6
orang kemungkinan digunakan untuk menampung dua-tiga orang.
8
Kepadatan dan kondisi yang kotor mengakibatkan penyebaran penyakit menular lebih mudah. Penyebarluasan penyakit menular bisa
diakibatkan kepadatan penghuni dan lingkungan yang tidak sehat. Dimensi lain yang kurang mendapatkan perhatian publik adalah
implikasinya terhadap orang yang ditahan dapat kehilangan pekerjaan atau penghasilan dan kesulitan ekonomi lainnya.
Dalam konteks keb ij akan penahanan pra-persidangan di Indonesia
saat ini belum terdapat kajian yang menyediakan data dan informasi terhadap praktik penahanan pra-persidangan termasuk dampak
penerapannya. Studi ini merupakan upaya awal untuk mengetahui dan mendalami secara lebih jauh mengenai praktik penahanan pra-
persidangan dan implikasi-implikasi penerapannya. Melalui studi ini diharapkan akan banyak menarik para pemangku kepentingan
penegakan hukum dan hak asasi manusia di Indonesia agar lebih memberikan perhatian terhadap praktik-praktik penahanan pra-
persidangan dan eksesnya terhadap aspek perlindungan hak asasi manusia, hukum, sosial, dan ekonomi.
2. Tujuan dan lingkup studi
Pada dasarnya studi ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan memetakan situasi dan kondisi penerapan keb
ij akan penahanan pra- persidangan serta bagaimana penggunaan mekanisme keberatannya
dalam prosedur hukum acara. Tahapan lanjutannya, hasil studi ini akan menjadi bahan perumusan perubahan keb
ij akan dalam menerapkan penahanan pra-persidangan. Secara khusus studi ini bertujuan untuk:
a. Memberikan penggambaran baik dari segi keb ij akan maupan
praktik penerapan penahanan pra-persidangan di Indonesia. b. Memetakan permasalahan-permasalahan dalam penerapan
keb ij akan penahanan pra-persidangan ke dalam topik-topik
8 Ibid.
7
strategis yang berguna untuk menyusun rekomendasi bagi perbaikan keb
ij akan penahanan. Lingkup pokok permasalahan yang akan diuji dalam studi ini adalah:
a. Bagaimana keselarasan norma-norma hukum Indonesia dalam hal pengaturan penahanan pra-persidangan dengan standar dan
norma hak asasi internasional yang berlaku? b. Bagaimana praktik penerapan keb
ij akan penahanan pra-
persidangan di Indonesia yang secara langsung atau tidak langsung mencerminkan gambaran situasi dan kondisi penahanan
di Indonesia?
c. Bagaiamana mekanisme pengujian terhadap penahanan pra- persidangan melalui pra peradilan berjalan sebagai prosedur yang
benar-benar secara esensial menjawab rasa keadilan substantif?
3. Metode dan kerangka kerja studi
Metode kerja dalam studi dirancang untuk menjadi panduan kegiatan penelitian sehingga menghasilkan analisis dan konklusi yang sahih atas
rumusan-rumusan permasalahan yang diidentifi kasi dan akan d ij awab
melalui penelitian ini. Pada dasarnya studi ini merupakan upaya untuk memetakan permasalahan penerapan penahanan pra-persidangan
dan pra-peradilan sebagai mekanisme pengajuan keberatan terhadap penahanan dalam praktik hukum di Indonesia. Hasil dari studi ini
akan d
ij adikan sebagai bahan untuk perbaikan kebij akan penahanan pra-persidangan baik sebagai masukan bagi perubahan hukum acara
pidana serta dalam bentuk pedoman pelaksanaan penahanan bagi penegak hukum. Pola riset ini secara garis besar mengadopsi pola
yang biasanya diterapkan dalam suatu baseline study.
