadakan di Jenewa pada 1955, dan disetujui oleh Economic and Social Council melalui Resolusi 663 C XXIV pada 31 Juli 1957 dan 2076 LXII pada 13 Mei 1977. Peraturan standar minimum ini memuat perlindungan-perlindungan yang terperinci atas kondisi semua orang dalam penahanan pra- persidangan atau pemenjaraan. Beberapa dari peraturan tersebut secara khusus diterapkan bagi penahanan pra-persidangan yang bertitik 21 Lihat ibid., hal. 235. 22 Uraian pada bagian ini sebagian besar merujuk pada naskah Professional Training Series No.3 Human Rights and Pre-trial Detention A Handbook of International Standards Relating to Pre-trial Detention, United Nations, 1994. 25 tolak dari asas praduga tidak bersalah. Pada 1977, ditambahkan aturan 95 dalam Standar Minimum Tahanan yang memperluas perlindungan kepada orang-orang dalam penahanan adminsitratif atau yang ditahan tanpa tuduhan. Dewan Ekonomi dan Sosial PBB menawarkan rekomendasi lebih lanjut kepada negara-negara mengenai penerapan Peraturan Standar minimum tersebut dalam resolusi 198447 tertanggal 5 Mei 1984. Pada tahun 1988 Majelis Umum PBB mengumumkan Kumpulan Prinsip-Prinsip tentang Perlindungan Semua Orang dalam Segala Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention and Imprisonment —selanjutnya disebut Body Principles—atau prinsip-prinsip pokok, yang merupakan sumber penting bagi pedoman penerapan prinsip-prinsip umum DUHAM dan Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik dalam hal penahanan pra-persidangan. Prinsip-prinsip pokok tersebut merinci upaya yang diperlukan untuk melindungi hak asasi manusia para tahanan. Dalam momentum yang tidak terlalu lama, pada tahun 1990 melalui Resolusi Majelis Umum No. 45111, tertanggal 14 Desember 1990, telah diadopsi dan diumumkan Prinsip-Prinsip Dasar bagi Perlakuan Tahanan Basic Principles for the Treatment of Prisoners sebagai seruan kepada semua negara agar menyantumkan prinsip-prinsip elementer dalam memperlakukan tahanan.

1.2. Standar larangan penyiksaan atau perlakuan buruk