Standar larangan penyiksaan atau perlakuan buruk Standar larangan hukuman sewenang-wenang Standar jaminan akses kepada advokat dan proses hukum

25 tolak dari asas praduga tidak bersalah. Pada 1977, ditambahkan aturan 95 dalam Standar Minimum Tahanan yang memperluas perlindungan kepada orang-orang dalam penahanan adminsitratif atau yang ditahan tanpa tuduhan. Dewan Ekonomi dan Sosial PBB menawarkan rekomendasi lebih lanjut kepada negara-negara mengenai penerapan Peraturan Standar minimum tersebut dalam resolusi 198447 tertanggal 5 Mei 1984. Pada tahun 1988 Majelis Umum PBB mengumumkan Kumpulan Prinsip-Prinsip tentang Perlindungan Semua Orang dalam Segala Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention and Imprisonment —selanjutnya disebut Body Principles—atau prinsip-prinsip pokok, yang merupakan sumber penting bagi pedoman penerapan prinsip-prinsip umum DUHAM dan Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik dalam hal penahanan pra-persidangan. Prinsip-prinsip pokok tersebut merinci upaya yang diperlukan untuk melindungi hak asasi manusia para tahanan. Dalam momentum yang tidak terlalu lama, pada tahun 1990 melalui Resolusi Majelis Umum No. 45111, tertanggal 14 Desember 1990, telah diadopsi dan diumumkan Prinsip-Prinsip Dasar bagi Perlakuan Tahanan Basic Principles for the Treatment of Prisoners sebagai seruan kepada semua negara agar menyantumkan prinsip-prinsip elementer dalam memperlakukan tahanan.

1.2. Standar larangan penyiksaan atau perlakuan buruk

Sebelum atau tanpa persidangan, tahanan seringkali disiksa atau diperlakukan secara buruk. Perlakuan tersebut umumnya ditujukan untuk memaksa para tersangka tersebut untuk mengakui kejahatan mereka atau memberikan informasi atau membuat mereka dalam kondisi terintimidasi dan terancam sehingga untuk selanjutnya para tersangka tersebut diharapkan mau mengikuti permintaan dan arahan penyiksa. 26 Pada 1975, Majelis Umum PBB menetapkan deklarasi tentang perlindungan bagi semua orang terhadap penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia. Ketentuan tersebut kemudian diperkuat dengan Konvensi Menentang Penyiksaan yang lahir pada 1984.

1.3. Standar larangan hukuman sewenang-wenang

Tahanan seringkali tidak diperbolehkan untuk melakukan komunikasi dengan orang-orang terdekat dan penasihat hukumnya. Pada umumnya larangan ini dilakukan tanpa pengawasan bahkan izin dari pengadilan. Tindakan ini sering digunakan aparat untuk melakukan penghukuman, penghilangan dan penyiksaan. Melihat situasi tersebut Komisi HAM PBB lalu membentuk kelompok kerja tentang penghilangan paksa pada 1980. Namun standar-standar sehubungan dengan penghukuman yang sewenang-wenang masih relatif baru, dimana prinsip-prinisp tentang pencegahan dan penyelidikan terhadap penghukuman yang sumir, sewenang-wenang, dan tidak sah, baru ditetapkan pada 1989 dan deklarasi mengenai penghilangan paksa ditetapkan oleh Majelis Umum PB pada 1992. Beberapa standar dalam Deklarasi tersebut kemudian dikembangkan dalam Peraturan Standar Minimum tentang pembinaan narapidana terutama mengenai persyaratan dimana aparat pemerintah harus mempunyai catatan mengenai orang-orang yang mereka tahan. Tujuannya adalah mencegah penghilangan para tahanan dan untuk membantu pengawasan tempat-tempat penahanan.

1.4. Standar jaminan akses kepada advokat dan proses hukum

yang adil Bantuan hukum dari advokat sangatlah penting dan mendasar untuk mempertahankan hak asasi orang-orang yang menjalani penahanan pra-persidangan, sehingga hal ini dicantumkan secara tegas dalam Pasal 14 Kovenan Hak Sipil dan Politik. 27 Peraturan Standar Minimum juga menjamin para tahanan berupa hak mendapatkan akses kepada advokat pada awal proses peradilan pidana. Tiga perangkat standar yakni Pedoman tentang Peran Penuntut Umum The UN Guidelines on the Role of Prosecutors, Prinsip-prinsip Dasar tentang Peran Advokat United Nations Basic Principles on the Role of Lawyers dan Prinsip-prinsip Dasar tentang Kebebasan Pengadilan UN Basic Principles on the Independence of the Judiciary telah turut membantu mempertahankan perlindungan hak-hak individu dalam tahanan. Peran advokat sangat penting karena advokat adalah penasihat hukum bagi setiap orang yang menjadi tersangka. Menjamin kebebasan pengadilan dari tekanan yang tidak layak juga penting agar kasus-kasus penahanan yang tidak sah dapat diputuskan dengan baik berdasarkan hukum yang berlaku. Di sinilah pentingnya advokat mendampingi seorang tersangkaterdakwa.

1.5. Standar mengenai alternatif lain di luar perampasan