Studi ini menyediakan informasi awal terhadap suatu permasalahan yang akan ditinjau. Pada prinsipnya cara kerja penelitian ini adalah
melakukan pengumpulan data dan informasi secara sistematis mengenai praktik penahanan pra-persidangan dalam kurun waktu
tertentu, sebagai informasi studi awal untuk memotret situasi praktik
8
penahanan pra-persidangan dengan berbagai sumber data baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, termasuk melalui teknik
pengumpulan data dengan berbagai metode seperti wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus, observasi, data terkini atau
kecenderungan dalam kurun waktu tertentu yang dirilis oleh institusi- institusi terkait.
Dalam kerangka analisis, data dan informasi yang didapatkan dikaji dengan sudut pandang yuridis-empiris,
9
yaitu pendekatan yang digunakan untuk melihat gejala-gejala sosial yang berkaitan dengan
hukum di tengah masyarakat. Pendekatan yuridis empiris ini mengkaji bagaimana ketentuan normatif diwujudkan senyatanya di masyarakat.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis normatif
10
karena menggunakan data sekunder sebagai sumber tambahan, berupa
berbagai peraturan perundang-undangan dan referensi dokumen lain yang terkait dengan penahanan pra-persidangan. Selain pendekatan
analisis dalam disiplin hukum tersebut, pendekatan lain yang melengkapi analisis penelitian ini adalah mengenai analisis dampak
dari keb
ij akan penahanan pra-persidangan. Istilah ‘keb
ij akan’ banyak digunakan dalam berbagai konteks. Dalam kaitannya dengan tema penelitian ini terminologi ‘keb
ij akan’ dipakai untuk menunjuk sesuatu yang khusus, yakni yang terkait dengan
hal ikhwal penahanan pra-persidangan di Indonesai baik dari aspek pengaturan norma hukum maupun praktik yang berlaku. Istilah
‘keb ij akan’ sering dipertukarkan dengan tujuan goals, program,
9 Penelitian empiris adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti data-data
primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari masyarakat. Pemikiran empiris ini disebut juga pemikiran sosiologis. Lebih jauh tentang ini lihat Soerjono Soekanto
dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, 1990, hal. 15.
10 Penelitian normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder belaka. Pemikiran normatif didasarkan pada penelitian yang mencakup 1 asas-asas hukum, 2 sistematik hukum, 3 taraf sinkronisasi
vertikal dan horisontal, 4perbandingan hukum, 5 sejarah hukum. Lihat ibid, hal. 13-14.
9
keputusan decisions, standar, dan grand design.
11
Dalam penelitian ini cakupan keb
ij akan penahanan pra-persidangan meliputi beberapa hal. Pertama
, lingkup pengaturan penahanan penahanan pra-persidangan dalam hukum Indonesia. Kedua, menunjuk perilaku aktor baik
seorang, kelompok, serta institusi penegak hukum yang diberikan kewenangan untuk melakukan penahanan pra-persidangan. Ketiga,
dampak dari rangkaian keputusan untuk menerapkan penahanan pra- persidangan.
Perkembangan mutakhir keb ij akan dalam lingkup peradilan pidana
criminal justice policy adalah bagaimana menggeser cara pandang yang merepresentasikan criminal justice hanya berkutat pada hal
ikhwal aspek crime management ke arah pengakuan atas peran-peran individu sebagai situs intervensi dan objek penilaian untuk perubahan
dan pengambilan keb
ij akan dalam lingkup peradilan pidana.
12
Untuk itu melihat dampak keb
ij akan penahanan pra-persidangan menjadi hal penting untuk dapat memotretnya secara menyeluruh.
Kerangka kerja dari penelitian yang meliputi cakupan, isu-isu yang dikaji dalam penelitian, dan metode digambarkan dalam tabel berikut ini:
