Pengawasan tempat penahanan pra-persidangan

54 di lembaga pendidikan dan medis. Akhirnya tugas aparat hukum untuk menjamin perlindungan melalui hukum terhadap perlakuan seperti ini, meskipun bila dilakukan oleh orang-orang yang bertindak di luar atau tanpa wewenang resmi. 66

10. Pengawasan tempat penahanan pra-persidangan

Pengawasan yang efektif terhadap tempat-tempat penahanan oleh aparat netral yang berminat untuk menjaga perlakuan secara manusiawi, merupakan hal yang penting bagi perlindungan hak asasi para tahanan. Pengawas-pengawas harus dilatih untuk memiliki pengetahuan mengenai hak-hak tahanan dalam hukum nasional dan internasional. Menjaga kesejahteraan orang-orang tahanan merupakan kewajiban berdasarkan Kovenan Hak Sipil dan Politik. Upaya-upaya khusus harus dilakukan pada saat kematian seorang tahanan. Untuk mencari penyebab dan menuntut setiap orang yang bertanggungjawab atas hal tersebut, terutama dalam kasus-kasus penyiksaan dan perlakuan buruk. Lokasi para tahanan ini juga harus selalu diketahui agar perlakuan terhadap mereka dapat diawasi. Pengawasan ini merupakan tambahan dari hak-hak para tahanan untuk mengajukan prosedur pengadilan guna menolak alasan dan kondisi penahanan mereka. Dalam Peraturan Standar Minimum dinyatakan bahwa setiap tahanan harus memiliki kesempatan dalam setiap hari kerja untuk membuat permohonan atau pengaduan kepada pejabat tempat penahanan atau kepada petugas yang diberi kewenangan untuk mewakilinya. 67 Harus dimungkinkan untuk membuat permohonan atau pengaduan kepada pengawas penjara pada saat pemeriksaan. Tahanan tersebut harus mendapat kesempatan untuk berbicara kepada pengawas atau kepada petugas pemeriksaan lain tanpa kehadiran pejabat tempat penahanan atau anggota staf lain. 68 66 Komentar Umum 7 2 Komite HAM. 67 Aturan 36 ayat 1 SMR. 68 Aturan 36 ayat 2 SMR. 55 Setiap tahanan harus diizinkan untuk membuat permohonan atau pengaduan tanpa sensor isi, tetapi dalam format yang pantas, kepada pengelola penjara pusat, aparat pengadilan atau kepada aparat lain melalui mekanisme yang tersedia. 69 Setiap permohonan atau pengaduan harus segera ditangani dan ditanggapi tanpa penundaan yang tidak semestinya kecuali terbukti bahwa hal itu tidak penting dan tidak berdasar. 70 Dalam rangka mengawasi ketaatan yang tegas atas undang-undang dan peraturan yang relevan, tempat-tempat penahahan harus dikunjungi secara rutin oleh orang-orang yang memenuhi syarat dan berpengalaman yang ditunjuk dan bertanggungjawab pada aparat berwenang terpisah dari aparat yang secara langsung bertanggung jawab atas pengelolaan tempat penahanan atau pemenjaraan. 71 Seorang yang ditahan atau dipenjara atau kuasa hukumnya harus mempunyai hak untuk membuat permohonan atau pengaduan mengenai perlakuan terhadap dirinya khususnya dalam kasus penyiksaan atau perlakuan lain yang kejam tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia, kepada aparat yang bertanggung jawab atas pengelolaan tempat penahanan dan kepada aparat yang lebih tinggi dan apabila perlu kepada aparat yang memiliki kekuasaan untuk memeriksa dan memberikan upaya pemulihan. 72 Dalam kasus- kasus orang yang ditahan atau dipenjara atau pengacaranya tidak mungkin menjalankan hak-haknya sesuai dengan alinea 1 Prinsip tersebut, hak ini dapat d ij alankan oleh anggota keluarga dari orang yang ditahan atau dipenjara atau orang lain yang mengetahui kasus tersebut. 73 Kerahasiaan menyangkut permohonan atau pengaduan harus d ij aga apabila diminta oleh yang menyampaikan. 74 Setiap 69 Aturan 36 ayat 3 SMR. 70 Aturan 36 ayat 4. 71 Prinsip 29 Body Principles. 72 Prinsip 33 ayat 1 Body Principles. 73 Prinsip 29 ayat 2 Body Principles. 74 Prinsip 29 ayat 3 Body Principles. 56 permohonan atau pengaduan harus segera ditangani tanpa penundaan yang tidak semestinya. Apabila permohonan atau pengaduan ditolak atau dalam kasus penundaan yang lama sekali, pemohon berhak mengajukan hal tersebut kedepan aparat pengadilan atau aparat lain. Orang ditahan atau di penjara atau pemohon lain berdasarkan alinea 1 Prinsip ini tidak boleh diprasangkai karena membuat permohonan atau pengaduan. 