246
mengatur secara ketat indikator-indikator tersebut, hakim praperadilan seharusnya dapat memperluas lingkup unsur keadaan kekhawatiran
dengan membuat indikator-indikator tertentu.
2.4. Pengujian tata cara penahanan
Pasal 21 ayat 2 KUHAP menyebutkan bahwa penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum
terhadap tersangka atau terdakwa dengan:
1. memberikan surat perintah penahanan atau penetapan hakim; 2. mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa;
3. menyebutkan alasan penahanan serta uraian singkat perkara
kejahatan yang dipersangkakan atau didakwakan; 4. menyebutkan serta tempat ia ditahan;
5. Tembusan surat perintah penahanan atau penahanan lanjutan atau penetapan hakim harus diberikan kepada keluarganya.
Dalam praktik, ditemukan bahwa Surat Panggilan sering tidak mencantumkan secara jelas tindak pidana apa dan dimana serta
pasal-pasal yang disangkakan kepada seseorang. Dalam hal demikian terdapat perbedaan dalam putusan. Pertama, kelompok kecil yang
mengatakan Surat Panggilan tersebut tidak mencantumkan secara jelas tindak pidana apa dan dimana serta pasal-pasal yang disangkakan
kepada pemohon praperadilan, karena hal tersebut sangat terkait erat dengan hak-hak Tersangka yang dilindungi oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku vide Pasal 51 KUHAP.
247
Pendapat sebaliknya muncul dalam putusan lain dan diikuti banyak hakim. Hakim praperadilan tidak banyak mempermasalahkan
administrasi surat kelengkapan penangkapan dan penahanan. Dari beberapa putusan ditemukan pendapat hakim yang memberikan
kelonggaran kesalahan administrasi aparat penegak hukum. beberapa putusan tersebut antara lain:
247 Putusan No.04Pra.Pid.B2010PN.Mks.
247
a. Tentang hal ketidak lengkapan administrasi surat penangkapan, “mengenai pencantuman nomor laporan polisi adalah bersifat administratif,
serta hanya merupakan pendukung saja, dan bukan berarti dengan tidak terpenuhinya penomoran tersebut berakibat atau mengakibatkan surat
perintah penangkapan dan surat perintah penahanan tersebut batal
” Putusan No 1Pid.Pra2009PN.KPG.
b. Permohonan agar Surat Perintah Penahanan dinyatakan tidak sah dan cacat hukum karena telah menerapkan pasal fi ktif sebagai
dasar hukumnya yaitu pada butir 1 ditulis Pasal 7 ayat 1 huruf 4 KUHAP serta pada butir 4 Surat Perintah Penyidikan tidak
bernomor dan tidak bertanggal. “Pengadilan masih menilai kesalahan penulisan tersebut adalah kesalahan yang dapat ditolerir dan tidak
menyebabkan batalnya surat perintah penahanan tersebut No 2Pid. Pra2009PN.KPG”.
c. Berita Acara Penahanan tidak mencantumkan nomor register tahanan, rumus sidik jari, dan tidak mencantumkan hari dan
tanggal penahanan serta tidak ditandatangani oleh pejabat yang berwenang melainkan hanya ditandatangani oleh Pemohon dan
Penyidik Pembantu “bersifat administratif dan bukan berarti bahwa dengan tidak terpenuhinya penomoran, rumus sidik jari, pencantuman
hari dan tanggal serta tidak ditandatangani oleh pejabat yang berwenang tersebut berakibat atau mengakibatkan surat perintah penangkapan dan
surat perintah penahanan tersebut batal
” Putusan No 1Pid.Pra2009 PN.KPG.
d. Surat Perintah Penangkapan diterima oleh Pemohon pada tanggal 21 Mei 2005 telah keluar terlebih dahulu pada tanggal 20 April 2005
sebelum adanya pengaduan. “Bahwa terbukti hanya kekeliruan dalam pengetikan nama bulan bukan merupakan kesengajaan dan yang terpenting
kekeliruan ini pada hakekatnya sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, tidak pula merugikan hak-hak pemohon
” Putusan No 08Pid. Prap2005PN.Jak.Sel.
e. Pengalihan saksi menjadi tersangka “bahwa menurut pengadilan tidak ada halangan untuk menetapkan seseorang yang dipanggil menjadi
saksi kemudian ditetapkan menjadi Tersangka apabila penyidik telah
248
mengumpulkan bukti-bukti permulaan yang cukup” No. 05Pid.
