216
luar dan wajib lapor. Berdasarkan Surat Edaran itu perubahan status tersangka dapat dilakukan guna mencegah terjadinya ekses berkaitan
dengan masalah permohonan penangguhan penahantahanan luar dan wajib lapor. Perubahan itu hanya dapat dilakukan apabila benar-
benar beralasan. Untuk mencegah terjadinya rekayasa penahanan dimana disangkakandidakwakan pasal-pasal yang memungkinkan
tersangkaterdakwa dapat ditahan padahal sebenarnya perbuatan yang disangkakan tidak dapat dilakukan penahanan yang selama ini
sering terjadi.
1.1.2. Praktik penerapan unsur keadaan kekhawatiran
Berdasarkan temuan lapangan, tidak semua penyidik, terutama di tingkat penyidikan, mampu menggambarkan secara lebih detil
indikator-indikator terpenuhinya unsur keadaan kekhawatiran saat melakukan penahanan. Penyidik juga tak bisa menjelaskan maksud
‘keadaan yang menimbulkan kekhawatiran’ tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau
mengulangi tindak pidana.
Pertanyaannya, dengan cara apa seorang penyidik menentukan penahanan tersangka atau terdakwa yang didasarkan pada
kekhawatiran tersangka akan melarikan diri, mengulangi perbuatan yang sama, menghilangkan barang bukti, dan seterusnya. Pendekatan
yang dilakukan penyidik biasanya adalah pendekatan kewenangan, sehingga tidak perlu diuraikan oleh penyidik. Hampir seluruh
jawabannya sama, yaitu disesuikan dengan perkembangan dalam pemeriksaan
215
. Bahkan ada yang mengatakan dengan menggunakan insting.
216
Unsur keadaan kekhawatiran ini juga menyangkut mengenai keamanan
dari tersangka bila tidak ditahan. Jika dalam pengamatan penyidik
215 Lihat laporan Observasi Makasar. 216 Lihat Laporan Observasi Makasar.
217
atau penuntut, tersangka yang bersangkutan lebih aman kondisinya di dalam tahanan maka ia lebih baik dimasukkan ke dalam tahanan.
Dalam kondisi ini penyidik mungkin sudah melihat ada tanda-tanda balas dendam yang mungkin diupayakan oleh keluarga korban
terhadap tersangka. Ada pula yang menyatakan mengakomodir keinginan keluarga korban maupun kelompok masyarakat.
217
Tabel 13: Temuan lapangan tentang unsur kekhawatiran Unsur
Penahanan
Keterangan Temuan
Unsur Keadaan
Kekhawatiran Keadaan yang
menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa
akan
melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti atau
mengulangi tindak pidana
merupakan kewenangan penyidik, tidak perlu di
uraikan dengan menggunakan
insting melihat keamanan tersangka
dari aksi balas dendam keinginan dari keluarga
korban
Sumber: ICJR, rekapitulasi hasil penelitian, 2011.
217 Lihat Laporan Observasi Makasar.
218
Tabel 14: Temuan expert tentang unsur kekhawatiran
Unsur Penahanan
Keterangan Temuan dari ahli
Unsur Keadaan
Kekhawatir- an
Keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran tersangka atau
terdakwa akan
melarikan diri, merusak atau
menghilangkan barang bukti
atau mengulangi
tindak pidana potensi melarikan diri dapat dilihat dari
tingkat mobilitas dari tersangka, profesi dan pekerjaan yang dilakukan oleh
tersangka, dukungan keluarga, dan lain lain.
Merusak atau menghilangkan barang bukti: bisa dilihat dari berapa persen alat
bukti yang sudah di dapat oleh penyidik. Jika masih minim maka ada potensi
menghilangkan alat bukti oleh tersangka .
Mengulangi tindak pidana dapat dilihat dari: catatan sejarah kriminal tersangka,
kondisi dari korban, lihat jenis perbuatan pidananya: misalnya perkosaan,
pembunuhan, narkotika, teroris maka perlu prioritas penahanan
Sumber: ICJR, rekapitulasi hasil penelitian, 2011.
Jika tersangka sudah ditahan penyidik pada tingkat penyidikan maka biasanya secara otomatis di tingkat penuntutan penahanan tetap
dilakukan. Dibandingkan dengan jumlah penahanan maka di tingkat penuntutan jarang sekali ada penangguhan penahanan. Dalam hal
di tingkat penyidikan seorang tersangka tidak ditahan sedangkan di tingkat penuntutan, jaksa akan menahan tersangka, maka jaksa wajib
memastikan syarat-syarat penahanan seperti yang dilakukan penyidik.
Berdasarkan temuan lapangan, jaksa juga tak mampu mengurai secara rasional terkait syarat unsur keadaan kekhawatiran dimana tersangka
atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara lima tahun akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti, atau mengulangi perbuatan. Jaksa narasumber penelitian
ini hanya menyandarkannya pada pasal-pasal yang mengatur
219
penahanan di KUHAP. Ini karena umumnya jaksa penuntut tidak ingin mengambil resiko jika tidak melakukan penahanan.
“Syarat objektif sudah diatur dalam KUHAP seperti dikahwatirkan melarikan diri, menghilangkan barang bukti, dan melakukan perbuatan pidana lainnya.
Kalau bicara fakta syarat objektif, harus mengacu pada syarat subyektif yakni penyidiknya yang melakukan penahanan karena adanya kekhawatiran tersebut,
walaupun orang lain mengatakan tidak perlu. Lagian dalam KUHAP, sudah diperhitungkan hak-hak tersangka maupun terdakwa dalam penahanan.
Seperti jika mereka terancam nyawanya di luar, lebih baik mereka ditahan”.
218
1.1.3. Praktik penerapan unsur terpenuhinya Pasal 21 ayat 1