11 Lihat Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Pressindo, 2002, hal. 14-15.
12 Lihat Hazel Kemshall, Understanding Risk in Criminal Justice, England: Open University Press, 2003, hal. 26-27.
10
Tabel 1: Kerangka kerja penelitian
Cakupan topik Isu-isu yang dikaji
Metode
Tinjauan teoritis dan normatif, penahanan
pra-persidangan Penahanan
pra-persidangan di Indonesia
Masalah penahanan secara global
Penormaan HAM dalam penahanan pra-persidangan
Review peraturan
perundang-undangan dan norma-norma
HAM Kajian
pustaka Wawancara
ahli
Tinjauan empiris, situasi dan kondisi
praktik penahanan pra-persidangan di
Indonesia Tempat
penahanan Overcrowding
Overstaying Akses bantuan hukum dan
penasihat hukum Penyiksaan dalam masa
penahanan Komodifi kasi penahanan
pra-persidangan Dampak penahanan pra-
persidangan Review
terhadap dokumen-dokumen
Wawancara mendalam
Observasi Wawancara
Diskusi informal
Diskusi kelompok
terfokus
Praktik dan permasalahan pra
peradilan sebagai mekanisme pengujian
penahanan pra- persidangan
Proses pemeriksaan pra peradilan
Pasal 21 dan 24 KUHAP Penghitungan awal masa
tenggang 7 hari Sikap pejabat penegak
hukum Review putusan pra-
peradilan Review terhadap
dokumen-dokumen Wawancara
mendalam Observasi
Wawancara Diskusi informal
Diskusi kelompok terfokus
11
3.1. Desain dan pemilihan wilayah penelitian
Informan utama dalam penelitian ini adalah penegak hukum yang meliputi 5 lima institusi, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan,
Pemasyarakatan Lapas atau Rutan, dan Advokat. Responden lain di luar penegak hukum adalah orang yang pernah ditempatkan di rumah
tahananlembaga pemasyarakatan.
Dalam pemilihan wilayah penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan purposive, yakni memilih wilayah penelitian berdasar pada
karakteristik yang relevan dengan tujuan penelitian. Secara purposive, penelitian ini memilih empat kota sebagai wilayah penelitian, yakni
Jakarta, Medan, Makassar, dan Kupang. Penentuan lokasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan sebaran wilayah Indonesia di bagian
barat, tengah, dan timur, dengan Jakarta sebagai pusat. Karakteristik lainnya adalah bahwa kota-kota tersebut merupakan acuan bagi
perkembangan kewilayahan Indonesia. Jakarta memiliki masalah yang khas sebagai ibukota negara, sementara Medan dan Makassar termasuk
kota yang tinggi tingkat kriminalitasnya, serta masalah penghuni Lapas atau Rutan yang melebihi kapasitas. Sedangkan Kupang dianggap
mewakili wilayah dengan tingkat kriminalitas rendah, serta kemajuan ekonomi yang lamban, dibandingkan dengan Jakarta, Medan dan
Makassar. Ketersediaan advokat di wilayah ini juga paling minimalis, dibandingkan dengan tiga kota lainnya. Kondisi tersebut diharapkan
dapat merepresentasikan situasi penegakan hukum dengan latar belakang situasi yang beragam.
Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini sebanyak 155 orang, yang terdiri dari 40 informan polisi, 31 informan advokat, 17 informan
petugas rutanlapas, 23 informan jaksa, 25 informan hakim, dan 19 informan tahanan. Informan tersebut tersebar di empat kota yakni
Jakarta 47, Makassar 30, Kupang 40 informan, dan Medan 38.
12
Tabel 2: Pemilihan wilayah penelitian No
Kota Alasan pemilihan
1 Jakarta a. Ibukota negara dan kota terbesar di Indonesia
b. Barometer perkembanganpertumbuhan ekonomi Indonesia.
c. Tingkat kejahatan termasuk tinggi di Indonesia d. Permasalahan kapasitas Rutan dan Lapas
e. Permasalahan sosial yang kompleks
2 Medan a. Ibukota provinsi dan kota terbesar di Pulau Su-
matera b. Barometer perkembanganpertumbuhan ekonomi
Sumatera Indonesia bagian barat. c. Tingkat kejahatan termasuk tinggi di Indonesia
d. Permasalahan kapasitas Rutan dan Lapas e. Permasalahan sosial yang kompleks
3 Makassar a. Ibukota provinsi dan Kota terbesar di Pulau
Sulawesi b. Barometer perkembanganpertumbuhan ekonomi
Sulawesi dan Indonesia Bagian Tengah dan Timur.
c. Tingkat kejahatan termasuk tinggi di Indonesia d. Permasalahan kapasitas Rutan dan Lapas
e. Permasalahan sosial yang kompleks
4 Kupang a. Ibukota provinsi.
b. Termasuk daerah yang tertinggal jika dibanding- kan dengan provinsi lain di Indonesiapermasala-
han kemiskinan. c. Permasalahan kapasitas Rutan dan Lapas tidak
serumit tiga kota lainnya Jakarta, Medan, dan Makassar.