75 Prinsip-Prinsip Pencegahan Hukuman Mati mengharuskan ada penyelidikan menyeluruh, segera, dan netral mengenai semua kasus yang dicurigai merupakan hukuman mati yang tidak sah, sewenang- wenang, dan sumir. Termasuk kasus-kasus pengaduan oleh keluarga atau laporan-laporan lain yang layak dipercaya yang memberi kesan tidak wajarnya kematian dalam keadaan-keadaan di atas. Pemerintah harus membuat kantor-kantor penyelidikan dan prosedur untuk menjalankan penyelidikan tersebut. Tujuan dari penyelidikan adalah untuk menentukan akibat cara dan waktu kematian, orang yang bertanggungjawab dan tiap pola atau praktik yang dapat menyebabkan kematian. Penyelidikan harus mencakup otopsi yang memadai, pengumpulan dan analisis bukti-bukti fi sik dan dokumentasi serta pernyataan-pernyataan para saksi. Penyelidikan ini harus membedakan antara kematian yang tidak disengaja bunuh diri dan pembunuhan. 76 Jasad orang yang meninggal dunia tidak boleh disingkirkan sebelum otopsi yang memadai dilakukan oleh dokter yang juga ahli forensik bila mungkin. Orang yang melakukan otopsi tersebut mempunyai hak atas akses kepada semua data penyelidikan, tempat ditemukannya jasad, dan tempat diduga kematian terjadi. Apabila jasad telah dikuburkan dan kemudian dirasakan perlu diselidiki jasad tersebut harus dengan segera dan baik dikeluarkan untuk diotopsi. Apabila sisa-sisa kerangka ditemukan kerangka tersebut harus dengan hati-hati dikeluarkan dan dipelajari sesuai dengan teknik-teknik sistematis antropologi jasad. 77 75 Prinsip 29 ayat 4 Body Principles. 76 Prinisp-prinsip pencegahan hukuman mati. 77 Prinsip-prinsip Pencegahan hukuman mati. 57 Apabila terjadi kematian dalam tahanan, negara harus mengambil langkah-langkah untuk memastikan bagaimana hal itu terjadi. Apabila tahanan yang meninggal mendapatkan otopsi dari aparat militer dan negara yang bersangkutan tidak menyampaikan informasi apapun mengenai keadaan kematian atau penyelidikan yang telah dilakukan untuk itu. Komite HAM menganggap bahwa negara tersebut telah melanggar Pasal 6 ayat 1 Kovenan Hak Sipil dan Politik karena tidak melakukan upaya-upaya yang mencukupi untuk melindungi hidup tahanan dalam penahanan. Komite menganggap bahwa jika tidak dapat menentukan apakah tahanan tersebut melakukan bunuh diri atau dibunuh orang lain aparat negara telah melanggar Pasal 6 ayat 1 Kovenan Hak Sipil dan Politik karena tidak melindungi hidup tahanan dan tidak menyelidiki secara netral bagaimana kematian itu terjadi. Negara-negara harus menjamin pengawasan efektif terhadap status orang-orang yang dipenjara dan tempat-tempat penahanan, dengan maksud untuk melindungi hak-hak semua tahanan berdasarkan standar ini dan peraturan internasional lain yang berlaku, serta hukum nasional. Petugas-petugas yang bertanggungjawab atas pengawasan tersebut harus mempunyai kewenangan untuk memaksakan dilakukannya pemeriksaan pengadilan atas penahanan terhadap seseorang dan meminta orang tersebut dibebaskan apabila kepentingan keadilan mensyaratkan demikian. Apabila layak dilakukan, pengadilan atau aparat yang serupa harus mengawasi penerapan penahanan, bagaimanapun juga pengawasan tersebut harus dilakukan oleh aparat yang terpisah dari kepolisian, lembaga keamanan dan petugas lain yang bertanggung jawab atas penahanan tersangka atau penyelidikan kejahatan. Aparat juga harus bertanggung jawab untuk terus mengawasi status semua orang dalam penahanan, untuk memastikan bahwa kasus-kasus mereka diproses secara benar. Aparat pemerintah yang bertanggungjawab atas pengelolaan tempat- tempat penahanan harus mempertimbangkan pembinaan hubungan 58 yang positif dengan Palang Merah Internasional dan organisasi- organisasi serta lembaga lain yang relevan yang memperhatikan kondisi tempat-tempat penahanan, proses peradilan, dan administrasi yang berkaitan dengan kehidupan dalam penahanan dan kembalinya orang-orang tahanan ke masyarakat setelah pembebasan mereka. Semua organisasi tersebut juga harus bekerjasama untuk membagi pengalaman mereka dan melindungi hak-hak tahanan.

11. Pengujian legalitas penahanan pra-persidangan