198
yang dipindahkan dari Jakarta ke luar Jakarta mencapai 1.326 orang. Pembangunan baru dan peningkatan volume kapasitas hunian di
Lapas dan Rutan, yang dilakukan secara bertahap di beberapa wilayah di Indonesia, disesuaikan dengan alokasi anggaran yang tersedia.
Total pembangunan baru yang dimulai sejak 2001 hingga 2006 rutan bertambah menjadi 13 tigabelas yakni rumah tahanan negara Rutan
Bandar Lampung, Rutan Kota bumi, Rutan Salemba 1, Rutan Batang, Rutan Yogyakarta, Rutan Landak, Rutan Bengkayang, Rutan Bitung,
Rutan Manado, Rutan Unaha, dan Rutan Boalemo, Rutan Cipinang, dan Rutan Tangerang.
2.8. Overstaying
Overstaying adalah keadaan mengenai habisnya masa penahanan
seseorang dan keadaan dimana seharusnya seseorang sudah dibebaskandilepaskan namun masih berada dalam tempat penahanan.
Dari informasi yang diperoleh tim peneliti, masalah sering muncul pada masa penahanan di tingkat kejaksaan atau pengadilan yang
dititipkan di Rutan.
Seorang petugas pemasyarakatan di Salemba mengatakan overstaying masih terus terjadi dan menimbulkan masalah. Namun, untuk
mengetahui berapa jumlah tahanan yang mengalami overstaying, petugas tidak dapat memberikan keterangan yang lebih rinci, karena
ketiadaan data. Ketika peneliti menanyakan langkah yang dilakukan mengatasi overstaying, petugas menjelaskan ada koordinasi Rutan
dengan pihak-pihak penyelenggara penahanan, terutama dengan pihak pengadilan dan kejaksaan. Menurut petugas tersebut, koordinasi
sering dilakukan. Cara yang digunakan biasanya umumnya melalui cara administratif, yaitu dengan mengirimkan surat pemberitahuan 10
danatau 3 hari akan habisnya masa penahanan. Tidak hanya itu, pihak Rutan pun sering juga menggunakan cara persuasif untuk menyikapi
persoalan overstaying tersebut. “...bahkan jika diperlukan dapat didatangi secara langsung”
.
199
Hal yang serupa dapat ditemukan di Rutan Pondok Bambu. Data yang diperoleh melalui petugas pemasyarakan menunjukkan per 23
November 2011 ada 154 tahanan yang mengalami overstaying. “Yang menjadi penyebab utamanya adalah tidak dikirimkannya surat perpanjangan
penahanan oleh pihak penahan”
. Langkah dalam menghadapi persoalan overstaying
ini, pun sama dengan apa yang dilakukan oleh petugas Rutan Salemba, yaitu dengan membuat surat pemberitahuan akan
habisnya masa penahanan, “jika masa penahanan sudah habis, Rutan akan membebaskan demi hukum tahanan tersebut apabila koordinasi yang telah
dilaksanakan oleh pihak Rutan kepada pihak yang menahanan tidak terlaksana”. Sedangkan untuk Rutan Cipinang, overstaying yang terjadi bukan
overstaying
mengenai keadaan habisnya masa penahanan, melainkan overstaying
mengenai keadaan dimana seharusnya seseorang sudah dibebaskandilepaskan, namun masih berada di tempat penahanan.
Petugas pemasyarakatan setempat mengistilahkan dengan “tahanan terlambat pulang”.
Menurut petugas, “untuk masa penahanan tidak ada, tapi jika untuk masalah tahanan yang terlambat pulang sering terjadi... Hal ini disebabkan
oleh terlambatnya vonis dan eksekusi sehingga Rutan hanya mendapatkan keterangan berupa pengakuan dari tahanan saja.
Pada saat peninjauan saja ada 4 tahanan yang terlambat pulang. Langkah yang digunakan
oleh petugas Rutan untuk menjawab persoalan tersebut, yaitu dengan melakukan koordinasi melalui telepon, surat dan bahkan bahkan datang
langsung kepihak kejaksaan kejaksaan sebagai pihak eksekutor.
Di Rutan Klas I Makassar, tahanan yang tinggal melebihi waktu yang ditetapkan undang-undang acapkali terjadi. Menurut petugas setiap
bulannya terdapat rata-rata 3 sampai 5 tahanan yang tinggal melebihi waktu. Pegawai yang sehari-hari bekerja di bagian administrasi
tersebut mengatakan, biasanya bagi tahanan yang sudah mau habis masa tahanannya, mereka selalu menyurati institusi yang menahan
atau menitip ke Rutan. Petugas mengaku selalu membangun koordinasi dengan instansi yang melakukan penahanan. Untuk tahanan yang
200
sudah vonis, biasanya mereka belum bisa mengeluarkan dari Rutan jika tidak ada salinan putusan dari pengadilan. Kalau ada, mereka juga
belum bisa mengeluarkan tahanan jika tidak dieksekusi jaksa.
“Jadi harus lengkap, ada salinan putusan hakim dan eksekusi dilakukan kejaksaan. Nah terhadap tahanan yang terpaksa tinggal melebihi waktu
yang ditetapkan undang-undang, kami biasanya menyurati kejaksaan dan pengadilan. Pada surat itu kami menyampaikan bahwa tahanan
atau napi si-B telah habis masa penahanannya dan harus segera dieksekusi. Jika dalam sepekan surat kami belum mendapat respon,
saya kadang harus menemui langsung jaksa penuntut umum JPU dan majelis hakim yang menangani perkaranya. Kadang pula saya
komunikasi via telepon
”. Umumnya, menurut petugas, overstaying terjadi akibat keterlambatan
jaksa mengeksekusi tahanan. Alasannya karena jaksa belum menerima salinan putusan hakim terkait kasus terpidana. Di Medan kelebihan
masa tahan ini sering terjadi bahkan rata-rata dialami 4 orang dalam satu bulan.
199
Untuk mendorong pengurangan overstay pemerintah telah mengeluarkan Permen Kemenkumham No. M HH-24 PK 01.01.01
tahun 2011 tentang pengeluaran tahanan demi hukum. Peraturan Menteri ini mewajibkan kepala Rutan memberitahukan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang menahan mengenai tahanan yang akan habis masa penahanan atau habis masa perpanjangan penahanannya.
Pemberitahuan tersebut dilakukan paling lambat 10 hari sebelum masa penahanan atau masa perpanjangan penahanan berakhir. Kepala
Rutan atau Kepala Lapas wajib mengeluarkan demi hukum tahanan yang telah habis masa penahanan atau habis masa perpanjangan
penahanannya. Namun untuk mengeluarkan tahanan demi hukum terhadap tahanan yang ditahan karena melakukan tindak pidana
narkotika dan psikotropika, terorisme, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan HAM yang berat, serta perkara
lainnya yang menarik perhatian masyarakat harus dikoordinasikan
199 Wawancara dengan MS, pada tanggal 21 September 2011.
201
terlebih dahulu dengan Ketua Pengadilan Tinggi KPT. Bila KPT tidak menindaklanjuti hasil koordinasi tersebut maka Kepala Rutan atau
Kepala Lapas wajib mengeluarkan tahanan demi hukum.
3. Komodifi kasi dalam tempat penahanan