13
3.2. Sumber dan teknis pengambilan data
Laporan ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan di empat wilayah penelitian sebagai sumber
utamanya. Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa:
1. Wawancara mendalam indepth interview dengan penegak hukum yang memiliki tugas dan kewenangan untuk melakukan
tindakan penyidikan dan penahanan, penegak hukum yang memiliki kewenangan memeriksa praperadilan, penegak hukum
yang memiliki tugas dan kewenangan mendampingi tersangka terdakwa, dan penegak hukum yang memiliki kewenangan
dalam melakukan perawatan tahanan. Wawancara mendalam juga dilakukan dengan orang yang pernah mengalami penahanan
di rumah tahananlembaga pemasyarakatan. Dalam melakukan wawancara tersebut, peneliti dibantu panduan pertanyaan yang
telah disusun untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci terkait dengan permasalahan penahanan pra-persidangan.
2. Diskusi kelompok terfokus Focus Group DiscussionFGD, yaitu suatu teknik pengumpulan data dimana sekelompok orang
terpilih jumlah antara 10–15 orang berdasarkan representasi kelompok informan untuk mendiskusikan topik tertentu dan
temuan lapangan yang telah disusun dalam laporan awal oleh tim peneliti. Diskusi dilakukan melalui sebuah pengaturan yang
interaktif dimana peserta bebas untuk berbicara dengan anggota kelompok lainnya. Dalam penelitian ini, FGD dilakukan untuk
mengukur bagaimana respon informan terhadap temuan awal penelitian dan melakukan pengecekan silang terhadap data
yang didapat melalui proses wawancara. Selain itu diskusi ini digunakan pula untuk memperdalam beberapa pertanyaan
kunci yang perlu dielaborasi lebih lanjut dan tidak dapat ditemukan selama tahap wawancara.
3. Diskusi panel ahli adalah metode untuk memperoleh masukan dari pada pakar dan praktisi yang memiliki keahlian dalam
14
bidang-bidang tertentu. Diskusi panel ahli difokuskan untuk memperdalam topik-topik tertentu dimana tim peneliti
memerlukan pendapat baik untuk melakukan verifi kasi data dan permasalahan yang menjadi topik penting. Diskusi ahli
juga dilakukan dalam kerangka memperoleh p
ij akan referensi praktis dan teoritis.
3.3. Kajian dokumen
Selain data primer yang didapatkan melalui berbagai metode, penelitian ini mengandalkan kajian terhadap rerensi-referensi tertulis sebagai
data sekunder. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil studi dokumentasi dengan menelaah–bahan pustaka yang berkaitan
dengan masalah penelitian, yang mencakup:
13
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, mulai dari Undang-undang Dasar dan peraturan terkait lainnya.
Selain hukum positif yang diatur dalam lingkup hukum nasional, studi terhadap instrumen-instrumen hukum hak asasi manusia
internasional dan norma-norma yang diatur dalam lingkup regional yang terkait dengan standar dan pengaturan hak asasi
manusia dalam isu penahanan pra-persidangan.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu referensi-referensi melalui penelusuran studi pustaka yang terkait dengan topik penahanan
pra-persidangan yang berfungsi untuk memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.
c. Bahan hukum tertier, yakni sumber pustaka yang memberikan petunjuk bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus,
buku saku, dan agenda resmi. Dalam konteks hukum acara pidana di Indonesia, tidak dikenal
istilah teknis penahanan pra-persidangan. Di Indonesia lingkup penahanan pra-persidangan adalah pada saat seorang tersangka
13 Soerjono Soekanto,
Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1982, hal. 52.
