Praktik pengujian penahanan Pengujian penahanan dalam praperadilan

239 ada kasus praperadilan. Berturut-turut selama 2005 sebanyak 2 kasus, tahun 2006 sebanyak 3 kasus, tahun 2008 sebanyak 2 kasus, tahun 2009 sebanyak 3 kasus dan terakhir tahun 2010 sebanyak 2 kasus.

2.1. Praktik pengujian penahanan

Permohonan praperadilan didasarkan pada landasan sah tidaknya penangkapan dan penahanan. Dalam hal ini, Yahya Harahap berpendapat bahwa terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan penahanan yaitu: a. unsur yuridis adalah dasar hukum atau syarat obyektif yang ditentukan dalam Pasal 21 ayat 4; b. unsur keadaan kekhawatiran dan unsur syarat Pasal 21 ayat 1; c. dipenuhi syarat Pasal 21 ayat 1. Merujuk pada pendapat Yahya Harahap tersebut maka penahanan terhadap tersangka tindak pidana tidak harus memenuhi seluruh unsur-unsur. Unsur-unsur tersebut bersifat kolektif. Artinya jika salah satu tidak dipenuhi maka tindakan penahanan kurang memenuhi asas legalitas meski tidak sampai dikualifi kasikan sebagai tindakan yang tidak sah. Unsur-unsur yang disampaikan oleh Yahya Harahap tersebut banyak digunakan hakim praperadilan dalam menguji sah tidaknya penangkapan dan penahanan. Terdapat putusan praperadilan yang secara tegas merujuk pada pendapat Yahya Harahap. Dalam putusan No. 04Pid.Prap2005PN.Jak.Sel, disebutkan: “untuk menyatakan suatu penangkapan dan penahanan adalah sah atau tidaknya maka yang perlu dipertimbangkan adalah: 1. Siapakah yang melakukan penangkapan dan penahanan; 2. Bagaimana cara-cara melakukan penangkapan dan penahanan. bahwa dengan mendasarkan ketentuan Pasal 77 KUHAP, maka Pengadilan hanya akan mempertimbangkan tentang sah atau tidaknya penangkapan, penahanan yang dilakukan termohon terhadap Pemohon. Sedangkan mengenai masalah tidak didampinginya pemohon oleh kuasa hukumnya pada saat 240 pemeriksaan di MABES POLRI tidak termasuk lingkup materi Praperadilan maka tidak perlu dipertimbangkan ”. Sementara itu, dalam Putusan No. 13Pid.Prap2005PN.Jak.Sel, disebutkan: “menurut Pasal 20 dan 21 KUHAP mengatur landasan dasar penahanan yaitu meliputi landasan unsur yuridis, landasan unsur keperluan, landasan unsur syarat dan landasan unsur tata cara. “bahwa yang dimaksud dengan landasan unsur yuridis adalah merupakan dasar hukum atau obyektif, KUHAP sendiri telah menentukan baik secara umum maupun secara terperinci terhadap kejahatan yang bagaimana pelakunya dapat dikenakan penahanan, landasan unsur yuridis atau obyektif telah ditentukan dalam Pasal 21 ayat 4 KUHAP... ”; “bahwa yang dimaksud dengan landasan unsur keperluan adalah menitik beratkan kepada keadaan atau keperluan penahanan itu sendiri, ditinjau dari segi subyektifi tas si Tersangka atau Teradakwa yang dinilai secara subyektif oleh Penegak Hukum yang bersangkutan, adapun unsur keadaan atau keperluan ditentukan dalam Pasal 21 ayat 1 KUHAP...”; “bahwa yang dimaksud dengan landasan unsur syarat adalah syarat-syarat untuk dilakukan penahanan yang dicantumkan dalam Pasal 21 ayat 1 KUHAP yaitu Tersangka atau Terdakwa diduga keras sebagai pelaku tindak pidana dan dengan yang keras tersebut didasarkan pada bukti yang cukup, Undang-undang tidak memberikan penjelasan tentang apakah yang dimaksud dengan bukti yang cukup namun menurut ilmu pengetahuan Hukum Acara Pidana bukti yang cukup berarti bukti yang cukup untuk menyatakan tersangka atau terdakwa bersalah ”; “bahwa yang dimaksud dengan landasan unsur tatacara adalah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 21 ayat 2 dan 3 KUHAP ”. 241

2.2. Syarat Pasal 21 ayat 4 KUHAP