73
5.1.1. Jangka waktu penahanan di tingkat penyidik
Berdasarkan Pasal 24 ayat 1 KUHAP penyidik dapat melakukan perintah penahanan untuk jangka waktu 20 hari. Apabila dibutuhkan
demi kepentingan pemeriksaan penyidikan yang belum selesai, penyidik dapat memintakan perpanjangan kepada penuntut umum
paling lama 40 hari Pasal 24 ayat 2 KUHAP. Dengan lama maksimum atau atas jangka waktu masa penahanan yang diperbolehkan undang-
undang bagi instansi penyidik, dalam tahap pemeriksaan penyidikan terbatas 20 + 40 hari = 60 hari. Ketentuannya:
tidak menutup kemungkinan untuk mengeluarkan tersangka dari tahanan sekalipun belum berakhir jangka waktu penahanan
jika ternyata kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi Pasal 24 ayat 3 KUHAP.
pemberian perpanjangan dari penuntut umum tidak harus 40 hari, karena 40 hari ini adalah batas perpanjangan maksimum.
Hal ini berarti penuntut umum dapat memberi perpanjangan secara parsial menurut kebutuhan pemeriksaan penyidikan. Jika kepentingan
pemeriksaan memerlukan lagi maka dapat dipenuhi sampai batas maksimum perpanjangan yang ditentukan Pasal 24 ayat 2 KUHAP.
Setelah lewat jangka waktu 60 hari, penyidik harus mengeluarkan tersangka dari tahanan demi hukum. Jadi, apabila jangka waktu
maksimum sudah dilewati, dengan sendirinya tersangka harus dikeluarkan dari tempat penahanan tanpa melalui prosedur apa pun.
5.1.2. Jangka waktu penahanan di tingkat penuntut umum
Berdasarkan Pasal 25 ayat 1 KUHAP penuntut umum dapat melakukan penahanan paling lama untuk jangka waktu 20 hari.
Penuntut umum dapat meminta perpanjangan penahanan dari Ketua Pengadilan Negeri, tetapi perpanjangan yang dapat diberikan ketua
Pengadilan Negeri, paling lama 30 hari Pasal 25 ayat 2 KUHAP. Perpanjangan ini diminta oleh penuntut umum demi kepentingan
penuntutan yang belum selesai.
74
Berdasarkan wewenang penuntut umum mengeluarkan perintah penahanan ditambah dengan haknya untuk meminta perpanjangan
maka batas waktu maksimum yang dimiliki penuntut umum tidak lebih dari 20 hari + 40 hari = 60 hari, dengan catatan:
Tidak menutup kemungkinan untuk mengeluarkan terdakwa dari tahanan sekalipun batas waktu maksimum belum berakhir,
apabila kepentingan pemeriksaan sudah terpenuhi Pasal 25 ayat 3 KUHAP.
Permintaan perpanjangan juga tidak otomatis harus dikabulkan oleh Ketua Pengadilan Negeri. Pengadilan dapat menolak permintaan
apabila berdasarkan resume yang disampaikan penuntut umum ternyata cukup alasan untuk menolak perpanjangan. Perpanjangan
penahanan dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan yang nyata kepentingan pemeriksaan. Jika perpanjangan yang diberikan Ketua
Pengadilan Negeri bersifat parsial, masih memberi kemungkinan lagi bagi penuntut umum untuk memintakan perpanjangan sampai
terpenuhinya batas maksimum perpanjangan yang ditentukan Pasal 25 ayat 2 KUHAP.
Setelah batas waktu masa penahanan telah melampaui yang ditentukan undang-undang maka tersangka harus dikeluarkan
dari penahanan demi hukum tanpa syarat dan prosedur.
5.1.3. Jangka waktu penahanan di tingkat pemeriksaan pengadilan