Pra2006Pn.Ptk. f. Surat penahanan di penyidikan di tanda tangani jaksa penuntut
umum ”bahwa berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tersebut maka Pengadilan berpendapat bahwa Surat Perintah Penahanan yang
diberikan oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kupang selaku Penuntut Umum adalah bertentangan dengan Pasal 20 ayat 1 KUHAP karena ternyata
penahanan tersebut diberikan guna kepentingan pemeriksaan di tingkat penyidikan, dan dengan demikian pula maka Surat Perintah Penahanan
tersebut harus dinyatakan tidak sah”
Putusan No 5Pid.Pra2008 PN.KPG.
g. Kesalahan identitas, nama dan agama dalam surat penangkapan dan BAP. “Penangkapan yang dilakukan oleh termohon terhadap pemohon
berdasarkan surat perintah penangkapan tidak dapat dikategorikan sebagai salah tangkap error in persona sedangkan kesalahan pencatatan nama
belakang pemohon pada surat penangkapan yang seharusnya SITI tetapi ditulis SRI hanya merupakan kesalahan ketikkesalahan administrasi,
demikian pula kesalahan pencatatan agama.... merupakan kesalahan administrasi”.
Putusan No 12 Pra.Pid 2005PN.Mdn.
248
Fakta yang terjadi dalam praktik praperadilan selama ini menunjukkan belum bekerjanya sistem kontrol antar subsistem dalam sistem
peradilan pidana di Indonesia. Keberadaan praperadilan belum sepenuhnya memberikan jaminan perlindungan hak–hak tersangka
karena KUHAP membatasi kewenangan praperadilan sedangkan hakim mempersempit lingkup kewenangan yang terbatas tersebut
hanya pada pengujian formalitas sah tidaknya penangkapan dan penahanan.
248 Kasus yang sama terjadi dalam perkara praperadiilan di Pontianak, tetapi Perkaranya gugur karena PN Pontianak telah memeriksa perkara pokok. dalam
sanggahannya, termohon mendalilkan bahwa mengenai kesalahan penulisan agama seharusnya Islam namun tertulis Budha dalam Surat Perintah Penahanan
FormulirT-7 dan kesalahan penulisan Agama dan Pasal dan pada Berita Acara Penahanan BA-10 hanya merupakan Kesalahan pengetikan clerical error
sehingga hal tersebut tidak termasuk dalam ruang lingkup materi Praperadilan; No :02PID.PRA2011PN.PTK.
249
Jika merujuk pada ketentuan Pasal 9 Kovenan Hak Sipil dan Politik maka praperadilan secara normatif maupun praktis belum memenuhi
ketentuan yang ada. Kovenan Hak Sipil dan Politik dengan jelas menentukan setiap orang yang ditangkap a harus diberi tahu alasan-
alasan penangkapannya, b
Harus segera diberitahu mengenai tuduhan yang dikenakan padanya, c siapapun yang ditangkap atau
ditahan: i harus segera dibawa ke hadapan hakim atau pejabat lain yang diberi kewenangan untuk melaksanakan kekuasaan peradilan,
ii harus diadili dalam jangka waktu yang wajar atau dibebaskan.
Ketentuan praperadilan tidak memberikan jaminan untuk segera diajukannya tersangka ke pengadilan atau badan lain yang menjalankan
fungsi peradilan. Hal demikian karena praperadilan merupakan hak para pihak, tidak ada kewajiban untuk praperadilan untuk aktif. Jika
dibandingkan dengan negara maju, sistem kontrol pengadilan dimulai sejak awal tindakan penyidikan.
250
251
BAB VI
PENUTUP
1. Simpulan