15
dikenakan penahanan di rumah tahanan dalam proses penyidikan dan pemberkasan sebelum diajukan ke persidangan.
Kajian terhadap dokumen-dokumen yang relevan dengan keb ij akan
penahanan pra-persidangan tersebut penting dilakukan, khususnya terhadap instrumen-instrumen hak asasi manusia yang menjadi
referensi dan acuan norma dalam penerapan penahanan pra- persidangan.
Telaah terhadap praktik internasional berserta standar norma yang diberlakukan tersebut akan diperbandingkan dengan hukum positif
di Indonesia. Selain itu, telaah ini akan menjadi kerangkaperspektif dalam melihat serta menganalisis praktik penahanan pra-persidangan
di Indonesia dan dampaknya terhadap seorang tersangka.
3.4. Analisis data
Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan sebagai metode dalam melakukan analisis data.
14
Penerapan metodologi ini bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak harus mendefi nisikan konsep, memberi
kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, unik dan bermakna di lapangan.
Metode kualitatif dimaksudkan untuk memberikan gambaran, sekaligus menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi, terkait dengan
pengaturan dan keb ij akan serta praktik penahanan prapersidangan di
Indonesia. Realitas-realitas tersebut kemudian akan diungkap dalam sebuah bentuk deskriptif.
15
14 Secara umum metode kualitatif dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Qualitative
research we mean any kind of research that procedure fi ndings not arrived at by mean of statistic procedures or other mean of quantifi cations. It can refer to
research about persons’ lives, stories, behaviors, but also about organizations. Functioning, social covenants or intellectual relationship”, Lihat Anselmus Strauss
and Juliat Corbin, Basic of Qualititive Research, Grounded Theory Procedure and Technique, London: Sage Publication, 1979, hal. 17. Lihat juga Lexy J Moleong,
Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989.
15 Sarantakos, Social Research, Macmillan Education Australia Pty, Ltd, 2005.
16
Tahapan analisis data dalam penelitian ini meliputi: Pertama, pengorganisasian data dengan melakukan penyusunan dan
pengecekan data secara rapi, sistematis, dan lengkap. Kedua, analisis tematik berdasarkan topik-topik cakupan isu yang akan dikaji dengan
memberimembuat makna terhadap materi-materi yang ada. Ketiga, penginterpretasian data, untuk memahami data secara lebih ekstensif
sekaligus mendalam, memasukkan data pada lingkup konseptual khusus dalam kerangka teoritis agar bisa dipakai memahami
pernyataan–pernyataan yang ada. Keempat, pengambilan kesimpulan sebagai akhir dari analisis. Kesimpulan diambil dengan menggunakan
metode deduksi, yaitu dari pengaturan-pengaturan dan peristiwa- peristiwa hukum yang sifatnya umum akan menghasilkan beberapa
kesimpulan yang bersifat khusus.
4. Komposisi tim peneliti
Tim Peneliti dibentuk untuk memastikan penelitian dapat terlaksana, baik pada saat melakukan penelitian di lapangan, maupun pada saat
pengolahan data. Untuk itu, tim peneliti dibagi menjadi dua, yaitu Tim Peneliti inti, dan tim peneliti wilayah. Pada level tim peneliti inti
dibutuhkan tim yang dapat berkoordinasi secara intens dan telah berpengalaman dalam melakukan penelitian advokasi. Komposisi Tim
Peneliti inti berjumlah lima orang. Sedangkan Tim Peneliti yang kedua yaitu tim peneliti wilayah. Pada masing-masing wilayah yang menjadi
objek penelitian, terdiri dari dua orang peneliti. Keseluruhan tim peneliti wilayah berjumlah delapan orang. Mereka adalah individu-
individu jaringan kerja ICJR di Medan, Kupang, Makassar, dan Jakarta, yang terdiri dari Pekerja HAM, Pengacara Publik, dan Wartawan Desk
Hukum. Keragaman latar belakang peneliti wilayah sangat mendukung proses kerja penelitian, terutama saat perolehan data di lapangan, baik
saat interview dengan narasumber terpilih, maupun pengumpulan dokumen.
17
5. Waktu penelitian